Manual CSL Hematologi Instruktur Mahasiswa 2020
Manual CSL Hematologi Instruktur Mahasiswa 2020
SISTEM HEMATOLOGI
2020
KATA PENGANTAR
Buku manual CSL Sistem Hematologi ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Univrsitas Muhammadiyah
Jakarta dalam cara berpikir ilmiah, sistematis dan melakukan tindakan yang sesuai dengan
kondisi pasien dalam menangani pasien.
Manual CSL Sistem Hematologi ini memuat materi keterampilan teknik anamnesis,
pemeriksaan fisik, tehnik pengambilan darah, dan keterampilan hitung jenis leukosit.
Harapan kami semoga buku manual ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman
yang memadai dalam melakukan keterampilan klinik pada Sistem Hematologi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
Pendahuluan
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan setelah terlebih dahulu kita mekakukan komunikasi
dengan pasien yang biasa dikenal dengan anamnesis (history taking). Anamnesis lengkap dan
teliti sangat penting dilakukan sebelum pemeriksaan fisik karena dapat membantu pemeriksa
dalam mengarahkan dan memprediksi diagnosis banding penyakit.
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ tubuh. Pemeriksaan diagnostik fisik sistem
hematologi tidak berbeda jauh dengan sistem lain, yaitu secara berurutan melakukan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Penegakan diagnosis kelainan dalam sistem Hematologi pada
umumnya tidak cukup dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja, tetapi
memerlukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Indikasi
Pemeriksaan diagnostik fisik sistem hematologi dilakukan untuk :
1. Kelengkapan dari rangkaian anamnesis yang dilakukan pada pasien.
2. Mengetahui diagnosis penyakit.
3. Membantu dokter untuk melakukan tindakan selanjutnya.
4. Mengetahui dan perkembangan serta kemajuan terapi.
5. Dipakai sebagai standar pelayanan di dalam memberikan pelayanan paripurna.
NAMA : ………………………………………………………...
1. Lembar ini berguna untuk memantau kemajuan tingkat keterampilan tiap mahasiswa
dengan cara antara mahasiswa saling menilai dan hasil akhirnya harus
diketahui/disetujui oleh kordinator/instruktur skills lab.
2. Semua lembar daftar tilik ni harus diisi untuk dapat mengikuti evluasi skills lab.
3. Lembar penilaian/daftar tilik kegiatan skills lab. terdiri dari lembar penilaian
keterampilan komunikasi anamnesis keluhan utama dan system, dan keterampilan
pemeriksaan diagnostik fisik hematologi.
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
4. Kepala/wajah
- Perhatikan rambut (rambut rontok saat dipegang, rambut merah
jagung), kedua belah mata dan mulut.
6. Thorax
Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi paru dan
jantung.
- Pada jantung, perhatikan adanya kardiomegali, ictus cordis,
Bunyi Jantung 1 dan 3 ireguler, murmur/gallop (instruktur
memberikan penjelasan sederhana, karena mahasiswa belum
mengikuti pembelajaran Sistem Kardiologi)
- Pada paru perhatikan adanya bunyi redup saat perkusi.
Axilla:
Periksa kelenjar axilla pasien dengan cara mengangkat lengan pasien ,
dan palpasi dilakukan dengan tangan kiri pemeriksa pada axilla kanan.
Pemeriksa meraba dengan jari-jarinya sedalam mungkin ke dalam
axillla. Pemeriksaan pada axilla kiri dilakukan dengan cara yang sama.
7. Pemeriksaan Abdomen
- Pasien dibaringkan mendatar, kedua kaki di tekuk
- Memeriksa abdomen secara cermat dan berurutan: inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi.
- Pemeriksaan terutama ditujukan untuk menentukan
splenomegali, hepatomegali, pembesaran kelenjar para-aorta
(biasanya pada ALL, CLL, limfoma maligna) dan palpasi kelenjar
inguinal.
- Perhatikan bentuk abdomen yang cembung/gambaran asites,
dilanjutkan pemeriksaan hepatomegali, dan pemeriksaan schuffner
untuk splenomegali.
8. Lengan
Perhatikan secara cermat:
9. Tungkai
- Inspeksi tungkai apakah terdapat memar, pigmentasi atau bekas
garukan. Purpura yang menonjol (teraba) ditemukan pada purpura
Henoch-Schonlein.
- Perhatikan adanya ulkus pada tungkai, biasanya di atas maleolus
medial atau lateral
- Pemeriksaan capillary refill time (CRT)
PEMERIKSAAN HEPATOMEGALI
1. Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan kedua tekuk kedua lutut.
2. Mulai dengan meraba dan melakukan penekanan dengan menggunakan bagian pinggir
dalam palmar dan jari tangan pada abdomen sampai sedalam 4-5 cm dari arah kaudal
ke kranial di bawah arcus costa kanan
3. Lakukan penekanan saat pasien melakukan inspirasi, dan berikan penilaian
mengenai ukuran, pinggir, konsistensi, nyeri
4. Hepatomegali diintepretasikan dengan mengukur pembesaran hepar sampai sekian
sentimeter dibawah arcus costa kanan
JUMLAH
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan benar
Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
22
Mengetahui:
Penguji
…………………………
Pendahuluan
Pemeriksaan laboratorium merupakan prosedur penting yang diperlukan klinisi dalam
berbagai tahapan pengelolaan pasien, meliputi penentuan diagnosis, monitoring perjalanan
penyakit, menentukan prognosis, serta evaluasi terhadap keberhasilan pengobatan. Hasil
pemeriksaan laboratorium yang terjamin kualitasnya, dapat diandalkan untuk pengambilan
keputusan klinisi dalam pengelolaan pasien sesuai dengan kelainan yang dideritanya. Kualitas
hasil laboratorium ditentukan oleh tiga tahap diagnosis laboratorium yaitu preanalitik, analitik,
dan pasca analitik. Kesalahan mungkin terjadi dalam setiap tahapan tersebut, tetapi kesalahan
preanalitik terbukti menjadi sumber mayoritas kesalahan. Salah satu prosedur yang terdapat
dalam tahapan preanalitik yaitu pengambilan darah.
Pengambilan darah merupakan salah satu cara pengumpulan sampel darah, yang
umumnya dilakukan dengan tehnik pengambilan darah melalui vena, arteri, maupun kapiler.
Tehnik lain pengambilan darah yang kadang dilakukan yaitu melalui Central venous access
devices (CVADs), merupakan tehnik khusus yang diperuntukkan bagi pasien dalam situasi
operasi dan perawatan intensif dengan tujuan meminimalisasi flebotomi berulang.
Tehnik pengambilan darah yang dilakukan dengan prosedur yang benar berperan
penting dalam menjamin hasil laboratorium yang akurat. Hal-hal prosedural yang harus ditaati
dalam tehnik ini mencakup sterilitas, lokasi pengambilan yang tepat, langkah pengambilan
yang teliti, lama pengambilan, volume yang sesuai dengan tabung, homogenisasi sampel darah,
dan identifikasi pasien.
Indikasi
Tehnik pengambilan darah dilakukan untuk mengambil sampel darah vena, arteri atau kapiler
untuk pemeriksaan laboratorium, yang berguna bagi klinisi dalam mengetahui diagnosis
penyakit, menentukan terapi dan tindakan selanjutnya, monitoring perjalanan penyakit,
prediksi terhadap prognosis, evaluasi perkembangan dan kemajuan terapi.
Sasaran Pembelajaran:
Sasaran pembelajaran Keterampilan Klinis Tehnik Pengambilan Darah:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mempersiapkan pasien dalam rangka tehnik
pengambilan darah vena, arteri dan kapiler.
2. Mahasiswa mampu melakukan inform consent secara lengkap dan benar kepada pasien.
3. Mahasiswa mampu mengenal dan menyiapkan dengan benar alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk tehnik pengambilan darah vena, arteri dan kapiler.
4. Mahasiswa mampu menerapkan tindakan sepsis asepsis pada tehnik pengambilan darah
vena, arteri dan kapiler.
5. Mahasiswa mampu melakukan tehnik pengambilan darah vena, arteri dan kapiler sesuai
prosedur secara teliti dan terperinci.
6. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui tehnik pengambilan darah vena secara
benar.
Metode semprit
Tarik perlahan-lahan pengisap (plunger) dan biarkan semprit terisi darah
sesuai volume yang dibutuhkan.
16. Ambil kapas atau kasa steril, letakkan diatas tempat tusukan, tarik jarum
kemudian tekan ringan diatas tempat tusukan.
17. Metode tabung vakum
Segera homogenkan darah dalam tabung penambung, dengan membolak
balik tabung penampung yang mengandung antikoagulan 6-8 kali. Tidak
boleh dikocok-kocok.
Letakkan dalam rak tabung.
Metode semprit
Masukkan darah dari semprit kedalam tabung penampung darah yang
telah diisi antikoagulan, segera homogenkan dengan membolak balik
tabung penampung 6-8 kali. Tidak boleh dikocok-kocok. Letakkan dalam
rak tabung.
18. Buang jarum di tempat sampah tajam.
19. Amati tempat tusukan dibawah kapas atau kasa steril selama 3-5 menit.
Bila sudah tidak tampak adanya darah dari tempat tusukan, ganti dengan
kapas atau kasa steril baru, kemudian plester. Plester boleh dilepas setelah
15 menit.
20. Bereskan alat dan membuang bahan habis pakai pasien ke tempat sampah
medis.
21. Lepaskan sarung tangan, buang ke tempat sampah medis
22. Lakukan cuci tangan rutin
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan benar
Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
38
Mengetahui:
Penguji
…………………………
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan benar
Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
34
Mengetahui:
Penguji
…………………………
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan benar
Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
42
Mengetahui:
Penguji
…………………………
Pada suatu kondisi pasien terdapat kesulitan pemeriksaan dengan sampel standar atau
adanya efek samping akibat pengambilan darah vena yang berulang, maka alternatif
pengambilan darah kapiler bisa menjadi pilihan. Contoh kasus yaitu uji penyaring berbagai
kelainan penyakit yang dilakukan dari lokasi yang tidak terjangkau fasilitas laboratorium,
kebutuhan akan hasil pemeriksaan darurat, ataupun pemeriksaan kadar suatu zat dalam darah
yang dibutuhkan dalam pembuatan kurva harian. Pada kasus khusus seperti pengumpulan
spesimen darah pada bayi, maka pengambilan darah kapiler (skin puncture) bisa merupakan
suatu pilihan utama. Hal ini dikarenakan besarnya resiko anemia iatrogenic akibat
pengambilan darah dalam jumlah banyak atau berulang pada neonatus.
Pada pasien dewasa, pengambilan darah kapiler dilakukan pada kedua sisi lateral ujung
jari palmar manus, sedangkan pada bayi WHO merekomendasikan dua lokasi pengambilan,
yaitu tumit (heel prick) dan jari (finger prick). Pemilihan lokasi pengambilan darah bayi dari
tumit atau jari tergantung pada umur dan berat badan. Pada usia bayi kurang dari 6 bulan atau
Rekomendasi WHO pada pengambilan darah kapiler pada neonatus juga mengenai
kedalaman dan lebar lanset yang digunakan untuk penusukan. Kedalaman tusukan pada heel
prick tidak boleh lebih dari 2,4 mm.
Volum sampel yang dapat diperoleh dari tumit sangat terbatas, sehingga diperlukan
perlakuan tambahan, yaitu penghangatan tumit (prewarming) yang bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah ke tumit. Suhu yang dipakai tidak boleh terlalu panas, mengingat
kondisi kulit bayi yang masih tipis dan mudah mengalami trauma akibat panas.
Tehnik pengambilan darah selain vena dan kapiler yang rutin dilakukan yaitu
pengambilan darah arteri. Tehniknya lebih sulit dan umumnya dimanfaatkan untuk tujuan
pengambilan sampel darah dengan tujuan khusus yaitu menegetahui status respiratorius dan
keseimbangan asam basa, kadar oksigen, dan kadar karbondioksida dalam darah.
Lokasi pengambilan darah arteri yang biasa dilakukan yaitu dari a. radialis dan a.
femoralis, sedangkan pengambilan di a. brachialis kurang dianjurkan karena adanya trauma
terhadap persyarafan disekitarnya. Hal penting yang perlu dicermati pada saat pengambilan
darah arteri radialis adalah melakukan uji perfusi kolateral pembuluh darah ulnaris yang
disebut tes Allen. Tehnik melakukan tes Allen secara berurutan sebagai berikut: melakukan
palpasi denyut a. radialis dan a. ulnaris, menekan dan menutup kedua arteri tersebut, pasien
diminta menggenggam tangan dengan kuat selama 30 detik, melepaskan genggaman tangan
dan mengamati telapak tangan yang pucat, melepaskan tekanan pada a. ulnaris.(Gambar 7.)
BAHAN BACAAN
1. Gandasoebrata R. 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta, pp:8-9
2. Garza D., Becan McBride K. 2002. Phlebotomy Handbook: Blood Collection
Essentials. 6th ed. Prentice Hall, pp:317-324.
3. NCCLS, 1998. Percutaneous Collection of Arterial Blood for Laboratory Analysis,
2nded. Document H11-A2.
4. NCCLS, 1998. Procedures for the Collection of Diagnostic Blood Specimens by
Venipuncture-Approved Standard (H3-A4). 4thed. Vol 18, No 7.
5. Strasinger S. K., Lorenzo M. S. D. 2011. The Phlebotomy Textbook. 3 thed.
Philadelphia: F>A> Davis Company, pp: 155-251.
6. WHO. 2010. Guidelines on Drawing Blood: Best Practises in Phlebotomy. Switzerland:
WHO Document Production Services, pp: 17-24.
Pendahuluan
Pemeriksaan hematologi merupakan bagian dari prosedur pemeriksaan laboratorium
yang bertujuan untuk uji penyaring, menegakkan diagnosis, monitoring perjalanan penyakit,
serta evaluasi terhadap terapi. Pemeriksaan hematologi meliputi evaluasi terhadap seluruh
komponen darah yang terdiri dari cairan dan sel-sel didalamnya. Sel-sel darah manusia terdiri
dari leukosit, eritrosit, dan trombosit. Pemeriksaan sel-sel darah meliputi jumlah sel, volume
sel, persentase, serta morfologinya. Hasil pemeriksaan tersebut diperlukan untuk memberikan
interpretasi sel darah secara menyeluruh.
Leukosit merupakan bagian dari sistem imunitas tubuh yang berperan aktif terhadap
adanya antigen. Peningkatan jumlah leukosit dalam darah (leukositosis) atau penurunan jumlah
leukosit (leukopenia) merupakan gambaran awal yang dapat diinterpretasikan sebagai reaksi
pertahanan tubuh. Pemeriksaan leukosit lanjutan yang dapat memberikan pendekatan lebih
spesifik terhadap penyebab abnormalitas jumlah leukosit yaitu hitung jenis leukosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit dalam darah, yang diwujudkan
dalam persentase (%) tiap jenis leukosit terhadap jumlah seluruh leukosit. Hitung jenis leukosit
tersebut bersifat relatif terhadap jumlah leukosit seluruhnya. Hitung jenis leukosit absolut
didapatkan berdasarkan perhitungan persentase yang ditemukan dikalikan dengan jumlah
leukosit per mikroliter. Jenis/tipe leukosit yang dinilai meliputi basofil, eosinofil, neutrofil
stab/batang, netrofil segmen, limfosit, dan monosit.
Hitung jenis leukosit dapat dilakukan dengan cara otomatis maupun visual. Hitung jenis
leukosit dengan cara otomatis membutuhkan ketersediaan alat hematologi otomatis yang
membedakan jenis sel leukosit berdasarkan ukuran sel maupun flowcytometri.
Hitung jenis leukosit cara visual dapat dilakukan tanpa alat hematologi khusus, dan
hanya membutuhkan mikroskop dan sediaan apus darah tepi. Sediaan apus darah tepi yang
dibuat dan dipulas dengan baik, mutlak diperlukan untuk pembacaan hitung jenis leukosit cara
manual.
Indikasi
Pemeriksaan hitung jenis leukosit dilakukan pada setiap pemeriksaan hematologi
sebagai uji penyaring, untuk melakukan pendekatan diagnosis pada berbagai penyakit dengan
Capaian pembelajaran :
Capaian Pembelajaran Keterampilan Klinis Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit:
1. Mahasiswa mampu menentukan sediaan apus darah tepi yang baik dan benar
pewarnaannya
2. Mahasiswa mampu menentukan sediaan apus darah tepi yang baik sebaran sel-selnya
3. Mahasiswa mampu menentukan pembesaran pada mikroskop yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan hitung jenis leukosit.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis leukosit secara visual berdasarkan ukuran
dan morfologi sel
5. Mahasiswa mampu menghitung persentase masing-masing jenis leukosit dalam sediaan
apus darah tepi.
6. Mahasiswa mampu memberikan interpretasi terhadap hasil hitung jenis leukosit.
Sasaran Pembelajaran:
Sasaran pembelajaran Keterampilan Klinis Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi serta mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk pemeriksaan hitung jenis leukosit
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit sesuai prosedur
secara teliti dan terperinci.
3. Mahasiswa mampu mengenali kasus-kasus yang membutuhkan pemeriksaan hitung
jenis leukosit.
Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
16
Mengetahui:
Penguji …………………………
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi tubuh manusia yang terdiri dari
55% plasma darah dan 45% sel-sel darah. Sel darah manusia terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel-sel tersebut mempunyai
fungsi yang berbeda dalam tubuh.
Leukosit merupakan bagian dari sistem imunitas tubuh dan secara fisiologis
akan berperan dalam proses pertahanan tubuh. Pemeriksaan hitung leukosit secara keseluruhan
akan mendapatkan gambaran kenaikan atau penurunan jumlah leukosit sebagai reaksi atas
kelainan yang diderita tubuh. Pemeriksaan hitung leukosit diperlukan untuk uji skrining,
membantu menegakkan diagnosis, monitoring perjalanan penyakit, menilai efektifitas terapi
dan efek sampingnya, serta memperkirakan prognosis suatu penyakit.
Leukosit terdiri dari beberapa jenis sel berdasarkan morfologi maupun fungsinya, yaitu:
basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, serta monosit. Pemeriksaan
hitung jenis leukosit yang dilakukan menyertai hitung leukosit, dapat membantu memberikan
gambaran kondisi tubuh yang lebih spesifik. Berbagai kondisi tubuh yang mempengaruhi
jumlah leukosit maupun persentase hitung jenis leukosit yaitu: inflamasi, infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit, reaksi alergi, gangguan imunitas
(imunodefisiensi, penyakit autoimun), keganasan hematologi khususnya leukemia, keganasan
mieloproliferatif, serta sindrom mielodisplasia.
Pemeriksaan hitung jenis dapat dilakukan secara otomatis maupun manual.
Penghitungan otomatis memerlukan alat hematologi otomatis dengan metode electrical
impedance atau prinsip flowsitometri, sehingga tidak dapat dilaksanakan di semua pusat
kesehatan. Hitung jenis leukosit secara manual memerlukan pembuatan sediaan apus darah
tepi/SADT yang diwarnai dengan reagen pewarna Wright, May Grunwald, atau Giemsa.
Pembuatan SADT yang baik dan benar sangat diperlukan untuk mendapatkan diferensiasi
terhadap ukuran dan morfologi sel leukosit.
Penilaian hitung jenis leukosit manual, dilakukan dibawah mikroskop cahaya, dengan
alat differential cell counter. Penilaian dilakukan pada area dekat ujung sediaan apus darah
Sediaan
apus
darah
tepi
Hasil penghitungan dilaporkan dalam bentuk hitung relatif maupun absolut. Hitung
jenis leukosit secara relatif dalam bentuk persentase terhadap jumlah leukosit keseluruhan,
sedangkan hitung absolut merupakan perkalian antara persentase jenis leukosit dengan jumlah
leukosit total. Nilai persentase normal dari hitung jenis leukosit yaitu:
Basofil : 0-1%
Eosinofil : 1-3%
Neutrofil batang : 2-6%
Neutrofil segmen : 50-70%
Limfosit : 20-40%
Monosit : 2-8%
Pemahaman tentang morfologi leukosit sangat diperlukan dalam pemeriksaan hitung
jenis leukosit. Sediaan apus darah tepi yang baik dan benar dapat memberikan gambaran
struktural dua dimensi leukosit dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan karakteristik inti leukosit
(Gambar 10)
Limfosit, merupakan jenis leukosit yang secara morfologi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu limfosit kecil dan limfosit besar. Limfosit kecil mempunyai bentuk bulat dengan
inti sebesar eritrosit normal. Sitoplasma warna biru muda tanpa granula, dan inti warna biru
BAHAN BACAAN
1. Shiro Miwa. 1998. Atlas of Blood Cell. Bunkodo, p:28-31.
2. Diggs Lemuel, Sturm Dorothy, Bell Ann. 2005. The Morphology of Human Blood
Cells. 7thed. Abbot, p:1-9.
3. Theml Harald, Diem Heinz. 2011. Color Atlas of Hematology: Practical Microscopic
and Clinical Diagnosis. Thieme. p.17-51.
4. Bain Barbara J. Blood Cells: A Practical Guide. 5thed Wiley, p.61-175.