Anda di halaman 1dari 4

Nama : Karima Auliya

NIM : E1A021006
Kelas :B
Dosen : Dwiki Oktobrian, S.H., M.H.

Quiz
Hukum Pidana Bagian Khusus
Analisa Kasus Parakan 01
I. Kronologi Kasus
Kasus Parakan 01 adalah tindakan asusila di ruang terbuka yang dilakukan oleh kedua
sepasang remaja di bawah umur yang terjadi di sebuah ruko kosong di Desa Kareo, Kecamatan
Jawilan, Serang. Pada mulanya remaja pria tersebut menjemput perempuannya di rumahnya
untuk merayakan ulang tahun bersama, kemudian remaja pria tersebut mengajak perempuan
yang notabene sebagai pacarnya pergi ke sebuah ruko kosong di Kecamatan Jawilan. Namun,
perempuan tersebut menolak ajakannya tetapi dipaksa oleh pria tersebut. Sehingga terjadilah
kejadian yang tidak diinginkan dan tersebarnya video mesum Parakan 01 yang penyebar dalam
video tersebut adalah seseorang yang masih di bawah umur.
Tersebarnya video mesum Parakan 01 menjadi sorotan di sosial media karena yang
terlibat dalam video tersebut masih seorang pelajar yang di bawah umur. Pemerintah
Kabupaten mengatakan bahwa sang remaja perempuan dikatakan mengalami trauma akibat
tersebarnya video mesum tersebut dan kabarnya kedua remaja tersebut direncanakan akan
dinikahkan oleh kedua belah pihak keluarga namun karena masih sama-sama semangat belajar
maka pernikahannya ditangguhkan.
Hingga saat ini kedua remaja tersebut masih dalam bimbingan pihak yang terkait dalam
penanganan soal trauma dan dukungan moril. Kemudian perekam dan penyebar video mesum
tersebut yaitu pelaku yang masih di bawah umur dan masih pelajar. Karena kasus ini
melibatkan kedua sepasang remaja yang masih di bawah umur maka pihak berwajib
memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan video mesum tersebut
dan penghapusan coretan yang bertuliskan “Parakan 01” untuk mencegah warga dalam
mencemooh atau sebagai bahan gunjingan.
II. Analisa Kasus:
• Pasal 281 KUHP
Tentang kejahatan terhadap kesusilaan dalam Pasal 281 KUHP mengatakan bahwa:
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling
banyak lima ratus rupiah:
Ke-1 Barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan
Ke-2 Barang siapa dengan sengaja dan di muka orang lain yang ada di situ bertentangan
kehendaknya, melanggar kesusilaan
Penerapan pasal 281 KUHP terhadap pelaku tindakan asusila atau perekam dan
penyebar video karena ia dengan sengaja melanggar kesusilaan dengan cara
menyebarkan video tersebut tanpa sepengetahuan korban dan memaksa korban
perempuan untuk melakukan tindakan asusila. Konsekuensi dalam penerapan pasal ini
adalah hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan. Karena pelaku penyebar
video tersebut masih di bawah umur. Akibatnya hanya diterapkan dalam Pasal 82 UU
SPPA disebutkan bahwa anak yang belum berusia 14 Tahun yang dimaksud sanksi
tindakan adalah dikembalikan kepada orang tua/wali, penyerahan kepada seseorang,
perawatan di rumah sakit jiwa, perawatan di LPKS, kewajiban mengikuti pendidikan
formal/pelatihan yang diadakan pemerintah atau badan swasta, pencabutan surat izin
mengemudi dan perbaikan akibat tindak pidana. Sedangkan anak yang sudah berusia
14 Tahun ke atas diberi Pidana peringatan, Pidana Bersyarat, Pelatihan Kerja, dan
Pembinaan dalam lembaga dan penjara. Menurut saya dalam kasus asusila yang
dilakukan oleh remaja ini harus mendapat perhatian khusus dari pihak Lembaga
Perlindungan Anak dan orang tua yang bersangkutan karena tindakan remaja yang
diperbuat ini tidak dapat dikenakan sanksi hukum sebagaimana mestinya namun
perbuatan mereka juga harus mendapatkan efek jera agar tidak melakukan perbuatan
yang berulang. Tindakan mereka terbilang sangat berani di umur yang masih dalam
usia pelajar Sekolah Menengah Pertama melakukan tindakan asusila di ruang terbuka.
Bagi remaja perempuan konsekuensinya adalah ia mendapatkan sanksi sosial berupa
malu, trauma, dicemooh di lingkungannya. Dengan demikian, ia harus mendapatkan
bimbingan konseling agar ia bisa menjalani kehidupannya dengan normal.
Kesimpulannya adalah Pasal 281 KUHP ini hanya bisa dikenakan pidana dan tindakan,
dan anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai berdasarkan ketentuan undang-
undang. Karena Hukum Indonesia dalam sistem peradilan anak yaitu mengutamakan
penanganan perkara anak dan keadilan restoratif. Remaja laki-laki tersebut harus
diberikan sanksi dan pembinaan, jangan dibebaskan begitu saja atau kedua belah pihak
menyelesaikan dengan damai atau kekeluargaan karena itu tidak memberikan sanksi
sosial terhadap pelaku dan hanya remaja perempuan yang merasakan sanksi sosial
tersebut. Jadi, konsekuensi pelaku harus mendapatkan pembinaan, penyuluhan, atau
berupa penahanan agar ia benar-benar merasa tidak akan mengulangi perbuatannya.

• Pasal 81 Ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Anak UU No. 23 Tahun 2002


Jo UU UU No. 35 Tahun 2014
“Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap
orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.”
Konsekuensi Penerapan Pasal 81 Ayat (2) tidak jauh berbeda dengan Pasal 281
KUHP, karena yang dimaksud disini adalah seorang remaja laki-laki yang membujuk
seorang remaja perempuan melakukan persetubuhan di ruang terbuka walaupun remaja
perempuan tersebut awalnya menolak ajakan tersebut. Akibatnya walaupun kasus ini
dibawa hingga ke Pengadilan Anak maka pelaku di bawah umur hanya bisa dikenakan
sanksi sebagaimana yang telah diatur undang-undang. Dalam penanganan kasus ini
harus memperhatikan kepentingan anak, sehingga anak sebagai pelaku tindak pidana
tidak dirugikan secara fisik maupun mental. Dalam penjatuhan pidana maka hukuman
mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat diterapkan, penahanan/ penangkapan, dan
pidana penjara anak hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir. Dimaksudkan
karena anak yang masih di bawah umur masih mempunyai masa depan yang panjang.
Oleh karena itu, konsekuensi dalam penerapan Pasal 81 Ayat (2) hanya bisa diterapkan
pada upaya terakhir saja. Menurut saya pelaku sebagai tindak pidana anak perlu
mendapatkan pembinaan sosial untuk mengembangkan kepribadian dalam kehidupan
bermasyarakat dan pembinaan terhadap norma-norma, kesusilaan, dan sebagainya agar
diharapkan bisa menemukan jati dirinya kembali, tidak mengulangi perbuatannya, dan
mempunyai masa depan yang baik. Sehingga perlindungan kepada anak remaja
perempuan sebagai korban juga perlu ditindaklanjuti agar korban tidak merasa trauma
berkelanjutan. Upaya ini dimaksudkan agar remaja tersebut tidak malu untuk
melanjutkan sekolahnya, kemudian terhadap konsekuensi pelaku penyebar video yang
masih dibawah umur juga harus diberikan sanksi tegas karena ia sebagai pelaku harus
tahu sebab dan akibat atas perbuatan yang ia lakukan, yang dengan sengaja
menyebarkan video ke media sosial. Dengan begitu atas perbuatan yang ia lakukan
harusnya sadar bahwa perbuatannya salah di mata hukum dan pembinaan tentang
perbuatan ada tanggung jawab harus diajarkan kepada mereka, bertujuan untuk tidak
mengulangi perbuatannya.

Sumber:
Cerita di Balik Video Mesum Parakan 01, Korban Trauma dan Soal Rencana
Dinikahkan. (2021, March 16). Regional Kompas.com. Diakses pada 28 Agustus 2022, from
https://regional.kompas.com/read/2021/03/16/112800278/cerita-di-balik-video-
mesum-parakan-01-korban-trauma-dan-soal-rencana
Geger Video Mesum 'Parakan 01', Sejoli yang Terlibat Dapat Trauma Healing.
(2021, March 15). detikNews. Diakses pada 28 Agustus 2022, from
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5493708/geger-video-mesum-parakan-01-
sejoli-yang-terlibat-dapat-trauma-healing
2 Sanksi Dalam Tindak Pidana Anak | Indonesia Baik. (n.d.). Indonesiabaik.id.
Diakses pada 28 Agustus 2022, from
https://indonesiabaik.id/motion_grafis/2-sanksi-dalam-tindak-pidana-anak

Anda mungkin juga menyukai