Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Pengembangan Investasi Hijau Dalam Keuangan Syariah”

Dosen Pembimbing:

Muhammad Noval, SEI, M.Si

Disusun oleh:

Muhammad Fadil : 200105030087

Afifah Dona Fitriana : 200105030073

Nur Izzatil Hasanah : 2001050300

Muhammad Yashif Yasarofa : 200105030075

Muhammad Arsyad : 2001050300

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI S1 ASURANSI SYARIAH

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmatyang luar biasa kepada seluruh hamba-Nya, sehingga kami

mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah

…………….. tentang “Pengembangan Investasi Hijau Dalam Keuangan Syariah”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dan segala pihak

yang telahberpartisipasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya, baik itu

penulisan ataupun isi darimakalah tersebut. Untuk itu, kami mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat

menjadi makalah yang lebih baik lagi. Dan apabila terdapat banyak kesalahan

pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga

makalah ini dapat bermanfaat.

Banjarmasin, 24 April 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................8
PEMBAHASAN...............................................................................................................8
A. Pengertian................................................................................................................8
B. Perkembangan Investasi Hijau di Indonesia.........................................................9
C. Peluang dan Tantangan Investasi Hijau di Indonesia........................................10
BAB III...........................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
A. Kesimpulan............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia yang memiliki julukan sebagai negara kepulauan merupakan

negara yang memiliki kerentanan terhadap dampak dari perubahan iklim.

Perubahan iklim sangat berdampak pada cuaca ekstrem yang dapat berakibat

dengan meningkatnya frekuensi serta intensitas bencana hidrometeorologi.

Kenaikan suhu dan pola hujan yang berubah-ubah dapat memengaruhi periode

musim kemarau dan hujan. Dilihat dari letak geografis, Indonesia sebagai negara

kepulauan terletak diantara benua Asia dan Australia juga samudera Hindia dan

Pasifik dimana selain menguntungkan ternyata posisi tersebut juga dapat

menimbulkan kerugian yakni kerentanan terhadap perubahan iklim.

Mempertahankan kelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi secara

bersamaan merupakan sebuah tantangan besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa

upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi seringkali

mengabaikan aspek lingkungan. Pertumbuhan sektor industri juga membuat

masalah lingkungan menjadi tidak terhindarkan. Ketika terjadi kerusakan

lingkungan, akan timbul biaya yang cukup besar untuk memperbaiki. Lingkungan

yang rusak akan mengurangi kualitas hidup manusia yang menjadi pelaku

ekonomi di dalamnya. Kerusakan lingkungan akibat pembangunan yang

mengabaikan aspek lingkungan akan menjadi faktor penghambat upaya

pembangunan. Pada beberapa tahapan pembangunan terkini, kesadaran untuk

mempromosikan lingkungan yang lebih bersih dan kesediaan membayar untuk

4
kualitas lingkungan yang lebih baik menyebabkan penurunan degradasi

lingkungan.

Lingkungan merupakan komponen yang berarti dalam kehidupan manusia,

sehingga perlu dipandang tidak hanya sebagai objek tetapi juga dihormati.

Perilaku yang baik dapat membuat lingkungan tetap lestari, sebaliknya perilaku

yang buruk dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan (Harahap, 2015). Beraneka

ragam musibah yang menimpa Indonesia terkait kelestarian lingkungan seperti

bencana tanah longsor, banjir, gempa bumi, dan sebagainya.

Islam adalah agama yang mengatur seluruh aktivitas kehidupan manusia

tanpa terkecuali aturan bagaimana sikap terhadap lingkungan alam. Di dalam

ayat-ayat Al-Qur’an ataupun hadits-hadits Rasulullah SAW disebutkan tentang

aturan-aturan yang berbicara tentang penjagaan bumi dan juga kerusakan bumi

yang disebabkan oleh manusia. Perkembangan keuangan Islam yang menjadi

bagian dari dijalankannya sistem syariat Islam sudah seharusnya memperhatikan

dampak lingkungan disekitarnya.

Pada surat Ar-Rum 30:41 ditegaskan oleh Allah Swt bahwasanya sebagian

besar kehancuran bumi diakibatkan oleh perbuatan manusia itu sendiri yang

kurang memperhatikan lingkungannya.

َ‫ْض الَّ ِذيْ َع ِملُوْ ا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُوْ ن‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِى ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬
ِ َّ‫ت اَ ْي ِدى الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذ ْيقَهُ ْم بَع‬

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian

dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

5
Ayat tersebut juga memberikan teguran untuk manusia agar kembali pada jalan

yang lurus, serta mengajak untuk memelihara lingkungan alam sekitar dengan

tidak merusaknya. Kejahatan orang yang berdosa adalah penyebab terjadinya

bencana alam. Hadits Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwasanya, apabila

orang yang berbuat dosa meninggal maka seluruh mahluk akan merasa lega.

Sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur’an di atas, manusia mempunyai tanggung

jawab untuk merawat dan menjaga lingkungan agar tetap lestari.

Keuangan syariah Indonesia terus mengalami eskalasi tiap tahunnya,

diperlihatkan dengan adanya peningkatan aset keuangan syariah yang terbagi

dalam 3 sub sektor yaitu perbankan syariah, lembaga keuangan non-bank syariah

(perusahaan pembiayaan, asuransi, dan lainnya) dan pasar modal syariah (sukuk

korporasi, reksa dana syariah, dan sukuk negara).

Sukuk di Indonesia telah mulai dikenal sejak Dewan Syariah Nasional,

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) menerbitkan fatwa No.

32/DSNMUI/IX/2002. Kehadiran sukuk menguatkan perkembangan sektor dari

pasar modal syariah di Indonesia. Saat ini, orientasi negara-negara di dunia

menyorot pertumbuhan ekonomi berbasis lingkungan. Salah satu produk sukuk di

Indonesia yaitu Green Sukuk biasa disebut Sukuk Hijau ialah investasi dengan

prinsip syariah dimana pengalokasian dananya dipergunakan untuk financing dan

refinancing proyek-proyek ramah lingkungan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian investasi hijau?

6
2. Bagaimana perkembangan investasi hijau di Indonesia?

3. Apa peluang dan tantangan investasi hijau di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendiskripsikan pengertian investasi hijau.

2. Untuk mendiskripsikan perkembangan investasi hijau di Indonesia.

3. Untuk mendiskripsikan peluang dan tantangan perkembangan investasi

hijau di Indonesia.

7
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian

Menurut Rachman (2018) green investment adalah suatu aktivitas

penanaman modal pada perusahaan yang berinvestasi dengan miliki komitmen

pada fokus sumber daya alam (SDA), produksi, serta penciptaan sumber alternatif

energi baru dan keterbaruan (EBIT), pengimplementasian proyek air dan udara

bersih, serta kegiatan investasi lain yang ramah lingkungan. IMF menilai bahwa

green investment merupakan investasi yang dibutuhkan guna meminimalkan

emisi gas rumah kaca dan polusi udara tanpa mengurangi proses bisnis perusahaan

nonenergi baik investasi publik maupun swasta (Eyraud & Wane, 2011).

Investasi hijau atau yang lebih sering dikenal di Indonesia dengan sebutan

green sukuk adalah instrumen investasi berbasis prinsip syariah yang bertujuan

untuk mendukung proyek ramah lingkungan. Instrumen investasi ini berupa

obligasi atau underlying asset yang bisa dibeli oleh masyarakat investor dari

berbagai kalangan. Dana dari aset ini berguna untuk membiayai kegiatan

berwawasan lingkungan. Adanya instrumen investasi ini menjadi bentuk

dukungan terhadap komitmen Indonesia mencegah perubahan iklim dan menjaga

lingkungan. Umumnya, alokasi dana instrumen aset ini bergerak di berbagai

sektor. Mulai dari proyek pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, energi

terbarukan, pariwisata hijau, menangani perubahan iklim, pembangunan hijau

pertanian berkelanjutan, hingga pengelolaan limbah ramah lingkungan. 

