Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIK

ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI

Dosen Pengampu : Apt. Widarika Santi Hapsari, M.Sc

DISUSUN OLEH :

Kelompok :

Nisa Fitriyani 21.0605.0025


Diana Indin Pramasuri 21.0605.0038
Nailiz Zulfiatin Niamah 21.0605.0042
May Fahtun Ninda 21.0605.0046

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2023
A. Judul Praktikum
Analisis obat dalam cairan hayati
B. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum ini maka mahasiswa mampu menguasai langkah
analisa obat dalam cairan hayati
C. Dasar teori
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan makhluk
hidup. Berdasarkan interaksi tersebut, maka farmakologi dibagi menjadi dua yaitu
farmakodinamik dan farmakokinetik. Dalam farmakodinamik dipelajari mengenai
pengaruh (efek) obat terhadap makhluk hidup. Sedangkan farmakokinetika adalah
ilmu yang mempelajari tentang kinetika absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
eliminasi obat dalam tubuh.
Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai kerja obat, lama kerja dan
intensitas efek obat. Farmakokinetik sangat tergantung pada usia, seks, genetik, dan
kondisi kesehatan seseorang.Ada 4 fase dalam proses farmakokinetik:
1. Penyerapan (absorbsi) obat
Absorbsi ditentukan oleh bentuk sediaan, bahan pencampur obat, cara pemberian
obat. Absorbsi obat sudah dimulai sejak di mulut, kemudian lambung, usus halus,
dan usus besar. Tapi terjadi terutama di usus halus karena permukaannya yang
luas, dan lapisan dinding mukosanya lebih permeabel. Bioavailability artinya
jumlah dan kecepatan bahan obat aktif masuk ke dalam pembuluh darah, dan
terutama ditentukan oleh dosis dari obat
2. Distribusi obat
Distribusi artinya setelah obat masuk ke dalam sirkulasi darah, kemudian obat
diditribusikan ke dalama jaringan tubuh.Distribusi obat ini tergantung pada rata-
rata aliran darah pada organ target, massa dari organ target, dan karakteristik
dinding pemisah diantara darah dan jaringan. Di dalam darah obat berada dalam
bentuk bebas atau terikat dengan komponen darah albumin, glikoprotein dan
lipoprotein, sebelum mencapai organ target. Apabila obat telah terikat dengan
protein maka secara farmakologi obat tersebut tidak mempunyai efek terapetik
dan ditibusinya terbatas. Selain itu obat tidak dapat menembus membran sel
karena merupakan suatu komplek yang besar.
3. Metabolisme
Tempat utama metabolism obat terjadi di hati, dan pada umumnya obat sudah
dalam bentuk tidak aktif jika sampai di hati, hanya beberapa obat tetap dalam
bentuk aktif sampai di hati. Obat-obatan di metabolisme dengan cara oksidasi,
reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi, kondensasi atau isomerisasi, yang
tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh lewat urin dan
empedu. Kecepatan metabolisme pada tiap orang berbeda tergantung faktor
genetik, penyakit yang menyertai(terutama penyakit hati dan gagal jantung), dan
adanya interaksi diantara obat-obatan. Dengan bertambahnya umur, kemampuan
metabolisme hati menurun sampai lebih dari 30% karena menurunnya volume
dan aliran darah ke hati.
4. Eksresi
Tempat utama terjadinya eksresi adalah di ginjal. Sedangkan sistem billier
membantu ekskresi untuk obat-obatan yang tidak diabsorbsi kembali dari sistem
pencernaan. Sedangkan kontribusi dari intestine (usus), ludah, keringat, air susu
ibu, dan lewat paru-paru kecil, kecuali untuk obat-obat anestesi yang dikeluarkan
waktu ekshalasi. Metabolisme oleh hati membuat obat lebih “polar” dan larut air
sehingga mudah di ekskresi oleh ginjal. Obat-obatan dengan berat lebih dari 300
g/mol yang termasuk grup polar dan “lipophilic” di ekskresikan lewat empedu.
Dalam penetapan kadar obat dalam darah (cairan tubuh), metode yang digunakan
harus tepat, dan dalam pengerjaannya diperlukan statu ketelitian yang cukup
tinggi agar diperoleh hasil yang akurat. Sehingga nantinya dapat menghindari
kesalahan yang fatal. Dalam analisis ini, kesalahan hasil tidak boleh lebih dari
10% (tergantung pula alat apa yang digunakan dalam analisis). Akurasi yang baik
untuk bahan obat dengan kadar kecil adalah 90-110%, akurasi untuk kadar obat
yang lebih besar biasanya disepakati 95-105%, akurasi untuk bahan baku
biasanya disepakati 98-102%, sedangkan untuk bioanalisis rentang akurasi 80-
120% masih bisa diterima (Ritschel,1976).
Metode yang baik memberikan hasil recovery yang tinggi yaitu 75-90% atau
lebih. Ketelitian berkaian dengan purata. Bila suatu hasil itu teliti (accurate)
berarti purata sama dengan harga sebenarnya, walaupun penyebarannya lebar
(luas). Dalam hubungan ini, adalah lebih baik hasil yang kurang teliti tapi tepat
daripada teliti namun kurang tepat. Ketepatan(precision) menggambarkan hasil
yang berulang-ulang tidak mengalami perbedaan hasil (reprodusibilitas data).
Dengan kata lain, ketepatan menunjukkan kedekatan hasil-hasil pengukuran
berulang. Ketepatan pengukuran hendaknya diperoleh melalui pengukuran
ulang(replikasi) dari berbagai konsentrasi obat dan melalui pengukuran ulang
kurva konsentrasi standar yang disiapkan secara terpisah pada hari yang sama.
Ketepatan berhubungan dengan penyebaran harga terhadapa purata kecil
meskipun karena kesalahan sistematik, purata berbeda agak besar dengan harga
sebenarnya. Kemudian dilakukan perhitungan statistik yang sesuai dengan
penyebaran data, sperti datndar deviasi atau koefisien variasi.

𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑐𝑎𝑘(𝐶𝑉) = 𝑥 100%
𝑝𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎

D. Metode Praktikum
Pada praktikum kali ini, orde reaksi dihitung dengan rumus dimana prinsip dasarnya
telah dijelaskan pada dasar teori.
E. Penyelesaian Kasus
a. Kasus
Untuk mengevaluasi dua formula per oral prokainamid, masing-masing
diberikan dengan dosis 1000 mg, dibandingkan dengan larutan steril
prokainamid yang diberikan secara intravena 500 mg. Dari tiap-tiap sediaan,
dikumpulkan data darah dan ekskresi urin subyek, dan diperoleh data:
Sediaan AUC (mg.jam/L) Jumlah obat yang diekskresi
0-48 jam (mg)
Intravena 13,1 332
Per oral:
Formula 1 20,9 586
Formula 2 19,9 554

1) Hitunglah ketersediaan hayati absolut dan relative dari data darah dan urin
2) Jika waktu paro eliminasi prokainamid 2.7 jam, apakah periode
pengumpulan urin sampai 48 jam sudah dapat dianggap tak terhingga?
3) Apakah klirens renal prokainamid berbeda antara ketiga perlakuan?
b. Penyelesaian Kasus
1) Hitunglah ketersediaan hayati absolute data darah dan urin
Data Darah
|𝐴𝑈𝐶|𝑎
Ketersedian hayati relative (Frd) = |𝐴𝑈𝐶|𝑏 × 100%
20,9
= 19,9 × 100%
= 105%
|𝐴𝑈𝐶|𝑝𝑜×|𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠|𝑙𝑣
Absolute = |𝐴𝑈𝐶|𝑙𝑣×|𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠|𝑝𝑜 × 100%
20,9×500𝑚𝑔
Formula 1 = 13,1×1000𝑚𝑔 × 100%
10.450
= 13.100
= 0,797
= 79,7%
19,9×500𝑚𝑔
Formula 2 = 13,1×1000𝑚𝑔 × 100
9.950
= 13.100 × 100%
= 0,759
= 75,9%

Data Urin
|𝐷𝑢|𝑎
Ketersediaan hayati absolut = |𝐷𝑢|𝑏 × 100%
586
= 554 × 100%
= 105,7%

(𝑄)𝑢𝑗𝑖 ×|𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠|𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Ketersediaan hayati absolut (Fabsolut) = (𝑄)𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟×|𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠|𝑢𝑗𝑖
× 100%
586×500𝑚𝑔
Formula 1 = 332×1000𝑚𝑔 × 100%
293.000
= 332.000 × 100%
= 0,88
= 88%
554×500𝑚𝑔
Formula 1 = 332×1000𝑚𝑔 × 100%
277.000
= 332.000 × 100%
= 0,83
= 83%

2) Jika waktu paro eliminasi prokainamid 2.7 jam, apakah periode


pengumpulan urin sampai 48 jam sudah dapat dianggap tak terhingga?
Ya, Pada periode pengumpulan urin akan dianggap tak hingga ketika
mencapai 7-10 kali waktu paru eliminasınya.

3) Apakah klirens renal prokainamid berbeda antara ketiga perlakuan?


Ya, Karena klirens renal dipengaruhi oleh konsentrasi obat dalam darah,
ikatan protein plasma, dan aliran urin

Anda mungkin juga menyukai