Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA

PSIKOLOGIS DENGAN INTENSI MENJADI WORKAHOLIC


PADA KARYAWAN BANK X SEMARANG

Syarifuddin. *Harlina Nurtjahjanti, * Costrie Ganes Widayanti

Fakutas Psikologi
Universitas Diponegoro

putra_arisah@yahoo.com,harlina_nc@yahoo.com, costrie@undip.ac.id

ABSTRAK
Lingkungan kerja psikologis yang ada dalam organisasi menjadi faktor
yang mendorong terbentuknya kecenderungan sumber daya manusia yang ada
dalam bertindak. Proses ini membuat adanya intensi karyawan menjadi
workaholic. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan
seberapa besar sumbangan efektif persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis
terhadap terbentuknya intensi menjadi workaholic pada karyawan Bank X
Semarang.
Subjek penelitian ini adalah karyawan tetap Bank X Semarang yang
berjumlah 149 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster
random sampling. Pengambilan data menggunakan skala intensi menjadi
workaholic (41 aitem valid, α = 0,910) dan skala persepsi terhadap lingkungan
kerja psikologis (34 aitem valid, α = 0,908) yang telah diuji coba pada 31
karyawan Bank X Semarang.
Data yang diperoleh berdasarkan hasil analisis analisis regresi sederhana
menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,462 dengan p = 0,000 (p,0,05).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu terdapat
hubungan positif antara persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dengan
intensi menjadi workaholic pada karyawan Bank X Semarang dapat diterima.
Nilai koefisien korelasi positif menunjukkan bahwa arah hubungan kedua
variabel adalah positif, artinya semakin positif persepsi terhadap lingkungan kerja
psikologis maka semakin tinggi intensi menjadi workaholic, begitu pula
sebaliknya. Persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis memberikan
sumbangan efektif sebesar 21,3% terhadap terbentuknya intensi menjadi
workaholic.

Kata Kunci : Intensi Menjadi Workaholic, Persepsi Terhadap Lingkungan


Kerja Psikologis, Karyawan Bank X Semarang

*Penulis Penanggungjawab

1
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE PERCEPTION OF
PSYCHOLOGICAL WORK ENVIRONMENT AND
INTENTION TO BE WORKAHOLIC ON
X BANK’S EMPLOYEE IN SEMARANG

Syarifuddin. *Harlina Nurtjahjanti, * Costrie Ganes Widayanti

Fakutas Psikologi
Universitas Diponegoro

putra_arisah@yahoo.com,harlina_nc@yahoo.com, costrie@undip.ac.id

ABSTRACT
Psychological working environment within the organization to be factors
that encourage the formation tendency of human resources that exist in the act.
This process makes the intention of the employee to be a workaholic. The purpose
of this study was to determine the relationship and the contribution of effective
psychological perception of the work environment for the formation of the
intention to be a workaholic employees of Bank X Semarang.
The study subjects were permanent employees of Bank X Semarang,
amounting to 149 people. The sampling technique used was cluster random
sampling. Collecting data in this study uses two scale, intention of workaholic
scale consisting of 41 aitem valid (α = 0.910) and the scale of psychological
perception of the work environment consisting of 34 aitem valid (α = 0.908),
which was tested on 31 employees of Bank X Semarang.
Data obtained by the analysis of simple regression analysis showed the
correlation coefficient is 0.462 with p = 0.000 (p, 0.05). The results showed that
the proposed research hypothesis, there is a positive relationship between
perceptions of psychological work environment with the intention of being a
workaholic at Bank employee X Semarang acceptable.
Positive correlation coefficient indicates that the direction of the
relationship between the two variables is positive, meaning that the more positive
perception of the psychological work environment, the higher the intention to be a
workaholic, and vice versa. Psychological perceptions of the work environment
contribute effectively by 21.3% against the formation of intentions to be a
workaholic.

Keywords: Intention Being a Workaholic, Perceptions Toward Psychological


Work Environment, Employee Bank X Semarang

2
PENDAHULUAN – dressed problem” pada milenium ini.
Sitompul (2010, h. 1) dalam Individu workaholic atau individu yang
tulisannya yang berjudul Globalisasi dan berlebihan dalam bekerja tidak dianggap
Tantangan Industri Perbankan sebagai individu yang mengalami masalah
menyebutkan bahwa, perkembangan dalam bekerja tetapi justru dianggap
teknologi dan globalisasi telah membawa sebagai individu yang mampu bekerja
perubahan mendasar dalam setiap elemen dengan baik dan seorang pekerja keras.
kehidupan, tak terkecuali dunia bisnis Masyarakat cenderung menganggap
perbankan. Penentuan target-target dalam individu workaholic sebagai individu yang
jangka waktu tertentu, tuntutan kerja, beban bekerja dengan giat dan patut dijadikan
kerja, lingkungan, dan kondisi internal diri sebagai contoh. Kondisi tersebut
individu mempengaruhi individu untuk mempengaruhi individu untuk memiliki
memiliki kecenderungan untuk bekerja kecenderungan bekerja secara berlebihan.
secara berlebihan dan mengalami Kecenderungan berperilaku dikenal dengan
ketergantungan terhadap pekerjaannya atau istilah intensi.
yang biasa dikenal dengan istilah Ajzen (2005, h. 99-110)
workaholic. Killinger (1997, h. 6) mengatakan bahwa intensi berperilaku
mendefinisikan tentang workaholic, adalah niat untuk mencoba menampilkan
yaitupola perilaku dalam bekerja yang suatu perilaku yang pasti. Intensi ini
ditandai dengan penggunaan waktu yang jugalah yang nantinya bisa digunakan
lebih lama dalam bekerja, tuntutan sebagai prediktor untuk mengetahui
pekerjaan yang berlebihan, dan seberapa besar kecenderungan yang
mengesampingkan sebagian besar aktivitas dimiliki oleh individu untuk mengalami
di bidang kehidupan lain selain bekerja. ketergantungan terhadap pekerjaannya atau
Persaingan dunia perbankan yang menjadi seorang workaholic.
sangat ketat seakan membuat individu yang Pekerjaan dalam kondisi persaingan
bekerja di dalamnya harus bekerja dengan yang tinggi di industri perbankan juga
sangat keras bahkan secara berlebihan. memiliki kemungkinan untuk mengalami
Pendapat ini dikemukakan pula oleh kecenderungan perilaku gila kerja atau
Coombs, yang menyebutkan bahwa “Anda workaholic. Pendapat serupa juga
harus gila kerja untuk bertahan di dunia dikemukakan oleh Buelens & Poelmans
kerja” (2004, h. 28). Sehingga workaholism (2004, h. 453) yang menyebutkan bahwa
atau kecanduan terhadap pekerjaan individu yang bekerja dalam ranah
mungkin dapat dikatakan sebagai “the best perbankan dan asuransi (banking and

3
insurance) mewakili perilaku individu organisasi seolah-olah menjadi sebuah
workaholic. faktoryang memperkuat terbentuknya
Industri perbankan merupakan kecenderungan karyawan dalam bekerja.
sektor industri yang memegang peranan Lingkungan kerja yang menekankan pada
penting dalam perekonomian nasional jam kerja yang panjang, orientasi pekerjaan
(Sitompul, 2010, h. 1). Indonesia memiliki pada pencapaian target, persaingan,
beberapa bank yang berskala nasional. keagresifan, multi tasking, komunikasi
Salah satu bank nasional terbesar adalah dengan alat telekomunikasi secara terus-
Bank X. Sebagai bank berskala nasional, menerus, email, dan facsimile
tentu Bank X Semarang juga berupaya menghasilkan suatu lingkungan kerja
untuk mencapai tujuan-tujuan atau target dimana individu yang ada di dalamnya mau
yang telah ditetapkan oleh organisasi. tidak mau harus bekerja dengan sangat
Setiap organisasi memiliki keras atau bahkan secara berlebihan.
lingkungan kerjanya masing-masing. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Lingkungan kerja dalam sebuah organisasi mengetahui hubungan antara persepsi
berbeda antara satu dengan yang lainnya. terhadap lingkungan kerja psikologis
Ada beberapa pendapat mengenai dengan intensi menjadi workaholic dan
pengertian lingkungan kerja. Tiffin dan mengetahui seberapa besar sumbangan
McCormick (1958, h. 436) menyebutkan efektif persepsi terhadap lingkungan kerja
bahwa sebuah perusahaan memiliki psikologis terhadap terbentuknya intensi
lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. menjadi workaholic pada karyawan Bank X
Lingkungan psikologis didefinisikan oleh Semarang.
Tiffin & McCormick (1958, h. 436) sebagai
kondisi psikologis yang ada di lingkungan METODE
perusahaan yang ikut memberikan Populasi dalam penelitian ini adalah
pengaruh bagi perilaku kerja karyawan. 149karyawanBank X Semarang dan sampel
Bagi dunia perbankan yang penelitian berjumlah 31 karyawan.
memiliki tingkat sensitivitas dan resiko Penentuan sampel dengan menggunakan
yang tinggi terkadang membuat karyawan teknik cluster random sampling.
yang ada di dalamnya terbentuk menjadi Metode pengumpulan data yang
seorang yang memiliki intensi untuk digunakan dalam penelitian ini adalah
menjadi workaholic (Buelens& Poelmans metode skala psikologi. Penelitian ini
(2004, h. 453)). Berbagai kondisi yang ada menggunakan dua macam skala, yaitu skala
di dalam lingkungan kerja sebuah intensi menjadi workaholicyang terdiri dari

4
41 aitem (α=0,910) dan skala persepsi p=0,000 (p<0,05).Berdasarkan hasil
terhadap lingkungan kerja psikologis yang pengujian hipotesis tersebut, maka
terdiri dari 34 aitem (α=0,908). Skala hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu ada
intensi menjadi workaholic yang digunakan hubungan positif antara persepsi terhadap
dalam penelitian ini disusun berdasarkan lingkungan psikologis dengan intensi
aspek-aspek workaholic menurut Killinger menjadiworkaholic, sesuai dengan hasil
(1997, hal. 46)yaitu penghindaran, kontrol penelitian atau dapat dikatakan hipotesis
yang meliputi kontrol yang terpendam dan penelitian diterima.
kontrol yang tampak, dan Hasil penelitian menunjukkan
kekuasaan.Persepsi terhadap lingkungan bahwa sebanyak 61,02% karyawan Bank X
kerja psikologis diungkap melalui metode Semarang memiliki tingkat intensi menjadi
skala dengan menggunakan aspek-aspek workaholic dalam taraf sedang, 25,42%
persepsi yang dikemukakan oleh Coren karyawan berada dalam taraf yang tinggi,
(1999, h. 9) yaitu aspek kognisi dan afeksi dan 13,56% karyawan berada dalam taraf
yang kemudian dikombinasikan dengan rendah.
aspek-aspek lingkungan kerja psikologis Intensi menjadi individu workaholic
dari Tiffin & McCormick (1958, h. 433- yang berada pada kategori sedang
441) yaitu aspek kebutuhan pekerja, norma dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
kerja kelompok, peran dan sikap pekerja, (1) norma subjektif yang ada di dalam
hubungan antara rekan sekerja, dan setiap diri karyawan Bank X Semarang
hubungan antara karyawan dengan atasan. membuat subjek memiliki penilaian
Metode statistik yang digunakan pada subjektif yang terinternalisasi dan
penelitian ini yaitu teknik analisis regresi kemudian membentuk keyakinan pribadi
sederhana. (personal belief) terhadap pekerjaan.
Pekerjaan diyakini sebagai suatu hal yang
HASIL DAN PEMBAHASAN sangat penting yang kemudian akan
Hasil yang diperoleh dari pengujian memunculkan sikap terhadap pola kerja
hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan karyawan Bank X Semarang. Penilaian
bahwa terdapat hubungan positif antara subjektif atau persepsi karyawan terhadap
persepsi terhadap lingkungan kerja pekerjaan dipengaruhi oleh dua faktor,
psikologis dengan intensi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
menjadiworkaholic pada karyawan Bank X Faktor eksternal berupa perubahan nilai
Semarang sebagaimana ditunjukkan oleh sosial dalam masyarakat yang justru
koefisien korelasi sebesar rxy= 0,462 dan memandang individu workaholic

5
merupakan individu yang memiliki persepsi terhadap lingkungan kerja
dedikasi tinggi terhadap perusahaan. psikologis yang positif yaitu sebesar
Penilaian masyarakat tersebut membuat 59,32%, sebanyak 35,59% karyawan
pekerjaan dan perencanaan karir individu berada pada kategori sedang, dan 5,09%
menduduki tempat nomor satu di atas karyawan berada pada kategori sangat
kehidupan pribadi (Killinger, 1997, h. 14- positif.
17). Selain faktor eksternal, terdapat juga Persepsi karyawan Bank X
faktor internal yang dinyatakan oleh Burke Semarang terhadap lingkungan kerja
(2006, h. 278-280), yaitu dorongan dalam psikologis yang berada pada kategori
diri untuk bekerja memiliki hubungan yang positif disebabkan oleh beberapa faktor
positif secara kognisi antara keyakinan diri antara lain : (1) adanya kegiatan-kegiatan
dan ketakutan (personal belief and fears), rutin yang dilakukan oleh karyawan.
dimana individu yang memiliki keyakinan Kegiatan-kegiatan rutin tersebut antara lain
diri yang tinggi cenderung mempunyai gathering, briefing, dan kegiatan-kegiatan
ekspektasi yang tinggi terhadap pencapaian organisasi yang lain yang berfungsi sebagai
dirinya sehingga akan muncul ketakutan media utama guna menciptakan suasana
akan kegagalan atau kekecewaan. (2) yang kondusif dan mempertahankan
Terciptanya lingkungan kerja dengan kondisi-kondisi psikologis yang positif
komunikasi yang terjalin baik antara rekan yang telah berkembang di lingkungan kerja
kerja maupun antara karyawan dengan Bank X Semarang. (2) Komunikasi
pimpinan. Temuan tersebut relatif berbeda karyawan dengan pimpinan yang berada di
dengan pendapat yang dikemukakan oleh dalam satu kantor cabang pun dapat
Potter (dalam Coombs, 2004, h. 369) yang berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan
menyebutkan bahwa pada lingkungan bahwa adanya keterbukaan yang diberikan
individu workaholic, komunikasi dan oleh pimpinan dan adanya kesempatan
sosialisasi tidak akan terjalin dengan baik yang diberikan oleh pimpinan bagi para
karena individu yang berada di dalamnya karyawan untuk menjalin komunikasi dan
menghabiskan waktunya hanya untuk menerima dukungan dari pimpinan. (3)
bekerja dan tidak memiliki waktu untuk Nilai-nilai pokok organisasi (core value)
melakukan kegiatan lain di bidang yang tertuang dalam budaya organisasi dan
kehidupan yang lainnya. visi organisasi diwujudkan secara nyata di
Hasil penelitian menunjukkan setiap kantor Bank X Semarang. Nilai-nilai
bahwa mayoritas karyawan Bank X yang dikembangkan oleh Bank X yaitu
Semarang berada pada kategori memiliki trust, integrity, professionalism, custoumer

6
focus, dan excellence atau yang dikenal Penelitian ini tidak luput dari
dengan istilah TIPCE dicetak dalam bentuk kendala dan keterbatasan. Kendala dalam
poster dan kemudian diletakkan di dinding penelitian ini yaitu waktu pengisian skala
kantor. (4) Adanya kepuasan karyawan yang membutuhkan waktu yang lama.
terhadap penghargaan yang diberikan oleh Selain itu, keterbatasan dalam penelitian ini
pihak organisasi sebagai kompensasi atas adalah adanya keterbatasan kontrol serta
kinerja yang telah dilakukan. Hal ini sesuai pengawasan terhadap pengisian skala
dengan pendapat yang dikemukakan oleh karena peneliti tidak diijinkan untuk
Tiffin & McCormick (1958, h. 433-441) membagikan skala secara langsung kepada
yang menyebutkan bahwa kebutuhan masing-masing karyawan dan hanya
pekerja meliputi imbalan, prestasi dan diperbolehkan menitipkan skala penelitian
adanya pengakuan dari pihak perusahaan dan tidak melihat secara langsung
atas hasil kerja yang telah dicapai pengisian skala.
merupakan aspek pembentuk lingkungan
kerja psikologis dalam sebuah organisasi. KESIMPULAN DAN SARAN
Burke (2006, h. 278) menyebutkan Berdasarkan hasil penelitian yang
bahwa kondisi yang berkembang di tempat dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
kerja (work place) memberikan pengaruh ada hubungan positif dan signifikan antara
terhadap keseimbangan antara aspek persepsi terhadap lingkungan kerja
kehidupan lain dengan pekerjaan (work – psikologis dengan intensi menjadi
personal life balance), maka penting bagi workaholic pada karyawan Bank X
setiap organisasi untuk tetap membentuk Semarang,Semakin positif terhadap
kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan lingkungan kerja psikologis maka semakin
seimbang dalam tatanan kehidupan sumber tinggi pula tingkat intensi menjadi
daya yang berada di dalamnya. workaholic pada karyawan. Sebaliknya
Hasil penelitian dengan semakin negatif persepsi karyawan
menggunakan metode analisis regresi terhadap lingkungan kerja psikologis, maka
sederhana menunjukkan bahwa intensi semakin rendah tingkat intensi menjadi
menjadi workaholic yang dimiliki oleh workaholic yang dimunculkan. Sumbangan
karyawan Bank X Semarang dipengaruhi efektif persepsi terhadap lingkungan kerja
oleh persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis sebesar 21,3% terhadap
psikologis sebesar 21,3% sedangkan 78,7% terbentuknya intensi menjadi workaholic.
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak diungkap dalam penelitian ini.

7
Berdasarkan hasil penelitian yang kebutuhan pekerja, keluarga, kesehatan
diperoleh, maka dapat dikemukakan saran- fisik dan psikis, serta lingkungan sosial
saransebagai berikut: lainnya sebagai bentuk perwujudan
1. Bagi Karyawan Bank X healthy worker dan work – personal
Karyawan hendaknya dapat life balance. Organisasi juga dapat
mempertahankan optimalisasi seluruh merancang sebuah program kegiatan
sumber daya yang dimiliki guna yang dapat membantu karyawan untuk
pencapaian target yang lebih maksimal mencapai keseimbangan dalam setiap
dalam waktu yang lebih singkat. aspek kehidupan. Sebagai contoh,
Karyawan dapat sesegera mungkin program kegiatan yang dapat dilakukan
menyelesaikan suatu tugas agar dapat adalah berlibur bersama karyawan dan
segera mengerjakan tugas-tugas anggota keluarga.
berikutnya. Dengan demikian
karyawan mampu mencapai kinerja 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
yang lebih optimal. Pencapaian target Bagi peneliti selanjutnya yang
yang lebih maksimal tersebut dapat akan melakukan penelitian terhadap
ditunjang dengan adanya usaha kerja variabel penelitian intensi menjadi
sama yang baik dan komunikasi yang workaholic, diharapkan dapat
terjalin dengan baik antara karyawan melakukan penelitian dengan
dengan rekan kerja maupun dengan mempertimbangkan faktor lain seperti
atasan. tipe kepribadian, dan keluarga yang
diduga ikut memberikan pengaruh bagi
2. Bagi Bank X terbentuknya intensi menjadi
Perusahaan dapat membantu workaholic.
karyawan dalam menyeimbangkan
aspek pekerjaan dengan aspek DAFTAR PUSTAKA
kehidupan lain (work – personal life Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality, And
Behavior. Edition. New York :
balance) dengan mempertahankan
Open University Press.
kegiatan-kegiatan yang bersifat Anggraeni, N. 2005. Disiplin Kerja
Ditinjau Dari Persepsi terhadap
menjalin kebersamaan organisasi.
Lingkungan Kerja Psikologis Pada
Perusahaan dapat menciptakan SDM Karyawan Marketing Di Asuransi
Jiwa Bumi Putera Semarang. Skripsi
yang bekerja dengan pola yang sehat
(Tidak diterbitkan). Fakultas
dan jauh lebih produktif dengan tetap Psikologi Universitas Diponegoro.
memperhatikan keseimbangan antara

8
Azwar. 2001. Metode Penelitian. Coombs, R. H. 2004. Handbooks of
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Addictive Disorder. New Jersey :
--------. 2004. Reliabilitas dan Validitas. John Wiley & Sons, inc.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Coren, S. 1999. Sensation And Perception.
--------. 2007. Metode Penelitian. Fifth Edition. Orlando : Harcourt
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Collage Publishers.
--------. 2008. Penyusunan Skala Psikologi. Doelhadi, E. M. A. S. 2001. Kerja Dalam
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Dimensi Tinjauan Psikologi.
--------. 2008. Sikap Manusia Teori dan INSAN. Yogyakarta : Fakultas
Pengukurannya. Yogyakarta : Psikologi Universitas Airlangga.
Pustaka Pelajar. Douglas, E. J. & Morris, R. J. 2006.
--------. 2008. Dasar-dasar Psikometri. Workaholic or Just Hard Worker?.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Career Development International.
--------. 2012. Metode Penelitian. Volume 11 No. 5 Pp 394-417.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Emerald Group Publishing Limited
Buelens, M., Poelmans, S. A. Y. 2004. 1302-0436.
Enriching the Spence and Robbins’ Furnham, Adrian. 2005. The Psychology of
Typology of Workaholism : Behaviour at Work. Second Edition.
Demographic, Motivational and New York : Psychology Press.
Organizational Correlates. Journal Gordon, C. 2010. Executive Insight :
of Organization Change Competing in Global Niche Markets
Management. No. 17. Vol 5. h. 440- : The Case of Macquarie
458. Bank.International Journal of Bank
Burke, R. J and Macdermid, G. 1999. Are Marketing. Volume 29. No. 4. Pp
Workaholics Job Satisfied And 293-307. Emerald Group Publishing
Succesful In Their Career.The Limited 0255-2323.
Journal Of Career Development Greenhaus, J. H. & Callanan, G. A. 2006.
International. Volume 4/5, pp 277- Encyclopedia Of Career
282. MCB University Press ISSN Development. California : SAGE
1362-0436. Publications, Inc.
Burke, R. J. & Cooper, CL. 2006. Inspiring Hadi, S. 2004. Statistik. Yogyakarta : Andi
Leader : Workaholism Type, Offset.
Satisfaction, and Well-Being. New Istijanto. 2008. Riset SDM : Cara Praktis
York. Mendeteksi Dimensi-dimensi Kerja
Burke, R. J. 2001. Workaholism in Karyawan. Jakarta : Gramedia
Organization : The Role of Pustaka Utama.
Organizational Values. Personnel Killinger, B. 1997. Workaholism : The
Review. Volume 30 No. 6 Pp 637- “Respectable” Addiction. New
645.MCB University Press 0048- York : Afirefly book.
3486. Mirza. C. S. 2012. Positive and Negative
Cameron, K. S. & Quinn, R. E. 2006. Workaholism. Thesis. University Of
Diagnosing and Changing Houston.
Organizational Culture. Revised Noordin, S., Rahim, A. R., Ibrahim, A. H.,
Edition. United State of America : & Omar, M. S. 2011. An Analysis
John Willey & Son. of Career Stages on Organizational
Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Commitment of Australian
Psikologi (Terjemahan). Jakarta : Managers. International Journal of
Rajawali Pers. Business and Social Science,
Volume 2, No 17, Halaman 117-
126.

9
Robbins, S. P. 2002. Perilaku Organisasi. Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi
Jakarta : Prenhallindo. Umum. Yogyakarta : Andi Offset.
Robinson, B. E. 2007. Chained to the Desk Wahyuningsih. Penyakit Akibat Gila Kerja.
: A Guidebook for Workaholics, http://health.detik.com/read/2010/05/03/11
Their Partners and Children, and 1344/1349949/766/penyakit-akibat-gila-
the Clinicians Who Treat kerja. Diunduh pada hari minggu 27 Mei
ThemSecond Edition. New York : 2012 pukul 19.15
New York University Press. Winarsunu, T. 2007. Statistik Dalam
Penelitian Psikologi dan
Sheeran, P. 2002. Intention-Behavior Pendidikan. Malang : UMM Press
Relations : A Conceptual and Visi dan Misi Bank X.
Empirical Review. European http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/abo
Review of Social Psychology. Vol. ut_our.asp. Diakses pada tanggal 28 Maret
12. John Willey & Son Ltd. ISBN 2012 pukul 09.16 WIB
0-471-48675-2.
Sihotang, I. N. 2004. Burnout pada
Karyawan Ditinjau dari Persepsi
terhadap Lingkungan Kerja
Psikologis dan Jenis Kelamin.
Jurnal Psyche. Volume 1 Nomor 1.
Palembang : Fakultas Psikologi
Universitas Bina Darma Palembang.
Sitompul, Z. 2010. Globalisasi dan
Tantangan Industri Perbankan.
Jakarta : UI Press.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan “Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”.
Bandung : Alfabeta.
Sujanto, A. 2004. Psikologi Umum. Jakarta
: Bumi Aksara.
Sumaryani. 1997. Persepsi Karyawan
Terhadap Lingkungan Kerja
Psikologis dalam Hubungan dengan
Penampilan Kerja pada Karyawan
PT Kayu Lapis Indonesia. Skripsi
(Tidak diterbitkan).Semarang :
Fakultas Psikologi Universitas
Katholik Soegijapranata.
Suprihanto, J. 2003. Perilaku Organisasi.
Yogyakarta : Aditya Media.
Suryabrata, S. 2005. Metodologi Penelitian.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Tiffin, J. & McCormick, E. J. 1958.
Industrial Psichology(Fourth
Edition). New Jersey : Prentice Hall
Walgito, B. 2002. Psikologi Sosial Suatu
Pengantar. Yogyakarta : Penerbit
Andi Yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai