Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN TUGAS AKHIR

KEHIDUPAN KAMPUNG BETING MUARA GEMBONG


DALAM FOTOGRAFI CERITA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
(A.Md.Sn)

Disusun :
Muhammad Bintang Faaiz
NIM : 20310072

PROGRAM STUDI FOTOGRAFI


JURUSAN PENERBITAN
POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF
JAKARTA
2023
LEMBAR PESETUJUAN TUGAS AKHIR
PERNYATAAN ORIGINALITAS
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRACT
"The Life of Kampung Beting Muara Gembong in Story
Photography" is a photographic journalism final project work
packaged into a photo story by the author which was produced as a
final project work in the Photography study program. The
background of the author's curiosity in making the final work is the
social life of the community in a village that is experiencing climate
change and global warming which causes tidal floods to continue,
namely Kampung Beting Muara Gembong. The purpose of writing
is to visualize the social life of the Kampung Beting community
through journalistic photography in story photo. Method of
Implementation in the final assignment through Literature Study
from books and journals to interviews. Discussion in the
documenting process requires deeper research and approaches. The
steps in the process of documenting work from pre-production,
production to post-production.

Keywords: Story Photography, Kampung Be7ng, Muara Gembong

ABSTRAK
“Kehidupan Kampung Beting Muara Gembong dalam Fotografi
Cerita” adalah karya tugas akhir fotografi jurnalistik dikemas
kedalam foto cerita oleh penulis yang dihasilkan sebagai karya tugas
akhir pada program studi Fotografi. Dilatarbelakangi oleh rasa
penasaran penulis dalam membuat karya tugas akhir adalah kehidupan
sosial bermasyarakat di sebuah Kampung yang mengalami perubahan iklim
dan pemanasan global yang menyebabkan terus menerusnya banjir rob
terjadi yaitu Kampung Beting Muara Gembong Adapun tujuan penulisan
adalah memvisualisasikan kehidupan social bermasyarakat
Kampung beting melalui fotografi jurnalistik dalam foto cerita.
Metode Pelaksanaan dalam tugas akhir melalui Studi Pustaka dari
buku dan jurnal hingga wawancara. Pembahasan dalam proses
pendokumentasian diperlukan penelitian dan pendekatan yang lebih
dalam. Langkah proses pendokumentasian karya mulai dari pra
produksi, produksi hingga pasca produksi.
Kata Kunci : Fotografi Cerita, Kampung Beting, Muara
Gembong
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kekuatan, kemampuan,
dan kesabaran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik. Tujuan penulisan tugas akhir adalah memenuhi salah satu persyaratan bagi
mahasiswa untuk dapat menyelesaikan pendidikan Diploma-3 Program Studi Fotografi di
Politeknik Negeri Media Kreatif.
Dalam tugas akhir ini, penulis berperan sebagai editor telah menyunting karya produk
buku informasi tentang Unit Pelaksana Badan Air. Berdasarkan karya tersebut, penulis
menyusun laporan TA berjudul “Kehidupan Kampung Beting Muara Gembong Dalam
Fotografi Cerita”.
Laporan TA ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari orang-orang yang berada di sekitar penulis. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Dr. Tripi Rose Kartika, S.E., M.M., Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif.
2. Dr. Benget Simamora, M.M., Wakil Direktur Bidang Akademik.
3. Erlan Saefuddin, M. Hum., Ketua Jurusan Penerbitan
4. R. Sulistyo Wibowo, M.Sn., Sekretaris Jurusan Penerbitan
5. Ni Made Widiastuti,M. Sn, Koordinator Program Studi Fotografi
6. Amran Malik Hakim, S.Sn., M.Sn., Pembimbing I
7. Wahyu Suwarni, S.Sos., M.H., Pembimbing II
8. Para dosen dan tenaga kependidikan Politeknik Negeri Media Kreatif yang telah
melayani mahasiswa selama menempuh pendidikan di sini.
9. Orang tua dan keluarga yang senantiasa mendukung dengan memberikan semangat,
do’a dan biaya dalam menjalankan kuliah.
10. Bang Faisal, Bang Arman, Bang Cuya, Dhika, yang sudah membantu dan memberi
dukungan moral kepada penulis.
11. Kepada teman-teman Landscape Turu yang sudah berjuang bersama dalam menyusun
proposal.
12. Kepada semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, namun selalu
membantu dalam proses penciptaan karya.
13. Teman-teman Angkatan 11 Prodi Fotografi yang telah berjuang Bersama.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tugas akhir ini. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk tugas akhir ini dari
pembaca. Semoga dengan adanya tugas akhir ini dapat mebantu dan bermanfaat bagi
banyak orang.

Jakarta, Mei, 2023

Muhammad Bintang Faaiz


NIM : 20310072
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara geografis Indonesia mem-bentang dari 60 LU sampai 110
LS dan 920 sampai 1420 BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil
yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau. Tiga per-empat wilayahnya
adalah laut (5,9 juta km2), dengan panjang garis pantai 95.161 km,
terpanjang kedua setelah Kanada. Melalui Deklarasi Djuanda, 13
Desember1957, Indonesia menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia
(laut sekitar, di antara, dan di dalam kepulauan Indonesia) menjadi
satu kesatuan wilayah NKRI. Dan Indonesia sebagai negara kepulauan,
telah diakui dunia internasional melalui konvensi hukum laut PBB ke
tiga, United Nation Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS
1982).
Daerah pesisir merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi
nasional melalui berbagai kegiatan masyarakat seperti perikanan laut,
perdagangan, transportasi, pariwisata. Daerah pesisir juga merupakan
lingkungan bahari yang paling produktif dengan sumber daya maritim,
utamanya seperti hutan bakau (mangrove) daerah pasang surut dan laut
lepas serta sumber daya pesisir yang memiliki produktivitas yang tinggi
dalam pembangunan karena dapat meningkatkan devisa, lapangan kerja,
pendapatan dan kesejahteraan penduduk.
Kecamatan Muara Gembong adalah suatu kawasan yang berada di
paling ujung dari Kabupaten Bekasi, dan langsung berbatasan dengan Laut
Utara Jawa. Muara Gembong terbagi menjadi 5 wilayah kampung/desa
yaitu Muara Beting, Muara Mati, Muara Bendera. Muara Pecah, dan Muara
Kuntul. Sebetulnya ada 6 yaitu Muara Jaya namun kampung itu sudah
menghilang dan hanya tersisa puing-puing bekas peninggalan rumah
diujung dari Muara Beting. Disini penulis mencoba memfokuskan kepada
wilayah Muara Beting karena di tempat tersebut merupakan kampung yang
paling parah terkena dampak dari abrasi sejak belasan tahun lalu. Di Muara
Beting terdapat sekitar 100 kepala keluarga namun bisa lebih karena
menurut penuturan warga disana ada yang satu rumah itu. bisa 2-3 kepala
keluarga.
Dahulu Kampung ini bernama Kampung Dollar karena dahulu
kampung ini sangat jaya di sektor ekonomi kelautan. Mayoritas mata
pencaharian masyarakat disana adalah nelayan, dahulu banyak sekali
pengusaha-pengusaha tambak yang datang kesana untuk membangun usaha
tambak, namun menurut warga disana mereka jaya tidaklah lama karena
abrasi menyerang kampung tersebut dan Kampung Dollar sekarang
hanyalah menjadi kenangan, peyebabnya ialah pembangunan lahan tambak
berlebih yang telah merubah alih fungsi peruntukan lahan kawasan ini serta
pembabatan tanaman bakau yang cukup ekstrem.
Masyarakat disini sangat bergantung sekali dengan hasil laut
karena mayoritas mata pencaharian mereka adalah nelayan, namun karena
faktor-faktor perubahan kondisi tadi masyarakat jadi susah sekali untuk
mendapatkan hasil laut. Efek yang ditimbulkan dari perubahan iklim
tersebut bukan saja mengganggu pendapatan ekonomi masyarakat disana
tapi juga mengganggu perubahan struktur wilayah, seperti kekeringan tanah,
jalan yang rusak, hilangnya wilayah desa lain di kawasan Muara Gembong,
naiknya air laut, hingga pendidikan bahkan kesehatan masyarakat disana.
Banyak ditemukan bangunan-bangunan usang yang ditinggalkan disana
akibat abrasi dan perubahan iklim, contohnya banyak rumah-rumah yang
hancur, cat-cat tembok yang mengelupas, kemudian sekolah dan makam
yang terendam akibat banjir rob yang terus terjadi.
Hal yang sering dirasakan oleh masyarakat disana adalah banjir rob
yang terus berdatangan tanpa henti. Banjir rob sendiri merupakan banjir
yang disebebkan oleh naiknya air laut akibat dataran atau bibir pantai lebih
rendah dibanding permukaan laut. Masyarakat disana setiap hari aka selalu
mengalami banjir rob, yang membedakan hanyalah pada volume dan durasi,
biasanya masyarakat disana melihat angin. Banjir rob sendiri sangat
berdampak secara langsung kepada kehidupan masyaraat disana dan efek
yang ditimbulkan sangatlah parah.
Tujuan penciptaan karya Fotografi Cerita tentang Kampung Beting
Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat ini adalah menciptakan
karya foto cerita yang memberi gambaran secara langsung dan nyata
bagaimana kehidupan masyarakat hidup ditengah-tengah ancaman bahaya
laut. Disini penulis menggunakan konsep foto hitam putih guna mendukung
cerita serta menekankan emosi, kedalaman serta menggugah rasa dramatis.
Metode yang akan penulis gunakan dalam karya Tugas Akhir ini adalah
metode EDFAT.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, ada beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:
1. Belum banyak foto cerita yang memberi gambaran secara langsung dan
nyata bagaimana kehidupan masyarakat hidup ditengah-tengah
ancaman bahaya laut.
2. Bahaya nyata banjir rob di daerah pesisir setelah bencana abrasi.
3. Minim perhatian pemerintah terhadap Kampung Beting.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis mendapatkan
batasan. Berdasarkan dengan Identifikasi Masalah yang telah diuraikan
ada 3 Masalah, namun yang merujuk kepada keilmuan yang penulis tekuni
adalah fotografi, maka dalam Tugas Akhir ini penulis membatasi masalah
adalah tentang belum banyak foto cerita yang memberi gambaran secara
langsung dan nyata bagaimana kehidupan masyarakat hidup ditengah-
tengah ancaman bahaya laut.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian dalam batasan masalah di atas, maka penulis mencoba
merumuskan masalah, yaitu bagaimana memvisualkan gambaran secara
langsung dan nyata kehidupan masyarakat hidup ditengah-tengah ancaman
bahaya laut?

E. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam membuat penciptaan karya tugas akhir tersebut
adalah memvisualkan gambaran secara langsung dan nyata kehidupan
masyarakat hidup ditengah-tengah ancaman bahaya laut.

F. Manfaat Penulisan
a. Penulis
Bagi penulis, karya visual tersebut sebagai media pengalaman dan
peningkatan kemampuan dalam bidang Fotografi Jurnalistik dan karya
visual sebagai portofolioitu sendiri.
b. Umum
Bagi umum, memberikan gambaran dan informasi bagaimana
kondisi kehidupan di Kampung Beting sebagai bahan pembelajaraan.
c. Civitas
Akademik Menjadi acuan penulisan dan referensi penciptaan karya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Fotografi
Fotografi merupakan alat visual efektif yang mampu
memvisualisasikan suatu keadaan menjadi lebih konkret dan akurat. Suatu
keadaan yang terjadi ditempat lain dapat dilihat oleh orang yang berada jauh
dari tempat kejadian dan setelah kejadian tersebut berlalu melalui sebuah
foto. Produk akhir dari fotografi adalah foto dan orang yang melakukan
pengambilan gambar dengan teknik fotografi disebut fotografer. Suatu foto
yang berkualitas adalah foto yang informatif, mencakup konteks, content
dan komposisi (Pratama, 2012: 14) Secara umum fotografi adalah suatu
proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari objek dengan
merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang
peka terhadap cahaya. Dalam fotografi memiliki jenis-jenis aliran fotografi
antara lain fotografi komersial, fotografi seni dan fotografi jurnalistik.

1. ISO
Menurut Darsito (2014), ISO merupakan singkatan dari
“International Standardization Organization”, dan dalam fotografi
digunakan untuk mewakili tingkat sensitivitas sensor. Istilah ini serupa
dengan ASA dan DIN pada era fotografi analog. Pada ISO rendah
(semisal ISO 100), sensor kamera menangkap gambar secara lebih
detail tetatpi butuh cahaya lebih banyak, sehingga gambar lebih gelap.
Sebaliknya pada ISO tinggi (semisal ISO 6400), sensor kamera menjadi
lebih sensitif sehingga gambar semakin terang. Penggunaan ISO tinggi
akan menyebabkan penurunan detail pada gambar dan muncul bitnik-
bintik pada 10 gambar yang dikenal sebagai Noise atau grain. Atur ISO
seperlunya agar diperoleh tingkat terang yang sesuai dengan detail yang
tetap mencukupi.

2. Aperture
Menurut Darsito (2014), Aperture atau bukaan diafragma lensa
menentukan banyaknya cahaya yang diteruskan oleh lensa yang
kemudian ditangkap oleh sensor. Penulisan yang sering dipakai adalah
F per angka pembagi tertentu. Sebagai contoh adalah F/4, yang berarti
lensa terbuka dengan diameter sebesar 1/4 dari panjang focal lensa.

3. Shutter Speed
Darsito (2014) menjelaskan, shutter speed atau dikenal juga sebagai
exposure time mentetukan lamanya sensor kamera menangkap citra dari
objek. Penulisan yang sering digunakan adalah 1 per sekian detik, pada
shutter speed cepat (semisal 1/1000 detik), jumlah cahaya yang
diterima oleh sensor menjadi sedikit, sehingga gambar yang dihasilkan
akan lebih gelap. Sedangkan dengan shutter speed yang lambat (semisal
1/20 detik), cahaya yang ditangkap sensor menjadi lebih banyak, dan
gambar yang dihasilkan lebih terang.

B. Pengertian Fotografi Jurnalistik


Foto Jurnalistik adalah bertemunya fotografi dan jurnalistik. Secara
sederhana foto jurnalistik (photojournalism) adalah foto yang bernilai dan
menarik bagi pembaca. Foto tersebut kemudian disampaikan kepada
masyarakat sesingkat mungkin. Aspek penting yang harus ada dalam foto
jurnalistik adalah unsur fakta, informasi, dan cerita (Wijaya, 2018:6).
Secara umumnya Foto Jurnalistik merupakan menceritakan kondisi manusia
maka jurnalis foto selalu merasa nyaman dengan orang di sekelilingnya,
bahkan Ketika berada ditempat norma kultural dan bahasa menjadi
penghalang. Butuh waktu Panjang untuk mengamati subjek foto, mengobrol
tentang hidup, menunggu momen yang tepat untuk memotret, dan
merangkum menjadi sebuah foto cerita. (Wijaya, 2014:104).

C. Pengertian Fotografi Cerita


Foto cerita adalah beberapa foto yang disusun dengan teks untuk
membangun cerita yang lebih dalam dengan awal, tengah, dan akhir. Foto
cerita memiliki kekuatan untuk menceritakan sebuah cerita dengan lebih
kuat, memicu kegembiraan, memberikan emosi, menghibur, dan
memancing perdebatan. (Wijaya, 2018:8). Namun sajian foto cerita lebih
beragam. Foto cerita bisa dikelompokkan dalam bentuk Deskriptif, Naratif
dan Foto Esai. Penyajian foto cerita dengan satu foto utama dengan ukuran
layout paling besar dan dominan, Kemudian foto foto lain yang lebih kecil.
Foto utama bisa berupa foto emosi subjek atau foto adegan yang mewakili
keseluruhan cerita. (Wijaya, 2016:26).
1. Deskriptif
Sering disebut juga bentuk cerita documenter. Bentuk foto cerita
deskrip7f adalah yang paling banyak dibuat oleh fotografer karena
sederhana. Gaya deskrip7f menampilkan hal- hal yang menarik dari
sudut pandang fotografer. (Wijaya, 2016:25).
2. Naratif
Dari is7lahnya, foto cerita ini berupa narasi yang bertutur dari
satu kondisi atau keadaan hingga kondisi berikutnya. Pada cerita ini,
penggambaran dan struktur cerita sangat diperhitungkan. Cirinya yang
paling menonjol adalah adanya foto pembuka, signature, dan penutup
yang 7dak bisa ditukar letaknya. (Wijaya, 2016:29).
3. Series
Sajian series digolongkan dalam bentyk deskrip7f berdasar ciri-
cirinya, yaitu susunan foto bisa ditukar tanpa mengubah isicerita dan
semakin banyak materi, semakin jelas cerita. (Wijaya, 2016:27).
4. Foto Esai
Foto Esai (photo essay) selalu memperlihatkan cara pandang (point
of view) fotografer terhadap suatu isu secara jelas. (Wijaya, 2016:34).

Pembentukan penyajian dalam foto cerita yang dipilih oleh penulis


adalah deskriptif, Bentuk cerita dokumenter yang dibuat terutama oleh
fotografer karena kesederhanaannya. Gaya deskriptif menunjukkan apa
yang menarik dari sudut pandang fotografer. Presentasi tidak memerlukan
pengeditan yang rumit karena format deskriptif tidak memerlukan tindakan
apa pun. Bentuk penempatan foto ini dapat dihapus (diganti dan diganti)
tanpa mengubah isi cerita. (Wijaya, 2016:26).
Secara umum foto cerita dalam bentuk penyajian deskriptif
merupakan bentuk penyajian secara sederhana yang sering dilakukan oleh
beberapa fotografer jurnalistik dalam membuat foto cerita dikarenakan
pengambilan isu isu yang terkaitdari sudut pandang fotografer itu sendiri,
mereka menjelaskan dan mempublikasikan isu yang diangkat.

D. Pengertian Metode EDFAT


“Walter Cronkie School of Journalism Telecommunica<on
Arizona State University” telah memperkenalkan metode EDFAT.
Metode EDFAT adalah proses yang bertujuan untuk
merepresentasikan secara visual peris7wa yang layak diberitakan.
Dalam metode tersebut terdapat unsur atau tahapan yaitu :
1. Entire
Keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat
suatu peristiwa, untuk mengintai bagian bagian yang dipilih
sebagai subjek pemotretan (Wijaya, 2014:121).
2. Detail
Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan
pandangan terdahulu (entire). Pilihan pengambilan keputusan
atas sesuatu yang dinilai paling tepatsebagai point of interest.
(Wijaya, 2014:121).
3. Frame
Membingkai suatu detail yang telah dipilih mengenal arti
komposisi, pola, tekstur dan bentuk subjek pemotretan dengan
akurat. Rasa artistic semakin pentingdalam tahap ini. (Wijaya,
2014:121).
4. Angle
Tahap sudut pandang menjadi dominan. Yaitu ketinggian,
kerendahan, levelmata, dan cara melihat. Fase penting untuk
mengonsepkan visual yang kita inginkan. (Wijaya, 2014:122).
5. Time
Tahapan penentuan penyinaran dengan kombinasi yang
tepat antara diafragma dengen kecepatan atas keempat tingkat
yang telah disebutkansebelumnya. (Wijaya, 2014:122).

E. Pengertian Fotografi Hitam Putih


Foto Hitam putih adalah suatu cara untuk langsung melihat ke isi.
Ada kesan keabadian di foto hitam putih yang berakar dari sejarah fotografi,
sementara warna relative baru. Walker Evans, dikabarkan akan menunggu
berhari-hari untuk menangkap cahaya yang tepat untuk foto hitam putih
dokumenternya yang sederhana, cerma, dan berpengaruh selamanya ( The
Passionate Photographer, 2011 : 162).
Bedasarkan teori Gestalt, dengan warna hitam putih, anda akan lebih
mudah dalam menetukan figure dan ground dari sebuah frame foto,
sehingga segalanya akan kembali kepada anda dalam mengeksekusi sebuah
moment yang ada, mana yang harus di tonjolkan dan mana yang harus
menjadi latar.
Fotografi hitam putih menyeimbangkan emosi yang tertuang dalam
sebuah foto, dimana kebanyakan pengalaman dari fotografernya larut dalam
frame-frame fotonya. Dengan menunjukan kontras dan komposisi
pencahayaan yang tepat, sebuah foto menjadi lebih bermakna dalam balutan
hitam dan putih ( Wilsen Way, 2014 : 11)

F. Pengertian Zone System


Menggunakan Zone System untuk mengekspos negative dengan
pertama- tama melihat pemandangan yang dipotret dan memutuskan bagian
mana yang ingin dihitamkan, sangat abu-abu gelap, abu-abu gelap, abu-abu
sedang, abu-abu sedang ringan, abu-abu sedang yang sangat cerah, abu-abu
sedang yang ekstrem cerah, dan putih di hasil cetakan.
Definisi Zone System untuk Exposure:

Zona 0 adalah hitam murni tanpa detail.

Zona I adalah hampir hitam dan bisa menunjukan


beberapa tanda kecil dari detail gambar, tapi
umumnya dianggap tidak memiliki struktur gambar
yang bisa diidentifikasikan.

Zona II dipertimbangkan sebagai hampir hitam, tapi


dimana Zona 0 dan Zona 1 tidak memiliki struktur
gambar yang bisa diidentifikasi, dalam Zona II mulai
mengidentifikasi tekstur di bayangan, meski sulit
untuk melihat detail gambar.

Zona III merupakan zona dimana detail bayangannya


mudah dikenali.

