Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah Regulasi & Deregulasi Sektor Publik

Dosen: Dr. Ir. Jamal, M.Si

Oleh:

PRANS BOY
G2C222040

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN


PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
KEBIJAKAN DEREGULASI DAN DEBIROKRATISASI
REGULASI EKONOMI KEMARITIMAN SEBAGAI KATALISATOR
NAWACITA INDONESIA POROS MARITIM DUNIA

Ditulis Oleh: Radityo Muhammad Harseno (Universitas Diponegoro)


Dalam Jurnal Gema Keadilan, 2013.

Direview Oleh: Prans Boy - G2C122040

Sejak pasca-reformasi, paradigma pembangunan ekonomi nasional Indonesia berubah


dari yang semula bertumpu pada daratan semata (land based economy) menjadi beralih ke arah
ekonomi kemaritiman (maritime based economy) pada pemerintahan Jokowi-JK. Salah satu
perangkat lunak pembangunan ekonomi nasional adalah regulasi yang menjadi instrumen yuridis
untuk menjamin kepastian hukum. Namun, jika masih terdapat regulasi yang ada mengalami
duplikasi, redundansi, dan irrelevant regulations yang menghambat pembangunan, maka perlu
adanya kebijakan deregulasi dan debirokratisasi agar percepatan pembangunan ekonomi
kemariman dapat segera teralisasi.

Pemerintah daerah perlu mengambil keseriusan lebih dalam menunjang paket kebijakan
deregulasi dan debirokratisasi regulasi ini agar berjalan dengan maksimal, serta agar percepatan
pembangunan ekonomi kemariman dapat segera terwujud. Hal ini sangat penting karena seluruh
penjuru wilayah Indonesia dihiasi dengan pulau-pulau yang memiliki keberagaman karakter
yang terhimpun dalam satu kesatuan geografis yang sering dikenal dengan Nusantara. Kondisi
tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki
luas laut dan jumlah pulau yang besar.

Dalam visi pembangunan, visi darat dan visi laut harus menjadi sebuah kesatuan yang
terintegrasi untuk mensejahterakan rakyat di seluruh wilayah NKRI. Dalam implementasi
pembangunan ekonomi, keterpaduan kekuatan ekonomi berbasis darat (land based economy) dan
ekonomi berbasis laut (ocean based economy) menjadi kekuatan Ekonomi Nusantara serta
menjadi modal yang kuat dalam membangun Negara Maritim. Kontribusi perekonomian berbasis
maritim dalam perkonomian nasional mengalami pertumbuhan namun dalam persentasi di bawah
pertumbuhan ekonomi nasional yang dalam dasawarsa terakhir mencapai antara 4,63-6,49%.

Aktivitas ekonomi kelautan tersebut belum berkembang dengan baik disebabkan oleh
faktor-faktor kebijakan nasional yang tidak berpihak kepada pengembangan bidang ekonomi
kelautan sehingga menyebabkan struktur ekonomi Indonesia bias aktivitas berbasis daratan.
Kontribusi bidang kelautan dalam struktur perekonomian Indonesia didominasi oleh sektor
pertambangan dan energi sebesar 9,13%, selanjutnya secara berturut-turut industri maritim
4,67%, perikanan 2,79%, pariwisata bahari 1,52%, transportasi laut 1,48%, jasa kelautan 1,32%,
dan bangunan kelautan 1,01%. Negara Indonesia yang notabene memiliki 70% luas wilayah
perairan dari total seluruh wilayahnya belum dapat merepresentasikan seluruh potensi.

Dalam konteks ini, deregulasi dan debirokratisasi dianggap sebagai langkah yang
diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi kemaritiman di Indonesia. Namun, untuk
mencapai hal ini, dibutuhkan keseriusan dan kerjasama antara pemerintah daerah dan pemerintah
pusat.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi besar untuk
mengembangkan ekonomi kelautan. Namun, sektor ekonomi ini belum berkembang dengan baik
karena faktor kebijakan nasional yang tidak mendukung. Kontribusi ekonomi kelautan dalam
struktur perekonomian Indonesia masih sangat kecil, dibandingkan dengan sektor ekonomi
lainnya seperti pertambangan dan energi.

Hal ini tentu saja sangat tidak efisien mengingat Indonesia memiliki luas laut dan jumlah
pulau yang besar. Seharusnya, visi pembangunan darat dan laut harus terintegrasi untuk
mensejahterakan rakyat di seluruh wilayah NKRI.

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang memuat delapan misi
pembangunan Indonesia, salah satunya adalah untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara
kepulauan (archipelagic state) yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepeningan nasional
dengan cara menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah.

Namun, untuk mencapai misi tersebut, pemerintah harus mengambil tindakan konkret
seperti melakukan deregulasi dan debirokratisasi, serta memberikan kebijakan yang mendukung
pengembangan ekonomi kelautan. Dalam jangka panjang, perkembangan ekonomi kelautan di
Indonesia dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian nasional,
sekaligus membawa Indonesia kembali ke masa kejayaannya sebagai negara maritim yang
dikenal di seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai