Anda di halaman 1dari 10

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMAN 1 Basa Ampek Balai


Guru Mata Pelajaran : HALIZA PUTRI,S.Pd
Mata Pelajaran : IPS SEJARAH
Fase / Kelas : E/X

Rasional :
Peserta didik mampu memahami konsep-konsep dasar manusia, ruang, waktu, diakronik (kronologi), sinkronik, guna sejarah, sejarah dan teorisosial, metode penelitian sejarah, serta sejarah lokal yang diberikan
melalui konten Pengantar Ilmu Sejarah. Selain itu, melalui literasi dan diskusi peserta didik mampu menjelaskan Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia. Alur Tujuan Pembelajaran yang disusun dimulai dari
pemahaman konsep sejarah hingga pada Asal Usul nenek moyang bangsa Indonesia yang diupayakan runtut mulai pemahaman konsep hingga pada akhirnya setiap peserta didik dapat membuat sebuah karya
sejarah sederhana.

Capaian Pembelajaran :
Pada akhir fase E, Peserta didik mampu memahami konsep-konsep dasar manusia, ruang, waktu, diakronik (kronologi), sinkronik, guna sejarah, sejarah dan teorisosial, metode penelitian sejarah, serta sejarah lokal
yang diberikan melalui konten Pengantar Ilmu Sejarah. Selain itu, melalui literasi dan diskusi peserta didik mampu menjelaskan Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Kata/Frasa Kunci,
Perkiraan Profil Pelajar
Elemen Capaian Pembelajaran Pertahun Tujuan Pembelajaran Topik/Konten, dan Glosarium
Jumlah Jam
Penjelasan Singkat Pancasila
Pemahaman Konsep Sejarah Pada akhir fase ini, peserta didik mampu 10.1 Mampu menjelaskan elemen Berfikir sejarah
memahami konsep-konsep dasar dalam berfikir sejarah dan tahapan (historical thinking), yaitu
sejarah dan mengaitkannya dengan kehidupan penelitian sejarah cara berfikir yang harus
sehari-hari, memahami peran manusia dalam diterapkan ketika
menciptakan dan menggerakkan sejarah; seseorang mempelajari
memahami sejarah dalam ruang lingkup sejarah/peristiwa
lokal, nasional, dan global; memahami masa lalu. Sinkronik, yaitu
sejarah dalam dimensi masa lalu, masa kini, cara berfikir sejarawan
dan masa depan, dan memahami peristiwa dalam melihat peristiwa
sejarah dalam urutan waktu yang memanjang sejarah dalam berbagai
secara proses (diakronik /kronologis) sudut pandang/aspek atau
Berfikir sejarah mutildisiplin ilmu.
Sinkronik Diakronik, yaitu cara
Diakronik berfikir sejarawan dalam
Kausalitas (sebab-akibat) melihat peristiwa sejarah
Perubahan (change) sebagai keterjalinan antar-
18 JP Perkembangan (continuity) waktu (periode)
Ideografis Kausalitas, yaitu cara
Sumber berfikir sejarawan dalam
Kritik sumber melihat peristiwa sebagai
Interpretasi jalinan sebab dan akibat.
Historiografi Perubahan, yaitu cara
berfikir sejarawan yang
berfokus pada pergantian
aspek-aspek tertentu
masyarakat di antara satu
periode ke periode
berikutnya atau disebut
dengan periodisasi
(pembabakan waktu).
Perkembangan, yaitu cara
berfikir sejarawan yang
berfokus pada peningkatan
mutu/kualitas dari aspek-
aspek masyarakat di antara
satu periode ke periode
berikutnya atau berfikir
kronologis.
Ideografis, yaitu cara
berfikir sejarawan yang
melihat peristiwa sejarah
bersifat unik, tidak
berulang, dan tidak sama.
Sumber adalah segala jenis
dokumen atau informasi
yang digunakan oleh
sejarawan untuk
menemukan fakta sejarah.
Sumber terdiri dari sumber
primer dan sumber
sekunder dan juga terdiri
dari saksi dan pelaku
sejarah.
Kritik sumber, yaitu
kegiatan untuk memastikan
keaslian (otentitas) dan
kepercayaan (kredibilitas)
informasi yang terdapat
dalam suatu sumber. Kritik
Keterampilan Proses 1. Mengamati : Peserta didik melakukan 10.2 Mampu menjelaskan sifat Komunal, sebagai pola
kegiatan yang dilaksanakan secara sengaja komunal kehidupan masyarakat kehidupan berkelompok.
dan terencana dengan maksud untuk praaaksara dan keberlanjutannya Masyarakat, kesatuan yang
mendapat informasi dari hasil pengamatan. pada masa kini. terdiri dari dua orang atau
Pengamatan dapat dilakukan langsung atau lebih memiliki tujuan yang
menggunakan instrumen lain. sama, berada pada tempat
tertentu.
Pra-akrsara, yaitu periode
ketika masyarakat belum
mengenal tulisan.
Keberlanjutan, yaitu
keterhubungan satu sistem
tertentu dengan sistem lain
dalam suatu masyarakat
dari satu periode satu ke
Komunal periode yang lain.
pra-aksarana Masa kini, yaitu masa
keberlanjutan kekinian, yaitu waktu
masa kini yang sedang berjalan atau
berproses.
2. Menanya : Peserta didik menyusun 10.3 Mampu menjelaskan Sifat keterbukaan, yaitu
pertanyaan tentang hal-hal yang ingin keterkaitan antara sifat keterbukaan sifat orang Jawa yang
diketahuinya dan masalah apa yang terkait kebudayaan Hindu/Buddha terbuka terhadap budaya
ditemukan. Pada tahap ini ia juga dan perubahan struktur sosial asing dan menerima budaya
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki politik pada masyarakat pribumi. tersebut dengan
dengan pengetahuan baru yang akan penyesuaian.
dipelajari sehingga dapat menjelaskan Sinkretisme yaitu
permasalahan yang sedang diselidiki dengan perpaduan ideologi antara
rumus 5W 1H (apa, siapa, kapan, di mana, ideologi lokal dan ideologi
mengapa, dan bagaimana), dan baru/asing.
memperkirakan apa yang akan terjadi Difusi budaya, yaitu
berdasarkan jawaban atas pertanyaan. penyebaran unsur-unsur
budaya dari satu tempat ke
tempat lain.
Sifat keterbukaan Akulturasi, yaitu
sinkretisme perpaduan dua kebudayaan
difusi budaya menjadi satu budaya, tetapi
akulturasi masing-masing
asimilasi budaya masih tampak
keasliannya.
Contohny: Mesjid Agung
Demak.
Asimilasi, yaitu perpaduan
dua kebudayaan
menjadi satu budaya, dan
budaya aslinya sudah tidak
tampak lagi. Contohnya:
Dangdut.
Perubahan struktur
sosial-politik, yaitu
perubahan dalam pranata
sosial (sistem kekerabatan)
dan pranata politik (sistem
pemerintahan) dari
masyarakat kesukuan
ke masyarakat kerajaan.
3. Mengumpulkan Informasi : Peserta didik 10.4 Mampu menjelaskan Kejeniusan lokal Kejeniusan lokal (local
menyusun langkah-langkah untuk hubungan antara kejeniusan lokal sistem kepercayaan genius) yaitu
mengumpulkan informasi melalui studi dan sistem kepercayaan dalam peradaban kemampuan masyarakat
pustaka, studi dokumen, wawancara, peninggalan peradaban dari kerajaan Hindu kerajaan Mataram Kuno
observasi, kuesioner, dan teknik kerajaan Hindu dan Buddha Kerajaan Buddha dalam membangun sebuah
pengumpulan informasi lainnya. tempat peribadatan (Candi)
yang memanfaatkan
sumber daya alam sebagai
material bangunan.
Contohnya: Candi
Prambaran dan Candi
Borobudur dibangun dari
batu andesit dari Gunung
Merapi.
Sistem kepercayaan yaitu
sebuah sistem yang
diyakini masyarakat
sebagai pedoman hidup.
Kerajaan Hindu, yaitu
kerajaan yang menganut
agama Hindu. Contoh:
Mataram Kuno, Majapahit.
Kerajaan Buddha, yaitu
kerajaan yang menganut
agama Buddha. Contoh:
Mataram
Kuno, Majapahit.

Iman dan Taqwa Kepada


Tuhan Yang Maha Esa
dan Berakhlak Mulia,
Berkebhinekaan Global,
Bergotong Royong,
Mandiri, Bernalar Kritis
4. Mengorganisasikan Informasi : Peserta 10.5 Mampu menjelaskan Toleransi Toleransi, yaitu
didik memilih, mengolah dan menganalisis keterkaitan sifat toleransi pemimpin Penyebaran Islam menghargai pendapat,
informasi yang diperoleh. Proses analisis dan penyebaran Islam di wilayah Kerajaan Hindu keyakinan, atau
informasi dilakukan dengan cara verifikasi, kerajaan Hindu/Buddha Kerajaan Buddha kepercayaan orang lain,
interpretasi, dan triangulasi informasi. yang tidak sesuai dengan
keyakinan atau
kepercayaan
dirinya/pendapatnya.
Konteks di sini adalah
kebijakan Brawijaya V
(Raja Majapahit) yang
memberikan daerah
perdikan kepada Sunan
Iman dan Taqwa Kepada Ampel untuk
Tuhan Yang Maha Esa mengembangkan agama
dan Berakhlak Mulia, Islam/mendirikan
Berkebhinekaan Global, pesantren.
Bergotong Royong, Kerajaan Hindu, yaitu
Mandiri, Bernalar Kritis kerajaan yangmenganut
agama Hindu. Contoh:
Mataram Kuno, Majapahit.
Kerajaan Buddha, yaitu
kerajaan yangmenganut
agama Buddha. Contoh:
Mataram
Kuno, Majapahit.

28 JP
28 JP
5. Menarik Kesimpulan: Peserta didik 10.6 Menjelaskan tiga pola Pendekatan kolaboratif Pendekatan kolaboratif,
menjawab, mengukur dan mendeskripsikan penyebaran Islam dari pendekatan Pesisir yaitu kerjasama individu
serta menjelaskan permasalahan yang ada kolaboratif antara perdagang dan Pedalaman dengan individu lain untuk
dengan memenuhi prosedur dan tahapan yang pemimpin, pendekatan Pesisir ke mencapai tujuan. Dalam
ditetapkan. Pedalaman dan pendekatan Istana konteks sejarah,
ke Rakyat Jelata tersebarnya agama Islam
karena ada hubungan
ekonomi antara pedagang
Islam dengan kalangan
istana.
Pendekatan pesisir ke
pedalaman, yaitu pola
penyebaran Islam yang
bermula dari daerah pesisir
ke daerah pedalaman.
Pesisir yaitu daerah pantai,
tempat para
pedagang berlabuh dan
berdagang, sehingga
tempat tersebut menjadi
strategis.
Pedalaman, yaitu suatu
daerah yang terletak di
daerah pedalaman, dekat
dengan pantai selatan.
Pendekatan istana ke
rakyat jelata, yaitu
pola penyebaran Islam
yang bermula dari
pemimpin ke masyarakat
biasa. Jika raja memeluk
agama tertentu maka agama
itu akan diikuti rakyatnya.
6. Mengomunikasikan: Peserta didik 10.7 Menjelaskan gaya Keagungbinataraan Keagungbinataraan,
mengungkapkan seluruh hasil tahapan di atas "keagungbinatara Politik dualisme bahwa kekuasaan tidak
secara lisan dan tulisan dalam bentuk media aan" Sultan Agung melalui politik boleh terbagi-bagi dan ada
digital dan non-digital. Peserta didik lalu dualisme kerjasama di bidang yang menyamainya.
mengomunikasikan hasil temuannya dengan ekonomi dan otonomi di bidang Politik dualisme, yaitu
mempublikasikan hasil laporan dalam bentuk politik. gaya kepemimpinan Sultan
presentasi digital dan/atau non digital. Agung yang bersedia
bekerjasama di bidang
ekonomi dan sosial dengan
VOC, tetapi tidak ingin
takluk di bawah
kekuasaan VOC.
7. Merefleksikan dan Merencanakan 10.8 Menjelaskan dinamika Pendekatan sekutu dan Pendekatan sekutu, yaitu
Proyek Lanjutan Secara Kolaboratif: pendekatan sekutu dan seteru seteru strategi politik rajaraja
Peserta didik mampu mengevaluasi dengan politik suksesi di Politik suksesi Mataram Islam untuk
pengalaman belajar yang telah dilalui dan kerajaankerajaan Islam di Kerajaan-kerajaan Islam bekerjasama/meminta
diharapkan dapat merencanakan projek Nusantara bantuan dengan VOC
lanjutan dengan melibatkan lintas mata dalam meraih tahta.
pelajaran secara kolaboratif. Pendekatan seteru, yaitu
strategi politik rajaraja
Mataram Islam untuk
melawan VOC karena VOC
mengeruk kekayaan
kerajaan Mataram Islam.
Politik suksesi yaitu
sebuah strategi untuk
meraih kekuasaan saat
terjadi pergantian tahta.
Kerajaan-kerajaan Islam,
yaitu kerajaan yang
dipimpin oleh penguasan
beragama Islam.
10.9 Mampu melaporkan hasil Penelitian sejarah
penelitian sejarah dalam konteks Peristiwa lokal
peristiwa lokal yang Pra-aksara
berkaitan dengan topik pra-aksara,
atau Hindu-Buddha atau Islam.

Penelitian sejarah, yaitu


kegiatan penelitian dengan
menggunakan metodologi
sejarah (pemilihan sumber,
kritik sumber, interpetasi,
dan historiografi).
Peristiwa lokal, yaitu
peristiwa sejarah yang
sifatnya kedaerahan atau
lokal.
Pra-aksara, yaitu periode
ketika masyarakat belum
mengenal tulisan.
46 JP

Tapan, Juni 2022


Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

SASRA MULYADI,S.Pd HALIZA PUTRI,S.Pd


NIP. 19750506 200212 1003 NIP.

Anda mungkin juga menyukai