Abstrak
Umat Hindu yang begitu memegang teguh warisan leluhurnya yang dibawa dari
Provinsi Bali, yaitu upacara ngaben massal.Pada awalnya pelaksanaan ngaben
massal bertujuan untuk meringankan biaya ngaben karena jika ngaben
dilaksanakan secara individu akan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Dengan memperhatikan hal tersebut maka peneliti mengangkat sebuah judul
“Pengaruh Ekonomi Dalam Tradisi Ngaben di Pura Aditya Jaya”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan doktrinal dan sosiologi. Peneliti menggunakan
pendekatan doktrinal untuk melihat pengaruh upacara ngaben massal dan
pendekatan sosiologi untuk melihat interaksi dan integrasi sosial antar umat
beragama yang ada dalam masyarakat. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa
proses pelaksanaan ngaben massal pada masyarakat Hindu Bali tidak jauh
berbeda dengan ngaben pada umumnya yang dapat dipahami melalui 2 tahapan,
yaitu: tahap persiapan dan tahap pelaksanaan, makna upacara ngaben massal
pada masyarakat Hindu di Pura Aditya Jaya yaitu adanya kesadaran masyarakat
secara filosofis yang dimulai dari makin jelasnya pemahaman masyarakat secara
sastra agama, dari pemahaman ini muncul pemahaman ekonomi, pendidikan,
serta solidaritas sosial diantara umatHindu dan masyarakat di Pura Aditya Jaya.
Dikarenakan peneliti fokus terhadap faktor ekonominya pengaruh upacara ngaben
massal pada masyarakat Hindu terhadap integrasi sosial yaitu meningkatkan
partisipasi terutama untuk umat Hindu,manfaatnya sebagai lapangan kerja baru
dan pariwisata untuk masyarakat non Hindu.
Pendahuluan
Upacara Ngaben yang merupakan bagian dari Pitra Yadnya
dan dilandasi oleh Pitra Rna (hutang jasa kepada leluhur).
Keyakinan ini memotivasi umat Hindu untuk menyelenggarakan.
Upacara kematian yang terkadang tampil sangat meriah. Bagi
sebagian umat Hindu Upacara Ngaben mendapat perhatian yang
sangat istimewa sehingga dilakukan dengan sangat khusyuk
penuh pengabdian bahkan terkadang sangat meriah. Hal ini
terjadi karena pada hakikatnya tidak semua umat Hindu
memahami hakikat pelaksanaan UpacaraNgaben.
Upacara Ngaben Massal dilaksanakan secara bergotong
royong, dimana pembuatan sesajen dibagi sesuai dengan
kapasitas anggota tempek.
Masyarakat Hindu di Desa Solo memiliki persepsi bahwa
Ngaben massal dapat mengurangi beban biaya yang
dibutuhkan pada saat melaksanakan Ngaben, dibandingkan
dengan Ngaben yang dilaksanakan secara pribadi yang
membutuhkan biaya yang begitu banyak. Dikarenakan
Ngaben massal dilakukan secara bersama- sama, semua sawo
dari masing- masing keluarga berkumpul sesuai dengan pasek
untuk melaksanakan Ngaben sehingga dapat mengurangi biaya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pengabenan khususnya
pada keluarga yang kurang mampu.
Dengan adanya Ngaben massal biaya yang dikeluarkan
lebih murah dan pembakaran mayat dapat dilakukan dengan
cepat. Upacara Ngaben massal yang sangat meringankan
masyarakat terutama masyarakat kalangan ekonomi menengah
kebawah. Upacara pembakaran mayat yang tunjukan khususnya
untuk masyarakat kalangan ekonomi menengah kebawah.
Dengan diadakannya Ngaben massal yang dilaksanakan pada
kurun waktu 3 atau 5 tahun sekali, bertujuan agar masyarakat
yang memiliki ekonomi rendah dapat melaksanakan Ngaben
Massal sesuai dengan tradisi umat Hindu.
Berbeda halnya pada beberapa masyarakat di Pura Aditya
Jaya yang menganggap bahwa Ngaben massal sama halnya
dengan Ngaben yang dilakukan secara individu. Hal ini dapat
dilihat dari hasil wawancara dan observasi, bahwa pada Ngaben
massal yang pernah dilakukakan sebelumnya di Desa Solo
yang menghabiskan dana cukup banyak disetiap Sawo atau
mayat yaitu sebanyak 15 Juta per sawo atau lebih dari jumlah
penduduk sebanyak 200 KK. Hal ini menyebabkan adanya
kesenjangan dalam pengabenan Massal yang semestinya, jika di
lihat dari segi sarana pengabenan Massal dan individu, tidak
jauh berbeda dari segi banten yang di butuhkan. Dimana dalam
Ngaben massal juga menggunakan satu banten untuk semua
sekah atau Sawo (mayat). Melihat permasalahan yang terjadi di
lapangan peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Persepsi
Masyarakat Hindu Pada Upacara Ngaben Massal Di Desa Solo,
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi
Selatan.
Oleh karena itu, dari berbagai permasalahan yang sudah
dijelaskan. Peneliti tertarik untuk melihat situasi yang berkaitan dengan
pengabenan yang dilakukan Umat Hindu. Mulai dari pengalaman
pemikiran hingga sampai pada pengalaman masyarakat Hindu. Adapun
tujuan dari penelitian ini yaitu, dampak yang ditimbulkan dari
penyederhanaan biaya terhadap hakikat upacara ngaben bagi umat
hindu.
Metodologi
Ditinjau dari sifat dan tujuannya,penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post- positivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian menggunakan data kualitatif hasil wawancara
responden. . Adapun di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
wawancara bebas terpimpin, yaitu mengadakan wawancara atau tanya
jawab secara bebas, namun dalam melaksanakan wawancara peneliti
membawa pedoman wawancara yang hanya memuat garis-garis besar hal-
hal yang akan dipertanyakan. Wawancara (interview) ditunjukkan kepada
Bapak Dewa selaku Bendahara di Pura Aditya Jaya , Rawamangun Jakarta
Timur.
Asal usul ngaben berasal dari kata beya yang artinya bekal,
kemudian ngabu yang artinya menjadi abu ngapen yang artinya penyucian
dengan api dalam kepercayaan masyarakat Bali dewa Berahwa atau dewa
pencipta yang disebut sebagai dewa api. Maka itu ngaben juga bisa
dianggap sebagai usaha untuk membakar kotoran yaitu berupa jasad kasar
yang pasih melekat pada roh dan mengambalikan roh pada sang pencipta
(Sukawati et al., 2022).
i) Pertiwi: unsur padat yang membentuk tulang, daging, kuku, dan lain-lain.
ii) Apah: unsur cair yang membentuk darah, air liur, air mata, dan lain-lain.
Namun ngaben massal juga belum tentu menjadi solusi bagi masyarakat
Pura Aditya Jaya, sehingga munculah solusi yaitu perturuan yang terkumpul
pengurus dadia tanpa adanya pihak ketiga hal tersebut tentu akan
menyebabkan rentan terjadinya kecurangan, pihak dadia melakukan
pengelolaan dengan memberikan pinjaman kepada krama dadia yang
membutuhkan uang dengan bunga pinjaman sebesar 2%. Dari krama
dadia dengan jumlah besar tersebut tentu harus ada pengelolaan
keuangan yang baik agar pelaksanaan upacara ngaben dadia ini bisa terus
berjalan.
Daftar Pustaka
Anwar, Yesmil dan Adang. 2017. Sosiologi Untuk Universitas. Bandung: PT Refika
Aditama.
Astuti, Ari. 2016. Ritual Kematian Dalam Agama Hindu Bali Di Desa Tegal Besar
Kecamatan Belitang Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan. (Skripsi S1 Di
Prodi Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran
Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga).
I Putu Eka Perdana, S. H. (2022). Ritual Ngaben Dalam Praktik Keagamaan
Komunitas Hindu Bali Di Lingkungan Batudawa, Mataram. Religion
Culture and State.