Makalah Kelompok 10
Makalah Kelompok 10
Disusun Oleh:
Moch. Nafi’ MB (205101030002)
Meri Wahyuni (205101030009)
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik dalam dunia pendidikan dipandang sebagai salah satu titik
lemah dalam pengelolaan lembaga pendidikan. Perspektif ini muncul
dikarenakan pengelola lembaga pendidikan memandang konflik sebagai
sesuatu yang negatif dan kontraproduktif. Konflik yang terjadi dalam
organisasi berbanding lurus dengan usia organisasi, termasuk salah satunya
adalah lembaga pendidikan. Awal mula konflik bisa lahir dari persoalan
yang mungkin saja dipandang remeh atau sederhana. Namun, hal tersebut
tidak jarang menjadi penentu panjang pendeknya usia, atau masa
bertahannya sebuah organisasi untuk durasi waktu yang lebih lama lagi.
Dalam konteks pendidikan, konflik menjadi salah satu kajian
menarik dalam ilmu manajemen pendidikan. Kehadiran konflik dalam studi
manajemen pendidikan selalu melekat dalam persoalan keseharian yang
dialami pengelola lembaga pendidikan. Berdasarkan hal itu, pengelola
lembaga pendidikan membutuhkan perspektif dan tanggung jawab yang
lebih luas dalam penanganan konflik. Apalagi dalam penanganan konflik
dalam lembaga pendidikan, pengelola lembaga pendidikan dihadapkan
kepada dinamisasi sejumlah personel (baik tenaga edukatif maupun non
edukatif) yang memiliki watak dan sifat yang berbeda-beda. Dalam
mengelola personel tersebut, frekuensi konflik antara individu dan
organisasi, memiliki potensi yang sama. Realitas yang tidak terelakkan
dalam dunia pendidikan ini, mengemuka karena pada dasarnya setiap
personel memiliki visi dan orientasi kegiatan yang berbeda. Untuk
mencapai tujuan organisasi, mereka saling mengadakan interaksi dan saling
mempengaruhi
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud konflik intragroup?
2. Apa saja dimensi-dimensi konflik intragroup?
3. Apa saja tipe konflik intragroup?
4. Seperti apa pengambilan keputusan konflik intragroup?
5. Bagaimana evaluasi konflik intragroup?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang konflik intragroup.
2. Untuk mengetahui dimensi-dimensi konflik intragroup.
3. Untuk mengetahui tipe-tipe konflik intragroup.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengambilan keputusan konflik
intragroup.
5. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi konflik intragroup.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Disagreement (pertentangan)
Barki & Hartwick (2004) mengkategorikan dimensi ini
sebagai dimensi kognitif. Ia menjelaskan bahwa disagreement
merupakan suatu kondisi dimana terdapat perbedaaan atau
ketidaksepakatan dalam nilai-nilai yang dianut, pendapat,
tujuan, dan sasaran di dalam antar anggota kelompok itu sendiri.
Ketidaksepakatan ini termasuk ketidaksepakatan yang berkaitan
dengan tugas-tugas atau pekerjaan (task-releted) dengan anggota
kelompok mengenai bagaima tugas-tugas harusnya diselesaikan.
b. Interference (gangguan)
3
Dimensi kedua ini juga digolongkan sebagai dimensi
yang berkaitan dengan behavior (Barki & Hartwick, 2004).
Interference merupakan suatu kondisi dimana anggota kelompok
melakukan hal-hal yang dirasa mengganggu individu lain,
seperti agresi, permusuhan, tindakan merusak, adanya
perdebatan, dan fitnah (Barki & Hartwick, 2004). Selain itu,
Mack & Snyder (1957) juga menjelaskan bahwa interference
juga berkaitan dengan perilaku yang merusak, melukai, dan
keinginan untuk menguasai individu/kelompok, dan bentuk
perilaku berlawanan lainnya.
4
kaitannya dengan affect. Relationship conflict terjadi karena
adanya perselisihan secara personal yang ditandai dengan
adanya emosi negative seperti tension, kecemasan, takut, tidak
percaya, dan frustasi (Jehn, 1994). De Dreu & Weingrat (2003)
menambahkan relationship conflict muncul karena adanya
ketidaksepakatan terkait, nilai, norma, pandangan dan perasaan
tidak suka antar anggota dalam suatu kelompok.
5
D. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat dilakukan atas dasar perorangan atau
kelompok. Kelompok adalah himpunan, kumpulan, atau jumlah orang yang
dianggap ada hubungannya satu sama lain atau disatukan oleh ikatan atau
kepentingan bersama. Pengambilan Keputusan Kelompok adalah
pengambilan keputusan yang mengikutsertakan kelompok didalamnya,
dimana para kelompok diberikan kebebasan untuk membagikan
pengetahuannya atau analisanya terhadap suatu alternative.
Untuk membuat keputusan yang efektif, para manejer sangat
membutuhkan masukan atau ide-ide maupun gagasan-gagasan lain untuk
mengembangkan alternative yang ada dan memilihnya sebagai suatu
keputusan. Tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, manejer akan merasa
kesulitan untuk membuat keputusan yang sesuai. Melibatkan pihak lain
dalam pembuatan keputusan sangat dibutuhkan, hal ini dapat berupa formal
seperti penggunaan kelompok atau informal seperti permintaan gagasan-
gagasan (.
Banyak para manejer yang beranggapan bahwa keputusan yang
dibuat kelompok seperti panitia lebih efektif karena mereka
memaksimumkan pengetahuan yang lain. Namun, ada juga manejer yang
sangat anti dengan pengambilan keputusan yang melibatkan kelompok,
mereka beranggapan bahwa melibatkan kelompok akan memperlambat
jalannya proses pengambilan keputusan, dan menjadikan keputusan yang
tidak berbobot (Chaniago & Aspizain, 2017).
Manajemen kadang-kadang mencoba menghindari keterlibatan
kelompok dengan menekankan organisasi sebagai keseluruhan, bahkan
sampai mencoba membubarkan kelompok-kelompok yang merusak.
Namun, kesetiaan pada kelompok, teman sekerja, jauh lebih kuat daripada
kesetiaan pada organisasi yang lebih besar. Karena, satusatunya cara
mengembangkan kesetiaan menyeluruh adalah dengan membangun
6
kerjasama kelompok, dimana kelompok dapat melaksanakn control lebih
kuat terhadap anggotanya daripada manajemen sendiri.
Untuk melibatkan kelompok harus memperhatikan karakteristik-
karakteristik situasi dan gaya pembuatan keputusannya, karena hal ini dapat
mempengaruhi apakah melibatkan kelompok lebih baik dilakukan atau
tidak, karakteristik-karakteristik itu adalah:
1. Adakah persyaratan kualitas dimana suatu penyelesaian lebih
rasional dibanding yang lain?
2. Apakah menejer mempunyai informasi yang cukup untuk
membuat keputusan yang berkualitas tinggi?
3. Apakah situasi keputusan terstruktur?
4. Apakah penerimaan keputusan oleh para bawahan menejer
merupakan faktor kritis implementasi efektif keputusan?
5. Adakah kepastian yang layak bahwa keputusan yang diterima
para bawahan bila manejer membuat keputusan sendiri?
6. Apakah para bawahan manejer menyebarkan tujuan organisasi
untuk dicapai bila masalah dibicarakan?
7. Apakah penyelesaian yang disukai akan menyebabkan konflik
diantara para bawahan?
Variabel-variabel kunci diatas akan menentukan apakah sebaiknya
manejer melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan atau
mengambil keputusan sendiri tanpa memerlukan masukan-masukan dari
para bawahan.
Untuk mendapatkan pengambilan keputusan yang efektif maka
diperlukan juga kelompok yang baik, kelompok yang baik adalah kelompok
yang telah dewasa atau terus menerus menjadi lebih dewasa. Maksudnya
disini adalah Kemampuan membina kerjasama yang intim dan harmonis
dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab bersama, Kesediaan
untuk membawahkan urusan pribadi dan kelompok kepada kepentingan
yang lebih luas yakni kepentingan organisasi. Kesediaan untuk
menyerahkan sebahagian daripada hak kepada organisasi yang dibarengi
7
kesanggupan untuk menerima kewajiban yang lebih besar. Kemampuan
untuk memikirkan cara baru, prosedur baru, system baru demi untuk
peningkatan kemampuan kerja yang lebih besar. Serta kemampuan untuk
menerima dan mempergunakan perubahan.
Kelompok sangatlah diperlukan dalam suatu organisasi, hal ini
dikarenakan Setiap individu, yaitu anggota dari suatu organisasi akan lebih
mudah diidentifikasikan dengan tujuan organisasi dan diharapkan akan aktif
mebantu keberhasilan apabila mereka dilibatksn dalam pengambilan
keputusan tentang tujuan organisasi dan bagaimana mencapainya Selain itu
dengan menjadi anggota team manajemen, para anggota kelompok akan
merasa ikut serta mengontrol diri sendiri. Peran serta setiap anggota
kelompok dalam manajemen akan membuka kesempataan kepada mereka
untuk memuaskan kepada kebutuhan tingkat tingginya karena Sewaktu para
anggota berperan serta memecahkan masalah kelompok, mereka akan
belajar betapa kompleksnya tugas kelompok. Suatu kelompok manajemen
akan meluluhkan perbedaan diatas status antara staf dan pimpinan, Tim
manajemen menjadi sarana prinsip bagi pemimpin agar dapat menunjukkan
dirinya sebagai contoh tentang tingkah laku kepemimpinan yang diharapkan
dapat ditiru oleh para anggota (Fahmi & Irham, 2013).
Pengambilan keputusan berkelompok pada hakeketnya tidak jauh
berbeda dengan pengambilan keputusan yang dilakukan individu, hal ini
dikarenakan hakeket dari keputusan adalah jelas. Jelas yaitu penentuan satu
langkah strategis guna menghadapi ketidakpastian, untuk menyelesaikan
masalah. Namun banyak pandangan pengambilan keputusan kelompok jauh
lebih baik dibanding pengambilan keputusan secara individu. Hal ini
disebabkan pengambilan keputusan kelompok akan lebih mudah disetujui
untuk dilaksanakan, dan setiap orang akan berusaha untuk mewujudkan
keputusan tersebut. Dengan kata lain, pengambilan keputusan kelompok
cenderung lebih meningkatkan peluang keberhasilan penerapan solusi
terpilih, artinya keputusan yang diambil secara bersama telah menyiratkan
8
adanya kesepakatan untuk saling bekerja sama melaksanakan dan
mewujudkan keputusan (Dermawan & Rizky, 2016).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan strategi terakhir yang merupakan upaya sadar
untuk menilai hasil kinerja dari strategi-strategi sebelumnya. Evaluasi
bertujuan untuk pengembangan individua.
Evaluasi ini adalah tahapan penting ketika kita menghadapi kondisi
yang sama atau kondisi yang terulang, kita akan langsung mampu merespon
dengan cepat dikarenakan kita sebelumnya telah mengalami. Catatan
catatan yang sebelumnya bersifat evaluatif ini akan menuntun kelompok
untuk bekerja efektif.
Tahapan yang umumnya digunakan
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi
b. Merancang kegiatan evaluasi
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan dan analisis data
e. Pelaporan hasil evaluasi
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intragroup conflict merupakan sebuah kondisi yang terjadi dalam
keanggotaan suatu kelompok karena adanya beberapa perbedaan dan
ketidakcocokan satu sama lain yang dapat ditunjukkan dengan
ketidaksepakatan, perilaku, maupun emosi-emosi negatif.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca dapat memahami makalah ini dan
dapat mengembangkan lebih sempurna lagi, kritik dan saran sangat saya
harapkan, untuk memotivasi penulis, agar dalam penyelesaian makalah ini
bisa memperbaiki diri dari kesalahan, atas partisipasinya saya ucapkan
terima kasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
11