Dosen pembimbing:
Dr.Deprizon,M.Pd.I
Di susun oleh: Muhammad Asro (210304174)
MANAJEMEN
2021/2022
DAFTAR
BAB I: Pendahuluan
A.Latar belakang
B.Tujuan makalah
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Sunnah sering disamakan dengan hadist, artinya semua perkataan, perbuatan, dan
taqrir yang di sandarkan kepada nabi muhammad saw yang menyetujui perbuatan
yang dilakukan oleh para sahabat, misalnya Kholid bin Whid memakan daging biawak,
Rasulullah saw membiarkannya, maka hal itu dikesani bahwa nabi tidak
mengharamkannya.
Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah al-quran. Dalam hal kajian ushul
fiqih, as-sunnah merupakan metode untuk menjelaskan al-quran. Oleh karena itu funsi
as-sunnah adalah penjelas, penafsir, penambah, dan pengkhusus berbagai hukum yang
terdapat dalam al-quran yang masih global atau masih multitafsir dan adapula yang
masih muhban.
B. Tujuan
Mempelajari as-sunnah sebagai sumber hukum bagi generasi muda khususnya di
perguruan tinggi?
Dalam perspektif hukum Islam, sunnah mempunyai kedudukan dan peran yang sangat
fundamental. Sunnah merupakan salah satusumber hukum Islam. Sunnah senantiasa
menjadi objek kajian ilmiah karena dalam sunnah terdapat aspek ketuhanan dan aspek
kemanusiaan. membagi sunnah menjadi dua kategori, yaitu sunnah risdlah dan sunnah
nubuwwah. Sunnah risdlah merupakan sunnah yang bersifat abadi, sedangkan sunnah
nubuwwah merupakan sunnah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun pembagian sunnah menfadi dua
bagian ini merupakan upqya untuk membedakan antara aspek yang transendental dan
profan dalam sunnah.
Pemikir kontroversial yang dianggap liberal dari Syria dan memiliki kesadaran kritis untuk
mengkaji ulang nalar (episteme) klasik yang masih tertanam kuat dalam kesadaran dan
keyakinan umat Islam. Dengan keras dan tajam, mengkritik konservatisme pemikiran Islam
dan berusaha untuk mendekonstruksi hegemoni pemikiran klasik yang masih tertanam kuat
dalam pengetahuan manusia, Sebab nalar klasik dengan segala karya yang telah
dihasilkannya bukanlah produk pemikiran yang semuanya bersifat sakral danan harus
diterapkan dalam segala ruang danan waktu. Hal ini disebabkan antara lain karena adanya
perbedaan jarak waktu yang terlampau jauh antara dulu dan sekarang.
Sunnah Nabi SAW yang selama ini dipahami oleh mayoritas umat Islam sebagai contoh
teladan; berupa perkataan, perbuatan/tindakan dan persetujuan atas perbuatan orang lain
(taqrir) oleh Nabi SAW harus selalu dipahami secara dinamis dan hidup. Ketika sunnah
dipahami sebagai sebuah ijtihad Nabi SAW dalam menafsirkan dan menerapkan
wahyu/firman Allah SWT dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, maka mengikuti
sunnah Nabi SAW menjadi sebuah kekuatan besar dalam mendorong terciptanya dinamika
kemajuan, inspirasi dan inovasi. Namun jika sunnah Nabi dipahami dan diterjemahkan
secara harfiyah, maka sunnah Nabi akan terpasung dalam teks-teks klasik yang
membelenggu kemajuan pola pikir umat Islam. Oleh karena itu, pada kondisi dan situasi
kekinian (modern) saat ini, sunnah Nabi tidak bisa lagi dipahami dan diterapkan secara
tekstual (klasik) dan terpaku pada bentuk produknya, tetapi harus dipahami dan diterapkan
secara modern (kontekstual) mengikuti metodologi dan substansinya. Hal ini merupakan
sebuah keniscayaan, karena kondisi sunnah yang memang berbeda dengan al quran sunnah
Nabi selalu terbuka untuk dikembangkan, dilengkapi bahkan dimodifikasi, sehingga
penerapannya mudah dan ringan.
Antisipasi yang dapat dilakukan dengan as-sunnah sebagai sumber hukum untuk
menghadapi permasalahan umat islam?
Menggunakan Alquran dan As-Sunnah untuk menetapkan suatu hukum. Jika As-Sunnah
tidak ditemukan, dia akan menggunakan alat bantu dari perkataan sahabat Nabi, baik yang
menyangkut hal-hal yang disepakati maupun yang diperselisihkan.
"Kalau tidak menemukan perkataan sahabat, menggunakan alat bantu sastra dan bahasa
Arab, logika dan qiyas," katanya.
Pertama qathi’I. JIka lafaznya hanya mengandung satu makna atau tidak multi tafsir.
Contoh. "Cambuklah penzina laki-laki dan penzina perempuan masing-masing 100 kali."
Kedua zhanni. Jika lafaznya mengandung makna lebih dari satu atau multi tafsir. Contoh.
"Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali quru."
Hadits
Selama ini, sunnah Nabi hanya dilihat dari aspek praktis atau produk saja, sehingga sunnah
Nabi hanya di definisikan sebagai bentuk dari ucapan atau perbuatan atau atau sikap
tertentu dari Nabi SAW. Akibatnya, ketika hadits Nabi dipahami untuk diamalkan, maka
yang muncul adalah pemahaman dan pengamalan secara lahiriah, tekstual dan tidak pernah
ada perubahan walaupun tuntutan keadaan dan perubahan waktu terus terjadi.
Seharusnya, kemunculan suatu sunnah lebih dilihat dari aspek metodenya sebagai ijtihad,
bukan hasilnya. Sunnah Nabi adalah metode Nabi SAW yang bersifat deduktif dalam
melaksanakan hukum yang terdapat dalam alQur‟an. Oleh karena itu apa yang dinamakan
sebagai sunnah Nabi bukan teks tentang ucapan, perbuatan atau ketetapan Nabi SAW
sehari-hari yang bersifat harfiyah, sebab semua itu hanya merupakan bentuk-bentuk
ekspresi atau perwujudan yang bersifat praktis dari pola pikir atau paradigma sunnah Nabi
tersebut, yang tidak lain adalah ijtihad beliau sendiri.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang penulis buat, penulis menyadari dalam penulisan makalah ini
banyak sekali kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan skripsi ini dan berikutnya besar harapan penulis, semoga skripsi ini bisa
memberikan sedikit manfaat bagi membaca pada umumnya dan penulis pada khususnya,
Aamiin.