Anda di halaman 1dari 3

NAMA : AMALIA NURUL FAJARWATI

NPM : 1112201093
PRODI : S1 AKUNTANSI

TUGAS
TEORI INVESTASI DAN PORTOFOLIO

1. Jelaskan tentang strategi pemilihan saham, serta manfaat apa yang bisa diperoleh investor
dari penerapan strategi tersebut
Strategi pemilihan saham adalah pendekatan yang digunakan oleh investor untuk memilih
saham-saham yang dianggap memiliki potensi kinerja yang baik di pasar. Tujuan utama dari
strategi ini adalah untuk mencapai keuntungan maksimal dengan memilih saham-saham yang
memiliki potensi pertumbuhan dan pengembalian yang tinggi. Manfaat yang dapat diperoleh
investor dari penerapan strategi pemilihan saham adalah sebagai berikut:

1) Potensi Keuntungan Tinggi: Dengan memilih saham-saham yang memiliki potensi


pertumbuhan dan kinerja yang baik, investor dapat mengoptimalkan potensi keuntungan
mereka. Strategi pemilihan saham yang tepat dapat membantu investor mengidentifikasi
perusahaan-perusahaan yang memiliki peluang besar untuk tumbuh dan memberikan
pengembalian yang signifikan.
2) Pengurangan Risiko: Strategi pemilihan saham yang baik dapat membantu mengurangi
risiko investasi. Misalnya, dengan melakukan analisis fundamental yang mendalam,
investor dapat memilih perusahaan dengan kinerja keuangan yang kuat, manajemen yang
kompeten, dan pangsa pasar yang stabil. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko
investasi dalam jangka panjang.
3) Pendapatan Dividen: Bagi investor yang mencari pendapatan pas

2. Apa yang dimaksud dengan strategi rotasi sektor dalam strategi portofolio saham !
Strategi rotasi sektor adalah pendekatan dalam strategi portofolio saham di mana investor
secara aktif memindahkan alokasi investasi mereka dari satu sektor industri ke sektor lainnya.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengoptimalkan kinerja portofolio dengan memanfaatkan
siklus bisnis atau tren pasar yang berbeda-beda antar sektor industri.
Dalam strategi rotasi sektor, investor mencoba untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang
diyakini akan memiliki pertumbuhan dan kinerja yang baik di masa depan, sementara
menghindari sektor-sektor yang dianggap akan mengalami perlambatan atau penurunan kinerja.
Investor melakukan analisis pasar, fundamental, dan teknikal untuk mengidentifikasi perubahan
tren sektor dan memutuskan kapan harus melakukan rotasi.
Misalnya, dalam periode di mana sektor teknologi sedang booming, investor mungkin akan
meningkatkan alokasi investasi pada saham-saham di sektor tersebut. Namun, jika sektor energi
atau konsumen sedang menunjukkan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi, investor dapat
memindahkan alokasi investasi mereka dari sektor teknologi ke sektor tersebut.
Namun, penting untuk diingat bahwa strategi rotasi sektor melibatkan spekulasi dan prediksi
tren pasar. Implementasinya memerlukan analisis yang cermat dan pemahaman mendalam
tentang sektor-sektor industri serta risiko yang terkait. Keputusan rotasi sektor harus didasarkan
pada informasi yang akurat dan dapat dipercaya, serta perlu dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari risiko yang tidak terduga atau potensi kerugian yang signifikan.
3. Sebutkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan investor dalam mengevaluasi kinerja
portofolio!
a. Tingkat Pengembalian (Return): Salah satu faktor utama yang harus dievaluasi adalah
tingkat pengembalian portofolio. Investor perlu melihat berapa besar keuntungan atau
kerugian yang telah dihasilkan oleh portofolio mereka dalam periode waktu tertentu.
Tingkat pengembalian dapat dihitung sebagai persentase perubahan nilai portofolio dari
awal periode hingga akhir periode.
b. Toleransi Risiko: Setiap investor memiliki toleransi risiko yang berbeda. Penting untuk
mengevaluasi apakah portofolio sesuai dengan profil risiko investor tersebut. Jika kinerja
portofolio tidak sesuai dengan ekspektasi dan toleransi risiko investor, mungkin perlu
dilakukan penyesuaian atau diversifikasi lebih lanjut.
c. Diversifikasi: Diversifikasi adalah strategi untuk mengurangi risiko dengan menyebarkan
investasi di berbagai jenis aset atau instrumen keuangan. Investor perlu
mempertimbangkan sejauh mana portofolio mereka terdiversifikasi. Diversifikasi yang baik
dapat membantu mengurangi risiko spesifik dan meningkatkan ketahanan portofolio
terhadap perubahan pasar.
d. Rasio Pengembalian Risiko (Risk-Return Ratio): Rasio pengembalian risiko adalah
perbandingan antara tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh portofolio dengan risiko
yang diambil untuk mencapai tingkat pengembalian tersebut. Investor harus mengevaluasi
apakah tingkat pengembalian yang dihasilkan sebanding dengan tingkat risiko yang diambil.
Rasio pengembalian risiko yang tinggi menunjukkan bahwa portofolio mampu
menghasilkan keuntungan yang baik relatif terhadap risiko yang diambil.
e. Konsistensi Kinerja: Investor juga perlu melihat konsistensi kinerja portofolio dalam jangka
waktu yang lebih lama. Apakah portofolio menghasilkan kinerja yang konsisten seiring
waktu atau terdapat fluktuasi yang signifikan? Konsistensi kinerja dapat memberikan
indikasi tentang kemampuan portofolio untuk menghasilkan hasil yang stabil dalam
berbagai kondisi pasar.
f. Benchmarking: Investor sering membandingkan kinerja portofolio mereka dengan
benchmark yang relevan, seperti indeks pasar atau indeks sektor. Ini membantu untuk
mengevaluasi apakah portofolio telah melebihi atau di bawah performa pasar secara
keseluruhan atau sektor tertentu. Perbandingan ini dapat memberikan wawasan tentang
apakah portofolio telah menghasilkan nilai tambah dibandingkan dengan kinerja pasar.

4. Jelaskan tiga metode pengukuran kinerja portofolio yang memperhatikan faktor risiko
portofolio tersebut!
a. Rasio Sharpe: Rasio Sharpe adalah metode yang populer digunakan untuk mengukur
pengembalian portofolio yang disesuaikan dengan risiko. Rasio ini memperhitungkan
tingkat pengembalian portofolio dibandingkan dengan pengembalian yang diharapkan
(biasanya tingkat suku bunga bebas risiko) serta volatilitas (risiko) portofolio. Semakin tinggi
rasio Sharpe, semakin baik kinerja portofolio relatif terhadap risiko yang diambil. Rasio
Sharpe dapat membantu investor membandingkan portofolio dengan benchmark risiko-
bebas dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang efisiensi risiko-terhadap-
pengembalian portofolio.
b. Rasio Treynor: Rasio Treynor juga mengukur pengembalian portofolio yang disesuaikan
dengan risiko, tetapi dengan memperhatikan risiko sistematis (risiko yang tidak dapat
dihindari melalui diversifikasi) yang diukur dengan beta portofolio. Rasio ini
membandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh portofolio dengan tingkat
pengembalian yang diharapkan dan risiko sistematis yang dihadapi oleh portofolio. Rasio
Treynor berguna dalam mengidentifikasi apakah pengembalian portofolio melebihi
pengembalian yang dapat dijelaskan oleh risiko sistematis. Semakin tinggi rasio Treynor,
semakin baik kinerja portofolio relatif terhadap risiko sistematis.
c. Alpha: Alpha adalah metode pengukuran kinerja yang mengukur kemampuan portofolio
untuk menghasilkan pengembalian yang melebihi tingkat pengembalian yang diharapkan
berdasarkan risiko yang dihadapi. Alpha positif menunjukkan bahwa portofolio
menghasilkan kelebihan pengembalian dibandingkan dengan tingkat pengembalian yang
diharapkan, sementara alpha negatif menunjukkan kinerja yang di bawah ekspektasi. Alpha
memperhatikan risiko sistematis yang diukur oleh beta portofolio dan mengisolasi
kontribusi kinerja aktif manajer portofolio dari pasar secara keseluruhan. Sebuah alpha
positif menunjukkan bahwa manajer portofolio telah menghasilkan keuntungan lebih besar
daripada yang dapat dijelaskan oleh risiko sistematis.

5. Berikan contoh kejadian yang terkait dengan Behavioral Finance:


a. Bias Konfirmasi
Bias konfirmasi terjadi ketika seseorang cenderung mencari atau
menginterpretasikan informasi yang mengkonfirmasi keyakinan atau pendapat yang sudah
ada, sambil mengabaikan atau meremehkan informasi yang bertentangan. Contohnya,
seorang investor memiliki keyakinan kuat bahwa saham perusahaan XYZ akan naik nilainya.
Ketika mencari informasi tentang perusahaan tersebut, ia hanya mencari dan menganggap
penting berita atau laporan yang mendukung pandangannya, sementara mengabaikan atau
meremehkan berita yang berpotensi menunjukkan risiko atau potensi kerugian. Dengan
demikian, ia mengkonfirmasi keyakinannya sendiri tanpa mempertimbangkan informasi
yang berpotensi mengubah pandangannya.
b. Bias Los Aversion
Bias loss aversion (ketakutan kehilangan) terjadi ketika individu cenderung
menghindari atau merasa lebih terpukul oleh kerugian daripada mendapatkan keuntungan
dengan jumlah yang sama. Misalnya, seorang investor mungkin memegang saham suatu
perusahaan yang sedang mengalami penurunan nilai. Namun, karena takut mengakui
kerugian, ia memilih untuk tidak menjual saham tersebut dan berharap nilai saham akan
pulih. Dalam proses ini, ia mengabaikan informasi yang menunjukkan bahwa menjual
saham mungkin merupakan keputusan yang lebih bijaksana dan membatasi potensi
kerugian lebih lanjut.
c. Bias Keakraban
Bias keakraban terjadi ketika individu cenderung memilih atau memberikan
preferensi kepada aset atau perusahaan yang dikenal atau akrab daripada yang tidak
dikenal atau tidak akrab. Sebagai contoh, seorang investor mungkin lebih condong untuk
berinvestasi dalam saham perusahaan besar yang sudah dikenal secara luas dan terkenal,
sementara mengabaikan saham perusahaan kecil yang tidak dikenal. Hal ini mungkin terjadi
meskipun saham perusahaan kecil tersebut memiliki prospek pertumbuhan yang baik atau
valuasi yang menarik. Bias keakraban dapat menghambat investor dalam mendiversifikasi
portofolio mereka dan mengabaikan potensi investasi yang lebih menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai