Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1.1 Profil Desa

Gambar 4.1
Kantor Desa Benelanlor

(Sumber : Hasil Dokumentasi Peneliti)

Kantor Desa Benelanlor berdiri pada tahun 1745. Desa Benelanlor adalah

desa yang sangat makmur gemah ripah loh jinawi, masyarakatnya rukun, tentram

erat tali persaudaraan yang dijalin antara tokoh ulama, tokoh masyarakat dan

bersama pemerintah desanya (Umaro’). Karakteristik masyarakat Desa Benelanlor

di gambarkan seperti simbol Ratu Lebah Madu yang artinya lebah diam tidak mau

mengganggu, dan mencari makan berlandaskan sesuatu yang halal atau yang suci

(Sari bunga). Apabila masyarakat Desa Benelanlor terusik ketentramannya, maka

46
semua masyarakat akan bergerak dan mencari siapa yang berani mengusik Desa

Benelanlor ini.

Kantor Desa Benelanlor hingga saat ini banyak mengalami perubahan

kepemimpinan. Orang-orang yang pernah memimpin Desa Benelanlor antara lain:

Tabel 4.1
Daftar Nama Orang-orang yang pernah memimpin
Desa Benelanlor
1 1973-1981 SUMARDI

2 1981-1991 HUSEN

3 1991-2000 SOEDIRJO

4 2000-2007 H. MUHAMMAD ABAS

5 2007-2019 ANIP HARIYADI (JOYO TRISNO)

6 2019-Sekarang KHOIRUL ANAM

(Sumber: Data Desa Benelanlor 2023)

Kepala desa merupakan pejabat yang bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Masa jabatan kepala

desa adalah 5 tahun dan dapat diperpanjang lagi untuk 3 kali masa jabatan

berikutnya berturut-turut atau tidak. Selama masa jabatannya, kepala desa

memiliki wewenang, tugas dan kewajiban untuk penyelenggaraan rumah tangga

desanya. Berdasarkan tabel di atas rata-rata masa jabatan kepala Desa Benelanlor

1-2 kali masa jabatan.

4.1.1.2 Visi dan Misi Desa

a. Visi

47
Visi Desa Benelan Lor : “Menuju Pemerintah Desa yang Bersih

Berdasarkan Akhlakul Karimah dan Terwujudnya Benelanlor sebagai Desa yang

Mandiri, untuk mencapai masyarakat yang sehat, Cerdas dan lebih Sejahtera “.

b. Misi

Untuk meraih Visi Desa seperti yang sudah dijabarkan di atas, dengan

mempertimbangan potensi dan hambatan baik internal maupun eksternal, maka

disusunlah Misi Desa Benelan Lor sebagai berikut:

1. Mewujudkan dan mengembangkan kegiatan keagamaan untuk menambah

keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mewujudkan dan mendorong terjadinya usaha-usaha kerukunan antar dan

intern warga masyarakat yang disebabkan karena adanya perbedaan

agama, keyakinan, organisasi, dan lainnya dalam suasana saling

menghargai dan menghormati.

3. Membangun dan meningkatkan hasil pertanian dengan jalan penataan

pengairan, perbaikan jalan sawah / jalan usaha tani, pemupukan, dan

polatanam yang baik.

4. Menata Pemerintahan Desa yang selaras dan  bertanggung jawab dalam

mengemban amanat masyarakat.

5. Meningkatkan pelayanan masyarakat secara terpadu dan serius.

6. Mencari dan menambah debet air untuk mencukupi kebutuhan pertanian.

7. Menumbuh Kembangkan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani

serta bekerja sama denga HIPPA untuk memfasilitasi kebutuhan Petani.

8. Menumbuhkembangkan usaha kecil dan menengah.

48
9. Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan didalam

Melestarikan Lingkungan Hidup

10. Membangun dan mendorong majunya bidang pendidikan baik formal

maupun informal yang mudah diakses dan dinikmati seluruh warga

masyarakat tanpa terkecuali yang mampu menghasilkan insan intelektual,

inovatif dan enterpreneur (wirausahawan).

11. Membangun dan mendorong usaha-usaha untuk  pengembangan  dan

optimalisasi sektor pertanian, perkebunan,  peternakan, dan perikanan,

baik tahap produksi maupun tahap pengolahan hasilnya.

12. Mendorong terbentuknya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) beserta unit

usahanya.

13. Melestarikan budaya, adat istiadat dan kearifan lokal. Membangun sarana

dan prasarana umum demi menupang lajunya perekonomian masyarakat.

4.1.1.3 Struktur Desa

Gambar 4.2
Struktur Pemerintah Desa Benelanlor 2023

49
Struktur organisasi merupakan bagian penting dalam suatu pemerintahan.

Struktur organisasi merupakan susunan hierarki organisasi pemerintahan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi memuat aturan, peran,

hubungan dan tanggungjawab yang menguraikan bagaimana aktivitas suatu

organisasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Dalam pemerintahan desa, penting

adanya struktur organisasi, agar masing-masing orang yang berada di

pemerintahan desa dapat menjalankan fungsinya demi mencapai tujuan

pemerintahan desa tersebut.

Pemerintahan desa bertugas menyelengarakan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat desa. Perihal organisasi pemerintaha desa diatur dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri no 84 tahun 2015 tentang struktur organisasi dan

tata kerja pemerintahan desa. Mengacu pada peraturan ini, struktur organisasi

Desa Benelanlor terdiri dari kepala desa dibantu perangkat desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa yang diangkat oleh kepala desa setelah

dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati. Dalam melaksanakan wewenang

dan tugasnya perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa. Sebagai

unsur pembantu kepala desa, sekretaris desa, dibantu oleh Kepala Urusan Tata

Usaha dan Umum, Kepala Urusan Keuangan dan Kepala Urusan Perencanaan.

Pelaksana kewilayahan desa Benelanlor dilaksanakan oleh Kepala Dusun yang

terdiri dari Kepala Dusun Krajan, Kepala Dusun Gumuksari dan Kepala Dusun

Popongan. Pelaksana teknis desa Benelanlor terdiri dari kepala Seksi

Pemerintahan dan Kepala Kesra dan Pelayanan.

50
4.1.1.4 Geografis Desa

Gambar 4.3
Peta Desa Benelanlor

Desa Benelanlor secara geografis terletak di dataran yang tinggi dan

sebagian berada di dataran rendah berjarak + 5 km arah barat dari pusat

Kecamatan dan memiliki potensi yang cukup strategis dengan luas wilayah

266,655 Ha yang terbagi menjadi 3 Dusun, yakni : Dusun Krajan, Dusun

Gumuksari, Dusun Popongan dengan perbatasan wilayah sebagai berikut :

1. Utara    : Berbatasan dengan Desa Gombolirang Kecamatan Kabat

2. Barat    : Berbatasan dengan Desa Bareng Kecamatan Kabat

3. Selatan : Berbatasan dengan Desa Pengatigan Kecamatan Rogojampi

4. Timur    : Berbatasan dengan Desa Gitik Kecamatan Rogojampi

4.1.1.5 Demografi Desa

Secara umum gambaran penduduk Desa Benelanlor dapat diklasifikasikan

dalam 4 hal yaitu : Berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan dan

agama. Adapun gambaran dari demografi Desa Benelanlor sebagai berikut :

51
a. Penduduk berdasarkan jenis kelamin

Gambaran secara umum tentang jumlah penduduk Desa Benelanlor

berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 4.2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (orang)

1 Laki-laki 1.570

2 Perempuan 1.621

Jumlah 3.191
(Sumber : Monografi Desa Benelanlor Tahun 2022)

Dari tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 1.621 orang (50,79%)

penduduk Desa Benelanlor berjenis kelamin perempuan, sedangkan sisanya

sebesar  1.570 orang (50,21 %) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan

bahwa di Desa Benelanlor peran perempuan dalam perumusan pembangunan

mempunyai arti yang sangat penting dan strategis.

b. Penduduk berdasarkan pekerjaan

Sedangkan gambaran secara umum tentang jumlah penduduk Desa Kabat

berdasarkan pekerjaan dapat disajikan pada tabel 4.3 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah (orang)

1 Petani (padi, palawija, hortikultura) 92

4 Perdagangan 121

5 Pegawai Negeri Sipil 44

6 Pegawai Swasta 53

7 Buruh tani 331

52
8 Pengrajin/Tukang Kayu/Batu 87

9 TNI / POLRI 4

10 Jasa 138

Jumlah 870

Sumber : Pendataan RPJMDES Tahun 2022

Dari data tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa

Benelanlor bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani sebanyak 331

orang (38,04 %), sebagai pegawai swasta sebanyak 53 orang (6,09%),  bekerja

sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 44 orang (5,05 %), bekerja dibidang

perdagangan sebanyak 121 orang (13,90 %) , sebagai Pengrajin/Tukang

Kayu/Batu sebanyak 87 orang (10 %), sebagai TNI/POLRI sebanyak 4 orang

(0,46%) dan di bidang Jasa sebanyak 138 orang (15,86%).

c. Penduduk berdasarkan pendidikan

Gambaran secara rinci tentang jumlah penduduk Desa Benelanlor

berdasarkan tingkat pendidikan dapat disajikan pada tabel 4.4 adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah

1 Tidak Sekolah 1.006

2 Tidak Tamat SD 220

3 SD 662

4 SMP/mts 441

5 SMA 570

5 PT / Akademi 63

Jumlah 2.962

Sumber : Pendataan RPJMDES Tahun 2022

53
Dari data tabel 4.4 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa

Benelanlor mempunyai pendidikan SD/MI sebesar 662 orang (22,35%),

sedangkan sebanyak 441 orang (14,88 %) berpendidikan SMP/ MTs, sebanyak

570 orang (19,24 %) berpendidikan SMA / MA, sebanyak 63 orang (2,13 %)

berpendidikan PT/Akademi, sebanyak 220 orang (7,42%) tidak tamat SD

sedangkan sisanya sebanyak 1.006 orang (33,96%) tidak sekolah.

d. Penduduk berdasarkan agama

Jumlah penduduk Desa Benelanlor berdasarkan pemeluk agama dapat

disajikan pada tabel 4.5  adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama
N0 Agama Jumlah

1 Islam 3.191

2 Kristen -

3 Katolik -

4 Hindu -

5 Budha -

Jumlah 3.191
Sumber : Pendataan RPJMDES Tahun 2022

Dari tabel 4.5 menunjukan bahwa penduduk Desa Benelanlor sebanyak

3.191 orang (100%) memeluk agama Islam. Keadaan yang demikian ditunjukkan

dengan banyaknya bangunan sarana prasarana ibadah yang berupa Masjid dan

Mushala serta kehidupan masyarakat Desa Benelanlor yang Islamis dan relegius.

e. Penduduk berdasarkan usia

Jumlah penduduk Desa Benelanlor berdasarkan pemeluk usia dapat

disajikan pada tabel 4.6  adalah sebagai berikut :

54
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No Usia(thn) Laki-laki perempuan Jumlah

1 0-4 Tahun 117 49 166

2 5 Tahun - 9 Tahun 147 169 316

3 10 tahun - 14 Tahun 104 123 227

4 15 Tahun – 19 Tahun 79 105 184

5 20 Tahun – 24 Tahun 72 80 152

6 25 Tahun – 29 Tahun 97 102 199

7 30 Tahun – 34 Tahun 117 116 233

8 26 Tahun – 35 Tahun 149 133 282

9 35 Tahun – 39 Tahun 128 129 257

10 40 Tahun – 44 Tahun 138 166 304

11 45 Tahun – 49 Tahun 98 89 187

12 50 Tahun – 54 Tahun 120 122 242

13 55 Tahun – 59 Tahun 69 89 158

14 60 Tahun – 64 Tahun 37 45 82

15 65 Tahun – 69 Tahun 36 30 66

16 70 Tahun – 74 Tahun 32 44 76

17 Diatas usia 75 Tahun 30 30 60

Jumlah Total 1.570 1.621 3.191


Sumber : Kecamatan Kabat Dalam Angka 2022

Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia produktif pada usia 19-50

tahun Desa Benelanlor sekitar 1.614 atau hampir ( 50,58 %.) Hal ini merupakan

modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM. Sementara usia non

produktif yakni berkisar usia 51-75 keatas sebesar 684 (21,43%). Hampir

setengah dari usia produktif. Tingkat kemiskinan di desa Benelanlor termasuk

tinggi dari jumlah 1.123 KK, sejumlah 591 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera, 461

KK tercatat Keluarga Sejahtera I, 15 KK tercatat Keluarga Sejahtera II, 53 KK

tercatat Keluarga Sejahtera III, 3 KK sebagai sejahtera III plus.

55
f. Penduduk berdasarkan kondisi kesehatan

Masalah pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan

merupakan hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat kedepan.

Masyarakat yang produktif harus didukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu

cara untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari banyaknya

masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang ada menunjukkan adanya

jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit yang

sering diderita antara lain infeksi pernapasan akut bagian atas, malaria,

Cikungunya, penyakit sistem otot dan jaringan pengikat. Data tersebut

menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah

penyakit yang bersifat cukup berat dan memiliki durasi lama bagi

kesembuhannya, yang diantaranya disebabkan perubahan cuaca ekstrim serta

kondisi lingkungan yang kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas

masyarakat  Desa Benelanlor secara umum.

Sedangkan data orang cacat mental dan fisik juga cukup tinggi jumlahnya.

Tercatat bibir sumbing berjumlah 1 orang, tuna wicara 1 orang, tuna rungu 5

orang, tuna netra 7 orang dan lumpuh 5 orang. Data ini menunjukkan masih

rendahnya kualitas hidup sehat di Desa Benelan Lor. Hal yang perlu dipaparkan

disini adalah terkait keikutsertaan masyarakat dalam KB. Terkait hal ini peserta

KB aktif sampai dengan tahun 2015 di Desa Benelanlor berjumlah 430 pasangan

usia subur. Dengan adanya pelayanan Posyandu   dan bidan desa angka kematian

56
bayi juga sudah sangat menurun dibandingkan dengan kondisi 4 tahun lalu yaitu

di tahun 2014 – 2015 dari 119 kasus bayi lahir hanya 1 bayi yang tidak tertolong.

4.1.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Kesadaran Warga Desa Benelanlor dalam hal sampah masih kurang,

berawal dari lingkungan disekitar yang membuang sampah sembarangan, sungai-

sungai yang sudah tidak bisa seasri dulu lagi dan menyebabkan banjir. Bapak

kepala Desa Khoirul Anam selaku Kepala Desa terinspirasi untuk membuat kreasi

dari sampah menjadi produk yang memilki nilai jual. Awal mula bapak Khoirul

Anam kesulitan untuk mendorong warga di daerahnya untuk peduli terhadap

lingkungan pada awal menjabat dengan memberdayakan sampah. Tidak ada

warga yang menunjukkan minat untuk memberdayakan sampah sebagai hasil dari

upaya sosialisasi yang dilakukan, namun bapak Khoirul Anam tidak menyerah,

beliau menunjuk dari beberapa kalangan yaitu kadus, ibu PKK dan pengurus

BUMDes sendiri untuk mengunjungi rumah-rumah warga satu per satu untuk

mengkomunikasikan keinginan mereka untuk memberdayakan sampah bersama.

Berikut ini identitas nara sumber penelitian yang sekaligus sebagai subjek

penelitian ini.

Tabel 4.7
Identitas Subjek Penelitian
Identitas Usia Bidang Pekerjaan Kode Narasumber
Narasumber Narasumber
Khoirul Anam 46 Kepala Desa N1
Himmahtul Ulya 33 Ibu Rumah Tangga N2
Umi Fadhilah 52 Ibu Rumah Tangga N3
Nur Ainiyah 57 Ibu Rumah Tangga N4

57
4.1.3 Hasil Observasi Subjek Penelitian

Pada tahap awal sebelum wawancara peneliti melakukan observasi

terhadap kondisi Desa Benelanlor dan lingkungan rumah narasumber. Observasi

berdasarkan pengamatan langsung pada saat sebelum proses wawancara. Desa

Benelanlor yang menjadi tempat observasi sebagai upaya perubahan mindset

masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui lintas budaya. Hasil observasi

diabadikan dalam bentuk foto yang akan membantu proses perumusan

pembahasan sebagai pelengkap data yang telah didapatkan dalam wawancara.

Dari hasil observasi sebelum wawancara, sebagian besar rumah

narasumber sudah tergolong rumah layak huni. Dinding rumah sudah sepenuhnya

dibangun menggunakan semen dan lantainya pun sudah menggunakan keramik.

Terkait kelengkapan rumah sebagian besar sudah memenuhi sebagai rumah

standar yang biasa dimiliki oleh masyarakat di Indonesia seperti ada dapur,

ruangtamu, kamar tidur, kamar mandi, dan halaman rumah. Selain rumah hal lain

yang ditemukan setiap narasumber setidaknya memiliki satu buah kendaraan

bermotor roda dua. Dari tampilan kendaraanya pun terlihat sebagai kendaran yang

layak pakai. Tetapi pada salah satu narasumber ada yang memiliki warung kecil.

Berdasarkan keterangan dari pemilik warung tersebut biasa menjual makanan dan

kebutuhan dasar rumah tangga. Dan disitu terdapat beberapa sampah yang masih

berserakan.

Berikut paparan hasil observasi berdasarkan pada pedoman observasi

penelitian:

58
a. Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan sampah di Desa Benelanlor.

Berdasarkan hasil observasi langsung dilapangan, yang terlibat dalam

pengelolaan sampah di desa Benelanlor adalah pemerintah desa. Program

pengelolaan sampah ditangani oleh bagian kesra dan pelayanan masyarakat di

desa dan semua warga masyarakat desa sebagai penghasil sampah di setiap

harinya baik selaku rumah tangga ataupun usaha-usaha.

b. Apa tantangan yang dihadapi dalam menyelesaikan permasalahan

sampah di Desa Benelanlor.

Tantangan yang dihadapai dalam penyelesaian masalah sampah di desa

Benelanlor adalah bagaimana mengolah sampah dengan tanpa mengeluarkan

biaya dan merubah mindset masyarakat agar mengikuti program dari pemerintah

desa, membuang sampah pada tempat yang telah disediakan dengan melakukan

pemilahan sampah organik dan anorganik. Tantangan mengajak masyarakat untuk

mau memilah sampahnya, sehingga sampah yang dapat didaur ulang bisa dirubah

wujudnya menjadi uang yang bisa digunakan sebagai penggati biaya pengolahan

sampah.

c. Bagaimana bentuk perilaku masyarakat dalam menangani pengelolaan

sampah di Desa Benelanlor.

Berdasarkan hasil observasi masih ada masyarakat yang sembarangan

membuang sampahnya, berserakan di halaman samping dan belakang rumah,

tumpukan sampah di tepi sungai dan di lahan-lahan kosong, membakar sampah

tidak melakukan pemilahan, sebagian masyarakat membuang sampah pada

59
tempat-tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah dan telah melakukan

pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik.

d. Apakah ada perubahan mindset masyarakat melalui pendekatan lintas

budaya.

Program pemerintah desa dalam pengelolaan sampah baru menyentuh

sebagian masyarakat desa yaitu ibu-ibu PKK dan sebagian masyarakat yang

diundang dalam program sosialisasi dan pelatihan pengolahan sampah yang

diselenggarakan oleh pemerintah desa. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan

pengelolaan sampah belum diikuti oleh semua warga desa. Melalui pendekatan

lintas budaya yang dilakukan peneliti dengan mendatangi rumah-rumah penduduk

desa, mereka yang didatangi mulai melakukan perubahan mindsetnya terhadap

pengolahan sampah yang dihasilkannya.

4.1.4 Hasil Wawancara Subjek Penelitian

4.1.4.1 Hasil Wawancara dengan Bapak Kepala Desa (Informan 1)

a. Sikap masyarakat dalam pengelolaan sampah

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kepala Desa Benelanlor

diketahui bahwa Pengeloaan sampah di Desa Benelanlor saat ini fokus pada

pemikiran masyarakat yang belum bisa mengerti apa itu sampah. Fasilitas

pengelolaan sampah sudah ada, seperti cacah sampah organik tapi masayarakat

sangat kesulitan di masalah untuk konsumsi buat apa sampah ini kalau dikelola.

Pemahaman masyarakat pada pengelolaan sampah nol, sampah dibuang jadi satu

dan unit sampah juga belum melakukan pemilahan. Pemerintah desa akan

merencanakan mengadakan bank sampah dengan bekerjasama bersama ibu – ibu

60
PKK. Bapak Kepala Desa memiliki harapan yang tercapai bahwa sampah yang

awalnya dibuang di sungai sudah dibersihkan dengan satu pik up full hasilnya

pembersihan 1 pick up penuh. Dahulu pembersihan sungai dari sampah

menggunakan tosa yang pekerjaannya harus dilakukan berulangkali.

Dulu Desa mengeluarkan angka nominal untuk melindungi perangkat desa

dengan dasar hukum. Dengan cara membudeskan akan tetapi kemudian kepala

desa mengeluarkan pardes. Dulu kepala desa menarik iuran Rp 12.000,00

perbulan ke masyarakat untuk pengelolaan sampah yang dananya digunakan guna

menyewa lahan untuk pembuangan sampah. Akan tetapi itu menuai protes dari

masyaraakat, akhirnya sekarang tidak lagi, karena sekarang Desa Benelanlor telah

bekerja sama bersama bapak kepala desa Karangbendo rogojampi. Pemerintah

desa bekerjasama dengan bumdes dan mendapatkan subsidi pengelolaan sampah

sebesar Rp 60 juta .

b. Upaya masyarakat dalam pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah masyarakat dulu pada waktu belum ada program

sampah, masyarakat membuang sampah di sungai, di tempat – tempat rumah yang

kosong , ada juga masyarakat yang membakar sampah yang akibatnya menuai

laporan warga yang terganggu dengan asap pembakaran sampah. Bapak Kepala

desa befikir bagaimana caranya membayar sampah tapi tidak dengan

menggunakan uang.

61
c. Dampak yang terlihat dari upaya yang telah dilakukan sebelumnya

dalam pengelolaan sampah

Sekarang sampah yang ada dipilah dari sampah organic dan sampah

anorganik. Sampah anorganik bernilai ekonomi seperti botol akua, kerdus

dikumpulkan tersendiri selama satu minggu sekali diambil untuk dijual. Dari uang

penjualan sampah anorganik desa memperoleh pendapatan untuk pengelolaan

sampah. Akan tetapi ini belum terlaksana. Pemerintah desa Benelanlor mendapat

bantuan peralatan kompos, akan tetapi masih belum terpakai. Bapak kepaladesa

sudah menawarkan pada warganya untuk mengubah sampah organik dijadikan

kompos, akan tetapi warganya menolak tidak berkenan. Mindset masyarakat

terhadap pengelolaan sampah masih rendah.

d. Harapan yang dikehendaki oleh masyarakat tentang kondisi sampah

Harapan yang dikehendaki pembuangan sampah di sungai oleh masyarakat

berkurang, paling tidak sebesar 50%, karena pemerintah desa telah mengambil

sampah masyarakat pada 50% KKdi desa. Yang masih menjadi PR adalah

bagaimana mengelola sampah dengan tanpa mengeluarkan biaya.

4.1.4.2 Hasil Wawancara dengan Nara Sumber 2

a. Sikap masyarakat dalam pengelolaan sampah

Berdasarkan hasil wawancarara dengan nara sumber 2 diperoleh data bahwa

sikap masyarakat desa Benelanlor dalam pengelolaan sampah sebagian besar

telah mengikuti program Desa, yaitu per minggu turut membayar Rp 3.000,00

total pembayaran dalam 1 bulan sebesar Rp 12.000,00. Warga desa yang tidak

mengikuti program desa tetapi mereka ikut dalam pengelolaan sampah di desa,

62
ada juga warga masyarakat yang masih membuang sampah di sungai, tapi

jumlahnya tidak banyak.

b. Upaya masyarakat dalam pengelolaan sampah

Kebanyakan warga masyarakat telah membuang sampah di tempat yang

sudah disediakan pemerintah Desa, akan tetapi mereka tidak memberikan iuran

pada Desa. Pemerintah desa tidak mengetahui ini, karena warga masyarakat tidak

memberitahukan permasalahan ini pada desa. Karena mereka enggan bertengkar.

c. Dampak yang terlihat dari upaya yang telah dilakukan sebelumnya

dalam pengelolaan sampah

Sebenarnya warga masyarakat membutuhkan program pemerintah desa dalam

pengelolaan sampah, akan tetapi kesadaran masyarakat masih kurang. Upaya

masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah dengan mengadakan program

pengelolaan sampah, pemerintah desa memberi tempat-tempat yaitu tong-tong

sampah, dan masyarakat membuang sampah di tempat yang telah disediakan,

kemudian sampah-sampah di angkut di pembuangan akhir oleh pemerintah desa.

Pemerintah desa mengadakan sosialisasi tentang sampah atau pelatihan tentang

sampah, akan tetapi tidak semua warga desa mengikuti sosialisasi dan pelatihan

tersebut, biasanya hanya ibu-ibu PKK yang ikut.

d. Harapan yang dikehendaki oleh masyarakat tentang kondisi sampah

Masyarakat Desa bersyukur karena adanya program pengolahan sampah oleh

desa, kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah meningkat. Mereka

yang membuang sampah disungai, dan yang membakar sampah menjadi

berkurang.

63
4.1.4.3 Hasil Wawancara dengan Nara Sumber 3

a. Sikap masyarakat dalam pengelolaan sampah

Berdasarkan informasi dari narasumber 3, didapat data bahwa sikap

masyarakat terhadap pengelolaan sampah masih kurang karena merasa sampah

yang dihasilkannya sedikit, sehingga tidak mengikuti program dari pemerintah

desa dan mereka membakar sampah-sampahnya.

b. Upaya masyarakat dalam pengelolaan sampah

Masyarakat enggan mengikuti program pemerintah desa, karena harus

membayar,seandainya tidak membayar mereka mengikuti program pemerintah.

Masyarakat membakar sampahnya sedikit-sedikit. Nara sumber 3 tidak

memahami apakah didesa sudah terdapat sosialisasi / pelatihan pengelolaan

sampah atau belum.

c. Dampak yang terlihat dari upaya yang telah dilakukan sebelumnya

dalam pengelolaan sampah

Narasumber akan mengikuti program sosialisasi pengelolaan sampah bila

mengetahui informasinya. Karena yang terjadi selama ini dia tidak pernah

mendapat undangan.

d. Harapan yang dikehendaki oleh masyarakat tentang kondisi sampah

Harapan narasumber mendapat undangan bila terdapat sosialisasi cara

pengelolaan sampah yang benar.

64
4.1.4.4 Hasil Wawancara dengan Nara Sumber 4

a. Sikap masyarakat dalam pengelolaan sampah

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber 4 sikap masyarakat

mengerti tentang pengelolaan sampah mereka ikut serta dengan apa yang

diprogramkan oleh pemerintah desa.

b. Upaya masyarakat dalam pengelolaan sampah

Mereka bersedia berapapun biaya pengelolaan sampah dari desa mereka

bersedia membayar, dalam fikiran mereka yang penting kebersihan menjadi

terjaga. Mereka membayar kedesa sebesar Rp 3.000,00 perminggu sehingga dala

1 bulan mereka membayar Rp 12.000,00.

c. Dampak yang terlihat dari upaya yang telah dilakukan sebelumnya

dalam pengelolaan sampah

Menurut nara sumber 4 didesa telah terdapat program sosialisasi dan

pelatihan pengolahan sampah tapi hasilnya belum dapat satu bulan oleh

masyarakat dilupakan. Akhirnya kegiatan tersebut sia-sia.

d. Harapan yang dikehendaki oleh masyarakat tentang kondisi sampah

Narasumber 4 menyayangkan program sosialisasi dan pelatihan pengolahan

sampah yang sia-sia, karena program tersebut sebenarnya bermanfaat dan bagus

dampaknya untuk merubah minset masyarakat.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Data Hasil Observasi

65
Tabel 4.8
Tabulasi Analisa hasil observasi
No. Pedoman Observasi Hasil Observasi Analisa Hasil
Observasi
1. Siapa saja yang terlibat Pemerintah desa dan semua warga Yang terlibat dalam
dalam pengelolaan masyarakat desa pengelolaan sampah
sampah di Desa Benelan adalah pemerintah
Lor. desa dan seluruh warga
masyarakat.
2. Apa tantangan yang Bagaimana mengolah sampah dengan Mengajak masyarakat
dihadapi dalam tanpa mengeluarkan biaya dan untuk melakukan
menyelesaikan merubah mindset masyarakat agar pemilahan sampah,
permasalahan sampah di mengikuti program dari pemerintah agar sampah dapat
Desa Benelan Lor. desa, membuang sampah pada tempat dijadikan uang,
yang telah disediakan dengan sehingga biaya
melakukan pemilahan sampah pengelolaan sampah
organik dan anorganik. dapat dilakukan dari
hasil penjualan sampah
yang bisa didaur ulang.
3. Bagaimana bentuk Sebagian sampah masyarakat masih Sebagian masyarakat
perilaku masyarakat berserakan di samping dan belakang belum memiliki
dalam menangani rumah, membuang sampah di sungai kesadaran berperilaku
pengelolaan sampah di dan di lahan kosong, membakar mengelola sampah,
Desa Benelanlor. sampah tidak melakukan pemilahan, dan sebagian sudah
sebagaian masyarakat membuang mengikuti program
sampah pada tempat-tempat yang dari pemerintah.
sudah disediakan oleh pemerintah.
4. Apakah ada perubahan Program pemerintah desa dalam Sebagian masyarakat
mindset masyarakat pengelolaan sampah baru menyentuh telah merubah mind-
melalui pendekatan lintas sebagian masyarakat desa. Kegiatan setnya.
budaya. sosialisasi dan pelatihan pengelolaan
sampah belum diikuti oleh semua
warga desa. Melalui pendekatan
lintas budaya yang dilakukan peneliti
dengan mendatangi rumah-rumah
penduduk desa, mereka yang

66
didatangi mulai melakukan
perubahan mindsetnya terhadap
pengolahan sampah yang
dihasilkannya.
4.2.2 Analisis Data Hasil Wawancara

Tabel 4.9
Tabulasi data hasil wawancara berdasarkan pada pedoman wawancara
NO. Pedoman Wawancara Hasil Wawancara Analisa
Hasil Wawancara
1 Bagaimana sikap 1. Sampah masih dibuang jadi Sebagian masyarakat desa
masyarakat dalam satu, belum melakukan belum memahami pengolah-
pengelolaan sampah di pemilahan an sampah dan sebagian
Desa Benelanlor? 2. Mengikuti program pengelolaan masyarakat memahami de-
sampah dari pemerintah desa ngan mengikuti program
3. Membakar sampahnya sedikit- pengolahan sampah dari
sedikit pemerintah desa.
4. Mengikuti program pengolahan
samaph dari pemerintah desa
2 Apa saja upaya yang 1. Masyarakat membuang sampah Sebagian masyarakat belum
telah dilakukan ma- di sungai, di tempat yang melakukan pengolahan
syarakat dalam pe- kosong , dan membakar sampah dengan tepat, dan
ngelolaan sampah di sampah Sebagian masyarakat telah
Desa Benelan Lor? 2. masyarakat membuang sampah mengikuti program
di tempat yang sudah pengolahan samah oleh
disediakan pemerintah Desa, pemerintah desa.
akan tetapi mereka tidak
memberikan iuran pada Desa.
3. Enggan mengikuti program dari
pemerintah desa, mereka
membakar sampahnya dikit
demi sedikit.
4. Bersedia membayar biaya
pengolahan sampah berapapun.

3 Apa dampak yang 1. Mengadakan program pe- Masyarakat membutuhkan


terlihat dari upaya yang ngelolaan sampah, pemerintah dan mengikuti program

67
telah dilakukan sebelum- desa memberi tempat-tempat pemerintah dalam pe-
nya dalam pengelolaan yaitu tong-tong sampah, dan ngelolaan samaph,mereka
sampah di Desa masyarakat membuang sampah membuang sampah pada
Benelanlor? di tempat yang telah disediakan, tempat-tempat yang telah
kemudian sampah-sampah di disediakan pemerintah,
angkut di pembuangan akhir kemudian dibuang di tempat
oleh pemerintah desa. pembuangan akhir. Sebagian
Pemerintah desa mengadakan masyarakat belum mengikuti
sosialisasi tentang sampah atau program pemerintah.
pelatihan tentang sampah
2. Masyarakat membutuhkan pro-
gram pemerintah desa dalam
pengelolaan sampah, masyara-
kat membuang sampah pada
tempat yang disediakan oleh
pemerintah desa.
3. Mengikuti program sosialisasi
pengelolaan sampah bila
mengetahui informasinya.
Karena yang terjadi selama ini
dia tidak pernah mendapat
undangan
4. Hasil sosialisasi dan pelatihan
pengolahan sampah dilupakan
masyarakat, hasilnya sia-sia
4 Apa harapan yang 1. Mengelola sampah dengan Kesadaran masyarakat
dikehendaki oleh tanpa mengeluarkan biaya. terhadap pengelolaan
masyarakat tentang 2. Kesadaran masyarakat terhadap sampah meningkat,
kondisi sampah di Desa pengelolaan sampah meningkat. masyarakat menginginkan
Benelanlor? Mereka yang membuang pengolahan sampah tanpa
sampah disungai, dan yang ada biaya, masyarakat dapat
membakar sampah menjadi mengikuti kegiatan
berkurang. pemerintah dalam mengolah
3. Harapan nara sumber mendapat sampah dan berharap
undangan bila terdapat program yang dijalankan
sosialisasi cara pengelolaan pemerintah desa bermanfaat
sampah yang benar. dapat merubah mindset

68
4. Harapan program sosialisasi masyarakat dalam
dan pelatihan pengolahaan pengolahan sampah.
sampah bermanfaat untuk
merubah mindset masyarakat
terhadap pengolahan sampah
4.3 Pembahasan

4.3.1 Permasalahan Yang Muncul Berkaitan Dengan Merubah Mindset

Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Di Desa Benelanlor

Sampah yang perlu dikelola dengan baik berdasarkan Undang – Undang

terdiri dari sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan

sampah spesifik Sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari

kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah

spesifik. Sedangkan sampah sejenis sampah rumah tangga merupakan sampah

yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas

sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Undang – Undang RI no 18

tahun 2008 juga menyatakan bahwa pengelolaan Sampah merupakan kegiatan

yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan

dan penanganan. Kegiatan pengelolaan sampah harus diselenggarakan

berdasarkan pada asas tanggungjawab, berkelanjutan, manfaat, keadilan,

kesadaran, kebersamaan, keselamatan, keamanan dan nilai ekonomi. Pengelolaan

sampah ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas

lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. pelaksanaan

pengolahan sampah oleh pemerintah desa, untuk pengadaan dan perawatan

kendaraan pengangkut sampah, penyediaan tong-tong sampah di masyarakat,

69
untuk pengambilan sampah dipindahkan ketempat pembuangan akhir memerlukan

biaya gaji petugas, tentunya memerlukan biaya yang besar.

Permasalahan pengelolaan sampah di desa Benelanlor adalah Bagaimana

mengolah sampah dengan tanpa mengeluarkan biaya dan merubah mindset

masyarakat agar mengikuti program dari pemerintah desa, membuang sampah

pada tempat yang telah disediakan dengan melakukan pemilahan sampah organik

dan anorganik. Bagaimana mengajak masyarakat untuk melakukan pemilahan

sampah, agar sampah dapat dijadikan uang, sehingga biaya pengelolaan sampah

dapat dilakukan dari hasil penjualan sampah yang bisa didaur ulang. Bagaimana

merubah mindset, sikap dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah agar

masyarakat sadar bersedia melakukan pengolahan sampah dengan baik sesuai

anjuran pemerintah desa.

4.3.2 Upaya Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Desa

Benelanlor

Upaya masyarakat dalam pengelolaan sampah di Desa Benelanlor antara

lain mereka mengikuti program pengolahan sampah dari pemerintah desa.

Masyarakat bersedia mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan pengolahan

samapah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. Masyarakat bersedia

membayar iuran pengolahan sampah yang ditentukan oleh pemerintah desa.

Masyarakat desa membuang sampah pada tempat-tempat yang disediakan oleh

pemerintah Desa Benelanlor, selanjutnya petugaspengelola sampah dari desa

mengambil sampah untuk dipindahkan ke tempat pembuangan akhir.

Pelaksanaannya sesuai dengan asas dalam pengelolaan sampah yaitu

70
tanggungjawab, berkelanjutan, manfaat, keadilan, kesadaran, kebersamaan,

keselamatan, keamanan dan nilai ekonomi. Pengelolaan sampah ditujukan untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan

sampah sebagai sumber daya. Masyarakat melakukan pemilahan sampah, mereka

memisahkan penempatan antara sampah organic dengan sampah anorganik.

Sampah yang dapat didaur ulang dikumpulkan tersendiri dan dijual, sehingga

menghasilkan uang yang dapat digunakan untuk biaya pengelolaan sampah.

Sampah timbul dari kegiatan manusia, selalu ada di setiap waktu, dan

apabila di total, volumenya akanlah sangat besar dengan demikian perlu

penanganan khusus. Pemerintah desa melakukan upaya pengelolaan sampah.

Setiap orang atau rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan

cara yang berwawasan lingkungan demi untuk menjaga kesehatan dan kebersihan

serta keindahan lingkungan desa. Pemerintah desa melaksanakan program

pengolahan sampah masyarakat dengan menyediakan tong-tong sampah yang

dibedakan antara tempat sampah organic dan sampah anorganik, menyediakan

sarana pengangkutan sampah dari masyarakat ke tempat pembuangan akhir serta

menyediakan tenaga teknis pengelolaan sampah. Pemerintah desa mendapat

bantuan biaya penyelenggaraan pengelolaan sampah dari pemerintah diatasnya,

sementara kekurangan biaya pengelolaan sampah yang belum terpenuhi, maka

pemerintah desa Benelanlor menarik iuran pada warga masyarakat dengan

penggunaan yang jelas. Pemerintah desa Benelanlor mengupayakan pembebasan

pembayaran sampah oleh masyarakat dengan cara mengumpulkan sampah yang

dapat diaur ulang untuk dijual dirupakan uang guna biaya pengelolaan sampah.

71
Selain dengan program tersebut, pemerintah desa menyelenggarakan kegiatan

sosialisasi dan pelatihan pengelolaan sampah secara benar pada warganya dengan

tujuan agar mindset masyarakat dalam pengelolaan sampah berubah menjadi lebih

baik.

4.3.3 Perubahan Dari Mindset Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah

Dengan Pendekatan Lintas Budaya Di Desa Benelanlor

Sebagian masyarakat telah merubah mindsetnya. Program pemerintah desa

dalam pengelolaan sampah telah menyentuh sebagian masyarakat desa. Kegiatan

sosialisasi dan pelatihan pengelolaan sampah telah diikuti oleh sebagian warga

desa. Melalui pendekatan lintas budaya yang dilakukan peneliti dengan

mendatangi rumah-rumah penduduk desa, mereka yang didatangi mulai

melakukan perubahan mindsetnya terhadap pengolahan sampah yang

dihasilkannya. Perubahan yang terjadi adalah warga masyarakat yang dulunya

membuang sampah di sungai di lahan-lahan kosong, membakar sampah,

membiarkan sampah berserakan di belakang dan disamping rumah sudah

menyadari bahwa hal itu keliru dan tidak tepat. Masyarakat mengikuti program

pemerintah desa, yaitu membuang sampah pada tempat-tempat yang telah

disediakan. Sebenarnya lebih banyak lagi warga masyarakat desa Benelan Lor

yang sadar, senang dan bersedia mengikuti program dari pemerintah desa, akan

tetapi mereka masih ada yang keberatan dalam hal biaya dan tidak adanya

kesempatan untuk mengikuti sosialisasi dan pelatihan pengelolaan sampah dari

pemerintah desa.

72
Tindakan merubah mindset seluruh warga merupakan suatu hal yang sulit,

hal ini merupakan suatu yang wajar terjadi di pemerintahan karena ego,karakter,

sikap warga masyarakat sangat beragam. Ada yang mudah menerima perbaikan ,

namun ada pula yang bandel. Pemerintah desa Benelan Lor menyadari akan hal

ini, dan berupaya memberikan pelayanan pada masyarakatnya dengan pelayanan

yang terbaik dalam hal pengelolaan sampah dengan reduce (mengurangi

timbunan sampah), menyarankan,melatih masyarakat melakukan reuse

(menggunakan kembali bahan yang berpotensi menimbulkan sampah untuk fungsi

yang lain), dan memberikan pelatihan cara recycle (mendaur ulang sampah yaitu

memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan).

73

Anda mungkin juga menyukai