Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
(A.Md.Sn)
Disusun :
Muhammad Bintang Faaiz
NIM : 20310072
ABSTRAK
“Kehidupan Kampung Beting Muara Gembong dalam Fotografi
Cerita” adalah karya tugas akhir fotografi jurnalistik dikemas
kedalam foto cerita oleh penulis yang dihasilkan sebagai karya tugas
akhir pada program studi Fotografi. Dilatarbelakangi oleh rasa
penasaran penulis dalam membuat karya tugas akhir adalah kehidupan
sosial bermasyarakat di sebuah Kampung yang mengalami perubahan iklim
dan pemanasan global yang menyebabkan terus menerusnya banjir rob
terjadi yaitu Kampung Beting Muara Gembong Adapun tujuan penulisan
adalah memvisualisasikan kehidupan social bermasyarakat
Kampung beting melalui fotografi jurnalistik dalam foto cerita.
Metode Pelaksanaan dalam tugas akhir melalui Studi Pustaka dari
buku dan jurnal hingga wawancara. Pembahasan dalam proses
pendokumentasian diperlukan penelitian dan pendekatan yang lebih
dalam. Langkah proses pendokumentasian karya mulai dari pra
produksi, produksi hingga pasca produksi.
Kata Kunci : Fotografi Cerita, Kampung Beting, Muara
Gembong
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kekuatan, kemampuan,
dan kesabaran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik. Tujuan penulisan tugas akhir adalah memenuhi salah satu persyaratan bagi
mahasiswa untuk dapat menyelesaikan pendidikan Diploma-3 Program Studi Fotografi di
Politeknik Negeri Media Kreatif.
Dalam tugas akhir ini, penulis berperan sebagai editor telah menyunting karya produk
buku informasi tentang Unit Pelaksana Badan Air. Berdasarkan karya tersebut, penulis
menyusun laporan TA berjudul “Kehidupan Kampung Beting Muara Gembong Dalam
Fotografi Cerita”.
Laporan TA ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari orang-orang yang berada di sekitar penulis. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Dr. Tripi Rose Kartika, S.E., M.M., Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif.
2. Dr. Benget Simamora, M.M., Wakil Direktur Bidang Akademik.
3. Erlan Saefuddin, M. Hum., Ketua Jurusan Penerbitan
4. R. Sulistyo Wibowo, M.Sn., Sekretaris Jurusan Penerbitan
5. Ni Made Widiastuti,M. Sn, Koordinator Program Studi Fotografi
6. Amran Malik Hakim, S.Sn., M.Sn., Pembimbing I
7. Wahyu Suwarni, S.Sos., M.H., Pembimbing II
8. Para dosen dan tenaga kependidikan Politeknik Negeri Media Kreatif yang telah
melayani mahasiswa selama menempuh pendidikan di sini.
9. Orang tua dan keluarga yang senantiasa mendukung dengan memberikan semangat,
do’a dan biaya dalam menjalankan kuliah.
10. Bang Faisal, Bang Arman, Bang Cuya, Dhika, yang sudah membantu dan memberi
dukungan moral kepada penulis.
11. Kepada teman-teman Landscape Turu yang sudah berjuang bersama dalam menyusun
proposal.
12. Kepada semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, namun selalu
membantu dalam proses penciptaan karya.
13. Teman-teman Angkatan 11 Prodi Fotografi yang telah berjuang Bersama.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tugas akhir ini. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk tugas akhir ini dari
pembaca. Semoga dengan adanya tugas akhir ini dapat mebantu dan bermanfaat bagi
banyak orang.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara geografis Indonesia mem-bentang dari 60 LU sampai 110
LS dan 920 sampai 1420 BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil
yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau. Tiga per-empat wilayahnya
adalah laut (5,9 juta km2), dengan panjang garis pantai 95.161 km,
terpanjang kedua setelah Kanada. Melalui Deklarasi Djuanda, 13
Desember1957, Indonesia menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia
(laut sekitar, di antara, dan di dalam kepulauan Indonesia) menjadi
satu kesatuan wilayah NKRI. Dan Indonesia sebagai negara kepulauan,
telah diakui dunia internasional melalui konvensi hukum laut PBB ke
tiga, United Nation Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS
1982).
Daerah pesisir merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi
nasional melalui berbagai kegiatan masyarakat seperti perikanan laut,
perdagangan, transportasi, pariwisata. Daerah pesisir juga merupakan
lingkungan bahari yang paling produktif dengan sumber daya maritim,
utamanya seperti hutan bakau (mangrove) daerah pasang surut dan laut
lepas serta sumber daya pesisir yang memiliki produktivitas yang tinggi
dalam pembangunan karena dapat meningkatkan devisa, lapangan kerja,
pendapatan dan kesejahteraan penduduk.
Kecamatan Muara Gembong adalah suatu kawasan yang berada di
paling ujung dari Kabupaten Bekasi, dan langsung berbatasan dengan Laut
Utara Jawa. Muara Gembong terbagi menjadi 5 wilayah kampung/desa
yaitu Muara Beting, Muara Mati, Muara Bendera. Muara Pecah, dan Muara
Kuntul. Sebetulnya ada 6 yaitu Muara Jaya namun kampung itu sudah
menghilang dan hanya tersisa puing-puing bekas peninggalan rumah
diujung dari Muara Beting. Disini penulis mencoba memfokuskan kepada
wilayah Muara Beting karena di tempat tersebut merupakan kampung yang
paling parah terkena dampak dari abrasi sejak belasan tahun lalu. Di Muara
Beting terdapat sekitar 100 kepala keluarga namun bisa lebih karena
menurut penuturan warga disana ada yang satu rumah itu. bisa 2-3 kepala
keluarga.
Dahulu Kampung ini bernama Kampung Dollar karena dahulu
kampung ini sangat jaya di sektor ekonomi kelautan. Mayoritas mata
pencaharian masyarakat disana adalah nelayan, dahulu banyak sekali
pengusaha-pengusaha tambak yang datang kesana untuk membangun usaha
tambak, namun menurut warga disana mereka jaya tidaklah lama karena
abrasi menyerang kampung tersebut dan Kampung Dollar sekarang
hanyalah menjadi kenangan, peyebabnya ialah pembangunan lahan tambak
berlebih yang telah merubah alih fungsi peruntukan lahan kawasan ini serta
pembabatan tanaman bakau yang cukup ekstrem.
Masyarakat disini sangat bergantung sekali dengan hasil laut
karena mayoritas mata pencaharian mereka adalah nelayan, namun karena
faktor-faktor perubahan kondisi tadi masyarakat jadi susah sekali untuk
mendapatkan hasil laut. Efek yang ditimbulkan dari perubahan iklim
tersebut bukan saja mengganggu pendapatan ekonomi masyarakat disana
tapi juga mengganggu perubahan struktur wilayah, seperti kekeringan tanah,
jalan yang rusak, hilangnya wilayah desa lain di kawasan Muara Gembong,
naiknya air laut, hingga pendidikan bahkan kesehatan masyarakat disana.
Banyak ditemukan bangunan-bangunan usang yang ditinggalkan disana
akibat abrasi dan perubahan iklim, contohnya banyak rumah-rumah yang
hancur, cat-cat tembok yang mengelupas, kemudian sekolah dan makam
yang terendam akibat banjir rob yang terus terjadi.
Hal yang sering dirasakan oleh masyarakat disana adalah banjir rob
yang terus berdatangan tanpa henti. Banjir rob sendiri merupakan banjir
yang disebebkan oleh naiknya air laut akibat dataran atau bibir pantai lebih
rendah dibanding permukaan laut. Masyarakat disana setiap hari aka selalu
mengalami banjir rob, yang membedakan hanyalah pada volume dan durasi,
biasanya masyarakat disana melihat angin. Banjir rob sendiri sangat
berdampak secara langsung kepada kehidupan masyaraat disana dan efek
yang ditimbulkan sangatlah parah.
Tujuan penciptaan karya Fotografi Cerita tentang Kampung Beting
Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat ini adalah menciptakan
karya foto cerita yang memberi gambaran secara langsung dan nyata
bagaimana kehidupan masyarakat hidup ditengah-tengah ancaman bahaya
laut. Disini penulis menggunakan konsep foto hitam putih guna mendukung
cerita serta menekankan emosi, kedalaman serta menggugah rasa dramatis.
Metode yang akan penulis gunakan dalam karya Tugas Akhir ini adalah
metode EDFAT.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, ada beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:
1. Belum banyak foto cerita yang memberi gambaran secara langsung dan
nyata bagaimana kehidupan masyarakat hidup ditengah-tengah
ancaman bahaya laut.
2. Bahaya nyata banjir rob di daerah pesisir setelah bencana abrasi.
3. Minim perhatian pemerintah terhadap Kampung Beting.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis mendapatkan
batasan. Berdasarkan dengan Identifikasi Masalah yang telah diuraikan
ada 3 Masalah, namun yang merujuk kepada keilmuan yang penulis tekuni
adalah fotografi, maka dalam Tugas Akhir ini penulis membatasi masalah
adalah tentang belum banyak foto cerita yang memberi gambaran secara
langsung dan nyata bagaimana kehidupan masyarakat hidup ditengah-
tengah ancaman bahaya laut.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian dalam batasan masalah di atas, maka penulis mencoba
merumuskan masalah, yaitu bagaimana memvisualkan gambaran secara
langsung dan nyata kehidupan masyarakat hidup ditengah-tengah ancaman
bahaya laut?
E. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam membuat penciptaan karya tugas akhir tersebut
adalah memvisualkan gambaran secara langsung dan nyata kehidupan
masyarakat hidup ditengah-tengah ancaman bahaya laut.
F. Manfaat Penulisan
a. Penulis
Bagi penulis, karya visual tersebut sebagai media pengalaman dan
peningkatan kemampuan dalam bidang Fotografi Jurnalistik dan karya
visual sebagai portofolioitu sendiri.
b. Umum
Bagi umum, memberikan gambaran dan informasi bagaimana
kondisi kehidupan di Kampung Beting sebagai bahan pembelajaraan.
c. Civitas
Akademik Menjadi acuan penulisan dan referensi penciptaan karya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Fotografi
Fotografi merupakan alat visual efektif yang mampu
memvisualisasikan suatu keadaan menjadi lebih konkret dan akurat. Suatu
keadaan yang terjadi ditempat lain dapat dilihat oleh orang yang berada jauh
dari tempat kejadian dan setelah kejadian tersebut berlalu melalui sebuah
foto. Produk akhir dari fotografi adalah foto dan orang yang melakukan
pengambilan gambar dengan teknik fotografi disebut fotografer. Suatu foto
yang berkualitas adalah foto yang informatif, mencakup konteks, content
dan komposisi (Pratama, 2012: 14) Secara umum fotografi adalah suatu
proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari objek dengan
merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang
peka terhadap cahaya. Dalam fotografi memiliki jenis-jenis aliran fotografi
antara lain fotografi komersial, fotografi seni dan fotografi jurnalistik.
1. ISO
Menurut Darsito (2014), ISO merupakan singkatan dari
“International Standardization Organization”, dan dalam fotografi
digunakan untuk mewakili tingkat sensitivitas sensor. Istilah ini serupa
dengan ASA dan DIN pada era fotografi analog. Pada ISO rendah
(semisal ISO 100), sensor kamera menangkap gambar secara lebih
detail tetatpi butuh cahaya lebih banyak, sehingga gambar lebih gelap.
Sebaliknya pada ISO tinggi (semisal ISO 6400), sensor kamera menjadi
lebih sensitif sehingga gambar semakin terang. Penggunaan ISO tinggi
akan menyebabkan penurunan detail pada gambar dan muncul bitnik-
bintik pada 10 gambar yang dikenal sebagai Noise atau grain. Atur ISO
seperlunya agar diperoleh tingkat terang yang sesuai dengan detail yang
tetap mencukupi.
2. Aperture
Menurut Darsito (2014), Aperture atau bukaan diafragma lensa
menentukan banyaknya cahaya yang diteruskan oleh lensa yang
kemudian ditangkap oleh sensor. Penulisan yang sering dipakai adalah
F per angka pembagi tertentu. Sebagai contoh adalah F/4, yang berarti
lensa terbuka dengan diameter sebesar 1/4 dari panjang focal lensa.
3. Shutter Speed
Darsito (2014) menjelaskan, shutter speed atau dikenal juga sebagai
exposure time mentetukan lamanya sensor kamera menangkap citra dari
objek. Penulisan yang sering digunakan adalah 1 per sekian detik, pada
shutter speed cepat (semisal 1/1000 detik), jumlah cahaya yang
diterima oleh sensor menjadi sedikit, sehingga gambar yang dihasilkan
akan lebih gelap. Sedangkan dengan shutter speed yang lambat (semisal
1/20 detik), cahaya yang ditangkap sensor menjadi lebih banyak, dan
gambar yang dihasilkan lebih terang.
METODE PELAKSANAAN
A. Objek Penulisan
3. Wawancara
Menurut Esterberg dalam kutipan Sugiyono (2015:72) wawancara
adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar
informasi maupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat
dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik
tertentu.
Dalam tahap ini, penulis melakukan wawancara langsung ke
tempat Kampung Beting Muara Gembong dan narasumber dari
masyarakat setempat. Hasil wawancara penulis dengan masyarakat
dapat dilihat dilampiran.
C. Ruang Lingkup
1. Peran Penulis
2. Kategori Karya
3. Ide Kreatif
a. Pencahayaan
b. Pewarnaan
c. Komposisi
d. Storyline
“Kampung Kecil yang Ramah”
Bila boleh jujur akan satu hal, sebetulnya warga disana sudah
tidak nyaman dan tidak betah, maka dari itu disana banyak rumah
yang ditinggalkan begitu saja oleh para warganya, namun menurut
Bang Dul (salah satu warga disana) mereka yang masih bertahan
disana adalah manusia yang paling sabar, manusia yang paling
ikhlas, karena mau bagaimana lagi ada beberapa faktor salah satu
nya adalah ekonomi, masyarakat disana keterbatasan di ekonomi
kalau ingin pindah, untuk makan sehari-hari ada saja mereka sudah
sangat bersyukur.
D. Langkah Kerja
1. Praproduksi
a. Proses Penciptaan
b. Survey Lapangan
i. Kamera
ii. Lensa
Sumber: Pribadi
3. Pasca Produksi
a. Editing
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Karya
Deskripsi Karya 1 : Detail alamat dari salah satu rumah warga di Kampung
Beting
Deskripsi teknis karya 1 : Penggunaan metode EDFAT( Entire, Detail,
Frame, Angle, Time) pada foto ini menunjukkan sebuah alamat dari salah satu
rumah warga Kampung Beting. Pengambilan foto High level. Dengan
Diafragma bukaan lensa f/1.8. Penggunaan shutter speed 1/200 sec. Lensa
yang digunakan focal length 30mm. ISO 500 dikarenakan lokasi pemotretan
berada di luar ruangan yang cukup gelap pencahayaan.
Sumber : Muhammad
Bintang Faaiz, 2023
Tabel 4.15 Data Exif Foto “Hangat”
Diafragma f/1.4 ISO 800
Shutter Speed 1/200 sec Focal Length 30mm
PENUTUP
A. Simpulan
Hasil dari pemaparan pada pembahasan di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa dalam penciptaan karya visual tugas
akhir tentang Kampung Beting Muara Gembong kepada
masyarakatumum menginformasikan perihal bagaimana kehidupan
masyarakat disana yang jarang terdengar. Adapun hasil karya penulis
buat antara lain : “Kampung Beting, Meratapi, Menunggu,
Terendam, Kilas Balik, Terbengkalai, Sosok Nelayan Laki-laki, Mati,
Sunyi, Rutinitas, Tutup Mata, Ceria, Hangat, Harapan, Lapang Dada”.
Kendala dalam proses penciptaan karya visual tugas akhir yaitu
jarak yang cukup jauh dari pusat kota.
B. Saran
Buku