Tugas Makalah Ekonomi Biru (210407043 Yunita Patricia)
Tugas Makalah Ekonomi Biru (210407043 Yunita Patricia)
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
STUDI KASUS: Implementasi Kebijakan Berbasis Blue Economy dalam Kerangka Kerjasama
Pemerintah Indonesia dengan FAO: Studi Mengenai Unit Pengolahan Ikan di Kabupaten
Lombok Utara.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas makalah
ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah literatur tentang STUDI KASUS: Implementasi
Kebijakan Berbasis Blue Economy dalam Kerangka Kerjasama Pemerintah Indonesia dengan
FAO: Studi Mengenai Unit Pengolahan Ikan di Kabupaten Lombok Utara ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Yunita Patricia
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis implementasi kebijakan berbasis Blue
Economy, termasuk kerjasama pemerintah Indonesia dengan FAO. Salah satu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis kerja sama antara KKP RI-FAO menggunakan konsep
global governance dan bagaimana implementasi konsep tersebut memengaruhi aspek ekonomi,
lingkungan, dan sosial masyarakat, khususnya para pengelola proyek.
Implementasi Blue Economy di Indonesia melibatkan berbagai aspek, seperti kerjasama antar
lembaga pemerintah dan lembaga internasional, pengembangan teknologi, pemberdayaan
masyarakat, dan pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan. Dalam konteks ini,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendukung implementasi ASEAN Blue
Economy Framework, yang bertujuan untuk meningkatkan potensi ekonomi biru nasional dan
regional.
Dengan adanya implementasi Blue Economy, diharapkan dapat tercipta keseimbangan antara
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perlindungan lingkungan, sehingga manfaat ekonomi
yang dihasilkan dapat dirasakan secara berkelanjutan oleh masyarakat pesisir, termasuk di
Kabupaten Lombok Utara.
1
1.3 Tujuan
2
BAB II. PEMBAHASAN
Dalam konteks Indonesia, pemerintah menghargai pentingnya ekonomi biru dan mendukung
pengembangannya melalui kerjasama dengan lembaga internasional seperti FAO. Misalnya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia mendukung implementasi ASEAN
Blue Economy Framework, yang bertujuan untuk meningkatkan potensi ekonomi biru nasional
dan regional.
Dengan adanya implementasi ekonomi biru, diharapkan dapat tercipta keseimbangan antara
pemanfaatan sumber daya lautan dan perlindungan lingkungan, sehingga manfaat ekonomi
yang dihasilkan dapat dirasakan secara berkelanjutan oleh masyarakat pesisir, termasuk di
Kabupaten Lombok Utara.
3
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam negeri, yang meliputi:
• Sumber daya alam laut. Sumber daya alam laut merupakan salah satu faktor penting
yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi biru. Semakin melimpah dan beragam
sumber daya alam laut yang dimiliki suatu negara, maka semakin besar potensi
pertumbuhan ekonomi birunya.
• Sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting
dalam pembangunan ekonomi biru. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi dapat
meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi biru.
• Investasi. Investasi merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi biru. Investasi dapat meningkatkan kapasitas produksi dan lapangan kerja di
sektor ekonomi biru.
• Teknologi. Teknologi dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi di
sektor ekonomi biru. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi biru.
• Kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah, seperti kebijakan fiskal dan moneter,
dapat memengaruhi perekonomian biru. Kebijakan fiskal yang ekspansif, seperti
peningkatan belanja pemerintah, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi biru.
Sedangkan kebijakan moneter yang ekspansif, seperti penurunan suku bunga, dapat
meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi di sektor ekonomi biru.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar negeri, yang meliputi:
• Permintaan global. Permintaan global terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari
sektor ekonomi biru dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi biru. Semakin tinggi
permintaan global, maka semakin besar potensi pertumbuhan ekonomi birunya.
• Nilai tukar. Nilai tukar merupakan perbandingan antara mata uang suatu negara dengan
mata uang negara lain. Nilai tukar yang menguat dapat meningkatkan daya saing ekspor
barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor ekonomi biru.
• Inflasi. Inflasi merupakan kenaikan harga umum secara terus-menerus. Inflasi yang
tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan menghambat pertumbuhan ekonomi
biru.
• Pertumbuhan ekonomi negara lain. Pertumbuhan ekonomi negara lain dapat
memengaruhi pertumbuhan ekonomi biru suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi negara lain, maka semakin besar potensi pertumbuhan ekonomi birunya.
4
Faktor-faktor tersebut dapat saling berinteraksi dan memengaruhi perekonomian biru secara
keseluruhan. Misalnya, peningkatan investasi dapat meningkatkan permintaan domestik, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan global. Nilai tukar yang menguat dapat
meningkatkan daya saing ekspor, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi biru.
Berikut adalah beberapa faktor-faktor spesifik yang dapat memengaruhi ekonomi biru:
• Kualitas lingkungan laut. Kualitas lingkungan laut yang baik akan mendukung
pertumbuhan dan produktivitas sektor ekonomi biru.
• Keamanan maritim. Keamanan maritim yang terjamin akan mendukung kegiatan
ekonomi di laut.
• Kebijakan pengelolaan sumber daya alam laut. Kebijakan pengelolaan sumber daya
alam laut yang berkelanjutan akan mendukung keberlanjutan ekonomi biru.
• Kebijakan pengembangan teknologi. Kebijakan pengembangan teknologi yang
mendukung sektor ekonomi biru akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi
produksi.
5
b. Pembuatan lapangan kerja: Ekonomi Biru dapat menciptakan lapangan kerja baru atau
meningkatkan lapangan kerja yang ada, terutama dalam sektor perikanan, energi
terbarukan, pariwisata, transportasi air, dan pengelolaan limbah. Hal ini dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan.
c. Pelestarian lingkungan: Ekonomi Biru bertujuan untuk melakukan pelestarian lingkungan,
inklusi sosial, dan penguatan ekosistem laut. Hal ini dapat membantu menjaga
keseimbangan ekologi dan keanekaragaman hayati, yang pada gilirannya dapat
memberikan manfaat ekonomi yang optimal tanpa merusak lingkungan.
d. Pengembangan desa budidaya: Ekonomi Biru juga bertujuan untuk mendukung
pembangunan desa budidaya, yang dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan mata pencaharian masyarakat pesisir.
e. Keseimbangan regional: Ekonomi Biru dapat membantu menciptakan keseimbangan
regional dengan memanfaatkan potensi sumber daya laut di daerah pesisir, yang dapat
membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan infrastruktur di daerah tersebut.
Dalam konteks Indonesia, pemerintah menghargai pentingnya ekonomi biru dan mendukung
pengembangannya melalui kerjasama dengan lembaga internasional seperti FAO. Misalnya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia mendukung implementasi ASEAN
Blue Economy Framework, yang bertujuan untuk meningkatkan potensi ekonomi biru nasional
dan regional. Dengan adanya implementasi ekonomi biru, diharapkan dapat tercipta
keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya lautan dan perlindungan lingkungan, sehingga
manfaat ekonomi yang dihasilkan dapat dirasakan secara berkelanjutan oleh masyarakat
pesisir, termasuk di Kabupaten Lombok Utara.
6
2.2.1 Metode Penelitian yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang cenderung
deskriptif dan analisis menggunakan landasan teori. Salah satu pendekatan kualitatif yang
digunakan adalah studi kasus, yang berfokus untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara
mendalam suatu kasus dengan sistem yang dibatasi oleh konteks tertentu.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penggabungan antara data primer,
sekunder, dan tersier. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak yang
terlibat, sedangkan data sekunder dan tersier diperoleh dari berbagai sumber daring yang
memiliki muatan kajian terkait pokok penelitian.
Penelitian ini juga menggunakan model interaktif Miles & Huberman, yang meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan/verifikasi.
Dengan menggunakan metode kualitatif-deskriptif dan pendekatan studi kasus, penelitian ini
mampu mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam implementasi konsep Blue
Economy di Indonesia, khususnya dalam kerja sama antara KKP-RI dan FAO dalam proyek
pengembangan Unit Pengolahan Ikan di Kabupaten Lombok Utara.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, berupa penelitian riset yang cenderung
deskriptif dan analisis menggunakan landasan teori. Salah satu pendekatan kualitatif adalah
studi kasus, yang berfokus untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam atas
suatu kasus dengan sistem yang dibatasi oleh konteks tertentu. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data penggabungan antara data primer, sekunder dan tersier. Penulis
melakukan wawancara secara langsung pada pihak yang terlibat sebagai data primer. Data
tersier penulis dapatkan melalui berbagai website atau sumber daring lainnya di internet
7
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa implementasi konsep Blue Economy di
Indonesia, khususnya dalam kerja sama antara KKP-RI dan FAO dalam proyek pengembangan
UPI di Kabupaten Lombok Utara, telah memberikan dampak positif. Proyek ini telah
membantu dalam peningkatan keterampilan, pengelolaan limbah, pelatihan, dan sertifikasi
yang diperlukan bagi masyarakat pesisir. Selain itu, proyek ini juga sejalan dengan prinsip-
prinsip Blue Economy, seperti prinsip nir-limbah, inklusi sosial, inovasi dan adaptasi, serta
efek ekonomi pengganda.
Meskipun demikian, penelitian ini juga menyoroti bahwa masih diperlukan koordinasi yang
baik antara seluruh stakeholder untuk memastikan keberlanjutan dan kesinambungan proyek
ini. Kendala dan hal-hal yang perlu diperhatikan juga masih ada, sehingga perlu adanya upaya
untuk terus memperbaiki dan meningkatkan implementasi konsep Blue Economy di UPI
Kabupaten Lombok Utara.
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsep Blue Economy memiliki potensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Dengan adanya
kerja.
8
BAB III. PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang memengaruhi ekonomi biru dapat mencakup:
a. Kebijakan Pemerintah: Kebijakan pemerintah terkait pengelolaan sumber daya laut,
perlindungan lingkungan, dan pengembangan sektor kelautan dan perikanan dapat
memengaruhi pertumbuhan ekonomi biru.
b. Investasi dalam Teknologi dan Infrastruktur Kelautan: Investasi dalam teknologi dan
infrastruktur kelautan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor kelautan
dan perikanan, yang pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi biru.
c. Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat memengaruhi kondisi laut dan sumber daya
laut, yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi biru.
d. Keberlanjutan Sumber Daya Laut: Pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan
dapat mendukung pertumbuhan ekonomi biru jangka Panjang.
2. Implementasi konsep ekonomi biru memiliki dampak positif terhadap perekonomian suatu
negara. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki potensi sumber
daya kelautan yang luar biasa. Kebijakan ekonomi biru telah dicanangkan dalam upaya
pengembangan sektor maritim di Indonesia, yang sejalan dengan visi Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia. Konsep ekonomi biru ini juga telah diselaraskan dengan komitmen
global terkait pembangunan berkelanjutan atau SDGs. Dengan menerapkan konsep
ekonomi biru, Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya lautnya secara
berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi signifikan pada
pembangunan bangsa dan negara serta kesejahteraan rakyat secara adil di seluruh wilayah
NKRI.
3. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa implementasi konsep Blue Economy di
Indonesia, khususnya melalui kerja sama antara KKP-RI dan FAO dalam proyek
pengembangan Unit Pengolahan Ikan (UPI) di Kabupaten Lombok Utara, telah memberikan
dampak positif bagi masyarakat. Proyek ini telah meningkatkan keterampilan, kemampuan
pengelolaan organisasi, dan kemampuan pemasaran masyarakat pesisir. Selain itu, proyek
ini juga melibatkan tindak lanjut dan evaluasi, termasuk kunjungan berkala, perizinan,
pemasaran online, promosi, dan kerja sama dengan pelaku usaha. Implementasi konsep Blue
Economy juga telah membantu dalam pengembangan ekonomi rakyat dan pelestarian
lingkungan.
9
Meskipun demikian, masih diperlukan koordinasi yang baik antara seluruh stakeholder
untuk memastikan keberlanjutan dan kesinambungan proyek ini. Kendala dan hal-hal yang
perlu diperhatikan juga masih ada, sehingga perlu adanya upaya untuk terus memperbaiki
dan meningkatkan implementasi konsep Blue Economy di UPI Kabupaten Lombok Utara.
10
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, S. (2013). Blue and Green Economy (BGE) Policy and Their Impact to
Indonesian Community Welfare. Jurnal Ekonomi Dan Bisinis, 12(2), 37–42.
Rani, F., & Cahyasari, W. (2015). Motivasi Indonesia Dalam Menerapkan Model
Kebijakan Blue Economy Masa Pemerintahan Joko Widodo. Jurnal
Transnasional, 7(1), 1914–1928.
Setyowati, Eni, N. Fatimah (2017) “Jurnal Ekonomi Pembangunan” Vol.8 No.1, FE UMS