Anda di halaman 1dari 16

Bab 7 b.

Hakekat Birokrasi
Isyu Birokrasi dan Korupsi • Birokrasi dipandang sebagai organisasi dari
masyarakat modern yang kehidupannya semakin
kompleks.
Korupsi: Birokratisme penyebab Beban • Keteraturan dalam perkembangan masyarakat
Korupsi seperti ini adalah sebuah keniscayaan.
a. Birokritisme • Penting dimiliki masyarakat untuk mencapai
• Birokrasi dilaksanakan tidak fungsional. tujuannya lebih efektif dan efisien.
• “Kalau dapat dipersulit, mengapa harus
dipermudah.”
b. Nepotisme Sudut Pandangan Sosiologi tentang Birokrasi
Weber, 1954: Tipologi Birokrasi
• Birokrasi pemerintahan dengan mengangkat
pegawai dari keluarga dekatnya guna menjunjung • Pihak yang mengisi kedudukan dalam organisasi
nama keluarga. dalam era modern yang bukan dipilih tetapi ditunjuk.
c. Korupsi • Mengenalkan tipe birokrasi dengan menekankan
• Kekuasaan untuk menambah kekayaannya bentuk legal rasional yang semakin utama
sendiri atau orang tertentu. • Ulasan: birokrasi kurang dikaitakan dengan
d. Kolusi persoalan sosial lain, seperti demokratisasi atau
• Kerja sama antara penjabat dengan oknum kesejahteraan sosial.
dengan melanggar hukum untuk keuntungan.

Kontinuum Lembaga ke Organisasi


Soedino M. P. Tjondronegoro, 1983
• Adalah teori/konsep yang menjelaskan transisi
perubahan bentuk secara perlahan dan tidak memuat
perubahan mendadak atau diskontinyu.
Kontinuum Ciri Lembaga ke Organisasi (Formalisasi
Struktur Sosial): Pandangan Lebih Lanjut:
Birokrasi masuk dalam ranah debat yang melibatkan
para ahli:
Karl Marx:
“Birokrasi sebagai organisasi eksploitatif.”
Organisasi adalah instrumen bagi kelas yang
berkuasa untuk mengekploitasi kelas sosial yang
Kontinuum Pengorganisasian Sosial dikuasai. Debat-debat itu, semakin menguatkan
Biersted, 1982 pandangan birokrasi adalah organisasi yang perlu
didiskusikan dalam kehidupan masyarakat memasuki
modernisasi.

Birokrasi untuk Kesejahteraan


Untuk perbaikan taraf hidup:

Sebab-Akibat menjadi Birokrasi


a. Schoorl, 1982:
Perkembangan menuju masyarakat industri yang
modern, masyarakat semakin kompleks dengan:
(1) Diferensiasi yang besar.
➔ Semakin negara ikut campur tangan Strategi Pemberantasan Korupsi (KPK)
kebutuhan warganya, semakin besar 1.) Perbaikan Sistem: tidak bisa melakukan korupsi,
birokrasi pemerintahan. 2.) Represif: takut melakukan korupsi
(2) Skala kegiatan. 3.) Edukasi dan Kampanye: tidak mau melakukan
(3) Integrasi birokrasi yang semula mengabdi pada korupsi.
raja beralih melayani kepentingan umum.
Optimalkan CSO dan Mahasiswa dalam -- Lampiran --
Gerakan Anti Korupsi
Perbedaan Lembaga dan Kelembagaan
a. Lembaga (Institution)
• Penentu dalam perilaku manusia memenuhi
kebutuhannya, berupa norma yang dilandasi
nilai-nilai, dapat berupa aturan formal dan
nonformal.
• Hal itu menjadi pedoman dalam berperilaku aktor
(individu dan organisasi), memberi peluang
(empower) namun sekaligus membatasi
(constraint) aktor.
Transformasi Birokrasi
b. Kelembagaan (Institutional)
Lama → Baru dan Tata Kelola Baik
• Segala hal yang berkenaan dengan lembaga,
seperti kelembagaan pemasaran, kelembagaan
keuangan (melibatkan berbagai lembaga).

Perbedaan Organisasi dan Keorganisasian


a. Organisasi (Organization)
• Kelompok sosial yang sengaja dibentuk oleh
a. Smart City/Village sekelompok orang, memiliki anggota yang jelas,
• Adalah wilayah yang telah mengintegrasikan dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu, dan
teknologi informasi dan komunikasi dalam tata memiliki aturan yang dinyatakan tegas (biasanya
kelola sehari -hari untuk mempertinggi efisiensi, tertulis).
memperbaiki pelayanan publik, dan
• Organisasi adalah aktor sosial dalam masyarakat
meningkatkan kesejahteraan warga.
sebagaimana individu.
• ex: mall pelayanan publik.
• ex: koperasi, kelompok tani, Gabungan
b. E-Planning
kelompok tani, dan kelompok wanita tani.
• Sistem informasi perencanaan pembangunan
b. Keorganisasian (Organizational)
untuk menghasilkan rencana-rencana
• Hal-hal berkenaan dengan organisasi.
pembangunan dalam jangka panjang, jangka
• Ex: perihal kepemimpinan dalam organisasi,
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh
keanggotaan, manajemen, keuangan organisasi,
unsur penyelenggara negara dan masyarakat.
kapasitas organisasi, serta relasi dengan
c. E-Government
organisasi lain.
• Penataan sistem manajemen dan proses kerja di
lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan Perbedaan Grup dan Organisasi
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
untuk memberikan informasi dan pelayanan
publik, urusan bisnis, hal lain berkenaan dengan
pemerintahan.
d. E-Procedurement
• Transformasi sistem lelang dalam pengadaan
barang/jasa dengan memanfaatkan sarana
teknologi, informasi dan komunikasi berbasis
internet sehingga lebih transparan, adil, dan Ciri Organisasi
menciptakan persaingan sehat.
e. E-Budgeting
• Sistem keuangan yang menampilkan seluruh
dokumentasi secara online dan bisa di akses oleh
siapapun.
• Disusun dalam aplikasi komputer berbasis web,
dan dirancang sebagai fasilitas proses
penyusunan anggaran belanja.
• Keunggulan: terintegrasi; data akurat;
penyusunan mudah; data transparant & tak
mudah dimanipulasi; menjaga akuntabilitas
publik; menekan resiko korupsi; dokumentasi
data lebih efektif; mempermudah evaluasi.
Bab 8 Unsur Stratifikasi Sosial
Dinamika Stratifikasi dan Mobilitas a.) Kedudukan/status sosial:
• Tempat seseorang secara umum dalam
Sosial di Indonesia pada Era Digital
masyarakatnya dalam hubungannya dengan
anggota masyarakat lainnya, yang diwujudkan
Pengertian Stratifikasi Sosial dalam kedudukan sosial tinggi atau rendah.
“stratum”: lapisan • Dibedakan menjadi: Ascribed Status, Achieved
• P A. Sorokin dalam Pattinasarany 2016: Status dan Assigned Status.
“Suatu pembedaan penduduk atau masyarakat ke • Kedudukan/status sosial dilihat dari status
dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis), yang simbol yang ditampilkan seseorang atau
diwujudkan dalam kelas tinggi dan kelas lebih kelompok.
rendah.” b.) Peranan (Role)
• Penilaian berdasarkan (pahala), gengsi, • Aspek dinamis dari kedudukan/status sosial
kehormatan, dan hak berbeda atas tiap posisi. yang menyangkut hak dan kewajiban
seseorang sesuai kedudukan/status sosialnya.
Dasar Sratifikasi Sosial • Seseorang dapat memiliki beberapa peranan
Sajogyo (1994) mengemukakan 3 faktor yang mendasari sesuai dengan pola kehidupannya, yang
pelapisan sosial dalam masyarakat yaitu: memungkinkan terjadinya konflik peran (role
1.) Faktor Biologis conflict).
ex: penghargaan lebih tinggi diberikan pada jenis
kelamin, ras, usia atau bentuk fisik tertentu, Proses Terbentuk Stratifikasi Sosial
2.) Faktor Ajar 1. Proses kelembagaan tentang barang/jasa yang
ex: penghargaan lebih tinggi pada pendidikan atau dianggap bernilai.
jenis pekerjaan tertentu, 2. Aturan alokasi pendistribusian barang/jasa pada
3.) Faktor Kepentingan dan Kelangkaannya kedudukan tertentu.
ex: penghargaan lebih tinggi pada keterampilan 3. Mekanisme mobilitas berkaitan dengan kedudukan
langka yang sangat dibutuhkan masyarakat. dalam struktur sosial.

Dasar Sistem Stradifikasi Sosial Mobilitas Sosial


Note: bersifat dinamis sesuai perkembangan masyarakat. Sorokin dalam Pattinasarany, 2016
a. Unsur Kekayaan
Jumlah/kualitas: ternak, gaya hidup, pakaian, dll.
b. Unsur Kekuasaan
Posisi: dalam parpol, perusahaan, organisasi, dll.
c. Unsur Kehormatan
Nilai prestise pada sistim sosial tertentu: usia,
kedudukan pada bidang keagamaan/adat/budaya.
d. Unsur Ilmu Pengetahuan
Masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan; gelar kesarjanaan menjadi ukuran
tingkat pendidikan, skill/keahlian. Perbandingan Peluang Mobilitas Sosial
Vertikal
Sistem Stratifikasi Sosial Dianalisis, Melalui:
1. Distribusi hak istimewa yang objektif:
penghasilan, kekayaan, wewenang, keselamatan.
2. Sistem pertanggaan yang diciptakan masyarakat:
(prestise dan penghargaan).
3. Kriteria sistem pertanggaan,
4. Lambang-lambang kedudukan (life style,
perumahan, dll).
5. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
6. Solidaritas di antara individu atau kelompok-
kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang
sama dalam sistim sosial masyarakat.
Penyebab Mobilitas Sosial
• Dinamika ekonomi,
• Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
• Perubahan gaya hidup,
• Dinamika politik.
Digitalisasi, Media Sosial, dan Mobilitas Sosial

• Digitalisasi dan media sosial menghasilkan jenis


profesi yang baru sekaligus disrupsi yang telah ada
sebelumnya.
• Media sosial dapat membawa perubahan pada
status sosial, ekonomi dan politik seseorang.
• Media sosial menghasilkan Upward Mobility
melalui: selebgram, influencer, social climber (fake
rich, playing fake, flexing, internet celebrities),
blogger, dll.
• Media sosial mengakibatkan Downward Mobility
melalui: cyberbullying, hoax, viral karena diduga
terlibat kasus kriminal, dll.
• Resiliensi yang tinggi dibutuhkan agar seseorang
berhasil melakukan upward mobility melalui media
sosial.

Dampak Stratifikasi Sosial


1.) Perbedaan dan ketidaksamaan: perbedaan hak,
kewajiban, tanggung jawab, nilai-nilai dan
pengaruhnya diantara masyarakat menyebabkan
terjadinya ketidaksamaan sosial-ekonomi antar
lapisan sosial.
2.) Diskriminasi: lapisan bawah sering diperlakukan
tidak adil, lebih sulit untuk mendapatkan akses
pada kesehatan dan pendidikan dibandingkan
lapisan atas.
3.) Kekerasan: demi mempertahankan kepentingan
politik dan ekonomi, lapisan atas melakukan
pemaksaan dan kekerasan pada kelompok lain yang
dianggap minoritas.
4.) Konflik sosial: konflik antar lapisan sosial
(misalnya: atas dasar usia atau jenis kelamin)
karena perbedaan dalam nilai-nilai dan norma.\
Bab 9 Tipologi Kekuasaan dan Wewenang dalam
Kekuasaan dan Wewenang Masyarakat

Praktek Kekuasaan/Kewenangan yang


Bekerja sebagai Satu Kesatuan
Kekuasaan wewenang tidak dapat dipisahkan:
• Praktek kekuasaan/kewenang yang berlangsung
pada setiap bentuk komunitas,
• Berlangsung berdasakan aspek legalitas yang
melahirkan tindakan kekerasan atau tanpa
kekerasan dalam praktek kekuasaan yang
dimaksud.
• Dalam empat varian praktek
kekuasaan/kewenangan tersebut individu sebagai -- Kekuasaan (Power) --
pengikut tidak dapat mengelak dampak kekuasaan
pada dirinya. Sebab sifat praktek a.) Budiardjo, 2008
kekuasaan/kewenangan tersebut adalah “Kemampuan seseorang atau sekelompok orang
“asimetris”. untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok lain sedemikian rupa, sehingga tingkah
lakunya sesuai dengan keinginan atau tujuan orang
Karakter praktek kekuasaan dan wewenang dalam
yang mempunyai kekuasaan itu.”
masyarakat:
1.) Deb Collector: b.) Weber, 1922
“Kemampuan individu atau kelompok untuk
• Melaksanakan tugas kekuasaan atas perintah
mencapai tujuan atau sasaran mereka sendiri ketika
lembaga resmi, dengan legalitas yang kuat.
orang lain berusaha mencegah mereka untuk
• Prakteknya tidak sesuai dengan kehendak
mewujudkannya.”
masyarakat, sehingga diterima sebagai sebuah
c.) Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan dalam
praktekekuasaan yang memaksa.
Harjanto 2017
• Kekuasaan/kewenangan yang diperankan oleh
“Kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah
lembaga negara, seperti kepolisian dan
laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah
kejaksanaan untuk melakukan fungsi
laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan
penahanan terhadap pihak yang
dari pelaku yang mempunyai kekuasaan.”
diduga/danyatakan bersalah berdasarakan
hukum yang berlaku.
Unsur Kekuasaan
2.) Patron Client dan “Langgan” (Banten)
Soekanto (2013)
• Dalam sistem ekonomi pedesaan, sebagai
1.) Rasa Takut: menimbulkan kepatuhan terhadap
sebuah konsensus, ada figur yang bertindak
kemauan dan tindakan kelompok tersebut.
sebagai “Big Boss” yang menguasai
2.) Rasa Cinta: menghasilkan perbuatan yang
sumberdaya ekonomi, dari input produksi
cenderung positif, sehingga mau bertindak untuk
hingga ke pengumpulan hasil panen. Semuanya
dirinya dan kelompok itu.
berpusat pada Big Boss.
3.) Kepercayaan: sifat-sifat universal (jujur, bersih,
• Praktek ini diterima sebagai bagian dari system
peduli sesama, toleran, dll) yang dimiliki oleh
ekonomi dalam masyarakat yang kurang
seseorang meghasilkan hubungan-hubungan asosiatif
memiliki banyak akses ke lembaga ekonomi
secara kolektif.
yang lebih bersaing. Praktek pengorganisasian
4.) Pemujaan: puncak dari kualitas kepribadian. semua
sumberdaya oleh big bos diterima meskipun
tindakan penguasa dianggap benar atau dibenarkan
mungkin “ada unsur keterpaksaan dari pada
ata menjadi rujukan tindakan.
kliennya”.
3.) Terorisme, Perampokan, Begal, etc
Sumber Kekuasaan
• Praktek kekuasaan yang ilegal dan menakuti
Soekanto (2013)
masyarakat.
1.) Kedudukan: pimpinan dapat memberikan perintah
4.) Praktek Percaloan, Brocker, Biong
dan ganjaran kepada bawahannya.
• Praktek kekuasaa/kewenangan yang
2.) Kekayaan: pengusaha kaya berkuasa atas seorang
memainkan “fungsi keperantaraan” sebagai
politikus atau siapapun yang diperlakukan sebagai
jalur alternatif untuk memperoleh barang atau
bawahannya
jasa, dengan memberikan imbal jasa di luar
3.) Kepercayaan/Agama: ulama berkuasa terhadap
jalur resmi.
umatnya karena itu alim ulma disertakan dalam
pengambilan keputusan.
Saluran Kekuasaan Tipe Wewenang
Soekanto (2013:234-235) Weber (1921/1983)
a.) Militer/Polisi/Preman 1.) Traditional Authority
Lebih banyak menggunakan kekuatan superior untuk • Berkembang dalam kehidupan tradisional,
menjalankan dan mengamankan kekuasaan. • Keabsahannya berlandaskan kepercayaan yang
b.) Ekonomi mapan terhadap kekudukan tradisi-tradisi turun
Dilakukan dengan penguasaan ekonomi dalam temurun,
kehidupan masyarakat. • Legitimasi status mereka yang menggunakan
c.) Politik otoritas yang dimilikinya.
Dilakukan dengan membuat peraturan-peraturan • Pemiliknya: ketua adat tradisional, penguasa
yang harus ditaati melalui badan legal. dipilih dengan kriteria bibit-bebet-bobot.
d.) Tradisional 2.) Charismatic Authority
Dilakukan dengan menyesuaiakan tradisi pemegang • Wewenang seseorang karena kualitas atau mutu
kekuasaan dengan tradisi masyarakat. luar biasa dari dirinya, tanpa memerlukan
e.) Ideologi pembuktian.
Melalui doktrin-doktrin atau ajaran-ajaran yang • Pemiliknya: para dukun, para rasul, pemimpin
digunakan untuk pembenaran bagi penguasa. suku, pemimpin partai, dsb.
f.) Komunikasi 3.) Rational-Legal Suthority
Penguasaan terhadap media komunikasi dan jejaring. • Wewenang yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat modern yang dibangun atas
Cakupan dan Domain Kekuasaan legitimasi sebagai hak bagi yang berkuasa.
Budiarjo (2014:62) • Hukum positif-kalkulasi-portofolio-kriteria jelas
• Ruang Lingkup-Cakupan Kekuasaan (Scope of –prestasi kualitas individu.
Power) • Pemiliknya: polisi, rektor, ketua koperasi, ketua
Merujuk pada kegiatan, perilaku, sifat dan keputusan lembaga adat formal/modern, dsb.
yang menjadi obyek kekuasaan.
• Wilayah kekuasaan (Domain of Power),
Merujuk pada kelompok, organisasi atau kolektivitas -- Legitimasi (Legitimate) --
yang kena kekuasaan: sejauh mana penerapan • Legitimasi (Keabsahan): lebih menjelaskan
kekuasaan berpengaruh terhadap kepatuhan pada mengapa kedudukan seseorang dapat diterima oleh
pengikutnya. masyarakatnya.
• Pengakuan terhadap elit yang memiliki legitimasi
Cara Mempertahankan Kekuasaan adalah terdapatnya suatu keyakinan yang
Soekanto (2013:236-237) menunjukkan mengapa ‘the rullers’ (pemimpin atau
• Menghilangkan/mengganti peraturan lama (terutama penguasa) dipatuhi kepemimpinannya.
dalam bidang politik) yang merugikan kedudukan
penguasa dan diganti dengan peraturan yang
Kisah Kehidupan
menguntungkan penguasa,
Pemuka Agama vs Kepala Desa
• Mengadakan sistem kepercayaan (belief systems) • Pemuka agama tidak mempunyai kekuasaan formal,
yang dapat memperkokoh kedudukan penguasa,
tetapi lebih disegani masyarakat. Berarti,
• Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik legitimasinya tinggi.
(Good Governance), • Akan tetapi, Kepala Desa lah yang dapat
• Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertikal. menggunakan kekerasan hukum fisik ke masyarakat.
Jika mengadu ke pejabat tentang pajak, dapat
-- Wewenang (Authority) -- memenjarakan masyarakat` – Budiardjo Soeseno
dan Evaquarta 2014.
a.) Weber, 1978
“Accepted power—that is, power that people agree to
follow. People listen to authority figures because they
feel that these individuals are worthy of respect.
Generally speaking, people perceive the objectives
and demands of an authority figure as reasonable and
beneficial.”
b.) Soekanto, 2013
“Kekuasaan yang ada pada seseorang atau
sekelompok orang yang mendapatkan dukungan atau
mendapat pengakuan dari masyarakat.”
Bab 10 3.) Mayoritas awal (early majority): lebih dahulu
Komunikasi: Merajut Hubungan menerima inovasi dibandingkan kebanyakan
orang.
Sosial 4.) Mayoritas Belakangan (late majority): skeptic
terhadap perubahan
Isu Komunikasi: 5.) Kolot (laggards): terikat pada tradisi.
• Teknologi komunikasi: shir dan ancamannya,
• Komunikasi untuk perubahan sosial,
• Komunikasi dalam sistem sosial.

Komunikasi: Proses Sosial


• Komunikasi adalah pertukaran simbol,
• Simbol sebagai produk budaya: diproduksi dan
ditafsirkan dalam kerangka kebudayaan,
• Perbedaan budaya: konflik dan indahnya
keberagaman.

Komunikasi antar Budaya


Perbedaan tafsir atas simbol karena beda budaya:
1. Individualisme vs Kolektivisme
Ciri inovasi yang menentukan dapat
Perbedaan pandangan tentang persaingan dan
diterima masyarakat:
kerjasama dengan konsekuensinya.
• Observabilitas: hasil inovasi dapat ditangkap
2. Penghindaran Ketidakpastian
oleh indera.
Perbedaan toleransi dalam ketepatan waktu,
• Keuntungan relative: inovasi lebih unggul dari
perencanaan rinci dan sebagainya.
ide, praktek, produk yang digunakan saat ini.
3. Jarak Kekuasaan
• Kesesuaian: inovasi dianggap konsisten dengan
Perbedaan sikap terhadap atasan, ambisi terhadap
nilai-nilai sosial-budaya.
kekuasaan.
4. Maskulinitas vs Feminitas • Trialabilitas: inovasi dapat dicoba dalam jumlah
Perbedaan budaya tentang posisi gender. kecil.
5. Konteks Tinggi vs Konteks Rendah • Kompleksitasinovasi mudah digunakan atau
Perbedaan penggunaan simbol terus terang, dipahami.
eufimisme.
b.) Integrated Model of Communication for Social
Cara Mengatasi: Change
• Mindfulness untuk menghindari konflik akibat
perbedaan budaya,
• Memperbanyak berdialog antar budaya.

Komunikasi untuk Perubahan Sosial


• Kesenjangan informasi antara satu komunitas dengan
komunitas lainnya (information rich and information
poor society),
• Berdampak pada kesejahteraan dalam arti luas;
• Komunikasi untuk perubahan sosial: upaya
membangun masyarakat melalui proses komunikasi.
• Basisnya: Komunikasi dua arah.
• Unsurnya:
Pendekatan Komunikasi untuk Perubahan a.) Katalis:
Sosial Orang luar atau dalam komunitas. bersama
a.) Komunikasi Inovasi anggota komunitas merumuskan isu.
Dari pusat informasi ke masyarakat (adopter). b.) Dialog Komunitas:
Berdasarkan kecepatan adopsi, masyarakat Upaya terorganisir agar komunitas secara
dikategorikan menjadi: kolektif memahami dan mencermati
1.) Innovator (innovators): ingin menerapkan masalah, serta menyusun rencana aksi.
inovasi pertama kali. c.) Aksi kolektif:
2.) Adopter awal (early adopters): biasanya Langkah bersama melakukan aksi dan
pemimpin pendapat. mengevaluasi hasilnya.
Teknologi Komunikasi: Sihir dan Ancamannya
• Generasi digital sangat berbeda dengan generasi
sebelumnya (Tapscott 2013),
• Perubahan dalam berbagai aspek kehidupan:
Cara belajar, ekonomi dan perdagangan, praktek
poitik dan demokrasi, gerakan sosial.
• Terbentuk sebagai “network society” Castells (2001)
atau “digital society” (Lupton, 2014), yakni
masyarakat yang struktur sosialnya terbuat dari
jaringan yang didukung oleh teknologi informasi dan
komunikasi berbasis mikroelektronika.
• Menciptakan struktur sosial, ekonomi global, dan
budaya baru.
• Dampaknya:
a.) Digital divided:
• Kesenjangan/ketimpangan akses ke TIK;
• Terbaik Jakarta dan Yogyakarta; terburuk
Papua Barat, Papua, Sulawesi Barat, dan
Nusa Tenggara Timur.
• Solusi: pemerataan akses ke TIK, ex:
fasilitasi infrastruktur dan perangkat
internet Desa (Kominfo program Desa
Broadband 2016-2017).
b.) Digital Inequality:
• Kesenjangan dalam memanfaatkan TIK;
• Kesenjangan ini berhubungan dengan
faktor pendidikan, penguasaan sumber
daya.
• Solusi: Program digital literasi dan
penyediaaninformasi yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan golongan
bawah.

Dampak Buruk Media Sosial


a.) Post Truth:
Kebenaran dinilai berdasarkan “perasaan” bukan
pikiran rasional.
b.) Hoax:
Berita bohong yang sengaja dibuat
c.) Filter Bubbles:
Membentuk dunia berbasis kesamaan
d.) Echo Chamber:
Kecenderungan hanya mau mendengar dari
orang/kelompok yang berpandangan sama
e.) Social Bots: Penyebaran berita dengan
mempergunakan “mesin”.
Bab 11 • Revolusi industri 4.0 mempengaruhi cara-cara
Krisis Ekologi dan Modernisasi manusia dalam memanfaatkan alam, mendorong
munculnya konsekuensi berubahnya kualitas
Ekologi lingkungan hidup manusia.
• Nurbaya et al. (2019): sejak revolusi industri,
seluruh tatanan biosfer dan lansekap bumi manusia
modern telah berubah secara drastis.

Modernisasi Ekologi
• Modernisasi: proses transformasi dari keadaan yang
kurang maju atau kurang berkembang ke kehidupan
masyarakat yang lebih maju, lebih modern, dan lebih
makmur berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
• Pengaruh negatif: pencemaran dan kerusakan
lingkungan, degradasi hutan dan laut, kerusakan
ozon, dan perubahan iklim.
• Modernisasi merupakan pendorong utama timbulnya
krisis ekologi.
Krisis Ekologi • Krisis ekologi mengubah proses sosial dan
Adalah sistem ekologi mengalami perubahan sosial di kalangan masyarakat. Misal,
ketidakstabilan/guncangan yang mengakibatkan konflik sosial antar pihak akibat pencemaran dan
gangguan pada sistem ekologi (biotik & abiotik) yang perubahan sosial akibat perubahan iklim.
mengancam seluruh kehidupan yang ada di alam semesta • Modernisasi Ekologi (ME) merupakan upaya
(biosfer dan peradaban manusia). adaptasi ulang (re-adaptasi) masyarakat industri
<1% penduduk dunia yang belajar tentang terhadap lingkungan hidupnya melalui cara
pengelolaan sampah, namun 100% penduduk dunia menggunakan ilmu pengetahuan modern dan
menghasilkan sampah setiap hari. – Bebassari 2022. teknologi maju sehingga pencemaran dan kerusakan
lingkungan dapat dikendalikan, daya dukung alam
Ekologi dan Manusia meningkat dan pembangunan berkelanjutan
terwujud.

Latar Historis Teori Modernisasi Ekologi


a.) 1970an
Penelitian sosiologi dan ilmu politik di Barat
difokuskan untuk mengetahui:
• Akar masalah lingkungan hidup di negara
industri,
Ekologi Manusia: interaksi antara individu, populasi, • Gagalnya lembaga-lembaga modern dalam
dan komunitas manusia (Homo sapiens sapiens), beserta menangani masalah lingkungan hidup dan latar
sistem sosial dan kebudayaannya, dengan lingkungan gerakan timbulnya protes lingkungan,
hidupnya (fisik dan lingkungan sosial). • Kapitalisme sebagai penyebab krisis
lingkungan, serta sikap dan perilaku yang
menjadi penyebab masalah lingkungan.
Revolusi Industri dan Krisis Ekologi dalam
b.) 1980an
Lensa Sosiologi Konsep Modernisasi Ekologi (ME)
• Schwab (2019) revolusi industri terjadi ketika diperkenalkan dalam suatu studi yang
teknologi-teknologi mutakhir dan cara-cara baru diperuntukkan bagi “The Berlin Science Center”.
dalam melihat dunia memicu perubahan mendalam c.) 1990an
pada sistem ekonomi serta struktur sosial. Ilmuwan sosial di Eropa menjadi penelitian ke
arah memahami reformasi lingkungan hidup
sehingga Modernisasi Ekologi muncul menjadi
Ilmu Sosial tentang Reformasi Lingkungan Hidup.
Martin Jänicke and Joseph Huber sekitar (1980)
→ Arthur Mol dan Gert Spaargaren pada
(1990an)
➔ ME muncul sebagai konsep yang paling
tangguh, terkenal paling baik, paling banyak
digunakan, disitasi (cited) secara luas, dan
senantiasa diperdebatkan di berbagai literatur
dan forum akademik.
➔ ME merupakan jawaban dimana proses
modernisasi dalam industri dan pembangunan
tidak mungkin dihentikan namun harus ada
terobosan dalam mengurangi dampak
lingkungan.
➔ Contoh ME (Mol 2010): manajemen
lingkungan dalam industri, pajak atas jasa
lingkungan yang digunakan (ecotax),
penghematan dan daur ulang sumber daya
alam, dan penggunaan ekolabel.

