Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 secara tegas mengakui adanya


posisi dominan tertentu dengan penguasaan pasar yang cenderung bersifat
monopoli, yang telah terjadi sebagai akibat seleksi alamiah maupun
berdasarkan alasan-alasan lainnya. Posisi dominan yang telah dimiliki suatu
pelaku usaha tidak boleh dipergunakan untuk mencegah persaingan sehat
dengan menghambat pelaku usaha yang tidak memiliki posisi dominan dalam
suatu pasar tertentu. Dalam kasus ini, PT Arta Boga Cemerlang selaku
pemegang posisi dominan dalam pasar batu baterai melakukan
penyalahgunaan posisi dominan dengan membuat suatu kontrak yang
dinamakan dengan Perjanjian Geser Kompetitor. Perjanjian Geser
Kompetitor mensyaratkan agar toko grosir atau toko semi grosir tidak
membeli barang-barang yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain dan
tujuannya untuk menghambat penjualan produk baterai milik PT Panasonic
Gobel Indonesia. Kasus ini telah ditangani oleh KPPU, namun putusan yang
dijatuhkan KPPU hanya membatalkan dan memerintahkan untuk tidak
mengulangi kembali kegiatan promosi berupa Perjanjian Geser Kompetitor
atau bentuk lain yang sejenis. Berdasarkan kasus tersebut, penulis
menganalisa permasalahan hukum mengenai mengapa Perjanjian Geser
Kompetitor dianggap telah melanggar prinsip persaingan dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan apakah putusan No:06/KPPU-L/2004 yang
dijatuhkan oleh KPPU sudah tepat atau sesuai dengan kerugian yang diderita
oleh PT. Panasonic Gobel Indonesia.
Metode yang dipakai dalam penulisan studi kasus ini adalah deskriptif
analisis dengan pendekatan yuridis normatif, dengan menggunakan data
berupa bahan hukum primer yaitu Putusan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Republik Indonesia Nomor: 06/KPPU-L/2004, yang dianalisis menurut
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa pertama,
Perjanjian Geser Kompetitor dapat digolongkan sebagai perjanjian tertutup
sehingga perjanjian ini melanggar Pasal 15 Ayat (3) Huruf b Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999. Perjanjian Geser Kompetitor tesebut merupakan
bentuk penyalahgunan posisi dominan dari PT. Arta Boga Cemerlang yang
melanggar prinsip Per se Illegal sehingga perjanjian ini tidak dibenarkan.
Kedua, Putusan KPPU No: 06/KPPU-L/2004 yang hanya membatalkan,
menghentikan dan tidak mengulangi kembali kegiatan promosi berupa
Perjanjian Geser Kompetitor atau bentuk lain yang sejenis serta tidak
memberikan sanksi ganti rugi bagi PT. Panasonic Gobel Indonesia adalah
kurang tepat dan tidak sesuai dengan kerugian yang diderita oleh PT.
Panasonic Gobel Indonesia. Putusan tersebut dikhawatirkan tidak
memberikan efek jera terhadap pelaku usaha yang memiliki posisi dominan.

Anda mungkin juga menyukai