8
Green Sukuk diterbitkan dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat atau awareness dengan adanya isu-isu lingkungan terutama krisis

perubahan iklim. Green Sukuk (Sukuk Hijau) sangatlah penting untuk

direalisasikan di Indonesia. Menilik bahwa Indonesia adalah negara yang rentan

terjadi bencana alam, yakni sekitar 80% merupakan bencana hidrometeorologi

karena semakin meningkatnya perubahan iklim. Selain itu, Indonesia merupakan

penyumbang gas efek rumah kaca kelima terbesar di dunia dan terkahir karena

perubahan iklim yang meningkat secara global (Riana et al., 2020). Green Sukuk

merupakan opsi bagi masyarkat untuk berkontribusi dalam upaya memelihara

lingkungan dengan berinvestasi sesuai prinsip syariah di produk keuangan yang

ramah lingkungan. Berinvestasi di Green Sukuk, artinya selain mendapatkan

keuntungan dari imbal hasil yang diterima juga telah berpartisipasi dalam

mendukung gerakan pembangunan proyekproyek ramah lingkungan serta al-falah.

B. Perkembangan Investasi Hijau di Indonesia

Sebelum dimulainya obligasi hijau dan inisiatif sukuk hijau, pemerintah

Indonesia telah menerbitkan serangkaian obligasi ritel (ORI) di mana beberapa di

antaranya dianggap sebagai prototipe obligasi hijau. Sebagian besar dari mereka

adalah obligasi tiga tahun dan membayar bunga setiap bulan di sekitar tingkat 7%,

yang dianggap kompetitif dibandingkan dengan instrumen keuangan lainnya

(Anugrahaeni, 2017). Indonesia tercatat sebagai pionir dalam penerbitan obligasi

hijau di kawasan Asia Tenggara melalui penerbitan Green Sukuk bertenor lima

tahun dengan nilai penerbitan US$1,25 miliar atau setara atau Rp16,75 triliun

pada bulan Maret 2018. Seri ini akan jatuh tempo pada tahun 2023 dan

9
menetapkan imbal hasil (yield) sebesar 3,75%.Transaksi ini merupakan penerbitan

Green Sukuk pertama kalinya di dunia yang dilakukan oleh negara (the world’s

first sovereign green sukuk) dengan investor yang tersebar di seluruh dunia yaitu:

32% pasar islam, 25% pasar Asia, 15% EU, 18% AS, dan 10% Indonesia

(Kementrian Keuangan RI). Penerbitan Green Sukuk yang pertama kali ini

mendapat respons positif dari pasar, sehingga pemerintah Indonesia kembali

menerbitkan kembali green sukuk pada tahun 2019 sebagai opsi pilihan di tengah

alternatif sumber pembiayaan. Hingga sampai pada saat ini respon dari negara-

negara luar sangat baik dan menyelenggarakan berbagai pertemuan-pertemuan

internasional seperti G20 yang masih terus berlanjut dalam upaya

mengembangkan mekanisme penandaan anggaran untuk mengutamakan anggaran

nasional yang berkorelasi dengan dampak perubahan iklim.

C. Peluang dan Tantangan Investasi Hijau di Indonesia

Peluang

Indonesia sebagai negara penerbit Green Sukuk pertama di dunia

mempelopori penggunaan instrumen ini di pasar keuangan syariah global untuk

mempromosikan peran Indonesia dalam mendukung terciptanya pembangunan

berkelanjutan. Selain itu, penerbitan Green Sukuk ini juga merupakan manifestasi

komitmen Indonesia pada Paris Agreement yang diratifikasi pada tahun 2016

dalam rangka mendorong Indonesia menjadi negara yang lebih rendah karbon dan

tahan atas perubahan iklim. Green Sukuk sebagai instrumen keuangan yang

banyak memiliki kemiripan dengan obligasi (bond) dapat digunakan untuk

10
mendukung program-program dalam rangka mengurangi pemanasan global dan

dampaknya.

Peluang sukuk hijau untuk terus berkembang di masa mendatang didorong

oleh sejumlah faktor, sebagai berikut:

1. Permintaan untuk pasokan energi yang meningkat

Hal ini diketahui bahwa kebutuhan energi bersih dan efisiensi

energi akan meningkat di masa depan karena pertumbuhan penduduk.

Menurut proyeksi yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

dengan menilik populasi absolut Indonesia di masa depan, maka Indonesia

akan memiliki penduduk lebih dari 270 juta jiwa pada tahun 2025, lebih

dari 285 juta jiwa pada tahun 2035 dan 290 juta jiwa pada tahun 2045.

Populasi yang diperkirakan akan tumbuh akan menyebabkan terjadinya

kenaikan permintaan untuk energi, air, transportasi, pembangunan

perkotaan dan infrastruktur.

2. Permintaan peningkatan pembiayaan energi

Peningkatan yang signifikan dari populasi akhirnya akan

meningkatkan permintaan untuk pendanaan energi dan investasi untuk

membiayai efisiensi energi bersih dan proyek energi untuk memenuhi

kebutuhan populasi di masa depan.

3. Kesadaran investor terhadap socially responsible investment (SRI)

Hal ini tercermin pada disambut baiknya kehadiran Green Sukuk di

Indonesia oleh investor. Green Sukuk akan memfasilitasi dan

meningkatkan yang partisipasi yang lebih luas di pasar sukuk oleh investor

11
konvensional yang mencari investasi yang beretika dan memiliki tanggung

jawab sosial.

4. Populasi Penduduk Muslim Indonesia yang Besar

Green Sukuk merupakan salah satu inovasi instrumen investasi

yang memberikan peluang bagi investor muslim dan non-muslim untuk

berinvestasi di Indonesia. Sebagai negara dengan populasi penduduk

muslim terbesar di dunia, industri keuangan syariah berpotensi

berkembang pesat di Indonesia. Populasi penduduk Indonesia yang besar

dengan jumlahsekitar 230 juta jiwa dan sekitar 85% beragama Islam

merupakan peluang yang sangat besar sebagai investor produk syariah di

Indonesia. Populasi penduduk Indonesia yang besar juga dapat dijadikan

sebagai nilai tambah atau faktor lebih jika dilihat dari sisi investor

dibandingkan dengan produk konvensional. Investor produk syariah dapat

meliputi investor konvensional dan investor syariah, sedangkan investor

produk konvensional belum tentu termasuk investor syariah.

5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Menjanjikan

Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di

dunia, tentu memiliki prospek yang sangat bagus dalam pengembangan

inovasi obligasi syariah seperti Green Sukuk. Indonesia juga dinilai oleh

para praktisi ekonomi syariah sebagai prototif negara Islam penganut

demokrasi terbesar di dunia dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang

sangat menjanjikan.

6. Mendukung Program Pembangunan Infrastruktur

12
Seiring dengan pembangunan infrastruktur besar-besaran di

Indonesia, saat ini pemerintah telah memiliki program pembangunan

infrastruktur terpadu yang terdapat dalam Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Agar program ini

sejalan dengan program pengurangan emisi karbon, nampaknya perlu

menyelaraskan program pembangunan infrastruktur dalam MP3EI dengan

konsep green infastruktur. Beberapa proyek potensial yang dapat

dikategorikan sebagai green infrastructure misalnya: pembangkit listrik

dengan energi terbarukan seperti tenaga angin, tenaga surya dan panas

bumi , serta transportasi masal di kota-kota besar. Infrastruktur akan

menjadi fokus utama dari strategi pembangunan nasional Indonesia, yang

dapat bekerja dengan baik dengan skema sukuk hijau (Anugrahaeni,

2017). Pembangunan infrastruktur dalam berbagai sektor yang sedang

gencar dijalankan oleh Pemerintah merupakan potensi untuk

mengembangkan Green Sukuk.

Tantangan

Meskipun Green Sukuk memiliki prospek yang positif, di masa depan

sukuk hijau akan menghadapi sejumlah tantangan. Pengembangan pembiyaan

ramah lingkungan di Indonesia diakui masih menghadapi berbagai tantangan.

Menurut OJK, sedikitnya ada lima tantangan yang dihadapi dalam pengembangan

pembiayaan ramah lingkungan, diantaranya adalah:

13
1. Kekurangan kapasitas pada institusi keuangan untuk mengidentifikasi

risiko-risiko sosial dan lingkungan. Pada akhirnya, lembaga keuangan

akan kurang memiliki kesadaran akan risikorisiko tersebut, sebagai

konsekuensinya proses mitigai risiko akan kurang.

2. Kurangnya kesadaran lembaga keuangan yang disebabkan oleh tingginya

risiko dan kurangnya insentif Pemerintah untuk proyek-proyek ramah

lingkungan. Selain itu tidak adanya konsensus pemangku kepentingan

untuk konsep “hijau” dan “non hijau”.

3. Ketidaksesuaian tempo pembiayaan karena proyek-proyek ramah

lingkungan biasanya merupakan proyek jangka panjang.

4. Kurangnya informasi akan proyek-proyek ramah lingkungan. Jumlah

proyek-proyek ramah lingkungan biasanya masih kurang memadai dan

hanya merupakan salah satu fase bisnis.

5. Kurangnya kapasitas sektor perbankan dalam mendukung proyek-proyek

ramah lingkungan karena kurang populernya isu-isu tersebut. Indonesia

menurutnya telah menyadari pentingnya pembiayaan hijau untuk

kesejahteraan bangsa.

Selain itu, beberapa tantangan lainnya yang dihadapi oleh Indonesia dalam

pengembangan pasar obligasi syariah berbasis lingkungan (Green sukuk) di

Indonesia antara lain:

1. Terbatasnya Sumber Daya Manusia dan pemahaman pelaku pasar terhadap

produk pasar modal syariah berbasis lingkungan

14
Industri pasar modal syariah dituntut dapat melakukan inovasi

produk dan memberikan pelayanan berkualitas dengan didukung oleh

Sumber Daya Manusia yang profesional. Tantangan yang dihadapi oleh

industri pasar modal syariah dalam meningkatkan profesionalisme sumber

daya manusianya antara lain adalah perlunya ahli keuangan syariah yang

memahami keuangan syariah dengan wawasan mengenai pembangunan

yang berkelanjutan yang mumpuni. Perkembangan produk keuangan

syariah yang cepat dan pesat perlu diimbangi dengan tersedianya sumber

daya yang memahami praktik keuangan modern yang mengikuti

perkembangan informasi terkini terkait pembangunan berkelanjutan dan

memahami aspek-aspek syariahnya. Peningkatan pola pemahaman

mengenai sistem keuangan Islam yang sistematis dapat diberikan melalui

jalur pendidikan formal atau melalui sarana edukasi lainnya.

2. Kurangnya sosialisasi terhadap inovasi produk investasi syariah terutama

obligasi syariah yang berbasis lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

(Green Sukuk)

Green Sukuk masih merupakan salah satu inovasi produk syariah

baru yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia. Masih banyak

masyarakat Indonesia yang belum memahami bahkan mengetahui tentang

keberadaan Green sukuk ini, sistem yang digunakannya, praktik, risiko

dan akadnya. Sehingga, menyebabkan kesulitan untuk meyakinkan

investor bahwa dana sukuk akan digunakan untuk proyek dengan nilai

ekonomi, namun memeuhi standar “hijau” dan kredibel. Hal tersebut tidak

15
lepas dari ruang sosialisasi yang masih terbatas pada para investor yang

memiliki dana lebih dari cukup. Pandangan masyarakat akan konsep dan

praktik dari Green sukuk yang masih belum sempurna menjadi dorongan

pemerintah untuk terus melakukan sosialisasi. Saat ini, program sosialisasi

masih hanya sebatas dilakukan di perguruan-perguruan tinggi, emiten dan

emiten potensial, serta masyarakat umum melalui seminar, pameran atau

brosur yang intensitasnya terbatas.

3. Green Sukuk mungkin mengekspos ke profil risiko yang lebih tinggi

Hal ini karena banyak proyek ramah lingkungan melibatkan tingkat

teknologi baru yang canggih karena konstruksi dan pengoperasian

teknologi hijau. Selain itu, kondisi geografis Indonesia yang berada pada

Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) atau lempengan tektonik yang tidak

stabil, membuat Indonesia sering mengalami bencana letusan gunung api,

gempa dan tsunami, serta bencana lainnya.

4. Karakteristik Investor

Umumnya, sukuk hijau sangat diminati oleh investor karena

mempromosikan kegiatan hijau yang memberikan citra yang baik bagi

investor. Ini akan mendukung masalah perubahan iklim. Akan tetapi Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sejak kondisi selama periode penawaran

kelebihan permintaan, tidak selalu berkorelasi dengan kinerja setelah

periode penerbitan sukuk hijau. Penurunan harga sukuk hijau Indonesia

disebabkan oleh faktor ekonomi makro sehingga citra baik kegiatan hijau

tidak selalu menarik investor secara langsung.

16
Masalah perubahan iklim mungkin bukan pertimbangan pertama

karena investor hanya mencari motif keuntungan. Karakteristik investor

sukuk hijau mungkin berbeda dengan investor Islam, yang mungkin

mendominasi pangsa pasar. Namun, di pasar sekunder, banyak faktor yang

dapat memengaruhi investor membeli atau menjual obligasi hijau. Pada

gilirannya, ini akan mempengaruhi kinerja obligasi hijau (Siswantoro,

2018).

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Investasi hijau atau yang lebih sering dikenal di Indonesia dengan sebutan

green sukuk adalah instrumen investasi berbasis prinsip syariah yang bertujuan

untuk mendukung proyek ramah lingkungan.

Indonesia merupakan negara yang mempelopori atau yang menjadi pionir

dalam penerbitan obligasi hijau di kawasan Asia Tenggara melalui penerbitan

Green Sukuk bertenor lima tahun pada tahun 2018 dan mendapat respon positif

dari pasar sehingga merambat kepasar internasional.

Green sukuk memiliki beberapa peluang untuk berkembang di Indonesia

seperti (1) Permintaan untuk pasokan energi yang meningkat, (2) Permintaan

peningkatan pembiayaan energi, (3) Kesadaran investor terhadap socially

responsible investment (SRI), (4) Populasi Penduduk Muslim di Indonesia

terbesar, (5) Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Menjanjikan, (6) Mendukung

Pembangunan Infrastruktur. Sedangkan beberapa tantangan yang harus dihadapi

oleh pengembangan Green sukuk ke depannya adalah (1) Terbatasnya Sumber

Daya Manusia dan pemahaman pelaku pasar terhadap produk pasar modal syariah

berbasis lingkungan; (2) Kurangnya sosialisasi terhadap inovasi produk investasi

syariah terutama obligasi syariah yang berbasis lingkungan dan pembangunan

berkelanjutan (Green Sukuk); (3) Green Sukuk mungkin mengekspos ke profil

risiko yang lebih tinggi, dan (4) Karakteristik Investor. Akan tetapi jika dilihat

dari perbandingan sejumlah peluang dan tantangan yang telah diuraikan tersebut,

18
tampaknya perkembangan Green Sukuk di Indonesia di masa yang akan datang

akan lebih baik dengan mengevaluasi tantangan yang muncul dan memaksimalkan

peluang yang ada.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anugrahaeni, Pradina. 2017. Analisis Inisiatif Sovereign Green Bond dan Green

Sukuk Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi & Keuangan, I (1).

Ariani, D., & Juraida, I. 2020. Eksistensi Perempuan Suku Sasak Dalam

Pembangunan Berkelanjutan Di Bidang Ekowisata Desa Sembalun

Lawang (Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mencapai Pembangunan

Berkelanjutan SDGs). Community: Pengawas Dinamika Sosial, 5(2), 106-

115.

Banga, Josue ́. 2018. The Green Bond Market: A Potential Source of Climate

Fiannce for development countries. Journal of Sustainable Finance &

Investment, Vol 9 No. 1. Pp 17-32.

Eyraud, L., & Wane, A. 2011. Who ’ S Going Green And Why ? Trends And

Determinants Of Green Investment.

Harahap, R. Z. (2015). Etika islam dalam mengelola lingkungan hidup. 1(1), 13.

https://doi.org/10.30596/edutech.v1i01.271

Riana, N., Sadono, M. D., & Septianto, M. R. (2020). Studi mengenai green sukuk

ritel di indonesia. In UNDP Kementerian Keuangan RI. Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan.

Siswantoro, D. 2018. Performance of Indonesian green sukuk (islamic bond): a

sovereign bond comparison analysis, climate change concerns?. IOP

Conf. Series: Earth and Environmental Science 200.

20

Anda mungkin juga menyukai