Re-Adaptasi Modernisasi Ekologi


• Belanja tanpa kantong plastik,
• Gunakan tumblr untuk minum,
• Memilah sampah,
• Membuat pupuk sampah,
• Membuat sumber energi terbarukan.
Bab 12 Identitas dan Peran Gender
Gender Kesetaraan dan Inklusi 1. Dipelajari seseorang, pertama melalui sosialisasi
primer dalam keluarga:
Sosial
➔ Peran spesifik gender (diperkenalkan, ditiru),
➔ hadiah mainan, jenis kegiatan, buku cerita.
Mengapa Sosiologi Mengkaji Gender? 2. Dikuatkan dalam beragam ranah/bidang kehidupan
• Sajogyo, 1994: jenis kelamin menjadi salah satu sosial.
faktor pembeda peranan dan posisi, serta penilaian ➔ Sekolah, tempat kerja, media&budaya populer,
atas peranan dan posisi seseorang itu. adat istiadat masy, agama (tafsir), negara.
• Slattery 2003:115-119: ‘gender’ merupakan konsep
kunci stratifikasi sosial, ideologi dan pengetahuan. Perbedaan Peran Gender
menekankan pentingnya perbedaan dan pembedaan a.) Differentiation/Distinction
antara perempuan dan laki-laki yang bersifat biologis • Pembagian kerja dan tanggung jawab antara
maupun ajar, tetapi juga bahwa perbedaan ini perempuan dan laki-laki,
melintas-bagi (cross-divides) segala bentuk • Ex: lelaki bekerja upahan, perempuan bekerja
perbedaan sosial lain, seperti kelas, status atau ras. mengurus rumah.
• Berubah dgn berjalannya waktu, berbeda antar
Jenis Kelamin (Sex) dan Gender budaya/masyarakat
a.) Jenis Kelamin ➔ Tidak masalah, tak perlu digugat.
• Perbedaan fisik atau fisiologis antara laki-laki b.) Discrimination
dan perempuan (alat kelamin/sistem reproduksi, • Menilai atau memperlakukan secara berbeda
ciri fisik). kerja dan tanggung jawab perempuan dan laki-
• tidak dapat berubah → ketentuan biologis laki.
(kodrat). • Ex: kerja upahan dipandang sebagai ‘kerja’ dan
b.) Gender lebih penting dibanding mengurus rumah tangga
• Perbedaan secara sosial dan budaya dalam sikap (bukan ‘kerja’).
dan tindakan yang diasosiasikan dengan ➔ Masalah, perlu digugat (karena
kelelakian dan keperempuanan. menciptakan dan melanggengkan
• KPP-PA, 2010: ketidakadilan).
“Gender adalah perbedaan sifat, peranan, fungsi Lampiran
dan tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan yang bukan berdasar pada perbedaan
biologis, tetapi berdasar konstruksi sosial budaya
yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang
lebih luas, sehingga dapat berubah sesuai
perkembangan zaman.”
• dipelajari (sosialisasi, konstruksi sosial) → dapat
berubah (learn-unlearn), adaptasi.

Lampiran:

Ketidakadilan Gender
Ketidakadilan gender terjadi dalam berbagai
tingkatan lembaga yang mensosialisasi nilai atau norma:
dari keluarga, komunitas adat, sekolah dan tempat kerja,
hingga negara.
a. Streotipe Lampiran
• Pelabelan atau penandaan berdasarkan
pandangan yang sangat menyederhanakan
(oversimplified standardized image or idea).
• Dasar bentuk-bentuk ketimpangan gender
lainnya.
b. Beban Kerja Ganda
• Beban kerja yang lebih berat pada salah satu jenis
kelamin (umumnya perempuan).
c. Marginalisasi
• Saptari & Holzner 1997:
Makna: saat berikhtiar mengurangi ketimpangan,
Meniadakan peran perempuan dari kegiatan
pertimbangkan hambatan tersembunyi (underlying)
ekonomi (kerja upahan, pasar tenaga kerja).
untuk mencapai partisipasi yg sama. Mengarah pada
➔ Serta dari asumsi dalam (pengembangan)
kesetaraan manfaat (equity of impact), tidak sekedar
ilmu pengetahuan, dan dari kebijakan
kesamaan kesempatan (equality of opportunity).
pemerintah, interpretasi, keagamaan/tradisi
/adat suku.
Lampiran: Inklusi Sosial sebagai Strategi Kesetaraan
Bank Dunia, 2020:
Inklusi sosial adalah proses perbaikan
keadaan/kondisi orang atau kelompok agar mereka dapat
berperan setara dalam masyarakat, dengan memperbaiki
kemampuan dan kesempatan, serta meningkatkan harga
diri mereka yang tersisih akibat identitas-identitasnya.

d. Subordinasi
• Menilai peran-peran secara berbeda atas dasar
gender.
• Pandangan lebih rendah dan kurang penting
menyebabkan perempuan tidak memiliki akses
atas sumberdaya, pengambilan keputusan, dll.
e. Kekerasan
Fakih 1999; Saptari&Holzner 1997:
• Tindakan kekerasan berbasis gender, baik fisik
maupun nonfisik,
• Berbentuk kekerasan fisik, kekerasan psikis,
kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi.

Sama vs Setara

(a) (b)
(a) Sama: diasumsikan bahwa semua orang akan
mendapatkan manfaat dari dukungan/bantuan yg
sama.
(b) Setara: setiap orang mendapat dukungan/bantuan
berbeda supaya memungkinkan mereka mendapat
akses (kesempatan) yg sama.
Bab 13 Hoogvelt, 2017 dan harold Brookfield 1975:
Perubahan Sosial dalam Arus Interdependent Development
1. TNC (Transnational Corporation) integrasikan
Globalisisasi ekonomi dunia – Kapitalisme Global.
2. Aliansi TNC dan elite NSB (Negara Sedang
Definisi dan Aspek Perubahan Sosial Berkembang) Dengan Ideologi baru → “tidak
a. Selo Soemardjan 1981 ada pertentangan kepentingan antara TNC
Gejala perubahan dalam lembaga-lembaga dengan aspirasi ekonomi nasional”.
kemasyarakatan yang memengaruhi sistem sosialnya. ➔ NSB jor-joran membuka diri untuk modal
b. Calhoun et al 1994 asing (TNC).
Perubahan yang terjadi dengan berjalannya ➔ Perkembangan cepat NSB dng ketimpangan
waktu di dalam pola sikap dan tindakan manusia, di dan kerusakan lingkungan.
dalam kebudayaan dan struktur dari suatu
masyarakat. Pendefinisian Global
c. Farley 1990 dalam Sztompka 1993 a. Globalisasi sebagai Tujuan
Perubahan antar waktu dari pola-pola perilaku, Merealisasikan prinsip bahwa dunia dan
hubungan-hubungan sosial, kelembagaan- sumberdayanya adalah sistem ekonomi pasar bebas
kelembagaan, dan struktur sosial. yang dikelola secara global oleh lembaga-lembaga
d. Mike O’Donnell, second ed., 1987 politik dan finansial raksasa dan oleh elite ekonomi
Social change includes both development, dan politik yang boleh dikatakan unaccountable.
undevelopment and underdevelopment. -- (McMichael 2000, 241, di dalam Ben White,
Development implies some positive progress in a Saturnino M. Borras Jr., Ruth Hall, Ian Scoones
society’s condition whereas underdevelopment and Wendy Wolford, The New Enclosures, 2012:
implies decline or stagnation. 354).
b. Globalisasi Dicirikan
Keterhubungan di dunia yang bertambah erat,
terutama di dalam “rantai produksi dan pemasaran
komoditi”/commodity chain, untuk memasok
kebutuhan konsumsi dari para konsumen yang hidup
jauh dari lokasi di mana barang konsumsinya
direncanakan dan diproduksi
-- (Philip McMichael, Development and social
Change. A Global Perspective. Third Edition. Pine
Forge Press, 2004).

Ragam Skenario Globalisasi dan Glokalisasi


Ulf Hannerz di dalam Sztompka, ibid: 93-94
a.) Global Homogenization Scenario
Perubahan Sosial sebagai Proses dan
Dominasi budaya Barat, di mana seluruh dunia
sebagai Interaksi menjadi sebentuk replika gaya hidup Barat (barang
Sebagai Proses: konsumsi, menu resto, mobil, film, lakon teater,
• Perubahan sosial dipandang sebagai perubahan antar berita media, musik, dsb).
waktu. b.) Saturation Scenario
• Teori modernisasi. Versi homogenization dengan dimensi waktu. Di
dalam proses waktu yang panjang, periphery
Sebagai Interaksi: kehilangan ciri khasnya karena meng-absorb pola
• Perubahan sosial dipandang sebagai hasil interaksi budaya centre (negara kaya).
antar masyarakat. c.) Peripheral Corruption Scenario
• Teori dependensi/ketergantungan. Di dalam proses adopsi oleh periphery, terjadi
degradasi dan erosi dari elemen-elemen budaya dari
Teori Dependent Development centre. Hal ini disebabkan oleh:
• Teori lanjutan teori dependency, 1.) Mekanisme seleksi dan dumping budaya oleh
• Menerangkan pertumbuhan/perkembangan di centre;
negara-negara sedang yang berkembang di dalam 2) Penyesuaian dengan norma dan nilai di periphery
konteks globalisasi. (ex: nilai demokrasi terdegradasi menjadi sandiwara
politik, persamaan di hadapan hukum menjadi
nepotism, dsb.)
d.) Maturation Scenario
• Terjadi arus pertukaran budaya yang lebih timbal
balik.
• Aktor-aktor penyelia budaya menerjemahkan HDI: Kondisi Indonesia
ulang elemen budaya yang diadopsi sesuai
budaya sendiri.
• Merangsang kreatifitas.
• Bentuk dan nilai budaya lokal menjadi mekar dan
diperkaya.
• Menciptakan glokalisasi budaya.

Makna Pembangunan
Kondisi keterbelakangan oleh kolonialisme →
Kemerdekaan adalah jembatan emas → Pembangunan
nasional. Indonesia: Nilai HDI, Life expentancy, Expected yearr of
Bernstein, 1982:219 schooling & GNI/capt.: Indonesia lebih rendah / sama
Pembangunan Nasional merupakan usaha dari rata-rata Asia Tenggara dan Pacific. Rangking
menggerakan perubahan ke arah yang diniatkan, dengan HDI Indonesia 107 dari 162 negara.
perencanaan, kebijakan serta kegiatan-kegiatan lain.
1.) Pertumbuhan modal dibawah kendali nasional untuk HDI: Posisi Indonesia
pertumbuhan yang mandiri; Index Ketimpangan:
2.) Perluasan lapangan kerja produktif untuk • HDI dikoreksi dengan nilai ketimpangan.
kesejahteraan; • Besar potongan tsb. diwujudkan dalam %. Nilai
3.) Perluasan partisipasi di dalam proses politik bangsa. Indonesia: 0.718 – 17.8%.
• Nilai ketimpangan Indonesia (17.8%) lebih tinggi
Indikator Pembangunan dari rata2 Asia Tenggara dan Pasific (16.9%).
Todaro, 1989: 152-157
a. Periode 1950-1970an
Pembangunan hanya dipandang dari segi
ekonomi, di dalam bentuk pertumbuhan GNP/Gross
National Product secara umum atau per-kapita.
Asumsi Ekonomi yang dominan saat itu:
pertumbuhan ekonomi adalah syarat untuk
pembagian kekayaan ke bawah, menetes ke bawah –
trickle down effect.
b. Periode ‘80an
Brand Report (1980) menyadarkan bahwa Dalam hal IHDI – Ketimpangan di Indonesia lebih
pembangunan bukan hanya pertumbuhan ekonomi, tinggi dari rata-rata Asia Tenggara.
namun juga redistribusi dari pertumbuhan tersebut. Perhatikan:
c. Periode 2000-2015 • Angka harapan hidup antara kaya dan miskin,
Milenium Development Goals/MDGs: 8 target • Ketimpangan pendidikan antara kaya dan miskin.
pembangunan, mulai dari kemiskinan s/d kesehatan GII Indonesia lebih tinggi dari rata-rata Asia
ibu hamil dan kelestarian alam, yang berperan juga Tenggara.
sebagai indikator. Namun lihat:
d. Periode pasca 2015 • Kematian ibu Melahirkan: dengan 177.0 kematian
Sustainable Development Goals/SDGs: menjadi 17 ibu melahirkan/100.000 kelahiran jauh lebih dari rata
target pembangunan yang saling terkait yang Asia & Pasific yang 73.1,
diproyeksikan tercapai 2030. Target menjadi • Perempuan di DPR, Indonesia (17.4 %) ketinggalan
indikator keberhasilan pembangunan juga. dari Asia & Pasific (20.2%),
• Pendidikan perempuan setingkat SMP/SMA (46.8%)
Human Development Index lebih rendah dari rata-rata Asia & Pasifik.
Konsep IHDI /Inequality-adjusted HDI:

Life expenctancy index, Education index dan GNI (Gross


National Income), index dikoreksi dengan index
Ketimpangan = IHDI (ukuran yang lebih mencerminkan
kenyataan).
SDG’s: Indikator Pembangunan Perubahan Sosial Pedesaan dan Pertanian

Teori Modernisasi
Wilbert More, 1963b:89 didalam Sztompka, 1993:132
Modernisasi adalah transformasi total dari
masyarakat tradisional/pre-modern ke dalam tipe
Teori Dependent Development → masyarakat dengan teknologi dan organisasi sosial
seperti pada masyarakat “maju” (advance) di Barat yang
Kapitalisme GlobalTransnasional Corporation + secara ekonomi makmur dan secara politik stabil.
Aliansi Transnasional Elite Ekonomi +
Politikus dan Aparat Negara →

Nilai HDI/IHDI/GII jadi indikator apakah pembangunan


didominasi ‘business as usual’ oleh aliansi elite
global/nasional →

Perspektif bussiness as usual:


• Komersialisasi science, growth for profit, spekulasi
tanah, politik identitas, politik-uang, dll.
• Tenaga kerja murah, bisnis pendidikan & kesehatan,
subordinasi perempuan, eksploitas, perdagangan Teori Dependensi (Ketergantungan)
senjata. Johan Galtung dalam J.W. Schoorl, 1988: 80-82
• Komoditas SDA – tanah, mineral, minyak, gas, kayu, • Hubungan center (negara industri kaya, Jepang) dan
air, landscape, ikan, ternak, ungags, dsb. periphery/pinggiran (negara miskin, Indonesia)
• Konsumerisme. Climate Change = mythos. berciri hubungan ketergantungan & eksploitasi.
• Ketergantungan sukar dipatahkan karena center dari
center (elite Jepang) dan center dari periphery (elite
-- Lampiran -- Indonesia) punya kepentingan sama untuk
mengeksploitasi SDA dan tenaga kerja murah dari
Perspektif tentang Utara-Selatan
periphery (Indonesia).
Brand Report 1980

a. Perubahan Sosial sebagai Proses


• Negara Utara = Negara Industri Maju;
• Negara Selatan = Negara Sedang Berkembang
(dengan bantuan negara Maju).
b. Perubahan Sosial sebagai Interaksi
• Negara-negara Utara = Negara Industri Kaya yg
mendominasi dunia;
• Negara-negara Selatan = Negara miskin karena
dieksploitasi Negara Utara.
SDG’s sebagai Indikator Pembangunan
MDG/ Milenium Development Goals
1.) Penghapusan Kemiskinan & kelaparan
2.) Mencapai Pendidikan Dasar bagi semua,
3.) Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,
4.) Menurunkan angka kematian balita,
5.) Meningkatkan kesehatan ibu hamil,
6.) Melawan HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular
lain,
7.) Memastikan kelestarian lingkungan
8.) Kembangkan partnership global untuk
pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai