Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN

PERCOBAAN II

PEMURNIAN METANOL DENGAN DESTILASI

NAMA : ALFIN SAFIUDIN

STAMBUK : F1C1 13 004

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : NURJANNAH

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemurnian (refining atau juga mungkin disebut oleh affining istilah

matematika) adalah proses pemurnian zat atau bentuk. Istilah ini biasanya digunakan

dari sumber daya alam yang hampir dalam bentuk yang bermanfaat, tetapi yang lebih

berguna dalam bentuk murni. Sebagai contoh, sebagian besar jenis minyak alami

akan membakar langsung dari minyak bumi, tetapi akan membakar tidak baik dan

cepat menyumbat mesin dengan residu dan produk sampingan. Istilah yang luas, dan

dapat mencakup transformasi drastis lebih, seperti pengurangan bijih logam.

Pemurnian cairan ini sering dilakukan dengan destilasi atau fraksionasi. Gas

dapat disempurnakan dengan cara ini juga, dengan didinginkan dan / atau dikompresi

sampai mereka mencairkan. Gas dan cairan juga dapat disempurnakan oleh ekstraksi

dengan pelarut selektif yang melarutkan diri baik substansi bunga, atau kotoran yang

tidak diinginkan.

Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didik

atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam

proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan

dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini

maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin.
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas, maka percobaan ini

dilakukan untuk mengetahui proses pemurnian metanol yang tercampur dengan

senyawa lain.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara memisahkan metanol dari air menggunakan alat destilasi?

2. Bagaimana cara menentukan % destilat yang dihasilkan pada proses pemurnian

tersebut?

C. Tujuan

Tujuan dilakukan praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Memisahkan metanol dari air menggunakan alat destilasi.

2. Menentukan % destilat yang dihasilkan pada proses pemurnian tersebut.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.

Dalam kehidupan kebutuhan akan air bersih adalah suatu hal yang pasti untuk

keberlangsungan kehidupan kita. Ada 4 jenis destilasi yaitu destilasi sederhana,

destilasi fraksionasi, destilasi uap, dan destilasi vakum. Selain itu ada pula destilasi

ekstraktif dan destilasi azeotropic homo genous, destilasi dengan menggunakan

garam berion, destilasi peressure-swing, serta destilasi reaktif (Roswiyanto, 2009).

Alat destilasi air menggunakan konsep perbedaan titik didih atau titik cair dari

zat kimia penyusun air tersebut. Pada sistem ini terjadi 2 proses yaitu proses

penguapan (evaporation) dan dilanjutkan dengan proses pengembunan

(condensation) kembali dari uap yang dihasilkan menjadi cairan. Zat yang memiliki

titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Berbagai macam teknik destilasi air

telah dikembangkan, antara lain reverse osmosis (RO), elektrrodialisis, destilasi

transfer membrane, ion exchange, dan penguapan/evaporasi (Handayani dkk., 2014).

Salah satu cara untuk mengerjakan destilasi yaitu dengan cara mengurangi

tekanan pada temperatur yang tetap. Tetapi yang lebih umum adalah mendestilasi

pada tekanan tetap dengan menaikkan temperatur. Jika dalam destilasi sederhana

sederhana, uapnya diambil dan dikondensasi, maka suatu metode destilasi terfraksi

dilakukan dengan jalan berulang-ulang secara berurutan. Dengan cara demikian akan
dihasilkan yang jauh lebih murni dibandingkan dengan destilat sederhana (Atkins,

1994).

Destilasi berarti memisahkan komponen–komponen yang mudah menguap

dari suatu campuran cair dengan cara menguapkannya, uap yang dikeluarkan dari

campuran tersebut disebut uap bebas yang mengalir melalui kondensor, cairan yang

keluar dari kondensor,cairan yang keluar dari kondensor disebut destilat sedangkan

cairan tidak menguap disebut residu. Pada prinsipnya proses destilat adalah

pemisahan suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya (Jhonprimen dkk.,

2012).

Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih. Proses

ini dilakukan untuk mengambil alkohol dari hasil fermentasi yang diikuti dengan

kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat yang dihasilkan. Uap yang

dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai

destilat dan bagian campuran yang tidak menguap disebut residu (Kurniawan dkk.,

2014).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 17 Maret 2015 pada

pukul 13.00-15.25 WITA. Bertempat di Laboratorium Riset Terpadu Jurusan Kimia

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu 1 set alat destilasi, gelas

kimia, gelas ukur, termometer, elektromantel, statif dan klem.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah methanol, akuades,

aluminium foil, vaselin dan tissu.


C. Prosedur Kerja

1. Menyusun rangkaian alat destilasi

2. Labu destilasi diisi dengan akaudes dan methanol masing-masing sebanyak 30 mL

3. Kemudian memasukan beberapa butir batu didih

4. Mengalirkan air melalui alat pendingin kemudian memanaskan labu destilasi

sampai campuran mendidih

5. Mengamati kenaikan suhu pada termometer dan membaca titik didih destilasi

6. Mengukur volume destilat yang diperoleh.

30 mL akuades 30 mL metanol

- dicampur
- dimasukkan kedalam labu alas bulat
60 mL akuades + metanol
- dirangkai pada alat destilasi
- dipanaskan
- diamati kenaikan suhu
- diukur volume destilat
Hasil pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Rangkaian alat

b f Keterangan:
e a.batu didih
b. termomet
a h er
c.labu alas bulat
d. elektrom
c antel
g e.kondensor
d
f. statip
g. klem
h. erlenmey
2. Analisis Data

% Rendamen

Volume Metanol = 30 mL

Volume Air = 30 mL

Volume Campuran = Volume Metanol + Volume Air

= 30 mL + 30 mL

= 60 mL

Volume Destilat Secara Praktek = 11 mL

Volume Awal Metanol – Volume Akhir Metanol


% destilat = x 100%
Volume Campuran

30 mL−11 mL
= x 100%
60 mL
= 31,666 %

B. Pembahasan

Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam

campuran zat cair tersebut sehingga zat atau senyawa yang memiliki titik didih

terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan

mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat). Pada destilasi biasa, tekanan

uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa murni,

suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses

destilasi adalah sama dengan titik didih destilat.

Pemisahan dan pemurnian senyawa dari suatu campuran senyawa dapat

dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan karakter sampel. Destilasi sederhana

dilakukan bedasarkan perbedan titik didih yang besar atau untuk memisahkan zat cair

dari campurannya yang berwujud padat. Percobaan ini, akan dipisahkan campuran

yang terdiri dari air dan metanol. Titik didih air adalah 100 oC, sedangkan metanol

memilki titik didih 64,7 oC. Karena kedua zat tersebut memiliki perbedaan titik didih

yang cukup besar, maka destilasi yang digunakan adalah destilasi sederhana. Pada

saat campuran dipanaskan, suhu campuran meningkat dan akan ditunjukkan oleh

termometer. Ketika suhu berada di sekitar 64,7 atau 65 oC, yakni titik didih metanol,

suhu tersebut dijaga agar tetap berada pada titik didih metanol. Hal ini menunjukkan

bahwa pada suhu 64,7 oC ini, tekanan uap metanol sama dengan tekanan atmosfer,

sehingga metanol akan menguap sedangkan air akan tetap berada pada labu destilasi
karena pada suhu tersebut belum mencapai titik didih air. Akibatnya air akan tetap

berada pada fasa cair dan tidak ikut menguap bersama metanol. Hal ini karena

tekanan uap air belum sama dengan tekanan atmosfer. Selanjutnya uap metanol akan

bergerak ke atas dan melalui kondensor. Pada kondensor dialirkan air secara terus-

menerus yang berfungsi sebagai pendingin, sehingga pada kondensor ini terjadi

peristiwa kondensasi atau pengembunan, dimana uap metanol akan didinginkan

sehingga mengembun dan menjadi cairan kembali. Metanol cair kemudian akan

mengalir dari kondensor melalui konektor, lalu jatuh dan ditampung pada erlenmeyer,

dan disebut destilat. Hasil akhir diperoleh yaitu metanol dengan rendemen 31,66 %

sebanyak 11 ml.

Perbedaan sifat campuran suatu fase dengan campuran dua fase dapat

dibedakan secara jelas jika suatu cairan menguap, terutama dalam keadaan mendidih.

Sebagai contoh adalah cairan murni di dalam suatu tempat yang tertutup. Pada suhu

tertentu molekul-molekul cairan tersebut memiliki energi tertentu dan bergerak bebas

secara tetap dan dengan kecepatan tertentu. Tetapi setiap molekul dalam cairan hanya

bergerak pada jarak pendek sebelum dipengaruhi oleh molekul-molekul lain,

sehingga arah geraknya diubah. Namun setiap molekul pada lapisan permukaan yang

bergerak ke arah atas akan meninggalkan permukaan cairan dan akan menjadi

molekul uap. Molekul-molekul uap tersebut akan tetap berada dalam gerakan yang

konstan, dan kecepatan molekul-molekul dipengaruhi oleh suhu pada saat itu.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Proses destilasi yaitu dimulai dengan memanaskan larutan campuran metanol-air,

metanol menguap, uapnya terkumpul di adaptor. Lalu diteruskan ke kondensor

dimana mengalami pendinginan uap, sehingga terjadinya perubahan dari fase uap

menjadi fase cair. Kemudian, cairan metanol mulai jatuh tetesan pertama ke

erlenmeyer pada suhu tertentu dan etanol berhenti mendidih pada suhu.

2. % destilat methanol yang diperoleh setelah pemurnian adalah 11 mL dengan

persentase 31,66 %.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins. 1994. Kimia Fisika. Erlangga. Jakarata.

Handayani, N., T. F. Nugroho dan S. P. Fitri. 2014. Analisa Kinerja Termal Solar
Apparatus Panel pada Alat Destilasi Air Payau dengan Sistem Evaporasi Uap
Tenaga Matahari Menggunakan CFD. Jurnal Teknik Pomits. 3 (2).

Jhonprimen, H. S., A. Turnip dan M. H. Dahlan. 2012. Pengaruh Massa Ragi, Jenis
Ragi Dan Waktu Fermentasi Pada Bioetanol Dari Biji Durian. Jurnal Teknik
Kimia. 18 (2).

Kurniawan, A.D., Semin, Suprajitno, T. 2014. Analisa Penggunaan Bahan Bakar


Bioethanol dari Batang Padi sebagai Campuran pada Bensin. Jurnal Teknik
Pomits. 3 (1).

Roswiyanto. 2009.  Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai