Anda di halaman 1dari 2

INJIL MINGGU PASKAH V 24 April 2005 (Yoh 14:1-12)

PADA JALAN YANG BENAR DAN HIDUP

Rekan-rekan yang baik!

Dalam petikan hari ini Yesus menghibur para murid, "Janganlah gelisah hatimu...!" (Yoh 14:1). Tidak
selalu mudah mengerti arah perkataannya itu. Dia sendiri beberapa kali gundah. Perasaannya campur
aduk ketika melihat Maria menangisi kematian Lazarus (Yoh 11:33), ia gundah ketika menyadari bakal
mengalami kematian di salib (Yoh 12:27), dan dengan berat hati ia menyebutkan bahwa salah satu di
antara mereka akan berkhianat (Yoh 13:21). Mengapa ia menghibur murid-muridnya?

PERLINDUNGAN

Di dalam kesadaran orang pada zaman itu, paling menyeramkan ialah pengalaman
"tertinggal" di luar, tak ada yang mengurusi. Dalam keadaan ini orang merasa seperti
berada di luar pintu kota pada malam hari, sewaktu-waktu bisa dimangsa penyamun
dan serigala. Dengan latar inilah Injil Yohanes berbicara mengenai tempat yang paling
memberi rasa aman. Tempat itu ialah kediaman Bapa sendiri. Di situ Yang Mahatinggi
berkuasa.Tak ada yang dapat mengganggugugat mereka yang berdiam di dekatnya.

Dikatakan dalam ayat 3 bahwa di situ ada banyak "tempat tinggal". Ini cara untuk
mengatakan bahwa siapa saja boleh dan bisa menemukan ketenteraman dan
perlindungan di dekat Yang Mahakuasa. Tidak lagi akan ada yang bakal merasa
ditinggalkan. Tidak usah berebut dan was-was bakal tidak dapat tempat.... Yesus
datang memberitahukan hal itu. Seperti ditegaskannya dalam ayat 2, dia sendiri akan
menyiapkan tempat itu, dan bila nanti ia sudah selesai ia akan kembali dan membawa
murid-murid ke tempat yang aman itu tadi. Dan mereka takkan berpisah lagi
dengannya.Murid-murid dikuatkan agar mantap hatinya. Itulah arti ajakan untuk
mempercayai Bapa dan mempercayai Yesus dalam ayat 1.

JALAN, KEBENARAN, DAN KEHIDUPAN

Yesus memperhatikan keadaan murid-muridnya. Ia dapat dibayangkan sebagai


"gembala yang baik". Ia juga berlaku sebagai pintu. Begitulah petikan Minggu lalu. Kali
ini ada kiasan lain yang ditampilkan untuk lebih memperkenalkan siapa Yesus itu.
Dipakai gagasan "jalan". Jalan ialah arah yang perlu dilalui, ditempuh agar sampai ke
tujuan. Ada tumpangtindih dengan kiasan "pintu". Kedua-duanya perlu dilalui agar
sampai ke tujuan. Pintu titik awal dan di luar itu ada jalan yang perlu ditempuh. Di luar
pintu itu banyak bahaya. Pada jalan yang benar ada jaminan akan sampai ke tujuan.
Jalan yang sejati itu bukan barang yang berhenti, yang tinggal diam, melainkan jalan
yang betul-betul bisa membawa ke tujuan. Jalan itu jalan yang hidup.

Ketiga kiasan "jalan", "kebenaran", "hidup" itu diterapkan pada diri Yesus yang telah
berjanji akan datang kembali untuk membawa murid-murid ke tempat mereka bakal
dapat sungguh-sungguh berbagi kehidupan dengan Yang Mahakuasa sendiri. Ketiga
kiasan itu ditampilkan untuk menjawab Tomas yang mengeluh bahwa murid-murid tidak
tahu ke mana Yesus pergi (ayat 5). Murid-murid memang belum melihat jelas arah yang
sedang dijalani Yesus. Bagaimana bisa murid-murid bisa terus mengikutinya bila arah
yang ditempuh Yesus itu tidak jelas bagi mereka? Itulah pertanyaan para pengikut
Yesus, juga hingga hari ini.

Keinginan mencapai hidup abadi dan bahagia memang menjadi dasar kehidupan ini.
Namun sering jalan ke sana tidak pasti. Oleh karena itu banyak macam usaha. Dan
"agama" ialah upaya menjawab kebutuhan akan jalan yang pasti itu. Dalam menjalani
agama itu lambat laun orang yang percaya dan makin berbagi hidup dengan yang
hendak dicapai itu. Perlahan-lahan orang terbawa ke sana. Dan nanti pada suatu saat
akan tercapailah tujuan itu. Jadi tujuan menjadi makin nyata justru dengan upaya
menempuh jalan itu. Tujuan yang dimaksud bukanlah suatu tempat yang ada di "sana",
hanya tinggal diarah saja. Tujuan itu sendiri makin ke-"sini". Inilah yang kiranya hendak
diajarkan Yesus dalam Injil Yohanes kepada Tomas.

Anda mungkin juga menyukai