Zona IV adalah zona yang detail struktur gambar dan


tekstur penuhnya bisa dilihat di area yang lebih terang
daripada di bayangin dalam, tapi lebih gelap daripada
yang dengan abu-abu midtone.
Zona V disebut abu-abu sedang dan mewakili 18%
pantulan.

Zona VI adalah zona dimana struktur gambar kuat


dan detail tekstur ada dalam area abu-abu muda.

Zona VII adalah zona dimana harus menaruh area


abu-abu termuda dan highlight yang ingin dijaga
detail struktur gambarnya dan highlight dengan
tekstur yang penting.

Zona VIII adalah untuk menyorot strktur gambar dan


tekstur sementarara Zona II untuk memberi bayangan
pada truktur gambar dan tekstur – zona dengan tone
abu-abu yang sangat cerah yang sulit menunjukan
detail gambar.

Zona IX adalah untuk menyorot struktur gambar dan


tekstur sementara Zona I untuk memberi bayangan
pada struktur gambar – hampir putih murni tapi tidak
terlalu. Itu memiliki tone abu-abu yang sangat cerah
dengan sedikit struktur dan tekstur gambar.

Zona X adalah putih murni dan mengandung banyak detail


yang berguna seperti Zona 0.
G. Pengertian Muara Gembong
Muara Gembong terdiri dari dua kata yaitu muara dan gembong, dua
kata yang memiliki makna tersendiri, muara yang diambil dari kedaan
sekitar yaitu wilayah ini tempat terakhir air sungai citarum bermuara,
setelah itu posisinya langsung di sambut dengan lautan kemudian gembong
diambil dari bahasa jawa yang artinya macan belang dan ini menurut tokoh
pengamat sejarah dan peristiwa Muara Gembong selama hampir 15 tahun
mengatakan kata gembong selaras dengan keadaan zaman dahulu daerah ini
dahulu daerah rawa dan hutan sehingga banyak sekali macan belang di
dalamnya dan dari sanalah nama gembong diambil, sebelum kata
muaragemong mucul didalam wilayan ini baru ada dua nama kampung yaitu
Kampung Gaga dan Kampung Kelapa Dua, pada tahun 1946 Muara
Gembong ini baru ada beberapa desa yaitu salah satunya desa pantai
sederhana dan Desa Pantai Mekar kemudian pada tahun 1984 Muara
Gembong mengadakan pemekaran dan hasil dari pemekaran itu salah
satunya lahirlah desa pantai bahagia yaitu hasil pemekaran dari desa pantai
bakti. (
H. Pengertian Kampung Beting
Kampung Beting adalah salah satu kampung yang ada di Kecamatan
Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kampung ini adalah
kampung yang paling parah terkena dampak dari abrasi diantara kampung-
kampung lainnya. Dahulu kampung ini bernama Kampung Dollar karena
dahulu kawasan ini sangat makmur di sektor kelautan, karena mayoritas
pekerjaan masyarakat disana adalah nelayan. Sekarang julukan Kampung
Dollar sudah tinggal kenangan karena abrasi melanda di sekitar tahun 2000-
an.
I. Acuan Karya
1. Irene Barlian
Irene Barlian adalah fotografer dokumenter independen yang
berbasis di Jakarta, Indonesia. Minat fotografi dokumenternya terutama
berfokus pada cerita sosial, lingkungan, budaya, dan perempuan. Dia
sangat menyukai semangat di Asia Tenggara dan terus
mendokumentasikan kehidupan sosial dan menyaksikan sejarah.
Elemen terpenting dari usaha profesionalnya dikhususkan untuk proyek
pribadi jangka panjang. Dia telah menyumbangkan karya untuk
publikasi seperti The New York Times, Los Angeles Times, Reuters,
Sidetracked, antara lain. Karya-karyanya dipamerkan dalam
pertunjukan kelompok di AS, Prancis, Swiss, dan Yunani.
Penulis menjadikan karya Irene Barlian sebagai acuan karena
melihat dari bagaimana angle dan cerita yang diciptakan.

Gambar 1 karya foto Irene Barlian


Sumber:
2. Yoppy Pieter
Yoppy Pieter adalah pendongeng dan pendidik visual yang tinggal
di Jakarta, Indonesia. Dia memotret beragam subjek dengan estetika
yang intim dan puitis. Ia belajar fotografi dalam workshop yang
diadakan PannaFoto Institute, ia juga terpilih sebagai salah satu peserta
Permata PhotoJournalist Grant (2011), Angkor Photo Workshop (2012),
penerima Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam (2015), South-East
Asia & Oceania 6×6 Global Talent Program oleh World Press Photo
Foundation (2017) dan orang Indonesia pertama yang mendapatkan
Joop Swart Masterclass dari World Press Photo Foundation (2019).
Dalam karya foto tersebut membuat penulis terinspirasi terhadap
penciptaan karya, komposisi dan tema yang diangkat mengambarkan
kedalaman serta rasa puitis. Berikut adalah karya dari Yoppy Pieter yang
penulis jadikan referensi :

Gambar 2 karya foto Yoppy Pieter


Sumber:
3. William Eugene Smith
Wiliam Eugene Smith merupakan Fotografer Jurnalistik asal
Amerika. Bekerjauntuk LIFE antara tahun 1947 dan 1955. W Eugene
Smith dengan karya foto beliauyang berpengaruh terhadap dunia salah
satu adalah karya foto berjudul “Tomoko Ueumura in her Bath (1972).”
Menampilkan ibu dan anak didalam bak mandi,sanganak yang terkena
penyakit Minamata disebabkan keracunan merkuri.

Dalam karya foto tersebut membuat penulis terinspirasi terhadap


penciptaan karya, komposisi dan tema yang diangkat mengambarkan
realita yang sesungguhnya. Berikut adalah karya dari Wiliam Eugene
Smith yang menjadikan referensi :

Gambar 3 karya foto William Eugene Smith


Sumber:
4. Sebastião Salgado
Sebastiao Salgado (69 tahun) adalah seorang fotografer dokumenter
dan wartawan foto (fotojurnalis) yang berasal dari Brazil. Salgado
terkenal akan karya-karyanya yang inspiratif. Beberapa buah karyanya
adalah workers, migration dan yang terakhir adalah Genesis.
Dibandingkan fotografer terkenal lainnya yang mulai mengenal
fotografi di usia remaja, Salgado mengenal fotografi saat usianya
mendekati 30 tahun. Sebelum berkarir di fotografi, Salgado adalah
sarjana S2 (master) jurusan ekonomi. Salgado sempat bergabung dengan
agensi fotojurnalis Magnum Photo yang terkenal, dan lalu membentuk
agency sendiri bersama istrinya. Agency tersebut bernama Amazonas
Images.
Penulis menjadikan Sebastião Salgado sebagai salah satu referensi
karya karena banyak karya beliau yang inspiratif yang mengangkat
sisi humanis.

Gambar 4 karya foto Sebastiao Salgado


Sumber:
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Objek Penulisan

Penulis membuat Karya Tugas Akhir dengan genre fotografi


jurnalistik yaitu fotografi cerita tentang Kampung Beting Muara Gembong.
Terdapat 15 foto yang akan penulis tampilkan dalam pengerjaan Tugas
Akhir dan akan dipresentasikan saat siding Tugas Akhir.

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, Teknik pengumpulan data merupakan factor


penting demi keberhasilan penelitian. Adapun Teknik pengumpulan data
yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan
teknik studi Pustaka.
1. Observasi
Menurut Arikunto (dalam Octandhi, 2018:8-9), observasi
yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam
pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Dari hasil observasi yang penulis dapatkan, melalui internet dan
survei langsung ke Kampung Beting Muara Gembong penulis
melihat kondisi yang sangat memprihatinkan dari segi infrastruktus
dan kehidupan yang ada disana.
2. Studi Pustaka
Menurut Nazir (2013:93) teknik pengumpulan data dengan
mengadakanstudi penelaah terhadap buku-buku, literatur, catatan,
dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan. Teknik inidigunakan untuk memperoleh dasar-dasar
dan pendapat secara tertulis yang dilakukan dengan cara
mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti. Hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data yang
akan digunakan sebagai landasan perbandingan antara teori dengan
praktik dilapangan. Data ini melalui metode ini diperoleh dengan
browsing di internet, membaca literatur, hasil kajian dari peneliti
terdahulu, catatan perkuliahan, serta sumber-sumber lain yang
relevan.

Dalam tahap ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data


studi pustaka untuk menambahkan data dalam penelitian yang
dilakukan terkait dengan kampung adat kuta ciamis dengan
membaca buku melalui internet yang dijadikan bahan sumber data
dan referensi.

3. Wawancara
Menurut Esterberg dalam kutipan Sugiyono (2015:72) wawancara
adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar
informasi maupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat
dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik
tertentu.
Dalam tahap ini, penulis melakukan wawancara langsung ke
tempat Kampung Beting Muara Gembong dan narasumber dari
masyarakat setempat. Hasil wawancara penulis dengan masyarakat
dapat dilihat dilampiran.

C. Ruang Lingkup
1. Peran Penulis

Pada Tugas Akhir ini, penulis melakukan observasi tentang kegiatan


dan cara pengambilan foto untuk foto cerita Peran penulis sebagai
Fotografer Jurnalistik mendokumentasikan secara visual tentang
bagaimana kehidupan serta lingkungan Kampung Beting Muara
Gembong.

2. Kategori Karya

Karya tugas akhir ini memvisualisasikan tentang Kehidupan


Kampung Beting Muara Gembong. Karya foto ini termasuk ke dalam
genre fotografi jurnalistik khususnya fotografi cerita.

3. Ide Kreatif

a. Pencahayaan

Pencahayaan yang digunakan dalam pemotretan karya tugas


akhir menggunakan Available Light, Pencahayaan yang tersedia
otomatis di lapangan, dengan tujuan untuk menggambarkan situasi
dan kondisi sebenarnya.

b. Pewarnaan

Pewarnaan yang dipakai nanti adalah foto hitam putih


dengan tujuan untuk menimbulkan emosi serta kedalaman foto dan
kesan dramatis.

c. Komposisi

Komposisi adalah sebuah susunan penempatan terhadap


objek foto dalamkamera untuk membentuk kesatuan dalam bidang
tertentu. Tujuan penempatan objek pada bidang tertentu untuk
membangun mood dalam suatu foto agar memiliki keseimbangan
objek yang ada. Disini penuli mecoba memakai beberapa komposisi
utnuk mendukung cerita.

d. Storyline
“Kampung Kecil yang Ramah”

Kampung Beting terletak di Kecamatan Muara Gembong,


Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Dahulu Kampung ini bernama
Kampung Dollar karena dahulu Kampung ini sangat jaya di sektor
kelautan, karena mayoritas mata pencaharian masyarakat disana
adalah nelayan, dahulu juga banyak sekali pengusaha-pengusaha
tambak yang datang kesana untuk membangun usaha, namun
menurut warga disana mereka jaya tidaklah lama karena abrasi
menyerang kampung tersebut dan Kampung Dollar sekarang
hanyalah menjadi kenangan, sebab pembangunan tambak berlebih
dan pembabatan Mangrove itulah abrasi bisa terjadi. Bila melihat
langsung bagaimana Kampung Beting yang bisa dibilang sebuah
kampung yang terpinggirkan. Saya melihat bagaimana mereka
sehari-hari, bagaimana mereka tinggal, dan bermasyarakat.

Bila boleh jujur akan satu hal, sebetulnya warga disana sudah
tidak nyaman dan tidak betah, maka dari itu disana banyak rumah
yang ditinggalkan begitu saja oleh para warganya, namun menurut
Bang Dul (salah satu warga disana) mereka yang masih bertahan
disana adalah manusia yang paling sabar, manusia yang paling
ikhlas, karena mau bagaimana lagi ada beberapa faktor salah satu
nya adalah ekonomi, masyarakat disana keterbatasan di ekonomi
kalau ingin pindah, untuk makan sehari-hari ada saja mereka sudah
sangat bersyukur.

Walau begitu penulis merasakan keramahan yang di


tunjukan oleh masyarakat disana terhadap penulis, bisa dibilang
masyarakat disana walau penuh keterbatasan tapi tingkat
kepeduliaanya serta jiwa sosialnya sangatlah tinggi walau bukan
bagian dari warga disana, rasa kekeluargaan yang penulis rasakan
sangat nyata. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak disana juga
sangat welcome terhadap orang baru, penulis merasa nyaman ketika
bercengkrama dengan para warga disana. Penulis melihat begitu
nyata dampak dari kondisi lingkungan akibat banjir rob yang terus
menerus terjadi.

Pola kehidupan masyarakat Kampung Beting yang cukup


memprihatinkan ternyata tidak membuat mereka terlihat sedih,
mereka masih terlihat cukup bahagia mereka tetap bisa bermain di
tengah kondisi yang memprihatinkan. Bagaimana saya berinteraksi
dengan para warga disana, mereka menawarkan rasa senang dan
nyaman, tidak ada batasan, para anak-anak pun juga begitu ditengah
kondisi sekolah yang jauh dari kata layak, mereka masih bisa
tersenyum, ceria bermain bersama. Penulis mencoba menampilkan
foto dengan memperlihatkan keseimbangan antara kesedihan
dengan kesenangan.

D. Langkah Kerja
1. Praproduksi
a. Proses Penciptaan

Pada proses penciptaan karya, penulis membuat tahapan


untuk dilakukan penulis dalam menciptakan sebuah karya foto, yaitu
membuat ide atau konsep, mencari referensi, melakukanpemotretan,
melakukan bimbingan karya, dan melakukan editing.

b. Survey Lapangan

Dalam tahapan ini penulis melakukan riset secara online dan


langsung, riset melalui internet mencari informasi yang dibutuhkan
sebagai bahan penelitian dan pengamatan lebih lanjut tentang
Kampung Beting Muara Gembong. Riset secara langsung datang
langsung ke Kampung Beting untuk informasi data dan pendekatan
terhadap objek pemotretan tersebut. Pendekatan dilakukan sebanyak
5 kali pertemuan dan pengamatan.
c. Persiapan Alat

i. Kamera

Kamera merupakan alat perekam gambar suatu objek pada


permukaan yang peka cahaya. Kamera bekerja melalui optik,
memasukkan cahaya dengan bantuan lensa sehingga terbentuk
gambar seperti tampak pada jendela bidik. Dalam pemotretan
penulis menggunakan kamera Sony A7ii dan Sony a6400.
Alasan penulis menggunakan kedua kamera itu karena
kelebihannya di kondisi minim cahaya serta untuk di kelasnya
kamera ini sudah baik, lalu autofokus kamera ini juga sudah
sangat baik di kelasnya serta ringan, dan kelebihan tambahan di
kamera a6400 itu adalah pada bagian fitur touchscreen untuk
fokus dan penulis merasa sangat terbantu dengan fitur itu karena
cepat pada saat kondisi-kondisi decisive moment.

Gambar 3 Sony a7ii


Sumber: Pribadi
Gambar 3 Sony a6400
Sumber: Pribadi

ii. Lensa

Lensa adalah sebuah alat untuk mengumpulkan atau


menyebarkan cahaya. Lensa merupakan perangkat penting pada
kamera yang berfungsi untuk menangkap gambar. Pada
pembuatan karya penulis menggunakan lensa fix Sigma 30mm
f1.4, lensa Sony FE 50mm f1.8, lensa Sony FE variable 28-
70mm f3.5-5.6, lensa Sony 18-105mm f4.

Gambar 4 Lensa Sigma 30mm f 1.4


Sumber: Pribadi

Gambar 5 Lensa Sony FE 50mm f 1.8


Sumber: Pribadi
Gambar 6 Lensa Sony 18-105mm f4

Sumber: Pribadi

iii. Kartu Memori

Kartu memori adalah alat atau perangkat yang digunakan


untuk menyimpan foto yang telah ditangkap dengan kamera.
Disini penulis menggunakan Memory Card SanDisk Extreme
Pro 32 GB. Dengan memori ini penulis merasa cukup untuk
menyimpan file dan ketika transfer data sudah cukup baik
performa nya.

Gambar 7 Memory Card SanDisk Extreme Pro 32 GB


Sumber: Pribadi
2. Produksi

Pemotretan yang dilaksanakan di Kampung Beting, Muara


Gembong, Bekasi, Jawa Barat. Penulis sebagai fotografer memilih
waktu pemotretan dimulai Pagi hari pukul 7.00 Hingga Malam hari
pukul 22.00 dikarenakan penulis mengikuti kehidupan dan berkeliling
di Kampung Beting selama seharian. Keseluruhan pemotretan dilakukan
pada lokasi outdoor dan indoor. Dalam produksi penulis diperlukan
waktu kurang lebih dari 3 bulan dengan tidak konstan untuk pemotretan
dikarenakan perlunya pendekatan terhadap masyarakat yang ada di
Kampung Beting.

3. Pasca Produksi

a. Editing

Setelah melakukan tahap produksi penulis selanjutnya


melakukan tahap pasca produksi yaitu penyeleksian terhadap karya
foto yang sudah diseleksi bersama Dosen Pembimbing, karya foto
tersebut dilakukan editing olah digital menggunakan software
Adobe Lightroom untuk mengatur tingkat kontras, brightness, dan
mengkonversi ke black and white.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Karya

Pembahasan pada BAB IV penulis menjelaskan proses penciptaan


karya tugas akhir berupa karya “Kehidupan Kampung Beting Muara
Gembong dalam Fotografi Cerita” yang berjumlah 15 foto. Foto tersebut
disertakan keterangan pengambaran proses penciptaan karya visual melalui
tinjauan teori fotografi foto cerita. Berikut pembahasan karya foto
“Kehidupan Kampung Beting Muara Gembong dalam Fotografi Cerita”
penulis bagi atas judul karya,hasil karya, teknis karya dan pembahasan karya.

1. Hasil Karya 1 dan Pembahasan Karya “Kampung Beting”

Gambar 4.12 Karya 1


“Kampung Be7ng”
Sumber : Muhammad
Bintang Faaiz, 2023
Tabel 4.3 Data Exif Foto “Kampung Be7ng”
Diafragma f/1.8 ISO Speed 500
Shutter Speed 1/200 sec Focal Length 30mm

Deskripsi Karya 1 : Detail alamat dari salah satu rumah warga di Kampung
Beting
Deskripsi teknis karya 1 : Penggunaan metode EDFAT( Entire, Detail,
Frame, Angle, Time) pada foto ini menunjukkan sebuah alamat dari salah satu
rumah warga Kampung Beting. Pengambilan foto High level. Dengan
Diafragma bukaan lensa f/1.8. Penggunaan shutter speed 1/200 sec. Lensa
yang digunakan focal length 30mm. ISO 500 dikarenakan lokasi pemotretan
berada di luar ruangan yang cukup gelap pencahayaan.

2. Hasil Karya 2 dan Pembahasan Karya “Kapan usai?”

Gambar 4.13 Karya 2 “Meratapi”


Sumber : Muhammad Bintang Faaiz, 2023
Tabel 4.4 Data Exif Foto “Meratapi”
Diafragma f/3.5 ISO Speed 200
Shutter Speed 1/125 sec Focal Length 28mm

Deskripsi karya 2 : Memvisualkan seorang warga bernama Narmah


(45) sedang duduk diatas kasurnya, penulis menginterpretasikan
bahwa ia sedang meratapi air rob yang selalu masuk ke dalam
rumahnya dan bertanya-tanya, kapan usai?
Deskripsi teknis karya 2 : Penggunaan metode EDFAT (Entire,
Detail, Frame, Angle, Time) foto tersebut menunjukkan momen
seorang warga Narmah (45) sedang duduk diatas kasur tidurnya dan
meratapi air rob yang masuk ke dalam rumahnya.. Secara Angle
diambil dari High Angle yang terlihat kondisi sebagian dalam
rumahnya. Dengan Diafragma bukaan lensa f/3.5, Shutter speed
1/1250 sec yang digunakaan. Lensa Focal Length 28mm agar foto
terlihat cukup luas. ISO 200digunakan dikarenakan ruangan outdoor
kondisi pencahayaan yang cukup.

3. Hasil Karya 3 dan Pembahasan Karya “Menunggu”

Gambar 4.14 Karya 3 “Menunggu”


Sumber : Muhammad Bintang Faaiz,
2023
Tabel 4.5 Data Exif Foto “Menunggu”
Diafragma f/1.8 ISO Speed 64
Shutter Speed 1/500 sec Focal Length 50mm

Deskripsi karya 3 : Memperlihatkan seorang warga Tebe (63) yang


sedang menunggu air rob surut di pekarangan rumahnya.
Deskripsi teknis karya 3 : Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame,
Angle, Time) secara foto menunjukkan momen seorang warga Tebe
(63) yang sedang menunggu air rob surut di pekarangan rumahnya.
Dengan bukaan lensa diafragma f/1.8 dengan tujuan memfokuskan
hanya di Bapak Tebe dengan tetap memperlihatkan rumahnya.
Secara angle diambil Eye Level. Shutter speed 1/500 sec. Lensa
focal length 50mm. ISO 64 yang gunakan dikarenakan cukup
pencahayaan.
4. Hasil Karya 4 dan Pembahasan Karya “Terendam”

Gambar 4.15 Karya 4


“Terendam”Sumber :
Muhammad Bintang
Faaiz, 2023
Tabel 4.6 Data Exif Foto “Terendam”
Diafragma f/4.5 ISO Speed 160
Shutter Speed 1/160 sec Focal Length 28mm

Pembahasan Karya 4 : Sebuah kawasan pemakaman Kampung


Beting yang terendam akibat air rob yang naik ke daratan.
Deskripsi Teknik karya 4 : Metode EDFAT (Entire, Detail,
Frame, Angle, Time),secara foto menunjukkan sebuah kawasan
pemakaman di Kampung Beting yang terendam air rob. Dengan high
angle dalam pengambilan agar tetap terlihat secara luas kawasan
pemakaman dengan latar Kampung Beting. Menggunakan bukaan
lensa diafragma f/4.5 terlihat jelas dan tajam dalam karya
tersebut. Shutter speed 1/160 sec. Lensa focal length 28-70mm
agarterlihat jelas d a n l u a s objek pada foto. ISO 6400
digunakan dikarenakan ruangan indooryang kurang pencahayaan.

5. Hasil Karya 5 dan Pembahasan Karya “Kilas Balik”

Gambar 4.16 Karya 5 “Kilas Balik”

Sumber : Muhammad Bintang Faai,


2023
Tabel 4.7 Data Exif Foto “Kilas Balik”
Diafragma f/4 ISO Speed 320
Shutter Speed 1/100 Focal Length 18mm

Deskripsi karya 5 : Representasi tentang penyebab beberapa foto


kebelakang bisa terjadi, inilah gambaran nyata sebuah bekas
bangunan rumah warga dahulu yang tinggal puing-puing nya saja
akibat pengikisan tanah oleh air laut.
Deskripsi teknis karya 5 : Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame,
Angle, Time). Memperlihatkan bekas bangunan yang diterjang
ombak. Menggunakan angle Eye Level dengan menggunakan
bukaan lensa diafragma f/4 terlihat jelas dalam karya tersebut.
Shutter speed 1/320sec. Lensa focal length 18mm agar terlihatjelas
objek pada foto. ISO 100 digunakan dikarenakan pencahayaan yang
cukup.

6. Hasil Karya 6 dan Pembahasan Karya “Terbengkalai”

Gambar 4.17 Karya 6


“Terbengkalai”

Sumber : Muhammad Bintang


Faaiz, 2023
Tabel 4.8 Data Exif Foto “Terbengkalai”
Diafragma f/1.4 ISO Speed 1600
Shutter Speed 1/60 sec Focal Length 30mm

Deskripsi karya 6 :Memperlihatkan sebuah rumah yang sudah


ditinggalkan dan terbengkalai begitu saja. Banyak rumah-rumah
yang ditinggalkan karena bencana melanda Kampung ini. Terlihat
seorang warga melintas tujuannya adalah supaya membuatn foto
terlihat hidup.
Deskripsi teknis karya 6 : Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame,
Angle, Time),secara foto memperlihatkan sebuah rumah yang sudah
terbengkalai. Menggunakan angle Eye Level . Dengan
menggunakan diafragma f/1.4. Shutter speed 1/60 sec. Lensa focal
length 30mm agar terlihatcukup luas. ISO 1600 digunakan
dikarenakan suasana saat itu sudah menjelang maghrib dimana
kondisi pencahayaan kurang.

7. Hasil Karya 7 dan Pembahasan Karya “Pak Supiat”

Gambar 4.18 Karya 7 “Sosok


Nelayan Laki-laki”Sumber :
Muhammad Bintang Faaiz,
2023
Tabel 4.9 Data Exif Foto “Sosok Nelayan Laki-laki”
Diafragma f/1.8 ISO Speed 50
Shutter Speed 1/640sec Focal Length 50mm

Deskripsi karya 7 :Memperlihatkan nelayan bernama Bapak Supiat


(60) yang telah balik dari berlayar. Masyarakat Kampung Beting
mayoritas berprofesi sebagai nelayan.
Deskripsi teknis karya 7 : Metode EDFAT Memperlihatkan Bapal
Supiat (60) yang baru balik dari berlayar. Menggunakan angle Eye
Level. Menggunakan lensa Focal Length 50mm dan penggunaan
diafragma f/1.8 dengan shutter speed 1/640 yang digunakan. ISO 50
digunakan karena pencahayaan yang cukup.

8. Hasil Karya 8 dan Pembahasan Karya “Mati”


Gambar 4.19 Karya 8 “Ma7”

Sumber : Muhammad Bintang


Faaiz, 2023
Tabel 4.10 Data Exif Foto “Ma7”
Diafragma f/2.5 ISO Speed 160
Shutter Speed 1/500 sec Focal Length 50mm

Deskripsi karya 8 :Memperlihatkan seekor ikan mati. Berdasar


wawancara pada beberapa nelayan, penulis mencoba
menginterpretasikan setelah bencana abrasi melanda mereka yang
berprofesi sebagai nelayan sudah sangat susah mendapat hasil
tangkapan laut yang melimpah.
Deskripsi teknis karya 8 : Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame,
Angle, Time), secara foto menunjukkan detail ikan mati.
Menggunakan angle Eye Level dengan menggunakan diafragma
f/2.8. Shutter speed 1/500 sec yang digunakan. Lensa focal length
50mm. ISO 160 digunakan dikarenakan cukup pencahayaan

9. Hasil Karya 9 dan Pembahasan Karya “Sunyi”

Gambar 4.20 Karya 9 “Sunyi”

Sumber : Muhammad Bintang Faaiz,


2023
Tabel 4.11 Data Exif Foto “Sunyi”
Diafragma f/3.5 ISO Speed 8000
Shutter Speed 1/20 sec Focal Length 28mm

Deskripsi karya 9 : Memperlihatkan sebuah kondisi malam di


Kampung Beting yang sunyi.
Deskripsi teknis karya 9 : Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame,
Angle, Time), secara foto menunjukkan entire kondisi malam di
Kampung Beting. Menggunakan angle Eye Level dalam
pengambilan foto tersebut dengan menggunakan bukaan diafragma
f/3.5 terlihat jelas dan tajam dalam karya tersebut. Shutter speed 1/20
sec. Lensa focal length 28-70mm. ISO 8000 digunakan dikarenakan
sangat minim sekali pencahayaan saat malam di Kampung Beting.

10. Hasil Karya 10 dan Pembahasan Karya “Rutinitas”

Gambar 4.21 Karya 10


“Ru7nitas”
Sumber : Muhammad Bintang
Faaiz, 2023
Tabel 4.12 Data Exif Foto “Ru7nitas”
Diafragma f/4 ISO 320
Shutter Speed 1/160 sec Focal Length 18mm

Deskripsi Karya 10 : Memperlihatkan seorang siswa MI Mahsyalul


Huda. Setiap pagi siswa selalu mengepel kelasnya karena air rob
yang naik dan sudah menjadi rutinitas
Deskripsi teknis karya 10 : Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame,
Angle, Time), menunjukkan Memperlihatkan seorang siswa MI
Mahsyalul Huda. Setiap pagi siswa selalu mengepel kelasnya.
Menggunakan angle Eye Level. dengan diafragma f/4 terlihat jelas
dan tajam dalam karya tersebut. Shutter speed 1/160 sec. Lensa focal
length 18mm. ISO 320 digunakan dikarenakan cukup pencahayaan.

11. Hasil Karya 11 dan Pembahasan Karya “Tutup Mata”

Gambar 4.22 Karya 11 “Tutup Mata”


Sumber : Muhammad Bintang
Faaiz, 2023
Tabel 4.13 Data Exif Foto “Tutup Mata”
Diafragma f/1.4 ISO Speed 4000
Shutter Speed 1/125 sec Focal Length 30mm

Deskripsi Karya 11 : Memperlihatkan mimik wajah seorang


siswa dengan peragaan tutup mata, berdasar pada wawancara
disana, penulis mecoba menginterpretasikan bahwa memang
pemerintah kurang perhatian terhadap kampung itu dengan tutup
mata.

Deskripsi teknis karya 11 : Metode EDFAT (Entire, Detail,


Frame, Angle, Time),secara foto menunjukkan mimik wajah
seorang siswa dengan peragaan tutup mata. Dengan angle Eye
Level. Menggunakan bukaan lensa diafragma f/1.4. Shutter speed
1/125 sec. Lensa focal length 30mm. ISO 4000 digunakan
dikarenakan sangat minim pencahayaan di ruang kelas.
12. Hasil Karya 12 dan Pembahasan “Ceria”

Gambar 4.23 Karya 12 “Ceria”

Sumber : Muhammad Bintang


Faaiz, 2023
Tabel 4.14 Data Exif Foto “Ceria”
Diafragma f/1.4 ISO Speed 200
Shutter Speed 1/500 sec Focal Length 30mm

Deskripsi karya 12 : Terlepas dari tutup mata pemerintah, warga


Kampung Beting sudah terbiasa dan tetap senang walau prihatin.
Memperlihatkan 2 bocah yang sedang bermain diatas eretan dengan
ceria.
Deskripsi teknis karya 12 : Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame,
Angle, Time), secara foto menunjukkan Memperlihatkan 2 bocah
yang sedang bermain diatas eretan dengan ceria. Menggunakan
angle High Angle . Menggunakan diafragma f/1.4. Shutter speed
1/500 sec yang gunakan. Lensa focal length 30mm. ISO 200
digunakan dikarenakan cukup pencahayaan.
13. Hasil Karya 13 dan Pembahasan Karya “Hangat”

Gambar 4.24 Karya 13


“Hangat”

Sumber : Muhammad
Bintang Faaiz, 2023
Tabel 4.15 Data Exif Foto “Hangat”
Diafragma f/1.4 ISO 800
Shutter Speed 1/200 sec Focal Length 30mm

Deskripsi karya 13 : Menampilkan suasana yang hangat antar


keluarga sedang bercanda, saya mengakui walau belum rutin selalu
kesana, saya selalu merasa tenang dan senang akan keramahan
warga disana terhadap orang baru.
Deskripsi teknis karya 13 : Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame,
Angle, Time),menunjukkan Menampilkan suasana yang hangat antar
keluarga sedang bercanda. Menggunakan angle Eye Level.
Menggunakan diafragma f/1.4. Shutter speed 1/200 sec. Lensa focal
length 30mm. ISO 800 karena minim pencahayaan dengan kondisi
sore hari.

14. Hasil Karya 14 dan Pembahasan Karya “Harapan”

Gambar 4.25 Karya 14


“Harapan”

Sumber : Muhammad Bintang


Faaiz, 2023
Tabel 4.16 Data Exif Foto “Harapan”
Diafragma f/4 ISO 320
Shutter Speed 1/160 sec Focal Length 18mm

Deskripsi karya 14 : Memvisualkan seorang bocah yang


mengintip dari sebuah jendela sekolah, penulis
menginterpretasikan sebuah harapan dari mereka tentang
kelangsungan Kampung mereka yang terpinggirkan.

Deskripsi teknis karya 14 : Metode EDFAT (Entire, Detail,


Frame, Angle, Time),Memvisualkan seorang bocah yang mengintip
dari sebuah jendela sekolah. Menggunakan angle Eye Level .
Menggunakan diafragma f/4. Shutter speed 1/160sec. Lensa focal
length 18mm.ISO 320 digunakan karena cukup pencahayaan.

15. Hasil Karya 15 dan Pembahasan Karya “Lapang Dada”

Gambar 4.26 Karya 15 “Lapang


Dada”

Sumber : Muhammad Bintang


Faaiz, 2023
Tabel 4.17 Data Exif Foto “Lapang Dada”
Diafragma f/3.5 ISO Speed 160
Shutter Speed 1/8 sec Focal Length 30mm

Deskripsi karya 15 : Memvisualkan seorang anak muda yang


lewat di bibir Pantai Beting. Penulis menginterpretasikan bahwa
dari semua entah itu kebahagiaan atau kesedihan yang sudah coba
diceritakan di karya tugas akhir ini mereka memang mesti lapang
dada tapi dengan tidak hanya berdiam tapi tetap bergerak.
Deskripsi teknis karya 15 : Penggunaan metode EDFAT( Entire,
Detail, Frame, Angle, Time) Memvisualkan seorang anak muda
yang lewat di bibir Pantai Beting. Pengambilan foto Eye level
Dengan Diafragma f/3.5. Penggunaan shutter speed rendah, 1/8 sec.
Lensa yang digunakan focal length 30mm. ISO 160 .
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Hasil dari pemaparan pada pembahasan di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa dalam penciptaan karya visual tugas
akhir tentang Kampung Beting Muara Gembong kepada
masyarakatumum menginformasikan perihal bagaimana kehidupan
masyarakat disana yang jarang terdengar. Adapun hasil karya penulis
buat antara lain : “Kampung Beting, Meratapi, Menunggu,
Terendam, Kilas Balik, Terbengkalai, Sosok Nelayan Laki-laki, Mati,
Sunyi, Rutinitas, Tutup Mata, Ceria, Hangat, Harapan, Lapang Dada”.
Kendala dalam proses penciptaan karya visual tugas akhir yaitu
jarak yang cukup jauh dari pusat kota.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis sebagai berikut :


1. Untuk Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta. Dalam
proses penciptaan karya tugas akhir ini membutuhkan waktu
yang cukup lama dari pengenalan hingga pendekatan
terhadap objek tersebut yang seharusnya lebih pendekatan
secara lebih, dan jeda dari periode praktik industri hingga
pengerjaan tugas akhir yang terlalu berdekatan. Harapan
untuk pihak Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta
seharusnya memberikan waktu dan kejelasan terhadap
jadwal yang lebih baik.
2. Untuk Mahasiswa/I pengerjaan tugas akhir tersebut sebagai
referensi kalian untuk lebih baik daripada tugas akhir ini.
Ekplorasi terhadap ilmu fotografi terutama pada fotografi
jurnalistik yang tidaklah mudah. Harapan adalah menggali
ilmu fotografi jurnalistik maupun fotografi komersil dan
Latihan kepekaan pemelihatan terhadap momen apapun
saran untuk mahasiswa/I fotografi dalam penciptaan karya
tugas akhir Orang Dalam Gangguan Jiwa adalah harus
paham terkait ODGJ, pendekatan terhadap pasien ODGJ
harus membutuhkan waktu yang cukup lama.
3. Untuk masyarakat, karya tugas akhir ini menggambarkan
sebagai kepedulian terhadap pasien Orang Dalam Gangguan
Jiwa yang dimana selalu stigma buruk dilingkungan
masyarakat untuk lebih peduli terhadap mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Wijaya, T. (2014). Foto Jurnalistik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Wijaya, T. (2016). Photo Story Handbook: Panduan Membuat Foto cerita.


Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Wijaya, T. (2018). Literasi Visual. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai