Anda di halaman 1dari 72

UJI KANDUNGAN BAKTERI COLIFORM PADA ES BATU PRODUKSI

RUMAHAN DENGAN METODE MPN DI KAWASAN PASAR LIMA


KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Diploma III


Program Studi : Analis Kesehatan

Disusun Oleh :
Aisyah Amini
EAK10180071

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN


PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
BANJARMASIN
2021
UJI KANDUNGAN BAKTERI COLIFORM PADA ES BATU PRODUKSI
RUMAHAN DENGAN METODE MPN DI KAWASAN PASAR LIMA
KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Diploma III


Program Studi : Analis Kesehatan

Disusun Oleh :
Aisyah Amini
EAK10180071

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN


PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
BANJARMASIN
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

“ Uji Kandungan Bakteri Coliform Pada Es Batu Produksi


Rumahan Dengan Metode MPN Di Kawasan Pasar
Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah”

Aisyah Amini
EAK10180071

Dipertahankan di depan Tim Penguji KTI


Program Studi D-III Analis Kesehatan
Politeknink Unggulan Kalimantan
Tanggal 16 Juni 2021

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan Tanggal


Hajrah Hidriya, M.Pd
Penguji I
.................... ....................
Yuliana Salman, S.Si., M.Biomed
Penguji II
.................... ....................
Mahda Azimah, A.Md.Ak., SKM
Penguji III
.................... ....................

Banjarmasin, 09 Juli 2021


Politeknik Unggulan Kalimantan Banjarmasin
Direktur,

Ners, Husin, S.Kep, MPH


NIK. 2101019068

ii
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORSINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Aisyah Amini

Nim : EAK1018071

Angkatan : IV

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul

“Uji Kandugan Bakteri Coliform Pada Es Batu Produksi Rumahan Dengan

Metode MPN Di Kawasan Pasar Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan kegiatan plagiat, maka saya aan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya

Banjarmasin,16 Juni 2021

(Aisyah Amini)

(EAK10180071)

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur kepada Allah SWT, karena segala Rahmat dan

Karunia-Nya, atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan KTI yang berjudul “Uji Kandungan Bakteri

Coliform pada Es Batu Produksi Rumahan dengan Metode MPN di

Kawasan Pasar Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

ikut membantu mendukung, membimbing dan memotivasi serta memberikan doa

dalam penyususnan KTI ini. Dengan ini penulis dengan hormat mengucapkan rasa

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT.

2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung saya dari awal kuliah

sampai dititik sekarang yang selalu mendo’akan.

3. Bapak Ners. Husin, S.Kep., MPH selaku Direktur Politeknik Unggulan

Kalimantan.

4. Ibu Yuliana Salman, S.Si., M.Biomed selaku Dosen Pembimbing I yang tidak

pernah lelah dalam memberikan arahan, masukan dan dukungan yang begitu

banyak dengan sabar membantu penulis selama penyusunan KTI.

5. Ibu Mahda Azimah, A.Md.AK., SKM selaku Dosen Pembimbing II yang

tidak pernah lelah dalam memberikan arahan, masukan dan dukungan yang

begitu banyak dengan sabar membantu penulis selama penyusunan KTI.

iv
6. Dosen Pembimbing Akademik (Alm) Bapak Rahmat Wirayudha, A,Md.AK.,

S.Pd. Kim., M.Pd. yang sudah membantu dan memberikan masukan tentang

KTI.

7. Seluruh dosen Program Studi D-III Analis Kesehatan.

8. Teman-teman saya Program Studi D-III Analis Kesehatan Angkatan 2018

terimakasih telah mendukung dan memberikan motivasi, serta kebersamaan

dan perjuangan yang telah di lalui bersama.

9. Teman dekat saya Alfiannoor yang selalu ada suka dan duka, memberikan

motivasi dan selalu mendukung saya dalam menyelesaikan KTI.

Teriring harapan dan do’a semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari

berbagai pihak tersebut, tentunya masih banyak kekurangan yang ada dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis sangat berharap masukan dari

pembaca dan semoga Karya Tulis Ilmiah bisa bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya. Aamiin

Banjarmasin, 16 Juni 2021

Aisyah Amini

EAK1018071

v
ABSTRAK

Aisyah Amini, Yuliana Salman, Mahda Azimah


(Analis Kesehatan, Politeknik Unggulan Kalimantan)

Uji Kandungan Bakteri Coliform Pada Es Batu Produksi Rumahan Dengan


Metode MPN Di Kawasan Pasar Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah.

Es batu merupakan solusi pendingin minuman yang paling sederhana. Es


batu dikenal sebagai air yang dibekukan, air yang digunakan dalam pembuatan es
batu harus higienis dan memenuhi standar higiene dan sanitasi menurut
Permenkes 492 Tahun 2010. Pengolahan makanan dan minuman tidak higienis
dan sanitasi yang buruk dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi konsumen.
Angka prevelansi diare di Kalimantan Selatan tercatat sekitar 16.043 menurut data
dari Riskesdas Tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah es
batu tercemar oleh bakteri coliform serta menentukan tingkat cemaran bakteri
coliform pada es batu. Penelitian ini menggunakan metode MPN dengan ragam
511 dan penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel yang diteliti sebanyak 10 sampel
es batu dari pedagang industri rumah tangga di Kawasan Pasar Lima Kecamatan
Banjarmasin Tengah. Hasil Penelitian menunjukan bahwa tingkat cemaran bakteri
coliform yaitu menunjukan 1 sampel mengandung bakteri coliform dengan nilai
16/100ml, 1 sampel mengandung bakteri coliform dengan nilai 84/100ml dan 8
sampel mengandung bakteri coliform dengan nilai ≤979/100ml. 10 sampel
tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat SNI Nomor 7388 Tahun 2009.

Kata Kunci : Es Batu Rumahan, Bakteri Coliform, MPN

vi
ABSTRACT

Aisyah Amini, Yuliana Salman, Mahda Azimah


(Tecnology Laboratory Medic, Politeknik Unggulan Kalimantan)

Testing the Content of Coliform Bacteria in Homemade Ice Cubes Using the
MPN Method in the Lima Market Area, Central Banjarmasin District

Ice cubes are the simplest beverage cooling solution. Ice cubes are known
as frozen water, the water used in making ice cubes must be hygienic and meet
hygiene and sanitation standards according to Permenkes 492 of 2010.
Unhygienic food and beverage processing and poor sanitation can cause health
problems for consumers. The prevalence of diarrhea in South Kalimantan was
recorded at around 16,043 according to data from Riskesdas 2018. This study
aims to determine whether the ice cubes are contaminated with coliform bacteria
and determine the level of coliform bacteria contamination in ice cubes. This
study uses the MPN method with a variety of 511 and this research is descriptive.
The samples studied were 10 samples of ice cubes from home industry traders in
the Pasar Lima area, Central Banjarmasin District. The results showed that the
level of coliform bacteria contamination showed that 1 sample contained coliform
bacteria with a value of 16/100ml, 1 sample contained coliform bacteria with a
value of 84/100ml and 8 samples contained coliform bacteria with a value of
979/100ml. The 10 samples were declared not to meet the requirements of SNI
Number 7388 of 2009.

Keywords : Home Ice Cubes, Coliform, MPN

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS ................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ....................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Batasan Masalah ............................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
F. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8
A. Landasan Teori .............................................................................. 8
1. Pengertian Es Batu ................................................................... 8
2. Air Sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Batu ......................... 10
3. Bakteri Indikator Pencemar ..................................................... 13
4. Analisis Mikroba ..................................................................... 14
B. Kerangka Teori .............................................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 21
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 21
1. Tempat Penelitian .................................................................... 21
2. Waktu Penelitian ...................................................................... 21
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 21
1. Data Primer .............................................................................. 21
2. Data Skunder ........................................................................... 21
D. Rancangan Penelitian ................................................................... 22
E. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 22
1. Populasi Penelitian ................................................................... 22
2. Sampel Penelitian .................................................................... 22
F. Variabel Penelitian ....................................................................... 23
G. Definisi Variabel Opersional ........................................................ 23
H. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 24
I. Tahapan Penelitian ....................................................................... 24
1. Tahapan Pra Analitik ............................................................... 24
2. Tahapan Analitik ..................................................................... 26
3. Tahapan Pasca Analitik ............................................................ 29

viii
J. Pengolahan Dan Analisis Data ..................................................... 30
K. Kerangka Berpikir ......................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 32
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 32
B. Pembahasan .................................................................................. 35
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 39
A. Kesimpulan ................................................................................... 39
B. Saran ............................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................... 44

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Relevan............................................................................ 7


Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 23
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksan Uji Pendugaan .................................................... 32
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Uji Penegasan .................................................... 33

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Es Batu Produksi Rumahan .......................................................... 9


Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 20
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 31
Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Uji Pendugaan ............................................... 33
Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Uji Penegasan ................................................ 34
Gambar 4.3 Persentase Hasil ........................................................................... 34

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Pengamatan ........................................................................ 45


Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 47
Lampiran 3 Lembar Wawancara dan Lembar Observasi ................................ 51
Lampiran 4 Tabel Indeks MPN ....................................................................... 55
Lampiran 5 Tabel SNI 7388 Tahun 2009 ........................................................ 56

xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Arti Lambang


% = Persen
‘’ = Tanda Petik Dua
() = Tanda kurung
mm = milimeter
ml = mililiter
º = derajat

Daftar Singkatan
AMP = Angka Paling Mungkin
BGLB = Brillian Green Lactose Broth
EC = Escherichia Coli
EMBA = Eosin Methylen Blue Agar
LB = Lactose Broth
LBDS = Lactose Broth Double Strenght
LBSS = Lactose Broth Single Strenght
MPN = Most Probable Number
SNI = Standar Nasional Indonesia

xiii
DAFTAR ISTILAH

Aerob = Membutuhkan oksigen atau zat asam untuk


pertumbuhannya.
Anaerob fakulatif = Dapat hidup tanpa adanya oksigen.
Bakteri colifrom = Bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik
lainnya.
Bakteri Escherichia Coli = Bakteri saluran pencernaan.
EMBA = Medium EMBA digunakan untuk mengisolasi dan
membedakan bakteri gram positif berdasarkan
kemampuan memfermentasi laktosa.
Enteropatogenik = Bakteri yang sering menyebabkan foodbrone
disease pada manusia.
Enterobacter aerogenes = Bakteri yg ditemukan dilingkungan, secara alami
dalam tanah, air segar, sayuran dan kotoran
manusia dan hewan.
Flora Normal = Kumpulan mikroorganisme yang secara alami
terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat.
Fecal coliform = Bakteri yang berasal dari tinja manusia atau
hewan berdarah panas.
Higine = Tindakan-tindakan pemeliharaan kesehatan.
Laktosa = Bentuk disakarida dari karbodidrat yang dapat
dipecah menjadi bentuk lebih sederhana yaitu
galaktosa dan glukosa.
Mikroba = Organisme hidup berukuran kecil dan hanya bisa
dilihat dengan alat mikroskop.
Non fecal coliform = Bakteri yang ditemukan pada hewan atau tanaman
yang telah mati.
Refrigerator = Alat pendingin yang berfungsi untuk
mendinginkan suatu sampel/alat dengan
temperatur yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
Sanitasi = Usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dengan rantai
perpindahan penyakit tersebut.
Yellow Fever = Yellow fever atau demam kuning adalah penyakit
hemoragik virus akut yang ditularkan melalui
nyamuk.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengolahan makanan dan minuman yang tidak higienis dan sanitasi

yang buruk dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi konsumen.

Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme

patogen yang dapat menyebabkan penyakit gangguan kesehatan berupa

penyakit saluran pencernaan yang disertai gejala mual, mulas, muntah dan

diare. Diare merupakan penyakit yang menyebabkan sering buang air

besar dan tinja berair. Umumnya diare disebabkan oleh makanan dan

minuman yang bersentuhan dengan virus, bakteri atau parasit (Yulianti,

2018).

Menurut data dari Rikesdas Tahun 2018 tercatat pada wilayah

Indonesia angka prevalensi diare di Indonesia sekitar 1.017.290

terdiagnosis oleh tenaga Kesehatan. Namun penyakit diare di Kalimantan

Selatan juga masih termasuk dalam salah satu golongan penyakit terbesar

yang angka kejadiannya relatif cukup tinggi keadaan ini didukung oleh

faktor lingkungan, terutama kondisi sanitasi dasar yang masih tidak baik,

misalnya penggunaan air untuk keperluan sehari-hari yang tidak

memenuhi syarat serta kondisi sanitasi perumahan yang masih kurang dan

tidak higienis, sehingga menurut data dari Riskesdas Tahun 2018 pada

wilayah Kalimantan Selatan angka prevelansi diare tercatat sekitar 16.043

terdiagnosis oleh tenaga Kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

1
2

Penggunaan air bersih di Kalimantan Selatan juga sangat penting

untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak, dan

digunakan untuk minum, tanpa air berbagai proses kehidupan tidak dapat

berlangsung dengan baik. Air tidak hanya digunakan untuk diminum tetapi

juga dipakai sebagai bahan olahan, salah satunya diolah menjadi es batu.

Penularan penyakit diare tidak hanya melalui makanan tetapi juga bisa

melalui air, sehingga kebutuhan air bersih sangat penting bagi kesehatan.

Oleh karena itu penyediaan air bersih merupakan salah satu kebutuhan

utama bagi manusia dan tidak hanya di Kalimantan Selatan tetapi hampir

di seluruh dunia (Yulianti, 2018).

Berdasarkan Permenkes RI No. 416 tahun 1990 tentang syarat-

syarat dan pengawasan kualitas air bersih menyebutkan bahwa kandungan

bakteri total coliform dalam air bersih yaitu 50/100 ml untuk air sumur dan

10/100 ml untuk air perpipaan. Sehingga, air bersih dan air minum tidak

boleh melebihi persyaratan yang telah ditentukan. Apabila dalam air

minum dan air bersih sudah tercemar coliform yang melebihi persyaratan

maka akan menyebabkan penyakit diare.

Indonesia disebut sebagai negara yang memiliki wilayah yang

berada di lingkungan tropik (panas), keadaan ini dikarenakan Indonesia

sendiri berada di lintang yang rendah dan dilalui oleh garis khatulistiwa.

Penduduk Indonesia memiliki kebiasaan cenderung lebih suka

mengonsumsi minuman yang sifatnya dingin juga menyegarkan,

diantaranya yang mengandung es batu. Es batu adalah produk pangan


3

yang sangat dikenal masyarakat secara umum juga dianggap aman untuk

dikonsumsi (Saadah, 2017).

Es batu biasanya digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Es

batu merupakan solusi pendingin minuman yang paling sederhana. Hidup

di daerah tropis menjadi prioritas utama untuk minum, jika ditambah es

batu akan menjadi lebih segar. Minuman dingin dipercaya dapat

membangkitkan semangat masyarakat untuk beraktifitas. Dengan begitu,

setiap rumah, restoran, dan tempat jajanan lainnya akan menyediakan es

batu (Saadah, 2017).

Standar pembuatan es batu telah diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan (Permenkes), yaitu air atau bahan baku yang digunakan untuk

membuat es batu harus tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak mengandung bakteri. Untuk menguji kualitas air, dapat ditentukan

berdasarkan perhitungan indeks Most Probable Number (MPN)

(Kementrian Kesehatan RI, 2010).

Menurut Basri Hadi dkk Tahun 2014 berdasarkan penelitian uji

bakteriologis es batu rumah tangga yang digunakan penjual minuman di

Pasar Lubuk Buaya Kota Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai indeks MPN terdapat 1 sampel (0/100 ml), 1 sampel (9/100 ml), 4

sampel (265/100 ml) dan 3 sampel (<979/100 ml).

Menurut penelitian Syarifah dkk Tahun 2018 berdasarkan

penelitian Uji Bakteriologis Pada Es Batu Produksi Rumah Tangga Di

Sekitar Kelurahan Gandaria Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


4

nilai coliform fecal dan non fecal lebih dari 2.400/100ml, ada 4 sampel es

batu yang nilai coliform fecal dan non fecal kurang dari 3/100ml

sedangkan sisanya memiliki nilai yang bervariasi.

Pada kawasan Pasar Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah,

menurut survei yang telah dilakukan, wilayah kawasan ini sering

dikunjungi oleh para masyarakat di luar kota maupun di dalam kota yang

ingin mencari keperluan sehari-hari serta para masyarat yang bekerja

maupun menetap di kawasan tersebut. Sehingga hal ini dapat dijadikan

suatu peluang untuk berjualan makanan dan minuman pada pengunjung,

kebanyakan pedagang yang menjual minuman dengan bahan tambahan

berupa es batu yang diproduksi sendiri tanpa menerapkan prinsip higiene

dan sanitasi yang baik ketika memproduksi maupun menyajikan minuman

kepada pengunjung.

Menurut Sinaga (2017) es batu dapat tercemar oleh bakteri atau

mikroorganisme jika tangan pedagang kurang bersih atau wadah

penyimpanan dan cara penyajian es batu yang kurang higienis.

Kemungkinan juga pada saat pembuatan es batu, wadah air yang

digunakan juga dapat meningkatkan resiko pertumbuhan mikroorganisme

seperti bakteri Escherichia coli, ketika tidak adanya proses produksi, air

yang tersisa dibawah tangki akan mengalami pengendapan dan dapat

tercemar oleh bakteri. Apabila sisa air ini digunakan untuk proses

pembuatan selanjutnya, maka es batu dapat terkontaminasi oleh bakteri.


5

Es batu yang tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh

Permenkes tentu akan sangat mempengaruhi kesehatan bagi yang

mengonsumsinya. Sehingga berdasarkan latar belakang diatas peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan adanya cemaran

bakteri total coliform pada es batu dengan judul “Uji Kandungan Bakteri

Coliform pada Es Batu Produksi Rumahan dengan Metode MPN di

Kawasan Pasar Lima Banjarmasin Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini

untuk melihat apakah es batu produksi rumah tangga yang dijadikan

sebagai bahan tambahan pendingin minuman di Kawasan Pasar Lima

Kecamatan Banjarmasin Tengah tercemar oleh bakteri coliform.

C. Batasan Masalah

Batasan Masalah pada penelitian ini adalah pemeriksaan es batu di uji

menggunakan metode MPN dengan tahapan uji penduga dan uji

penegasan.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui apakah es batu rumah tangga yang dijual di kawasan Pasar

Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah tercemar oleh bakteri coliform.

2. Tujuan Khusus
6

Menentukan tingkat cemaran bakteri coliform pada es batu produksi

rumahan yang dijual di kawasan Pasar Lima Kecamatan Banjarmasin

Tengah.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan ilmu dan keterampilan dibidang ilmu

bakteriologi khususnya pada sampel es batu.

2. Bagi Instansi

Sebagai bahan informasi bacaan dan perbandingaan bagi peneliti serta

referensi penelitian selanjutnya dalam pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang ilmu bakteriologi dan higienitasi bahan

tambahan minuman khususnya es batu.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai masukkan supaya masyarakat yang memproduksi maupun

mengkonsumsi es batu rumah tangga yang dijadikan sebagai bahan

tambahan penyegar minuman lebih memperhatikan kebersihan.


7

F. Penelitian yang Relevan


Tabel 1.1 Penelitian yang Relevan
Peneliti Judul Hasil peneliti Perbedaan
Basri Hadi, Uji Bakteriologis Nilai indeks MPN Basri Hadi dkk meneliti
Elizabeth Es Batu Rumah terdapat satu sampel tentang Uji Bakteriologis Es
Bahar, Rima Tangga Yang (0/100 ml), satu Batu Rumah Tangga Yang
Semiarti, digunakan Penjual sampel (9/100 ml), Digunakan Para Penjual
Fakultas Minuman Di Pasar empat sampel Minuman di Kota Padang.
Kedokteran Lubuk Buaya Kota (265/100 ml), dan tiga Penulis meneliti tentang Uji
Universitas Padang sampel (<979/100 Keberadaan Bakteri
Andalas ml). Coliform Pada Es Batu
Tahun 2014 Produksi Rumahan
dikawasan Pasar Lima
Syarifah, Uji Bakteriologis Nilai coliform fecal Syarifah dkk meneliti
Miftahul El.J, Pada Es Batu dan non fecal lebih tentang Uji Bakteriologis
Dara Masita Produksi Rumah dari 2.400/100ml, ada Pada Es Batu Produksi
Program studi Tangga Di Sekitar 4 sampel es batu yang Rumah Tangga Di Sekitar
D3 Analis Kelurahan nilai coliform fecal Kelurahan Gandaria Selatan.
Kesehatan Gandaria Selatan dan non fecal kurang Penulis meneliti tentang Uji
Universitas dari 3/100ml Keberadaan Bakteri
MH. Thamrin sedangkan sisanya Coliform Pada Es Batu
memiliki nilai yang Produksi Rumahan
bervariasi. dikawasan Pasar Lima

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah disebutkan diatas yaitu ada

perbedaan tempat penelitian dan pengambilan tempat sampel pemeriksaan yang

belum pernah dilakukan di Kawasan Pasar Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah

sehingga peneliti tetarik ingin melakukan penelitian dengan judul Uji Kandungan

Bakteri Coliform pada Es Batu Produksi Rumahan dengan Metode MPN di

Kawasan Pasar Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Es Batu

Kepulauan Indonesia terletak di daerah tropis, sehingga membuat

masyarakat sering mengonsumsi air yang dingin, yang merupakan salah

satu cara untuk menghilangkan rasa haus jangka panjang dan membuat

suhu tubuh menjadi sejuk. Es batu merupakan produk pelengkap yang

sering disajikan bersama dengan minuman dingin dan dianggap aman

untuk dikonsumsi. Dalam masyarakat, es batu dikenal sebagai air yang

dibekukan, pembekuan ini terjadi bila air didinginkan di 0ºC. Air yang

digunakan dalam pembuatan es batu harus higienis dan memenuhi standar

higiene dan sanitasi. Selama ini belum ada peraturan tentang penerbitan

izin atau rekomendasi mengenai kelayakan usaha pembuat es batu yang

terstandarisasi sesuai dengan standar higiene dan sanitasi, karena usaha

produksi es batu masih merupakan usaha keluarga berskala kecil, sehingga

higienis dan sanitasi masih diragukan (Basri dkk, 2014).

Proses pembuatan es batu yang dilakukan secara umum, salah

satunya adalah menggunakan air PDAM atau air sumur yang sudah diolah,

lalu dipanaskan sampai pada suhu 100˚C. Tujuannya agar bakteri mati

dalam proses pemanasan, kemudian setelah air dipanaskan air tersebut

dibiarkan hingga dingin lalu dimasukkan ke dalam plastik gula kemudian

diikat menggunakan karet atau tali berjenis rafia. Agar dapat membeku

8
9

dan menjadi es, simpan es batu di dalam freezer pada suhu 0ºC (Basri,

dkk, 2014).

Gambar 2.1 Es batu produksi rumahan


(Sumber : SteemKr, 2015)

a. Perbedaan Es Batu Yang Terbuat dari Air Yang Matang dan

Mentah

1) Es batu dengan air matang

Menurut Michel dkk, 2010 Es batu yang terbuat dari air

matang akan terlihat bening karena gas di dalam air terlepaskan

ketika proses perebusan. Biasanya, es seperti ini disebut es kristal.

2) Es batu dengan air mentah

Menurut Michel dkk, 2010 Es batu yang terbuat dari air

mentah akan berwarna putih karena masih banyak gas yang

terperangkap di dalamnya. Biasanya, es yang dibuat dari air mentah

adalah es balok. Es ini jelas-jelas tidak baik dikonsumsi, terlebih

lagi jika airnya diambil dari air sungai yang tercemar.

b. Hubungan Es Batu Dengan Bakteri Indikator Pencemar Air

Pembuatan es batu harus dilakukan proses pengolahan yaitu

bahan baku air harus dilakukan proses pemanasan pada suhu


10

100⁰C. Jika pembuatan es batu tidak menggunakan bahan baku air

yang dipanaskan maka es batu akan tercemar oleh bakteri coliform,

bakteri yang tumbuh pada es batu tidak akan mati jika es batu

dibekukan pada suhu temperatur 0⁰C (Basri, dkk, 2014).

Es batu dapat tercemar oleh bakteri atau mikroorganisme jika

tangan pedagang kurang bersih atau wadah penyimpanan dan cara

penyajian es batu yang kurang higienis. Kemungkinan juga pada

saat pembuatan es batu, wadah penampung air yang digunakan juga

dapat meningkatkan resiko pertumbuhan mikroorganisme seperti

bakteri coliform, jika tidak adanya proses produksi, maka air yang

tersisa dibawah tangki akan mengalami pengendapan dan dapat

tercemar oleh bakteri. Apabila sisa air ini digunakan untuk proses

pembuatan selanjutnya, maka es batu dapat terkontaminasi oleh

bakteri (Sinaga, 2017). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)

Nomor 7388 Tahun 2009 batas maksimum pada es batu nilai

Angka Paling Mungkin (MPN) coliform <3/100ml sampel.

2. Air Sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Batu

a. Pengertian Air

Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup karena dalam

penggunaanya air dipakai sebagai air minum, untuk mandi atau

mencuci dan kebutuhan lainnya. Sehingga air disebut sebagai

kebutuhan pokok makhluk hidup karena tanpa air, makhluk hidup


11

tidak dapat bertahan hidup dan menjalankan segala aktifitasnya

(Tilong, 2015).

Air minum dalam tubuh sangat penting karena berfungsi

melarutkan zat-zat makanan, melancarkan pencernaan makanan

dan mengatur suhu tubuh. Tubuh yang kekurangan air akan

menjadi lemas, dehidrasi dan juga akan mengalami gangguan

dalam proses pencernaan. Namun perlu diketahui bahwa tidak

semua air minum bisa dikonsumsi oleh manusia (Bety N, 2016).

b. Kualitas Air

Adapun syarat air minum yang perlu diketahui mengenai

kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu baik secara fisik, kimia,

radioaktif dan mikrobiologi. Sebagai syarat fisik air yang layak

minum adalah tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa. Secara kimiawi air yang layak minum adalah air yang

tidak mengandung bahan kimia beracun, tidak mengandung

logam-logam berat (Bety N, 2016)

c. Mekanisme Penyebaran Penyakit Melalui Air

Menurut Jawetz dkk (2013) Air minum atau air yang

dikonsumsi oleh masyarakat yang telah tercemar oleh bakteri

penyebab berbagai penyakit dapat menular kepada manusia atau

hewan melalui 4 mekanisme yaitu :


12

1) Water-borne Mechanism

Mekanisme penularan penyakit dimana patogen-patogen dalam

air yang tercemar dapat menyebabkan penyakit menular jika

tertelan oleh manusia atau hewan. Ini karena airnya mengandung

bakteri patogen. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui

mekanisme tersebut dinamakan water-borne disease. Diantara

penyakit-penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini adalah

diare, kolera, penyakit tifoid, penyakit hepatitis infeksiosa,

penyakit disentri, dan gastroenteritis (Jawetz dkk, 2013).

2) Water-washed Mechanism

Water-washed mechanism merupakan mekanisme penyebaran

penyakit bila suatu penyakit infeksi dapat dicegah dengan

memperbanyak volume dan pemakaian air serta memperbaiki

higienitas perorangan. Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya

air untuk pemeliharaan higienitas perorangan dan air bagi

kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan disebut

water-washed disease. Penyakit yang disebabkan oleh water-

washed mechanism sangat banyak dan dikelompokkan menjadi

penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan

selaput lendir, penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit

(Jawetz dkk, 2013)

3) Water-based Mechanism
13

Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup

penyebab penyakit memerlukan hospes perantara. Penyakit yang

disebarkan melalui mekanisme ini disebut water-based disease,

misalnya Schistosomiasis (Jawetz dkk, 2013).

4) Insect- vector Mechanism

Cara penyebaran dengan mekanisme ini berkaitan dengan air

memerlukan serangga sebagai vector penyebaran patogen

penyebab penyakit. Penyakit yang disebarkan dengan mekanisme

ini disebut water related insects vector. Contoh-contoh penyakit

yang ditularkan melalui vector yang hidupnya bergantung pada air,

misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever, dan

lain sebagainya (Jawetz dkk, 2013).

3. Bakteri Indikator Pencemar

Bakteri indikator pencemar adalah bakteri yang keberadaannya

dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut

tercemar oleh kotoran manusia. Karena bakteri-bakteri indikator

pencemar tersebut adalah bakteri yang terdapat dan hidup pada usus

manusia. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau menunjukkan

bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan

tersebut pernah terjadi kontak dengan kotoran yang berasal dari usus

manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen

lainnya yang berbahaya (Kuswiyanto, 2014).


14

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup di

dalam saluran pencernaan manusia. Keberadaan mikroorganisme

dalam air menjadi salah satu parameter biologis yang dapat

menentukan kualitas air. Adanya bakteri coliform menunjukkan

tingkat sanitasi yang rendah. (Natalia 2014 : Khairunnisa, 2012).

Bakteri coliform dibedakan menjadi 2 tipe yaitu non fecal dan

fecal coliform. Contoh dari non fecal adalah Enterobacter dan

Klebsilla, ditemukan pada hewan dan tanaman yang telah mati. Tipe

dari bakteri non fecal dapat menyebabkan penyakit saluran

pernafasan. Contoh dari coliform fecal adalah E.coli, merupakan

bakteri yang berasal dari kotoran hewan dan manusia. Tipe dari

bakteri fecal coliform dapat menyebabkan penyakit saluran

pencernaan (Natalia, 2014).

Morfologi dan sifat bakteri coliform adalah berbentuk batang

gram negatif, tidak membentuk spora, bersifat aerob dan anaerob

fakulatif, menghilangkan cita rasa dalam pangan, dan merupakan flora

normal di dalam usus. Bakteri coliform secara umum memiliki sifat

dapat tumbuh pada media agar sederhana, koloni sirkuler dengan

diameter 1-3 mm, sedikit cembung, permukaan koloni halus, tidak

berwarna atau abu-abu dan jernih (Knechtges, 2011)

4. Analisis Mikroba

Dalam bakteriologi beberapa hal mendasar yang perlu

diperhatikan adalah analisis kualitatif yaitu penghitungan jumlah


15

bakteri. Analisis ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui

jumlah mikroorganisme yang ada dalam suatu sampel tertentu, apakah

mikroorganisme itu banyak begitu pula sebaliknya. Analisis kualitatif

atau biasa disebut dengan penghitungan mikroorganisme dapat

dilakukan dengan menghitung sampel secara langsung (misalnya

melalui mikroskop) atau dengan cara tidak langsung (misalnya

melalui beberapa metode perhitungan). Untuk menentukan jumlah

total coliform atau fecal coliform dalam sampel air, maka program

tabung fermentasi disebut juga program MPN (Most Probable

Number) (Jawetz dkk, 2013).

a. Uji MPN (Most Probable Number)

Metode MPN (Most Probable Number) merupakan cara yang

digunakan untuk mengetahui jumlah coliform dengan cara

fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik dan lebih sensitif

dan dapat mendeteksi coliform dalam jumlah yang sangat rendah

dalam sampel. Metode MPN pada dasarnya sama dengan metode

perhitungan cawan, tetapi menggunakan koloni cair dalam tabung

reaksi. Perhitungan didasarkan pada tabung yang positif, yaitu

tabung menunjukkan pertumbuhan mikroba setelah diinkubasi pada

suhu dan waktu tertentu dapat diketahui dari gelembung gas yang

dihasilkan pada tabung durham (Bety N, 2016).

Media yang digunakan adalah LB (Lactose Broth) yang diberi

indikator perubahan pH dan ditambah tabung durham. Media LB


16

ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri coliform

berdasarkan terbentuknya asam dan gas, karena fermentasi laktosa

oleh bakteri golongan coliform. Kekeruhan pada media laktosa

dikarenakan terbentuknya asam dan gas yang dihasilkan dapat

dilihat dalam tabung durham berupa gelembung udara (Santosa

dkk, 2012).

Nilai MPN (Most Probable Number) ditentukan dengan

kombinasi jumlah tabung positif (asam dan gas) tiap serinya setelah

diinkubasi. Metode MPN (Most Probable Number) terdiri dari 3

tahapan, yaitu Uji Pendugaan (Presumptive Test), Uji Penegasan

(Confirmative Test) dan Uji Kelengkapan (Completed Test) (Bety

N, 2016).

Beberapa tiga tahap pengujian metode Most Probable Number

(MPN) sebagai berikut :

1) Uji pendugaan (Presumptive Test)

Uji pendugaan adalah tes pendahuluan tentang ada tidaknya

bakteri coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas

disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan

coliform. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada

media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam

tabung durham berupa gelembung udara. Interpretasi hasil

dinyatakan positif jika terbentuk gas didalam tabung durham.

Pada uji pendugaan menggunakan media LBDS (Lactose


17

Broth Double Strenght) dan media LBSS (Lactose Broth

Single Strenght). Perbedaan antara media LBDS dan LBSS

adalah pada media LBDS mengadung konsentrasi yang lebih

besar dari media LBSS, maka dari itu sampel yang harus

dimasukkan pada media LBDS harus lebih banyak dari pada

sampel yang akan dimasukkan pada media LBSS. Banyaknya

kandungan bakteri dapat diperkirakan dengan menghitung

tabung yang menunjukan reaksi positif terbentuk asam dan gas

lalu dicocokkan dengan tabel MPN. Apabila pada inkubasi 1 x

24 jam hasil negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24

jam pada suhu 37ºC. Apabila dalam waktu 2 x 24 jam tidak

terbentuk gas dalam tabung durham, dihitung sebagai hasil

negatif (Santosa dkk, 2012).

2) Uji Penegasan (Confirmative Test)

Uji penegasan yaitu bertujuan untuk menguji kembali

kebenaran adanya coliform dengan bantuan media selektif,

yang menegaskan hasil positif dari uji pendugaan. Media yang

digunakan adalah BGLB (Briliant Green Lactose Broth) yang

nantinya akan membentuk asam dan gas dalam waktu 24-48

jam. Warna hijau berlian pada media BGLB (Briliant Green

Lactose Broth) berguna untuk menghambat pertumbuhan

bakteri gram positif dan menumbuhkan bakteri golongan


18

koloni. Tes ini dinyatakan positif jika sebelum 48 jam

terbentuk gas (Santosa dkk, 2012).

3) Uji kelengkapan (Completed Test)

Uji kelengkapan bertujuan untuk menentukan bakteri

Escherichia coli. Uji kelengkapan (completed test) untuk

membuktikan tabung yang positif yaitu dengan menanamkan

suspensi pada media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA)

secara aseptic dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni

bakteri coliform fecal tumbuh berwarna kehijauan dengan kilat

metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk

kelompok coliform nonfecal (Santosa dkk,2012).

b. Ragam Pemeriksaan MPN (Most Probable Number)

a. Ragam 511 (Sampel air/makanan/minuman yang sudah diolah).

1) 5 tabung yang berisi Laktosa Broth x 10 ml.

2) 1 tabung yang berisi Laktosa Broth x 1 ml.

3) 1 tabung yang berisi Laktosa Broth x 0,1 ml.

b. Ragam 555 (Sampel air/makanan/minuman yang belum diolah).

1) 5 tabung yang berisi Laktosa Broth x 10 ml.

2) 5 tabung yang berisi Laktosa Broth x 1 ml.

3) 5 tabung yang berisi Laktosa Broth x 0,1 ml.

c. Ragam 333 (Sampel air/makanan/minuman yang belum diolah

dengan jumlah yang sedikit).

1) 3 tabung yang berisi Laktosa Broth x 10 ml.


19

2) 3 tabung yang berisi Laktosa Broth x 1 ml.

3) 3 tabung yang berisi Laktosa Broth x 0,1 ml.


20

B. Kerangka Teori

Faktor-faktor
Es batu produksi mempengaruhi
rumahan
• Bahan Baku
• Higienitasi
• Cara
pembuatan

Pemeriksaan MPN Bakteri Coliform

Uji Pendugaan Uji Penegasan Uji Kelengkapan


(Presumtive Test) (Confirmative (Completed Test) Indeks Coliform
Test)

SNI No 7388 Tahun 2009


tentang batasan maksimal
coliform pada es batu <3/ml

Gambar 2.2 Kerangka Teori


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan suatu penelitian yang dilakukan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi

didalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini peneliti

menggambarkan hasil pemeriksaan ada tidaknya bakteri coliform pada es batu

produksi rumahan dengan metode MPN (Most Probable Number) di kawasan

Pasar Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Klinik Terpadu Politeknik

Unggulan Kalimantan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari - April 2021.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui hasil

uji MPN dengan 2 tahap uji yaitu uji penduga dan uji penegasan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder dari penelitian ini berasal dari hasil lembar wawancara

yang diambil dari responden dengan menggunakan checklist lembaran

21
22

wawancara sebagai data pendukung, pengamatan dilakukan secara

observasi langsung di kawasan Pasar Lima.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi survei deskriptif yaitu penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri coliform pada es batu

produksi rumahan menggunakan metode MPN (Most Probable Number)

di kawasan Pasar Lima Kecamatan Banjarmasin Tengah. Menurut

Notoadmojo (2010) desain atau rancangan yang digunakan pada penelitian

ini merupakan survei deskriptif dimana bertujuan untuk melihat gambar

yang terjadi dalam populasi tertentu.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generaliasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini

adalah es batu produksi rumahan oleh para pedagang di kawasan pasar

lima yang mayoritasnya berjualan menjadi salah satu populasi yang

akan diteliti, terdapat 10 pedagang yang memproduksi es batu sendiri

di kawasan Pasar Lima Banjarmasin Tengah.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan


23

populasi (Notoadmojo, 2010). Sampel penelitian ini adalah es batu

produksi rumahan yang terletak di kawasan Pasar lima Kecamatan

Banjarmasin Tengah berjumlah 10 pedagang penjual es batu, dengan

teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Total Sampling.

Menurut Sugiyono (2018) Total Sampling adalah teknik pengambilan

sampel dimana seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel

semua.

F. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah bakteri coliform pada es batu produksi

rumahan.

G. Definisi Variabel Operasional

Definisi Variabel Operasional dapat dilihat pada tabel dibawah ini


Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara pengukuran Skala Hasil ukur
Operasional data
1. Bakteri Bakteri coliform 1. Presumptive Nominal 1. Positif (+) media LB
coliform digunakan sebagai Test. menjadi keruh dan terdapat
indikator penentu 2. Confirmative gas pada tabung durham.
kulaitas pangan Test Negatif (-) media LB tidak
akibat kontaminasi 3. Tabel Indeks menjadi keruh dan tidak
lingkungan. MPN terdapat gas pada tabung
4. SNI 7388 durham.
Tahun 2009 2. Positif (+) mediaBGLB
menjadi keruh dan terdapat
gas pada tabung durham.
Negatif (-) media BGLB
tidak menjadi keruh dan
tidak terdapat gas pada
tabung durham.
3. Angka kuman pada tabel
indeks MPN ragam 511.
4. Batas cemaran bakteri
coliform <3/ml TMS jika
hasil >3/ml.
24

H. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode observasi atau survei pengamatan

secara langsung terhadap sampel yang ingin diteliti dengan cara

mengamati dan menghitung jumlah populasi penjual es batu produksi

rumahan dan melakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan

checklist lembaran wawancara pada responden di kawasan Pasar Lima

Kecamatan Banjarmasin Tengah serta melakukan pemeriksaan uji MPN

pada es batu produksi rumahan di laboratorium klinik terpadu Politeknik

Unggulan Kalimantan.

I. Tahapan Penelitian
1. Tahapan Awal (pra analitik)

Pengambilan sampel dengan cara membeli es batu dan memisahkan es

batu dengan es batu lainnya dengan menuliskan nama/tempat membeli.

Waktu pengambilan sampel dilakukan ketika kegiatan pasar mulai

berlangsung, untuk pemeriksaan bakteriologis pada sampel produk air

seperti es batu digunakan metode MPN dengan ragam 511. Sampel

yang didapat kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan

pemeriksaan Uji Pendugaan (Presumptive Test) dan Uji Penegasan

(Confirmative Test) menggunakan metode MPN (Most Probable

Number).

a. Alat

Tabung Reaksi, Tabung durham, Rak tabung, Pipet ukur, Bulb,

Tempat sampel (beaker glass), Lampu spiritus, Ose,


25

Oven/Inkubator Memmert UN 30, Autoclave, Spuit dan Neraca

Analitik.

b. Bahan

1) Media LBDS (Lactose Broth Double Strenght)

2) Media LBSS (Lactose Broth Single Strenght)

3) Media BGLB (Briliant Green Lactose Bile Broth)

c. Sterilisasi alat menggunakan Oven/Inkubator Memmert UN 30

1) Hubungkan kabel pada sumber listrik.

2) Nyalakan oven dengan menekan tombol ON/OFF, tunggu

hingga menu display muncul.

3) Sentuh tombol temperatur pada menu display, kemudian putar

kontrol push/turn untuk mengatur suhu sesuai yang diinginkan

lalu tekan kontrol push/turn untuk menge-set suhu.

4) Sentuh tombol timer pada menu display untuk mengatur waktu

penggunaan oven dilakukan dengan cara memutar pemutar

kemudian tekan kontrol push/turn untuk menge-set waktu.

5) Sentuh tombol flap pada menu display untuk mengatur tingkat

pertukaran udara dalam oven dengan cara memutar pemutar

kemudian tekan kontrol push/trun untuk menge-set tingkat

pertukaran udara.

6) Masukkan peralatan yang akan dikeringkan atau disterilkan

kedalam oven.
26

7) Setelah proses sterilisasi/pengeringan selesai, tekan tombol

ON/OFF matikan oven kemudian cabut kabel dari sumber

listrik.

d. Tahap persiapan sampel

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Cairkan es batu hingga benar-benar mencair.

3) Kemudian sampel es batu diambil dan dimasukkan kedalam

beaker glass yang steril minimal 250ml.

4) Diberi label pada masing-masing beaker glass.

5) Simpan sampel pada wadah secara tertutup pada refrigerator.

2. Tahap Pelaksanaan (Analitik)

a. Pembuatan Media LBSS (Lactose Broth Single Strenght) menurut

Kamaliah (2017)

1) Ditimbang media Lactose Broth, masukkan ke dalam

erlenmayer yang berukuran 1 liter.

2) Larutkan dengan aquadest sebanyak 1 liter.

3) Panaskan menggunakan hotplate, tuang kedalam tabung reaksi

10 ml yang berisi tabung durham dalam posisi terbalik.

4) Tutup dengan kapas lalu ikat dengan kertas autoclave tip

indikator.

5) Sterilkan dalam autoclave selama 15 menit dengan suhu 121ºC.


27

6) Bila bahan sudah steril maka ditandai dengan perubahan warna

autoclave tip indikator menjadi berwarna coklat dan tabung

durham berisi penuh tanpa udara.

7) Angkat bahan dari autoclave, biarkan dingin sampai pada suhu

kamar 15-30ºC.

8) Disimpan didalam refrigerator dengan suhu 2-8ºC.

b. Pembuatan Media LBDS (Lactose Broth Double Stenght).

1) Timbang media Lactose Broth, masukkan kedalam erlenmayer

yang berukuran 1 liter.

2) Larutkan dengan aquadest sebanyak 1 liter.

3) Panaskan menggunakan hotplate, tuang kedalam tabung reaksi

10 ml yang berisi tabung durham dalam posisi terbalik.

4) Tutup dengan kapas lalu ikat dengan kertas autoclave tip

indikator.

5) Sterilkan didalam autoclave selama 15 menit dengan suhu

121ºC.

6) Bila bahan sudah steril maka ditandai dengan perubahan warna

autoclave tip indikator menjadi berwarna coklat dan tabung

durham berisi penuh tanpa udara.

7) Angkat bahan dari autoclave, biarkan dingin sampai pada suhu

kamar 15-30ºC.

8) Disimpan didalam refrigerator dengan suhu 2-8ºC.


28

c. Pembuatan Media BGLB (Briliant Green Lactose Broth) menurut

Kamilah (2017) :

1) Siapkan tabung reaksi yang didalamnya sudah diisi dengan

tabung durham.

2) Timbang media BGLB, masukkan kedalam erlenmayer.

3) Larutkan dengan aquadest sebanyak 1 liter, aduk sampai

homogen.

4) Tuang kedalam tabung reaksi lalu tutup dengan kapas, ikat

dengan kertas autoclave tip indikator.

5) Sterilkan dengan autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit.

6) Dinginkan, kemudian simpan dalam refrigerator.

d. Uji MPN

1) Uji Pendugaan (Presumptive Test) menurut Sari (2019) :

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b) Dipipet masing-masing 10 ml sampel kedalam tabung yang

berisi LBDS lalu homogenkan.

c) Dipipet masing-masing 1 ml sampel kedalam tabung berisi

LBSS, lalu dihomogenkan.

d) Dipipet masing-masing 0,1 ml sampel kedalam tabung yang

berisi LBDS, lalu dihomogenkan.

e) Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 24-48

jam.

f) Setelah 2x24 jam catat jumlah tabung yang membentuk gas.


29

2) Uji Penegasan (Confirmative Test)

a) Disterilkan ose hingga pijar.

b) Diambil 1 ose dari LBDS dan LBSS yang menunjukkan

hasil positif kemudian ditanam ke media BGLB, lalu

dihomogenkan.

c) Disterilkan ose setiap kali ingin melakukan pemindahan

ke media BGLB.

d) Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37-48 jam.

e) Adanya gas dalam tabung BGLB memperkuat adanya

bakteri coliform.

f) Catat jumlah tabung yang positif pada uji penegasan.

g) Angka paling mungkin dari coliform dilihat pada tabel

berdasarkan indeks MPN dan dibandingan dengan SNI

No. 7388 Tahun 2009.

3. Tahapan Pasca Analitik

Setelah melakukan uji penegasan, selanjutnya pada pasca analitik yaitu

pembacaan hasil pada media BGLB jika hasil yang didapat negatif

maka media tidak akan menjadi keruh dan tidak terdapat gas pada

tabung durham. Namun jika pada hasil yang didapat positif maka

media akan menjadi keruh dan terdapat gas pada tabung durham

kemudian membaca hasil yang positif menggunakan indeks nilai MPN

dengan ragam 511. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan SNI


30

No. 7388 Tahun 2009 tentang batas cemaran mikroba MPN coliform

pada es batu.

J. Pengolahan dan Analisis Data


Analisa kualitatif bakteri coliform pada sampel es batu dilakukan

menggunakan metode MPN (Most Probable Number) dengan tahapan uji

pendugaan (Presumptive test) menggunakan media LBDS (Lactose Broth

Double Strenght) dan uji penegasan (Confirmative test) menggunakan

media BGLB (Briliant Green Lactose Broth) lalu hasil akan dibaca

menggunakan tabel indeks MPN (Most Probable Number) dengan ragam

511 selanjutnya hasil dibandingkan dengan tabel indeks nilai MPN

menurut SNI No.7388 Tahun 2009 untuk batas cemaran mikroba MPN

coliform pada es batu yaitu <3/ml. Kemudian data yang didapat dari hasil

uji laboratorium metode MPN (Most Probable Number), hasil akan

disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan dalam bentuk paragraf,

pembahasan dengan membandingkan teori dan jurnal penelitian yang

terikat dan diambil kesimpulan.


31

K. Kerangka Berpikir

Kualitas Es Batu Hygine dan


Air Produksi Rumahan Sanitasi

Faktor Kontaminasi
1. Peralatan
2. Penggunaan air
3. Cara
pembuatan

Bakteri
Coliform

Uji MPN

Uji Uji Uji


Pelengkap Pendugaan Penegasan

SNI No
7388:2009 Positif/Negatif

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Terpadu Politeknik

Unggulan Kalimantan sebanyak 10 sampel. Teknik pengambilan sampel

menggunakan Total Sampling, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hasil pemeriksaan bakteri coliform pada es batu yang diproduksi secara

rumahan dengan metode MPN (Most Probable Number) dengan ragam

511. Berdasarkan hasil uji pendugaan dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai

berikut:

Tabel 4.1Hasil Pemeriksaan Uji Pendugaan


NO Lokasi Pengambilan Kode 5 x 10 ml 1 x 1 ml 1 x 0,1 ml
Sampel Sampel
1. Jl Niaga A1 +++++ + +
2. Jl Niaga A2 +++++ + +
3. Jl Niaga A3 +++++ + +
4. Jl Niaga A4 +++++ + +
5. Jl Niaga A5 +++++ + +
6. Jl. Mayjen Haryono B1 +++++ + +
MT
7. Jl. Mayjen Haryono B2 +++++ + +
MT
8. Jl. Mayjen Haryono B3 +++++ + +
MT
9. Jl. Pasar Baru C1 +++++ + +
10. Jl. Pasar Baru C2 +++++ + +
Keterangan :
(+) Positif : Terjadi kekeruhan dan terbentuk gas
(-) Negatif :Tidak terjadi kekeruhan dan tidak terbentuk gas

Berdasarkan tabel 4.1 pada uji pendugaan (Presumptive Test)

diatas, sampel ditanam ke media Lactose Broth pada suhu 37ºC selama 48

jam menunjukan 10 sampel es batu yg dijual di pasar lima positif (+)

32
33

mengalami perubahan yaitu terbentuknya gas pada tabung durham dan

mengalami kekeruhan. Hasil uji pendugaan dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Uji Pendugaan


(Sumber : Dokumentasi sendiri)

Kemudian hasil yang positif pada media Lactose Broth di biakkan

kembali ke media Briliant Green Lactose Bile Broth pada uji penegasan

yang bertujuan menguji kembali keberadaan bakteri coliform. Berdasarkan

hasil uji penegasan dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4. 2Hasil Pemeriksaan Uji Penegasan


NO Kode 5 x 10 ml 1 x 1 ml 1 x 0,1 Nilai Ket
Sampel ml MPN/100ml
1. A1 +++ + + 16 TMS
2. A2 +++++ + + ≥979 TMS
3. A3 +++++ + + ≥979 TMS
4. A4 +++++ + + ≥979 TMS
5. A5 +++++ + + ≥979 TMS
6. B1 +++++ + + ≥979 TMS
7. B2 +++++ - + 84 TMS
8. B3 +++++ + + ≥979 TMS
9. C1 +++++ + + ≥979 TMS
10. C2 +++++ + + ≥979 TMS
Keterangan :
TMS : Tidak Memenuhi Syarat (>3/ml)
MS : Memenuhi Syarat (<3/ml)
(Sumber : SNI 7388:2009)
34

Berdasarkan tabel 4.2 diatas hasil pemeriksaan uji penegasan

(Confirmative Test) dibandingkan dengan tabel ragam 511 mendapatkan

hasil yaitu 1 sampel menunjukan nilai indeks MPN 16/100ml, 1 sampel

menunjukan nilai indeks MPN 84/100ml, 8 sampel menunjukan nilai

indeks MPN ≤979/100ml. Hasil uji penegasan dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Uji Penegasan


(Sumber : Dokumentasi sendiri)

Dari hasil yang didapat, persentase hasil sampel es batu, dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Persentase Hasil

100%

TMS

Gambar 4.3 Hasil Persentase


Berdasarkan persentase hasil diatas menunjukan bahwa 100%

sampel es batu yang telah diuji tidak memenuhi syarat dengan nilai hasil

yang melebihi batas maksimum. Berdasarkan SNI Nomor 7388 Tahun

2009 batas maksimum cemaran mikroba yang terdapat pada es batu


35

dengan batas maksimum <3/g atau <3/ml. Hal ini menunjukan bahwa 10

sampel dengan nilai indeks yang bervariasi tidak layak untuk dikonsumsi.

B. Pembahasan
Pada penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode MPN

dengan media yang digunakan pada tahapan uji penduga adalah Lactose

Broth dimana media ini mengandung laktosa atau karbohidrat yang dapat

di fermentasi oleh bakteri yang dibuktikan dengan gas dan kekeruhan.

Menurut Yuliana & Amin (2016), kekeruhan yang muncul akibat

terbentuk asam oleh bakteri.

Berdasarkan hasil yang didapat pada uji pendugaan menunjukkan

hasil positif (+) dari 10 sampel es batu. Hasil tersebut dibuktikan

terbentuknya kekeruhan dan adanya gas pada dasar tabung durham.

Sampel yang positif (+) dilanjutkan pengujian ke tahap uji

penegasan menggunakan media Briliant Green Lactose Broth dimana

media ini mengandung garam emepedu yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri lain dan mengandung hijau brilliant yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif tertentu

selain coliform (Bambang, A.G, dkk, 2004).

Berdasarkan hasil yang didapat pada uji penegasan menunjukkan

hasil positif (+) pada 10 sampel es batu. Pada 1 sampel mengandung

bakteri coliform dengan nilai indeks MPN 16/100ml, 1 sampel

mengandung bakteri coliform dengan nilai indeks MPN 84/100ml,

sedangkan 8 sampel mengandung bakteri coliform dengan nilai indeks


36

MPN ≤979/100ml. Berdasarkan 10 sampel yang diuji menujukkan sampel

tidak memenuhi syarat karena angka/nilai melebihi batas maksimum

berdasarkan SNI Nomor 7388 Tahun 2009 tentang batas cemaran mikroba

coliform pada es batu yaitu <3/ml.

Hasil yang positif (+) dapat diamati dengan terbentuknya

kekeruhan dan adanya gas pada dasar tabung durham. 10 sampel tersebut

dinyatakan tercemar bakteri coliform disebabkan karena cara pengolahan

yang tidak memenuhi syarat standar kesehatan yang telah ditetapkan oleh

Permenkes Tahun 2010.

Berdasarkan hasil observasi peneliti ada beberapa penyebab es batu

tercemar oleh bakteri coliform yaitu penjual menggunakan bahan baku air

PDAM/Sumur, peralatan yang digunakan saat melakukan produksi es batu

digunakan secara bersamaan untuk kebutuhan sehari-hari tidak secara

khusus. Penyebab lainya dilihat pada keadaan kuku tangan penjamah yang

kurang bersih sehingga tidak menerapkan higien dan sanitasi yang benar.

Kemudian ada faktor lingkungan terutama kondisi tempat pengolahan es

batu yang kurang bersih sehingga dapat meningkatkan resiko pertumbuhan

mikroorganisme.

Sampel yang mengandung bakteri coliform tertinggi berdasarkan

tabel nilai indeks MPN sebanyak 8 sampel dengan kode sampel A2, A3,

A4, A5, B2, B3, C1 dan C2 yang menunjukkan nilai ≥979/100ml, hal ini

didukung pada data yang didapat yaitu penjual menggunakan air yang

ditampung pada bak tanpa melalui proses pemanasan pada suhu 100⁰C.
37

Kemudian pada hasil yang didapat pada uji pendugaan dan penegasan

setelah diinkubasi selama 48 jam menunjukkan hasil semua tabung positif

(+) yaitu tabung 5x10ml, 1x1ml dan 1x0,1ml. Sedangkan sampel bakteri

yang mengandung bakteri coliform terendah sebanyak 1 sampel dengan

kode sampel A1 yang menunjukan nilai 16/100ml, hal ini terjadi karena

penjual menggunakan air PDAM tanpa dilakukan proses pemanasan

dengan suhu 100⁰C sebagai bahan baku dan hasil pada tahap uji penegasan

setelah diinkubasi selama 48 jam menunjukan hasil positif pada 3x10ml,

1x1ml dan 1x0,1ml.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ade Yuliana Ningsih Tahun 2019 menunjukan bahwa pada 7 sampel es

batu yang diteliti tidak memenuhi syarat berdasarkan SNI 7388 Tahun

2009 dengan nilai indeks MPN yang di dapat yaitu >240/100ml.

Es batu merupakan salah satu produk berbahan baku air yang

dibekukan. Es batu adalah produk pelengkap yang sering disajikan

bersama dengan minuman dingin dan dianggap aman untuk dikonsumsi.

Es batu juga dapat terkontaminasi dengan mikroorganisme patogen dan

dapat menjadi sumber infeksi bagi manusia (Basri, dkk, 2014).

Faktor-faktor kondisi yang menyebabkan kualitas bakteriologis air

tidak memenuhi standar kesehatan adalah tercemar oleh bakteri atau

mikroorganisme jika tangan pedagang kurang bersih atau peralatan yang

diguanakan pada saat memproduksi es batu kurang higienis. Pada saat

pembuatan es batu, wadah penampung air yang digunakan juga dapat


38

meningkatkan resiko pertumbuhan mikroogranisme seperti bakteri

coliform. Jika tidak adanya proses produksi, maka air yang tersisa dibawah

tangki akan mengalami pengendapan dan dapat tercemar oleh bakteri.

Apabila air ini digunakan untuk proses pembuatan selanjutnya, maka es

batu dapat terkontaminasi oeh bakteri coliform. Semakin tinggi tingkat

kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran

bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan

hewan. Gejala yang dapat terjadi jika manusia mengkonsumsi es batu yang

terkontaminasi bakteri yaitu menyebabkan diare, kram perut, mual, rasa

tidak enak badan dan kanker (Sinaga, 2017).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium klinik

terpadu maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada uji MPN didapatkan hasil positif (+) pada 10 sampel es batu yang

diteliti dengan terbentuknya kekeruhan dan adanya gelembung pada

tabung durham.

2. Tingkat cemaran bakteri coliform yaitu menunjukan 1 sampel

mengandung bakteri coliform dengan nilai 16/100ml, 1 sampel

mengandung bakteri coliform dengan nilai 84/100ml dan 8 sampel

mengandung bakteri coliform dengan nilai ≤979/100ml. Berdasarkan

SNI 7388 Tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran bakteri

coliform sebanyak <3/ml, meunjukan 100% sampel tidak memnuhi

syarat.

B. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan, maka saran yang dapat

disampaikan sebagai berikut :

1. Bagi peneliti diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan

tambahan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang uji

bakteriologis pada makanan/minuman serta untuk peneliti

selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian dengan

variabel yang berbeda atau melakukan penelitian sampai ketahap

uji pelengkap (completed test) dengan sampel yang berbeda.

39
2. Bagi instansi diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan

referensi untuk penyampaian edukasi kepada masyarakat dalam

kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

3. Bagi masyarakat agar produsen es batu dapat menggunakan bahan

baku air yang sudah matang saat proses produksi serta menjaga

higine dan sanitasi diri sendiri maupun lingkungan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ade Yuliana Ningsih (2019). Tingkat Cemaran Coliform Pada Es Batu Rumah
Tangga Yang Dijual Di JL. Pimpinan Medan. Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan Jurusan Analis Kesehatan
Tahun 2019.

Farida N. (2009). Hubungan antara Hygiene Perorangan Petugas dan Sanitasi


Depot Air Minum Isi Ulang dengan Jumlah Bakteri Coliform di Kelurahan
Sendang Mulyo Semarang. Skirpsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Farida, P, Saadah, (2017). Skripsi Analisis Bakteri Coliform Dalam Es Batu Dari
Berbagai Kantin Di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Tahun 2017.

Hadi, Basri, dkk, (2014). Uji Bakteriologis Es Batu Rumah Tangga yang
digunakan Penjual Minuman Di pasar Lubuk Buaya Kota Padang. Padang:
Jurnal Kesehatan Andalas: 3(2).

Jawetz, Melnick dan Adelberg. (2013). Mikrobiologi Kedokteran. edisi 25. Jakarta
: EGC.

Kamaliah. (2017). Kualitas sumber air tengkiling yang digunakan sebagai air baku
air minum isi ulang dari aspek uji MPN total Coliform. Jurnal Media
Ilmiah Teknik Lingkungan, 6-7.

Kementrian Republik Indonesia, (2018). Tentang Laporan Nasional Riskesdas.

Khairunnisa, C. (2012). Pengaruh Jarak dan Kontruksi Sumur serta Tindakan


Penggunaan Air terhadap Jumlah Coliform Air Sumur Gali Penduduk di
Sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Knechtges, PL. (2011). Food Safety Theory and Practice. East Carolina
University.

Kuswiyanto, (2014). Bakteriologi 2 Buku Ajar Analis Kesehatan. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 492/PER/MENKES/2010 tentang Rekam
Medis, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Michael, O. Philips, R. Djaja. (2010). Bakteri Coliform dalam es batu pada tiga
rumah makan Ayam goreng siap saji di Bandung, Maranatha Journal of

41
Medicine and Health, Vol. 9, No. 2. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Manartha.

Natalia, A.L. (2014). Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di
Kabupaten Blora, Unnes Journal of Life Science, Vol. 3, No. 1 Fakultas
MIPA Universitas Negeri Semarang..
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA,.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA,.

Nurahman, B, (2016). Pemeriksaan Bakteri Koliform Pada Es Batu Hasil Industri


Rumah Tangga Yang Digunakan Oleh Pedagang Minuman Di Alun-Alun
Ciamis. Karya Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Ciamis.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/XI/1990. Syarat-syarat


Dan Pengawasan Kualitas Air, Menteri Kesehatan RI, Jakarta 1990.

Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 429/Menkes/Per/IV/2010. Persyaratan


Kualitas Air Minum, Menteri Kesehatan, Jakarta, 2010.

Radji, M. (2009). Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi &


Kedokteran Jakarta. Penerbita Buku Kedokteran EGC.

Santoso, L., Iswanto, M.G., Rukmi & Oenik, L. (2012). Jumlah Total Bakteri
Coliform Dalam Air Susu Sapi Segar Pada Pedagang Pengencer Di Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 1(2): 402-412.

Sari, J. R. (2019). Pedoman Praktikum Bakteriologi III. Banjarmasin: Bidang


Keahlian Kesehatan. 8-10.

Sinaga, E. M. (2017). Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Kristal


Dengan Menggunakan Metode Most Probable Number (MPN) yang
diperjual belikan, Vol 2, No 1, (2017): Jurnal Mutiara Kesehatan
Masyarakat.

Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 7388 (2009). Batas Maksimum


Cemaran Mikroba dalam Pangan : Badan Standarisasi Nasional.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung


Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta.

42
Syarifah Miftahul El Jannah, dkk (2018). Uji Bakteriologi Pada Es Batu Produksi
Rumah Tangga disekitar Kelurahan Gandaria Selatan, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Vol 10 (2) Januari 2018

Tilong, Adi D. (2015). Dahsyatnya Air Putih. Yogyakarta . Dlashbooks.

Wati, Lisna, (2017). Identifikasi Bakteri Coliform Pada Es Batu Yang Dicampur
Pada Makanan Dan Minuman OLeh Penjual Di Kelurahan Anduonohu
Kota Kendari. Kendari: Karya Tulis Ilmiah Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
Yuliana, A. and Amin, S.(2016) ʽAnalisa Mikrobiologi Minuman Teh Kemasan
Berdasarkan Nilai Apm Koliform’ Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada:
Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 15(1).

Yulianti, A. N. et al. (2018). Angka Kuman Es Batu Produksi Rumah Tangga,


Jurnal Skala Kesehatan Politeknik Kesehatan Banjarmasin Vol 9, No 1,
Januari 2018.

43
LAMPIRAN

44
Lampiran 1 Hasil Pengamatan

Suasana Pasar Lima

Penjual Pertama

45
Penjual Kedua

Penjual Ketiga

46
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian

Sampel Es Batu

Media Lactose Broth Media Briliant Lactose Broth

47
Menimbang Media LB Menimbang Media BGLB

Pembuatan Media LB Pembatan Media BGLB

48
Melakukan Uji Pendugaan Melakukan Uji Penegasan

Media LB sebelum diinkubasi Media BGLB sebelum diinkubasi

49
Media LB yang telah di inkubasi Media BGLB yang telah di
terlihat adanya perubahan warna inkubasi terlihat adanya perubahan
(keruh) serta adanya gas pada warna (keruh) serta adanya gas
tabung durham pada tabung durham

50
Lampiran 3 Lembar Wawancara dan Lembar Observasi
Lembar Wawancara Lembar Observasi

51
52
53
54
Lampiran 4 Tabel MPN Ragam

55
Lampiran 5 Tabel SNI 7388:2009

56
57

Anda mungkin juga menyukai