Anda di halaman 1dari 154

Membaca I

HAKEKAT MEMBACA
Drs.Kholid A.Harras
Pendahuluan Membaca menduduki posisi serta peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat manusia, terlebih pada era informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Membaca juaga merupakan sebuah jembatan bagi siapa saja dan di mana saja yang berkeinginan merih kemajuan dan kesuksesan, baik di lingkungan dunia persekolahan maupun di dunia pekerjaan. Oleh karena itu para pakar sepakat bahwa kemahiran membaca membaca (reading literacy) merupakan conditio sine quanon (prsayarat mutlak) bagi setiap insan yang ingin beroleh kemajuan. Meskipun demikian untuk memperoleh kemahiran membaca yang layak bukanlah perkara yang gampang. Mengapa demikian? Salah satu jawabannya karena faktor-faktor yang melingkupinya sangat kompleks. Atau dengan perkataan lain banyak hal yang mempengaruhi terwujudnya salah satu aspek keterampilan berbahasa tersebut. Apa sesungguhnya peranan membaca dalam kehidupan itu? Apa pengertian dan hakikat membaca itu? Unsur-unsur apa saja yang terlibat dalam setiap kegiatan atau proses membaca itu? Kemudian faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang? Serta bagaimana supaya meningkatkan minat baca kepada para siswa kita. Lewat modul 1 ini kita akan mencoba membongkar seputar persoalan tersebut. Dengan demikian setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas seputar hal-ihwal membaca sebagaimana dikemukakan diatas. Secara lebih rinci yakni Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan peranan, pengertian dan proses membaca, 2. 3. menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, menjelaskan upaya meningkatkan minat baca.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mepelajari modul ini Anda disarankan untuk memulai membaca setiap konsep, definisi, uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar. Jika anda menemukan kata atau istilah-istilah yang sulit silahkan Anda buka bagian glosarium. Jika Anda telah memahami bagian tersebut, kerjakan bagian latihan dengan penuh kesungguhan. Usahakan anda jangan dulu melihat rambu-rambu jawaban sebelum Anda kerjakan selurun bagian latihan tersebut. Jika Anda belum berhasil menjawab dengan benar semua soal latihan perhatikan baik-baik sekali lagi petunjuk jawaban latihan. Jika Anda menganggap perlu, silahkan baca kembali konsep, uraian dan contoh sehubungan jawaban latihan ini. Akan tetapi jika Anda telah berhasil menjawab sebagian besar soal latihan tersebut silahkan Anda lanjutkan mengerjakan tes formatif.

Membaca I

Dalam mengerjakan tes formatif sebaiknya Anda jawab dahulu semua soal yang ada, baru kemudian Anda mencocokannya dengan kunci jawabannya. Sebelum Anda beralih pada kegiatan belajar selanjutnya Anda harus merasa yakin bahwa Anda telah berhasil memahami seluruh isi kegiatan belajar yang sudah Anda pelajari tersebut serta seluruh latihan-latihannya. Yang perlu Anda catat, bahwa model soalsoal tes formatif yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar akan sama dengan model soal-soal yang terdapat pada ujian akhir semester (UAS) mata kuliah ini. Dengan demikian bila Anda sudah terbiasa mengerjakan tes formatif yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya maka Anda akan mempunyai modal yang cukup besar saat menghadapi UAS nanti.

Membaca I

1 PERANAN, PENGERTIAN DAN PROSES MEMBACA


Peranan Membaca Bahwa membaca memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia tampaknya sudah kita pahami bersama. Meskipun demikian untuk memberikan wawasan serta perspektif yang lebih luas kepada Anda mari kita simak cerita berikut ini. Dalam sebuah kesempatan Prof. Leo fay (1980) mantan presiden IRA (International Reading Asociation) pernah meyakinkan para koleganya dengan sebuah kalimat yang berbunyi, To read is to possess a power for transcending whatever physical human can muster. Kemudian Hartoonian salah seorang politikus AS diwawancarai oleh seorang wartawan ihwal apa yang harus dilakukan bangsa Amerika untuk mempertahankan supremasinya sebagai negara adidaya yang disegani oleh bangsabangsa lain di kolong langit ini. Hartoonian menjawab, If me want to be a super power we must have individuals with much higher levels of literacy (jika kita menginginkan menjadi bangsa adidaya kita harus memiliki lebih banyak lagi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal litearsi (baca-tulis). Berlebihankah ucapan Leo Fay dan Hartoonian tersebut? Sebagian orang boleh jadi akan menganggapnya demikian. Mungkin mereka akan bertanya apa hubungan membaca dengan kedigjayaan suatu bangsa atau kualitas seorang manusia? Namun hika kita kaji masalah tersebut secara mendalam sesungguhnya ucapan keduanya sangatlah realistis. Mengapa? Sebab bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau yang lazim disebut era sumber daya manusia, atau erasibernatika seperti sekarang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim disebut literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon alias prasyarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar manusia hanya akan berkembang secara maksimal jika ia diasah melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan berliterasi atau kegiatan baca tulis. Dengan demikian dalam konteks perekonomian era pasca industri mendatang, di mana sumber daya manusia (human resources) merupakan tiang penyangga utamanya, kemahiran baca tulis yanglayak merupakan prasyarat mutlak bagi siapa saja dan bangsa mana saja yang memimpin kemajuan dan kejayaan. Tanpa adanya kemahiran tersebut, betapa kaya rayanya sumber daya alam (nature resources) yang dimiliki oleh suatu bangsa misalnya hal itu akan sulit mengangkat

Membaca I

derajat bangsa tersebut ke pentas percaturan dunia serta dapat diperhitungkan oleh bagnsa-bangsa lain. Kalau kita rajin membolak-balik buku-buku sejarah mengenai pasang surut perjalanan peradaban bangsa-bangsa di dunia ini sesungguhnya penjelasan Leo Fay serta Hartoonian diatas bukan hal yang luar biasa. Hampir semua fakta sejarah membuktikan bahwasannya tidak ada bangsa manapun di dunia ini yang berhasil mencapai puncak-puncak kebudayaannya yang tidak ditopang oleh budaya literasi masyarakatnya. Contoh yang paling actual mengenai fenomena tersebut yakni bangsa Jepang. Sebelum bangsa Jepang melakukan gerakan Restorasi Meiji, di mana mereka melakukan terjemahan besar-besaran terhadap buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengupayakan budaya baca-tulis kepada masyarakatnya pada sekitar paruh abad ke-18, bangsa Jepang hampir tidak pernah memperhitungkan keberadaannya oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini. Tetapi setelah mereka melakukan gerakan tersebut dan masyarakat telah memiliki tingkat literasi yang merata hanya dalam tempo kurang dari satu abad bangsa Jepang akhirnya muncul sebagai salah satu kekuatan baru yang sangat diperhitungkan keberadaannya sekaligus disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini. Atau sebagian orang menyebutnya Jepang merupakan negara Asia Timur yang menjadi catur (pembicaraan-red) dunia. Ihwal peran literasi sebagai penopang utama kemajuan umat manusia tersebut juga disitir oleh para pakar antropologi budaya. Mereka mengatakan bahwa budaya literasi merupakan sesuatu yang memegang peranan penting dalam merentas kemajuan penghidupan dan ketinggian kebudayaan umat manusia. Oleh karena itu untu mengukur sejauh mana ketinggian peradaban suatu bangsa kita dapat kita dapat melihatnya dari sejauh mana bangsa tersebut pernah mengalami persentuhan dengan aktivitas litersi atau kegiatan baca-tulisnya. Atau tegasnya untuk melihat apakah bangsa itu telah memiliki peradaban yang tinggi, sedang atau primitif kita dapat melihatnya dari aktivitas literasi (baca-tulis) yang dilakukan oleh bangsa tersebut. Semakin tinggi aktivitas literasi suatu bangsa maka secara hipotesis akan semakin tinggi pula tingkat peradaban bangsa tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah aktivitas literasinya maka akan semakin rendah pula tingkat peradaban mereka. Roijakers (1980), salah seorang pakar pendidikan, mengaitkan peranan litersi dengan pengembangan karier seseorang. Menurutnya hanya melalui kegiatan berlitersi yang layaklah orang akan dapat mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing secara maksimal serta akan selalu dapat mengikuti perkembangan baru yang terjadi. Dengan perkataan lain kedudukan kemahiran berliterasi pada abad informasi seperti sekarang ini sesungguhnya serta kesejahteraan penghidupannya. Dalam tulisannya Membaca Cepat Menjawab Tantangan Abad Informasi (1987), Soedarso, menyatakan bahwasanya dengan gencarnya arus informasi seperti sekarang ini tuntutan untuk membaca akan semakin besar pula. Padahal waktu yang tersedia akan semakin terbatas. Oleh karena jika pada zaman ini orang tidak memiliki kemahiran membaca yang layak maka dirinya akan mudah terombang-

Membaca I

ambingkan, bahkan akan tergilas oleh arus informasi tersebut. Ahmadsslamet Harjasujana (1988) juga menyinggung ihwal peran kemahiran membaca ini sebagai prasyarat bagi bangsa Indonesia untuk dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaannya. Secara lengkap beliau berujar, Jika kita memimpikan Nusantara ini sebagai negara kerta raharja, gemah ripah repah rapih, baldatun toyyibatun wa robbun ghafur, maka rakyat Nusantara dituntut untuk menjadi masyarkat yang literal, yakni masyarakat yang menjadikan aktivitas baca-tulis sebagai bagian dari budaya hidupnya. Mengapa? Karena keterampilan membaca merupakan katalisator atau penghantar yang sangat ampuh untuk mendayagunakan sumberdaya manusia Indoensia yang jumlahnya demikian dahsyat, yang kini belum dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi juga merupakan hal yang sangat fundamental. Mengapa demikian? Sebab selain semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegiatan membaca dan menulis juga hanya dengan melalui kegiatan literasi membaca dan menuliskan kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Menurut William D. Baker bahwa 85% kegiatan belajar di perguruan tinggin meliputi membaca. Dengan perkataan lain, kemahiran baca-tulis merupakan batu loncatan bagi kebersilan seorang di sekolah dan dalam kehidupan selanjutnya di masyarakat. Mengomentari betapa pentingnya kaitan antara literasi dengan dunia persekolahan tersebut, secara tamsil Andre Morois, salah seorang sastrawan terkenal asal Perancis mengatakan bahwa pada hakekatnya salah satu tugas atau misi penting kehadiran dunia persekolahan dari mulai SD hingga PT/universitas yakni mengantarkan para peserta didiknya agar kelak mereka mampu membuka pintu perpustakaan sendiri alias manusia yang mencetak manusia-manusia yang berkebudayaan literasi (bacatulis). Dan jika dunia sekolah tidak mampu merealisasikan misi tersebut, ujar Moris, maka proses bersekolah pada dasarnya boleh dianggap sebagai hal yang mubazir atau sia-sia. Ihwal peran mebaca dalam konteks dunia pendidikan ini marilah kita simak salah satu bagian lain dari pidato pengukuhan guru besar Prof. Ahmadslamet Harjasujana: Tujuan Pendidikan Nasional yang telah ditetapkan oleh MPR dan kemudian dituangkan dalam GBHN kita itu sesungguhnya hanya akan tercapai jika masyarakat Indoensia telah berliteral. Sebab hanya masyarakat yang memiliki kebudayaan literatlah atau masyarkat yang melek wacana, yang akan sanggup menyerap dan menganalisis, kemudian membuat sintesis dan evaluasi tentang informasi yang tercetak sebelum dirinya mengambil keputusan menurut kemampuan nalar dan intuisinya. Hanya masyarakat yang literatlah yang mampu menjadi masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi perkerti luhur, berkepribadian, bekerja keras dan berkualitas, tangguh dan bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohaninya. Kemudian dalam bagian lain dari pidatonya beliau juga menyatakan:

Membaca I

Sehubungan hal itu maka program-program pendidikan guru seyogyanya diperpanjang waktunya dan ditingkatkan kualitasnya. Guru yang dapat memberikan bantuan yang tepat dan efektif kepada para siswa yang ditugasi membaca materi untuk bidang studi yang khusus ialahpara guru bidang studi itu sendiri. Oleh karena itu seyogyanya para guru bidang studi perlu membekali diri dengan berbagai kompetensi pengajaran membaca yang relevan jika mereka benar-benar menghendaki anak-anak didik mencapai prestasi yang diharapkan. Itu berarti mata kuliah keterampilan membaca perlu diajarkan kepada seluruh mahasiswa calon guru. Pengertian dan Proses Membaca Apa yang dimaksud dengan membaca? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan sangat luas dan beragam, bergantung dari sudut mana kita hendak meninjaunya. Para pakar hingga saat ini umumnya masih memberikan batasan yang berbeda-beda. Seperti diakui oleh William (1984:2), hingga saat ini menurutnya para pakar masih bersilang pendapat dalam memberikan definisi membaca yang benar-benar akurat. Meskipun demikian menurutnya ada satu yang disepakati oleh seluruh pakar ihwal membaca, yakni bahwasannya unsur yang harus ada dalamsetiap kegiatan membaca yakni pemahaman (understanding). Sebab kegiatan membaca yang tidak disertai dengan pemahaman bukanlah kegiatan membaca. Anderson (1972:209) secara singkat dan sederhana mencoba mendefinisikan embaca sebagai proses kegiatan mencocokan huruf atau melafalkan lambing-lambang bahasa tulis atau reading is a recording and decoding process. Tetapkah pengertian membaca seperti itu? Jawabannya bisa ya bisa juga tidak. Bagi Budi yang masih duduk dikelas 1 SD misalnya, pengertian membaca semacam itu sudah bisa dikatakan tepat. Alasannya karena ketika dia melakukankegiatan membaca dia hanya terbtas mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang-lambang bahasa tulis yang dilihatnya; dari huruf menjadi kata, kemudian menjadi frasa, kalimat dan seterusnya. Perkara apakah dirinya mengerti atau tidak arti atau makna dari seluruh rangkaian lambang-lambang bahasa tulis tersebut tidak begitu menjadi persoalan benar. Kegiatan membaca semacam itu tentunya merupakan level yang paling rendah. Selain itu pengertian tersebut mengisyaratkan seakan-akan proses membaca merupakan proses yang pasif belaka. Bagi anak-anak SD kelas 2 keatas pengertian membaca sebagaimana disebutkan oleh Anderson di atas tentunya sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Sebab tuntutan pada level mereka ketika mereka melakukan kegiatan proses membaca adalah pemahaman. Atau dengan perkataan lain saat mereka harus dapat memahami maksud atau tujuan arti lambang-lambang bunyi bahasa tulis yang dibacanya. Oleh karena itu Finnochiaro dan Bonomo (1973:119) mencoba mendefinisikan membaca sebagai proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing meaning to and getting meaning from printed or witten material).

Membaca I

Kedua jenis kegiatan membaca tersebut oleh para pakar membaca umumnya digolongkan sebagai kegiatan membaca literal. Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan atau informasi yang ada dalam baris-baris bacaan (reading the lines). Pembuka tidak lagi menangkap makna yang lebih dalam lagi yaitu makna di balik baris-baris tersebut. Membaca semacam ini masih mencerminkan sebagai kegiatan yang pasif. Pengertian membaca yang sebagaimana diaktakan oleh Finnochiaro dan Banomo di atas untuk anak-anak SLTP ke atas tampaknya sudah tidak tepat lagi. Mengapa demikian? Jawabannya karena bagi mereka ketika membaca bukan hanya dituntut untuk memahami informasi-informasi yang tersurat saja tapi juga yang tersirat. Atau sebagaimana dikatakan oleh Goodman (1967:127) bahwa ketika seseorang membaca bukan hanya sekedar menuntut kemampuan mengambil dan memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga menuntut kemampuan menyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna. Oleh karena itu membaca dapat kita definisikan sebagai kegiatan memetik makna atau pengertian bukan hanya dari deretan kata yang tersurat saja (reading the lines), melainkan juga makna yang terdapat di antara baris (reading between the lines), bahkan juga makna yang terdapat dibalik deretan baris tersebut (reading beyond the lines). Dalam kajian membaca jenis membaca semacam ini digolongkan kedalam membaca kritis serta membaca kreatif. Selain itu dalam prosesnya kegiatan membaca ini juga tidak lagi pasif melainkan sebagai proses yang aktif. Dengan demikian dalam tataran yang lebih tinggi membaca bukan hanya sekedar memahami lambing-lambang bahasa tulis belaka melainkan pula berusaha memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh si pengarang. Oleh karena itu Thorndike mengatakan bahwa proses membaca itu tak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang berpikir atau bernalar (reading as thinking or reading as reasoning). Dengan perkataan lain membaca merupakan proses yang menuntut pembaca melakukan pertukaran ide dengan penulis melalui teks. Atas dasar pijakan tersebut Ahmadslamet Harjasujana (1987:36) mengatakan bahwa membaca dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan komunikasiu interaktif yang memberi kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk membawa latar belakang, dan hasrat masing-masing. Sekali lagi pengertian atau definisi membaca itu banyak sekali ragamnya. Oleh karena yang penting bagi kita bukan menghafalkan aneka definisi-definisi tersebut. Yang lebih penting bagi kita ialah memahami alasan-alasan yang melatarbelakangi dari definisi-definisi mereka itu. Kemudian membaca bukanlah merupakan proses yang pasif melainkan aktif. Artinya seorang pembaca harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang dibacanya tidak boleh hanya menerimanya saja. Oleh karena itu seorang pakar bahasa mengibaratkan proses membaca itu bagaikan proses menangkap bola dalam sebuah permainan bola basket, dan bukannya proses menerimanya bingkisan lebaran misalnya.

Membaca I

Sebagaimana kita maklumi seorang pemain basket yang baik harus berusaha memperhatikan gerakan-gerakan bola yang lemparkan, baik oleh kawan maupun lawan main. Terkadang dia harus lompat kanan lompat kiri untuk dapat menangkap. Bola akan akan tertangkap dengan baik kemudian menggiring dan memasukannya ke dalam keranjang basket. Begitu pula halnya dengan kegiatan membaca. Pembaca harus berusaha menangkap pesan yang terdapat dalam bacaannya secar aktif, setelah itu memahami lebih lanjut isi yang terdapat di dalamnya, dan kalau perlu mengomentarinya. Jadi tidak begitu saja menerima seluruh pesan yang disampaikan seperti halnya saat menerima bingkisan lebaran tadi. Selanjutnya proses membaca juga tidak selamanya identik dengan proses mengingat. Membaca bukan harus hafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan. Yang lebih penting ialah menangkap pesan atau ide pokok bacaan dengan baik. a. Membaca sebagai suatu proses psikologis

Yang dimaksud dengan membaca sebagai proses psikologis yakni bahwasannya kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, serta oleh tingkat perkembangan dirinya, seperti intelegensi dan usia mental (mental age). b. Membaca sebagai proses sensoris

Membaca itu pada awalnya merupakan proses sensoris, yakni dimulai dari melihat (bagi mereka yang matanya normal) atau meraba (bagi mereka yang tuna netra). Stimulus masuk lewat indera penglihatan, mata. Pada tingkat awal anak-anak menunjukkan kemampuan yang secara umum sekali disebut membaca. Para saat permulaan itu anak mulai sadar bahwa tanda lambang-lambang tersebut itu dirangkai-rangkaikan maka akan tersusunlah suatu pembicaraan. Kapankah anak-anak telah memiliki kesiapan penglihatan untuk memulai membaca buku? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya anak mempunyai kesiapan penglihatan untuk membaca pada usia 5-6 tahun. Pada usia tersebut anak dianggap telah memiliki kompetensi koordinasi binakular, persepsi yang dalam pemfokusan pengaturan dan pengubahan perasaan secara bebas. Akan tetapi pada usia tersebut karena anak merupakan pribadi-pribadi dengan pola kepribadian yang berbeda dalam pertumbuhan dan perkemvanannya kita harus memiliki pengetahuanpengetahuan yang layak tentang hal-hal yang pantas diperhatikan. Kelemahan penglihatan yang umum diderita anak-anak ialah kekeliruan kesipian (refrective eror), yakni kondisi mata yang tidak dapat terpusat. Salah satu jenis keliru sipi itu adalah hipermetropia, atau pandangan jauh. Untuk mengetahui kelemahan tersebut sekolah harus menyediakan alat uji penglihatan. Hal lain untuk mengatasi hal ini ialah dengan jalan membawa para siswa secara teratur ke poliklinik terdapat untuk diperiksa kesehatan matanya. Guru yang baik tidak akan memberi tugas kepada anak-anak menderita penglihatan semacam ini untuk

Membaca I

membaca benda-benda yang terlalu dekat atau menyuruhnya membaca dalam waktu yang terlalu lama secara terus-menerus. Jenis sipi yang kedua ialah myopia atau pandangan dekat. Penderita myopia tidak sebanyak hipermetropia pada permulaan pengajaran membaca dan akibat yang ditimbulkannya pun tidaklah begitu parah. Sedangkan eror refraktif ketiga ialah astigmatisme. Penderita cacat penglihatan ini mempunyai jarak pandang yang tidak sama untuk kedua bola matanya. Boleh jadi salah satu bola matanya menderita miopi sedangkan bola mata satu laginya menderita hipermetropik. Meskipun penyakit-penyakit tersebut tidak pernah dimasukan ke dalam faktor yang ikut serta menimbulkan ketidak mampuan membaca, namun jelaslah peranannya sebagai faktor yang ikut serta menimbulkan gangguan dalam membaca serta ketidakbetahan, keteganan dan rendahnya minat untuk melakukan kegiatan membaca. Anak-anak yang merupakan pembaca pemula harus mampu mendengarkan kesamaan di antara bunyi-bunyi huruf yang terdapat dalam setiap kata, mendeteksi kata-kata yang mulai berakhir dengan bunyi yang sama, mendeteksi irama dan sejenisnya. Hal yang perlu diperhatikan oleh para guru ialah bahwa bila seorang anak kehilangan daya dengarnya namun masih mempunyai untuk belajar membaca, kemampuan mencari kompensasi, dan bahan pengajaran yang diselaraskan, dia tidak akan memenuhi kesulitan dalam penguasaan bahan bacaannya itu. Kalaupun ada kesulitan, hal tersebut tidak akan menjadi rintangan baginya. Sebaliknya seorang anak yang mempunyai cacat pendengaran yang tidak seberapa bisa saja akan menemui kegagalan dalam penguasaan bacaannya jika dia tidak memiliki motivasi yang tinggi, tidak memiliki tingkat kepercayaan diri, dan tidak mendapatkan pengajaran yang layak. c. Membaca sebagai proses perceptual

Proses perceptual dalam membaca mempunyai kaitan yang erat dengan proses sensoris. Oleh karena itu Anda harus waspada untuk tidak mempertukarkannya. Seperti halnya dalam proses sensoris, secara umum persepsi dimulai dari melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Namun demikian dalam proses membaca cukup hanya memperhatikan kedua hal yang pertama, yakni melihat dan mendengar. Vernon (!962) memberikan penjelasan bahwa proses perseptual dalam membaca itu terdiri atas empat bagian: 1) kesadaran akan rangsangan visual; 2) kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata; 3) klasifikasi lambing-lambang visual untuk kata-kata yang ada di dalam kelas yang umum; 4) identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.

Membaca I

Meskipun Vernon bermaksud memperuntukkan langkah-langkah tersebut dapat diterapkan pada persepsi auditoris. Pada umumnya orang sepakat bahwa persepsi itu mengandung stimulus asosiasi makna dan interpretasinya berdasarkan pengalaman tentang stimulus itu serta respon yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambing. Seperti yang pernah kita singgung, langkah pertama ialah stimulus seringkali disalah artikan sebagai keseluruhan persepsi. Kekeliruan semacam itu mudah dikenal dengan jalan mencamkan bahwa stimulus itu sendiri sesungguhnya tidak mempunyai makna. Kita tidak memperoleh makna dari lambing atau bunyi itu, tetapi kita membawa makna kepadanya. Sebagai contoh, kalau kita melihat sebuah titik hitampada selembar kertas makna titik hitam tersebut sesungguhnya tidak mempunyai makna apa-apa bagi kita. Akan tetapi jika titik hitam itu tampak di akhir deretan kata-kata yang membentuk kalimat maka ia baru mempunyai makna, yakni tanda berhenti. Jika titik hitam itu diletakkan pada sebuah peta, boleh jadi kita akan menginterpretasikannya sebagai letak sebuah kota, jika dalam konteks kode morsetitik hitam itu boleh jadi akan dimaknai sebagai huruf e atau mungkin merupakan tanda lambing vokal dalam bahasa orang Yahudi. Jadi jika kita tidak pernah dapat mengasosiasikan sebuah titik hitam itu dengan makna apapun maka titik hitam itu tidak akan pernah bermakna. Fungsi utama stimulus, sesuai dengan namanya ialah meminta. Bagian terpenting dari stimulus ialah kemampuannya mengisolasikan dan membedakan berbagai stimuli. Sebelum anak dapat merespons perbedaan antara huruf b dan d, maka ia harus terlebih dahulu mengetahui beda keduanya itu. Sebaliknya pengenalan terhadap b yang berbeda dengan d, atau bunyi /b/ yang berbeda dengan bunyi /d/ tidaklah memberikan makna apapun. Meskipun yang demikian itu merupakan persepsi, bagi anak hanyalah merupakan masukan permulaan yang mempermudah proses pengenalan dan identifikasi. Untuk mengembangkan kemampuan membacanya anak harus pula dapat memodifikasi dan menghubungkan pengalamannya dengan stimulus-stimulus yang ada dalam konteks dan lingkungan yang sedang dialaminya. Dengan kata lain pada setiap anak haruslah terjadi semacam mediasi atau pengalihan pengalaman. Persepsi itu sesungguhnya merentang di antara batas-batas daerah yang sangat luas, mulai dari daerah-daerah yang kongkret sangat nyata dan khusus hingga ke daerahdaerah yang abstrak atau tidak jelas batas-batasnya. Pada daerah itulah sebenarnya kita harus mengasah kemampuan anak-anak agar dapat menggeneralisasikan, menganalisis, menyintesis dan sebagainya. Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang banyak jumlahnya. Antara lain oleh kebudayaan, pengalaman, emosi, kematangan bahkan kepribadian anak yang bersakutan. Dengan demikian seyogyanyalah anak-anak sudah terlebih dahulu memiliki banyak pengalaman sebelum dirinya pertama kali mengenal huruf, kata dan kalimat dalam wacana. Semakin luas dan bervariasi pengalaman seorang anak akan semakin luas dan semakin terbuka kesempatan baginya untuk mengembangkan konsep-konsep dan

Membaca I

memperbaiki persepsinya. Misalnya melalui kegiatan karyawisata, permainan bersama, cerita, gambar dan seterusnya. Membaca Sebagai Proses Perkembangan Membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangannya itu mulai dan kapan akan berakhir. Meskipun membaca itu merupakan proses perkembangan gerakannya tidaklah berada dalam jarak-jarak yang beraturan dan tidak tentu waktunya. Seorang anak bisa berdiri pada usia tujuh bulan, berjalan pada usia delapan bulan dan lari pada usia sembilan bulan. Kemampuan yang demikian teratur jaraknya itu tidak dapat kita harapkan terjadi pada setiap anak. Demikian juga untuk perkembangan kemampuan membaca, guru harus mempunyai kejelian dalam memperhatikan kemajuan setiap anak didiknya. Kemajuan kemampuan membaca pada umumnya memang bergerak tarataur, namun keistimewaan-keistimewaan tertentu bisa terjadi pada setiap anak. Masalah yang dihadapi setiap anak ada yang bersifat problematik dan ada pula yang bersifat alami; anak yang tidak dapat membaca karena belum cukup matang akan meminta kesabaran guru untuk menanti dia sampai pada tingkat kematangannya. Kesiapan anak didik itu harus dikembangkan pada setiap taraf perkembangan kemampuannya. Dan setiap perkembangan baru itu sesungguhnya merupakan kelanjutan dari perkembangan sebelumnya. Oleh karena itu untuk menjamin adanya kesiapan anak pada tingkat perkembangan yang berikutnya guru harus betul-betul menyiapkan kesiapan anak tersebut pada taraf sebelumnya. Dalam upaya mencamkan membaca sebagai proses perkembangan ada dua hal yang harus mendapat perhatian guru. Pertama, guru harus selalu sadar bahwa membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan bukan sesuatu yang terjadi secara insidental. Tidak ada seorang anak yang dapat membaca dengan jalan melihat orang lain membaca misalnya. Membaca juga bukanlah merupakan proses instinktif; membaca merupakan proses yang dipelajari yang pemerolehannya akan sangat bergantung dari upaya yang dilakukan dan prosedur yang dijalani. Hal kedua yang patut diperhitungkan oleh para guru ialah keyakinan bahwa membaca bukanlah suatu objek melainkan suatu proses. Guru tidak boleh memiliki pandangan mata pelajaran yang dikelolanya itu sebagai sebuah tujuan akhir, melainkan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu mata pelajarannya harus menarik dan layak. Dengan demikian membaca harus dipandang sebagai suatu alat dan bukan sebagai suatu tugas. Anak yang dapat menguasai berbagai tingkatan proses membaca akan merasakan membaca sebagai sumber pertolongan terpenting dalam menghadapi segala persoalan dalam kehidupan kesehariannya.

Membaca I

Membaca Sebagai Proses Perkembangan Keterampilan Berbahasa Membaca merupakan salah satu dari empat komponen keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara dan menulis (Tarigan, 1980). Sebagai suatu keterampilan sebagaimana keterampilan-keterampilan lainnya, keterampilan membaca hanya akan dapat dicapai dengan baik jika disertai dengan upaya latihan yang sungguh-sungguh. Bentuk-bentuk latihan dapat dilakukan per aspek atau per komponen keterampilan tertentu atau dapat pula secara sekaligus langsung mempraktikannya. Sifat proses perkembangan keterampilan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Keterampilan tersebut bersifat objektif Salah satu hal yang mula-mula kita sadari meneliti proses perkembangan keterampilan membaa itu ialah bahwa perkembangan keterampilan membaca itu bersifat objektif. Hal tersebut dipandang objektif karena dalam perkembangannya tidak tergantung pada materi, metode, ataupun tingkatan-tingkatan akademis. 2. Keterampilan itu mempunyai sifat berlanjut

Meskipun keterampilan itu terikat pada tingkatan kelas anak, namun kaitannya tetap tampak. Ini tidak berarti bahwa Anda harus mengajarkan konsonan awal sebelum mengajarkan konsonan akhir, tanda titik sebelum tanda tanya, atau membaca fakta sebelum membaca untuk mencari ide tama. Anak akan mampu mencari materi sumber secara mandiri setelah mereka menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat. 3. Keterampilan itu dapat digeneralisasikan

Di samping objektif dan bertahap, keterampilan itu bersifat tergeneralisasikan. Keterampilan dasar dalam membaca dapat digeneralisasikan sehingga anak yang telah dapat menguasai keterampilan tersebut dituntut untuk dapat menerapkannya kapan saja dan di mana saja jika situasi dan kondisi menghendaki penggeneralisasian itu. Jika anak telah dapat menguasai cara memahami kata secara mandiri, maka baginya tidak akan merupakan masalah dalam memahami kata tersebut di mana pun kata tersebut diposisikan dalam sebuah tataran kalimat, baik dalam konteks ilmu matematika, fisika, kimia biologi, dan seterusnya. Latihan Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini kerjakan secara berpasangan latihan berikut ini! 1. Buktikan bahwa membaca memegang peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat manusia abad ini! 2. Hal apakah yang harus ada dari definisi membaca itu seperti yang dinyatakan oleh William?

Membaca I

Petunjuk Jawaban Latihan Jika Anda telah selesai, periksalah latihan Anda dengan memperhatikan ramburambu berikut ini! 1. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan

bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatanya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang ada pada manusia, yakni daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar manusia hanya dan hanya akan berkembang secar maksimal jika ia diasah melalui pendidikan. Dengan demikian dalam perekonomian pada era pasca industri mendatang, dimana sumber daya manusia (human resource) merupakan tiang penyangga utamanya, kemahiran baca-tulis yang layak merupakan prasyarat mutlak bagi siapa saja dan bangsa mana saja, yang memimpikan kemajuan dan keberjayaan. Tanpa adanya kemahiran tersebut, betapa kaya rayanya sumber daya alam (nature resources) yang dimiliki oleh suatu bangsa misalnya hal itu akan sulit mengangkat derajat bangsa tersebut bangsa tersebut ke pentas percanturan dunia serta dapat diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. 2. Yakni pemahaman (understanding). Kegiatan membaca yang tidak disetai

dengan pemahaman bukanlah kegiatan membaca. Rangkuman Bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau yang lazim disebut era sumber daya manusia, atau era sibermatika seperti sekerang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim disebut literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon alias prasyarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar mausia hanya dan hanya akan berkembang secara maksimal jikaia diasah melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan berliterasi atau kegiatan bata-tulis. Dengan demikian kedudukan kemahiran

Membaca I

berliterasi pada abad informasi seperti sekarang ini sesungguhnya merupakan modal utama bagi siapa saja yang berkehendak meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan penghidupannya. Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi juga merupakan hal yang sangat fundamental. Sebab selain semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegaitan membaca dan menulis juga hanya dengan melalui kegaitan literasi membaca dan menulislah kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Dengan demikian dunia pendidikan dan persekolahan memiliki tugas untuk mengupayakan kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini kepada para siswanya. Meskipun demikian mengupayakan keterampilan membaca memang bukanlah persoalan yang sederhana. Hal ini karena membaca merupakan proses yang sangat kompleks. Selain itu merupakan proses sensoris membaca juga merupakan proses psikologis, proses perkembangan, proses keterampilan berbahasa. Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar tentang membaca. Meskipun demikian hal yang harus ada dalam kegiatan membaca yakni unsur pemahaman (understanding). Sebab kegiatan membaca yang tidak disertai dengan pemahaman bukanlah kegiatan membaca. Tes Formatif Petunjuk : Untuk soal-soal no. 1-3 pilihlah satu jawaban yang paling tepat A, B, C, atau D)! 1) Salah satu faktor yang sangat penting yang akan mengantarkan keberhasilan umat manusia dalam bidang ekonomi pada abad informasi dan teknologi canggih seperti sekarang ini ialah kepemilikan sumber daya .. A. B. C. D. alam ekonomi manusia politik

2) Pada tataran yang lebih rendah membaca didefinisikan sebagai proses kegiatan mencocokkan lambing-lambang bunyi bahasa. Pendapat ini dikemukakan oleh.. A. B. C. D. Anderson Goodman Finnochiaro Bonnomo

Membaca I

3) Dibawah ini merupakan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan membaca, kecuali... A. B. C. D. motivasi persepsi konsisi sosial ekonomi kondisi penglihatan

Petunjuk: Untuk soal no. 4-6, pilihlah: A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan sebab akibat. B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak

menunjukkan hubungan sebab akibat. C. D. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah alasan benar. Jika pernyataan dan alasan salah.

4) Dalam dunia pendidikan kemahiran membaca merupakan hal yang sangat penting Sebab Semua proses belajar hampir dapat dikatakan tidak mungkin dilepaskan dari kegiatan membaca. 5) Disamping objektif dan bertahap, keterampilan membaca itu bersifat

tergeneralisasikan. Sebab Keterampilan dasar dalam membaca dapat digeneralisasikan sehingga anak yang telah dapat menguasai keterampilan tersebut dituntut untuk dapat menerapkannya kapan saja dan di mana saja jika situasi dan kondisi menghendaki penggeneralisasian itu. 6) Pada awalnya membaca itu merupakan proses sensoris Sebab Proses sensoris ialah proses memberi makna terhadap kata-kata yang dibaca. Petunjuk: Untuk soal no. 7-10 pilihlah: A. Jika (1) dan (2) benar. B. C. D. Jika (1) dan (3) benar. Jika (2) dan (3) benar. Jika (1), (2), dan (3) benar.

Membaca I

7) Membaca merupakan proses interaksi .. (1) (2) (3) antara penulis dan pembaca bersifat tidak langsung aktif dan rekreatif

8) Kesiapan membaca itu dimulai dari .. (1) (2) (3) melihat bagi yang normal mendengar bagi yang tuli meraba bagi yang buta

9) Sebagai guru kita harus yakin bahwa .. (1) (2) (3) keterampilan membaca itu harus diajarkan kepada para siswa keterampilan membaca bukanlah bawaan alami keterampilan membaca tidak terjadi dengan sendirinya

10) Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang banyak jumlahnya. Antara lain .. (1) (2) (3) kebudayaan dan pengalaman emosi dan kematangan kepribadian atau watak

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat pada bagian akhir modul ini! Hitung jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari! Rumus: Tingkat penguasaan = Arti tingkat 90% - 100% 80% - 89% 70% - 79% < 70%
Jumlah jawaban Anda yang benar 100 10

penguasaan yang Anda capai = Amat baik = baik = cukup = kurang

Jika Anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih. Anda dapat melanjutkan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Tetapi jika tingkat penguasaan Anda kurang

Membaca I

dari 80% Anda harus kembali mempelajari materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Membaca I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA


Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang?

Sebelum kita membahas lebih jauh persoalan tersebut sejenak mari kita tinjau terlebih dahulu ihwal landasan teoritis mengenai belajar membaca ini.

Landasan teoritis mengenai belajar membaca sebenarnya tidak berbeda dengan landasan teoritis mengenai belajar bahasa. Sebagaimana kita ketahui dalam belajar bahasa terdapat tiga acuan pendekatan yang biasa digunakan sebagai landasan-pijak bagi proses dan pendekatan prosedural. Gagasan behavioristik tentang belajar bahasa terutama didasarkan pada teori belajar yang menitikberatkan peran lingkungan, baik verbal maupun non-verbal dalam pemerolehan hasil belajar. Artinya proses penguasaan dan kemampuan berbahasa itu, khususnya bahasa pertama, dikendalikan dari luar si pembelajar dan diperoleh sebagai akibat adanya berbagai rangsangan yang disodorkan kepada sang pembelajar dan diperoleh sebagai akibat adanya berbagai rangsangan yang disodorkan kepada sang pembelajar melalui lingkungannya. Dalam pandangan behavioristik anak dianggap sebagai penerima pasif dari lingkungannya. Oleh karena itu mereka beranggapan bahwa proses perkembangan bahasa sangat ditentukan oleh lamanya latihan yang dilakukan oleh lingkungannya, khususnya apa yang dikenal dengan stimulus-respons.

Gagasan mentalistik atau nativisik menekankan pada aspek kapasitas bawaan (innate). Para pengusung aliran ini tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar si pembelajar. Sebaliknya mereka beranggapan bahwa selama belajar bahasa pertama sedikit-demi sedikit seorang pembelajar akan membuka kemampuan lingualnya yang secara generic telah diprogramkan pada dirinya. Oleh

Membaca I

karena itu para pengikuti aliran ini lebih condong pada anggapan bahwa bahasa merupakan pemberian secara biologis. Pemerolehan bahsa menurut mereka terlalu kompleks dan mustahil dipelajari dalam waktu yang singkat melalui peniruan. Jadi beberapa aspek penting yang menyangkut sistem bahasa pasti sudah ada pada manusia secara ilmiah. Sedangkan pendekatan prosedural mencoba menjembatani kedua kubu ekstrim tersebut dengan memadukan interaksi antara faktor-faktor internal dengan faktor-faktor eksternal dalam belajar bahasa. Artinya proses penguasaan dan kemampuan berbahasa seseorang itu selain ditentukan oleh faktorfaktor yang bawaan juga sangat ditentukan oleh sejauh mana mereka mendapat latihan-latihan, khususnya lewat kegiatan pembelajaran.

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar membaca ini, kubu-kubu ekstrim sebagaimana disebutkan di atas nampak juga dari hasil-hasil riset para pakar membaca. Yap (1978) misalnya melaporkan bahwa kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya. Tegasnya, kemampuan berbahasa seseorang itu sangat ditentukan oleh pengaruh sejauh mana (lamanya) seseorang melakukan aktivitas membaca. Ibarat seorang penerbang, semakin tinggi jam terbang yang dimilikinya maka akan semakin piawai kemampuan terbangnya, begitu pula sebaliknya. Untuk menguatkan pendapatnya itu Yap melaporkan hasil penelitiannya ihwal perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

membaca tersebut sebagai berikut: 65% ditentukan oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ, dan 10% oleh faktor-faktor lain berupa lingkungan sosial, emosional, lingkungann fisik dan sejenisnya. Dengan demikian, menurut Yap jika kita berniat untuk meningkatkan kualitas kemampuan membaca seseorang maka perbanyaklah melakukan aktivitas membaca. Dengan demikian Yap termasuk seorang pakar membaca yang beraliran behavioristik, yakni yang meyakini bahwa pemerolehan kemampuan membaca seseorang itu sebagian besar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal fari lingkungan.

Berbeda dengan Yap, Burmenister mengatakan bahwa kemampuan membaca seseorang itu ditentukan oleh faktor intelegensinya (IQ). Hasil riset yang dilakukan

Membaca I

oleh Anderson dan Freeboddy (1981) secara implicit dapat dikatakan menyokong pendapat Burmeister tersebut. Mereka mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara IQ yang dimiliki oleh seseorang dengan kemampuannya memahami membaca. Smith dan Mc Ginnis (1982) juga mengatakan bahwa orang yang memiliki intelegensi rata-rataa atau intelegensinya yang lebih baik cenderung dapat menjadi pembaca-pembaca yang baik. Meskipun demikian mereka tetap mengingatkan bahwa intelegensi bukanlah segalanya. Ia hanyalah merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi belajar membaca. Harris (1970) juga berpendapat bahwa faktor yang terpenting dalam masalah kesiapan membaca ialah kepemilikan intelegensi umum. Karena faktor tersebut merupakan angka rata-rata lain sangat jelas. Witty dan Kopel pun mempunyai pendapat serupa. Mereka berkesimpulan bahwa seseorang yang memiliki skor IQ di bawah 25, biasanya tidak pernah mecapai kematangan mental yang layak untuk belajar membaca; yang skor IQ-nya di bawah 50 akan mengalami kesulitan dalam memahami materi bacaan yang abstrak dan materi-materi lainnya yang sukar; dan mereka yang skor IQ-nya merentang di antara 50 hingga 70 akhirnya akan mampu membaca juga, akan tetapi kemampuannya itu tidak akan melebihi kemampuan peringkat keempat. Jika ditinjau dari teori belajar di atas, para pakar tersebut termasuk mereka yang beraliran mentalistik karena mereka beranggapan bahwa kemampuan membaca itu sangat dipengaruhii oleh unsur-unsur yang bersifat bawaan, yakni unsur intelensi tersebut. Sedangkan Ebel (1972:35) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacaannya tergantung pada faktor-faktor berikut: (1) siswa yang bersangkutan,(2) keluarganya,(3) kebudayaannya, dan (4) situasi sekolah. Begitu pula Omagio (1984) berpendapat bahwa pemahaman bacaan bergantung pada gabungan pengetahuan bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman membaca. Ahli lain seperti Alexander (1983-146) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pemahaman bacaan meliputi program pengajaran membaca, kepribadian siswa, motivasi, kebiasaan dan lingkungan sosial ekonomi mereka.

Membaca I

Ihwal kaitan status sosial ekonomi dengan kemampuan serta minat membaca seorang anak ini Benson (1969) menyatakan bahwa kemampuan serta minat membaca anak-anak yang berasal dari masyarakat kelas sosial ekonomi rendah dapat mencapai 80%. Hal yang sama juga dikatakan oleh Coleman (1940), serta Gough. Mereka berkesimpulan anak-anak yang berasal dari status sosial ekonomi rendah umumnya kemampuan membacanya juga rendah.

Burron Claybaugh (1977:25-35) mengatakan bahwa pada tahap-tahap awal tingkat pencapaian kemampuan dan minat membaca seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka namakan kesiapan membaca (reading readness). Mereka mengajukan enam hal yang dipandang penting dalam mempertimbangkan reading readness ini, yakni: (a) Kepemilikan fasilitas bahasa lisan (oral language facility); (b) Latar belakang pengalaman (backround experience); (c) Diskriminasi auditori dan visual (auditory & visual discrimination); (d) Intelegensi (intelligence); (e) Sikap dan minta (attitude and interest); (f) Kematangan emosi dan sosial (emotional and sosial maturity). Wolfguy Michel dan Sterhagel (dalam Zielparache (1979) mencoba menggambarkan faktor-faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan proses komunikasi membaca ini sebagai berikut: TEKS Konstruksi Struktur bahasa Isi teks Cirri-ciri teks Cara penyusunan Aktualitas Hubungan konteks PEMBACA Kondisi Kelompok masyarakat Kepribadian Lingkungan (umum,

khusus, Sosial, actual Tujuan Motivasi

Membaca I

INTERAKSI

HASIL

Keduanya mengatakan bahwa hasil dari kegiatan membaca tersebut akan sangat tegantung pada sejauh mana teks dan kondisi pembaca saling mempengaruhi, saling membantu. Dari penjelasan tersebut tampak jelas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan serta membaca seseorang itu pada hakikatnya tidaklah tunggal. Mengapa demikian karena sebagaimana yang telah kita bahas pada kegiatan belajar 2 pada dasarnya proses membaca sendiri sesungguhnya tidaklah tunggal.

Kemudian dari sekian banyak pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan serta minat membaca, agaknya pendapat Pearson-lah yang dapat dianggapsebagai cermin dari kesimpulan. Menurutnya faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan serta minat membaca dapat diklasifikasikan ke dalam dua katori, yakni faktor-faktor yang bersifat intrisik (yang berasal dari dalam pembaca) dan faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik (berasal dari luar pembaca). Faktor-faktor instrinsik antara lain meliputi kepemilikan faktor-faktor ekstrinsik dibagi menjadi dua katagori, yakni pertama, unsur-unsur yang berasal dari faktorfaktor ekstrinsik dibagi menjadi dua kategori, yakni pertama, unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan, dan kedua, unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Katagori pertama berkenaan dengan keterbacaan (readability) dan organisasi teks atau wacana. Sedangkan katagori kedua berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain (Pearson, 1978 dalam Hafni, 1981: 2-3). Selanjutnya Hafni juga mencoba merumuskan beberapa penyebab kesulitan memahami bacaan ke dalam beberapa alasan. Rumus-rumus yang digunakannya didasarkan pada pendapat Swan (1979) yang berpandangan bahwa beberapa penyebab kesukaran memahami isi bacaan berakar pada kebiasaan baca yang salah. Kebiasaan-kebiasaan dimaksudkan meliputi: (1) Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal memberi makna pada teks;

Membaca I

(2) Kurang memberi perhatian kepada detail, sehingga meskipun maksud umum bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami butir-butir tertentu; dengan demikian unsur-unsur kecil dalam bacaan, seperti, kata hubung, kata ingkar, kata modal luput dari perhatian pembaca; (3) Terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah mengetahui topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan atau mempunyai pendapat yang kuat tentang topik tersebut; dengan demikian pembaca akan menafsirkan makna teks dari sudut pengetahuan dan pengalamannya sendiri; (4) Kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks mempunyai kompleksitas yang tinggi; keruwetan sintaksis dapat menyebabkan kesulitan pada pembacanya; (5) Gaya penulisan yang bertipe mengulang-mengulang gagasan dengan ungkapanungkapan dan kata-kata yang khusus juga dapat menimbulkan kesulitan pada pembacanya; (6) Gaya pengungkapan pokok pikiran penting secara tidak langsung yang mengharuskan pembaca mengambil inferensi atas informasi-informasi yang tidak tersurat dalam bacaan, juga dapat menimbulkan kesulitan pada bacaannya; (7) Penggunaan kata yang tidak akrab dengan pembacaanya juga merupakan kendala bagi pemahaman bacaan. Selain hal-hal di atas dalam konteks Indonesia beberapa faktor lain yang juga merupakan faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca bangsa kita antara lain, pertama, tradisi kelisanan (orality) masih menjadi semacam penyumbat dalam kantong memori linguistik masyakat kita. Seperti kita tahu, secara histories-kultural masyarakat kita mengantongi warisan budaya lisan atau budaya tutur yang memfosil. Hampir berabad-abad lamanya perilaku komunikasi masyarakat kita lebih banyak berlangsung dalam tataran yang serba melisan (omong-dengar) ketimbang tradisi litersi (baca-tulis). Tradisi literasi sendiri konon baru dikenal secara terbatas oleh bangsa kita sekitar paruh abad VIII, sebagai akibat persentuhan dengan agama serta kebudayaan Hindu, Budha kemudian Islam. Itu pun hanya hanya hadir pada sekelompokk kecil masyarakat elit priyayi sebagai akibat didirikannya lembaga persekolahan oleh kolonial Belanda sebagai pengejawantahan dari politic etic. Dan

Membaca I

baru setelah kita merdeka dan mendirikan sekolah-sekolah kegiatan membaca dan menulis tersebut mulai menyentuh secara lebih luas kepada masyarakat umum. Jadi perkenaan masyarakat kita kegiatan membaca dan menulis memang masih relatif baru. Padahal untuk mengubah tradisi lisan menuju budaya literasi membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagai bahan perbandingan, masyarakat Eropa memerlukan waktu tidak kurang dua abad untuk menjadikan kegiatan literasi sebagai bagian tradisi hidup masyarakatnya, yakni dimulai dari zaman renesans yang kemudian dilanjutkan dengan zaman industrialisasi. Begitu pula dengan proses terbentuknya tradisi literasi pada bangsa Jepang, konon membutuhkan waktu satu abad lamanya, yakni dimulai dari perancangan Restorasi Meiji. Kedua, akibat sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau tradisi membaca pada para peserta didik. Sebagaimana kita tahu, proses pembejalaran yang dibangun dalam dunia persekolahan kita pada umumnya lebih banyak berbasis dalam tataran lisan (guru terlalu banyak menjadi pembicara dan murid terlalu banyak menjadi pendengar) tinibang dalam tataran keberaksaraan (guru dan murid bersama menjadi seorang pembaca dan penulis). Bahkan berbagai pendekatan yang dipahami serta diperlakukan dalam perspektif kelisanan. Para guru pada umumnya jarang mejadikan kegiatan membaca sebagai kerangka pijak (frame of reference)

pembelajaran yang ia lakukan kepada para siswanya. Oleh karena itu secara anekdot dikatakan bahwa untuk dapat sukses belajar di sekolah seorang siswa tidak dituntut harus terampil atau banyak membaca buku, apalagi memilikinya. Cukuplah menjadi pendengar yang baik-baik saja, sebab bukanlah transer ilmu yang dilakukan oleh para guru tidak mengacu serta bersumber dari sejumlah buku melainkan dari omongan sang guru yang disampaikan secara lisan? Dengan kondisi semacam itu, sebagaimana dikemukakakn oleh Prof. Ahmad Slamet Harjasuajana, tidak heran manusia-manusia yang dihasilkan oleh persekolahan kita masih merupakan masyarakat yang aliterat, yakni manusia-manusia yang bias membaca tetapi mereka memilih untuk tidak membaca, karena memang kegiatan membaca hanya sekedar kegiatan yang tidak terlalu mendapat penekanan utama dalam dunia pendidikan kita.

Membaca I

Jika dihungkan dengan pembicaraan ihwal tiga aliran teori belajar bahasa sebagaimana kita bicarakan pada awal pembahasan di atas, maka dapat kita katakana bahwa pandangan-pandangan terakhir ini dapat kita masukkan sebagai para pakar yang beraliran prosedural, yakni yang beranggapan bahwa kemampuan membaca seseorang itu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat intrinsic atau yang berasal dari dalam diri si pembaca juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik atau luaran. Sebagai seorang guru sebaiknya kita berpihak pada pendapat yang ketiga di atas. Sebab dengan demikian kita dapat mendudukan posisi anak secara proposional. Betul bahwa anak memiliki kapasitas atau potensi bahwaan, seperti IQ, yang sangat besar pengaruhnya terhadap sukses tidaknya mereka memiliki aneka kemahiran, termasuk dalam hal ini kemahiran membaca. Namun potensi bahwaan tersebut akan sulit berkembang dengan baik jika tidak mendapatkan penempatan lewat proses pembelajaran yang baik dan maksimal. Begitu pula sebaliknya, walaupun sang anak telah mendapatkan tempaan proses pembelajaran yang baik dan maksimal akan tetapi jika modal dasarnya kurang, misalnya IQ-nya rendah sekali maka akan susah juga mendapatkan hasil yang maksimal.

Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini kerjakan secaraperpasangan latihan berikut! 1. Jelaskan secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang! 2. Mengapa kita sebagai guru sebaiknya berpihak kepada kaum prosedural dalam melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang itu?

Petunjuk jawaban latihan


Jika anda telah selesai, periksalah latihan Anda dengan memperhatikan ramburambu berikut ini! 1. Yakni faktor-fakro yang bersifat intrinsic (yang berasal dari dalam pembaca) dan faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik (berasall dari luar pembaca). Faktor-faktor

Membaca I

intrinsic antara lain meliputi kepemilikan kompetensi bahasa, motivasi, dan kemmapuan membacanya. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik di bagi menjadi dua katagori, yakni unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan (keterbacaan dan organisasi teks) dan kedua, unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca (fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain). 2. Sebagai seorang guru sebaiknya berpihak pada pendapat kaum prosedural yang berpandangan bahwa kemampuan membaca seseorang itu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat instrinsik juga oleh faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik karena dengan demikian kita dapat mendudukkan posisi anak secara proporsional. Betul bahwa anak memiliki kapasitas atau potensi bawaan, seperti IQ, yang sangat besar pengaruhnya terhadap sukses tidaknya mereka memiliki aneka kemahiran, termasuk dalam hal ini kemahiran membaca. Namun potensi bawaan tersebut akan sulit berkembang dengan baik jika tidak mendapatkan penempaan lewat proses pembelajaran yang baik dan maksimal. Begitu pula sebaliknya walaupun sang anak telah mendapat tempaan proses pembelajaran yang baik dan maksimal namun jika modal dasar mereka kurang begitu memadai, misalnya IQ-nya rendah sekali, maka mereka akan sulit juga untuk ditingkatkan secara maksimal kemampuan

membacanya itu.

Rangkuman
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan serta minat membaca seseorang. Namun secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni faktor-faktor yang bersifat intrinsic (yang berasal dalam pembaca). Faktor-faktor intrinsic antara lain meliputi kepemilikan kompentensi bahasa, minat, motivasi, dan kemampuan membacanya. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik dibagi menjadi dua kategori, yakni unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan (keterbacaan dan organisasi teks), dan kedua, unsur-unsur yang berasal dari lingkungan (fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain). Sebagai seorang guru sebaiknya berpihak pada pendapat kaum prosedural yang berpandangan bahwa kemampuan membaca seseorang itu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat instrinsik juga oleh faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik.

Membaca I

Selanjutnya beberapa penyebab kesulitan memahami bacaan antara lain berakar pada kebiasaan baca yang salah. Kebiasan-kebiasaan dimaksud meliputi (1) terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal memberi makna pada teks (2) kurang memberi perhatian kepada detail, sehingga meskipun maksud umum bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami butir-butir tertentu, (3) terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah mengetahui topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan atau mempunyai pendapat yang kuat tentang topik tersebut, (4) kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi, (5) gaya penulisan yang bertipe mengulang-ulang gagasan dengan ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang khusus (6) gaya pengungkapan pokok pikiran yang tidak langsung sehingga mengharuskan pembaca mengambil inferensi atas informasi-informasi yang tidak tersurat dalam bacaan, (7) penggunaan kosakata yang tidak akrab dengan pembaca. Beberapa faktor yang lain juga merupakan faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca bangsa kita antara lain, pertama, tradisi kelisanan (orality) masih menjadi semacam penyumbatan dalam kantong memori linguistik masyarakat kita, kedua, akibat sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau tradisi membaca pada para pererta didik.

Petunjuk: Untuk soal-soal no. 1-3 pilihlah satu jawaban yang paling tepat A, B, C atau D) 1) Kaum behavioristik beranggapan bahwa kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh faktor. A. B. C. Instrinsik Ekstrinsik Ekstrinsik dan instrinsik

Membaca I

D.

Semuanya benar

2) Faktor ekstrinsik di yakini sebagai faktor dominan dalam mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Anggapan semacam itu diyakini oleh kaum. A. B. C. D. Behavioral Mentalistik Prosedural Semuanya benar

3) Manakah di bawah ini yang tidak termasuk ke dalam komponen kesiapan membaca (reading readnness)? A. B. C. D. Kepemilikan fasilitas bahasa lisan. Sikap dan mental Intelegensi. Kondisi sosial ekonomi.

Petunjuk: untuk soal no. 4-6, pilihlah: A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan

sebab akibat B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak

menunjukkan hubungan sebab akibat. C. D. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah alasan benar. Jika pernyataan dan alasan salah

4) Yap mengatakan bahwa kemampuan membaca seseorang itu diibaratkan seperti kemampuan seorang penerbang: semakin banyak terbang maka akan semakin piawailah kemampuan terbangnya. Sebab Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemampuan hampir 65% kemampuan membaca seseorang ditentukan oleh kuantitas membacanya 5) Burmeinster serta beberapa pakar lainnya mengatakan bahwa kemampuan membaca seseorang itu di tentukan oleh faktor intelegensinya (IQ) Sebab

Membaca I

Menurut Harris IQ yang dimiliki seseorang memang sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kemampuan membaca seseorang, namun IQ bukanlah segalanya. Ia hanyalah merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar membaca. 6) Status sosial ekonomi seseorang ternyata berkorelasi dengan kemampuan serta minat membaca seseorang. Sebab Benson (1969) menyatakan bahwa kemampuan serta minat membaca anak-anak yang berasal dari masyarakat kelas sosial ekonomi rendah dapat mencapai 80%.

Petunjuk: untuku soal no. 7-10 pilihlah: A. B. C. D. Jika (1) dan (2) benar. Jika (1) dan (3) benar. Jika (2) dan (3) benar. Jika (1),(2), dan (3) benar.

7) Dalam konteks masyarakat Indonesia beberapa faktor lain yang juga merupakan penyebab rendahnya kemampuan membaca bangsa kita antara lain yaitu: (1) Tradisi kelisanan (orality) masih menjadi semacam penyumbat dalam

kantong memori linguistik masyakat kita. (2) Sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi

hadirnya tradisi keberaksaraan (lliteracy). (3) Guru tidak mentradisikan membaca kepada para peserta didik.

8) Beberapa faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kemampuan membaca ialah (1) (2) (3) Motivasi, IQ, hobi Keterbacaan dan organisasi teks Fasilitas, guru, model pengajaran

9) Beberapa penyebab kesulitan memahami bacaan antara lain berakar pada kebiasaan baca yang salah. Kebiasaan-kebiasaan dimaksud meliputi: (1) Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal

memberi makna pada teks.

Membaca I

(2)

Kurang memberi perhatian kepada detai, sehingga meskipun maksud umum

bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami butir-butir tertentu. (3) Terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah mengetahui

topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan atau mempunyai pendapat yang kuat tentang topik tersebut. 10) Guru sebaiknya berpihak kepada kaum prosedural sebab dengan demikian mereka akan dapat: (1) Bersikap arif dan bijaksana dalam melihat keberbagian kemampuannya yang

dimiliki oleh para siswa. (2) (3) Melakkukan penilaian yang objektif kepada para siswa. Mendudukan posisi anak secara proporsional.

Cocokan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat pada bagian akhir modul ini! Hitung jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari!

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar 100 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Tingkat penguasaan =

90% - 100% = Amat baik 80% - 89% = Baik 70% - 79% = Cukup < 70% = Kurang Jika anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, berarti Anda dapat melanjutkan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Tetapi jika tingkat penguasaan Anda kurang dari 80% Anda harus kembali mempelajari materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Membaca I

Upaya meningkatkan Minat Baca

jika kita ditanya, hal apakah yang dapat mendorong atau menggerakan hati seseorang melakukan suatu perbuatan dengan penuh senang hati seseorang melakukan suatu perbuatan dengan penuh senang hati dan sukarela?. Salah satu jawabannya ialah karena factor minat. Ya, orang yang di dalam dirinya telah memiliki minat yang tinggi terhadap sesuatu hal, maka dirinya umumnya akan dengan senang dan sukarela mengerjakan hal yang di minatinya tersebut,walaupun untuk itu dirinya harus melakukan sebuah

pengorbanan, baik secara materi ataupun non- materi. Contoh mengenai hal ini dengan mudah dapat kita saksikan dalam kehidupan seharihari. Misalnya orang yang berminat terhadap permainan golf. Kendati misalnya mereka harus mengeluarkan biaya yang tisak sedikit untuk mereka dapat mengikuti olahraga tersebut serta harus rela berjemur di tengah terik matahari untuk memainkannya mereka akan menghadapinya dengan segala kesungguhan dan penuh kesenangan. Begitu pula halnya dalam konteks membaca ini. Orang yang telah memiliki minat yang baik, bukan hanya dengan senang dan sukarela melakukannya tetapi juga mereka dengan penuh kerelaan melakukan pengorbanan untuk dapat melakukannya. Jadi sekali lagi peranan minat dalam membaca menduduki posisi yang sangat sentral dan penting,karena ia merupakan salah satu fakror alasan pendorong yang sangat kuat pada diri seseorang untuk berbuat dan meningkatkan keberhasilan aktivitas membaca. Atau dengan perkataan lain peranan minat dalam membaca menduduki tempat yang sangat penting, karena ia merupakan sumber pemicu utama seseorang dalam melakukan aktivitas membaca. Oleh karena itu para guru di sekolah serta

Membaca I

para orang tua di rumah seyogyanya lebih memahami benar seputar persoalan minat baca ini, khususnya terhadap aneka upaya untuk menumbuhkannya. Persoalannya sekarang indicator-indikator apakah yang dapat kita jadikan parameter untuk mengetahui apakah seseoarang telah memiliki minat baca yang tinggi atau masih rendah? Salah seorang pakar mencoba menawarkan beberapa indikatornya, yaitu: . Frekuensi dan kuantitas Membaca Maksudnya bagaimana frekuensi (keseringan) dan waktu yang digunakan oleh seseorang untuk membaca. Orang yang telah memiliki minat baca yang tinggi umumnya frekuensi membacanya pun sangat tinggi dan waktu yang di

pergunakannya pun akan sangat tinggi pula. Dengan perkataan lain, seseorang yang mempunyai minat membaca akan banyak melakukan kegiatan membaca, begitu pula sebaliknya. Berapa lamakah sebaiknya seseorang pembaca melakukan aktivitas membaca dalm setiap harinya? Jawabannya akan sangat bergantung pada tuntutan kebutuhan orang tersebut (profesi yang mereka sandang) serta kecepatan membaca yang dimilikinya. Sebagai gambaran kaum ibu di Amerika sana pada setiap minggunya mereka sedikitnya dituntut melahap 400.000 kata,yang berasal dari sumber-sumber bacaan sepertisurat kabar, majalah wanita dan berbagai novel baru. Kalau kecepatan efektif membaca mereka hanya sekitar 250 kata per menit maka setiap harinya ratarata waktu yang harus mereka luangkan untuk membaca berkisar antara2-3 jam pada setiap harinya. Bagaimana dengan kelompok mahasiswa seperti halnya Anda? Menurut penelitian kalau Anda ingin selalu luls ujian dengan hasil yang memuaskan,sementara KEM yang Anda miliki hanya berkisar hanya 250 kata/ 8jam/hari karena volumebacaan yang harus Anda lahap pada setiap minggunya harus mencapai 850.000 kata/minggu.Kondisi yang terjadi saat ini menurut penelitian Syahbadyni (Kompas, 5 April1990) umumnya waktu yang digunakan oleh sebagian besar mahasiswa kita untuk membaca rata-rata kurang dari dua jam pada setiap harinya. 2. Kuantitas sumber bacaan

Membaca I

Orang yang mempunyai minat baca yang baik umumnya akan berusaha melahap aneka bacaan atau bacaannya akan sama variatif. Merka bukan hanya akan membaca jenis-jenis bacaan yang memiliki hubungan langsung dengan pekerjaan atau profesi dirinya saja, tetapi juga akan membaca jeniss-jenis bacaan lain. Sejauh mana aktivitas membaca yang dilakukan oleh bangsa kita dan jenis bacaan apasaja yang umumnya mereka konsumsi? Menurut penelitian Edward Kimman (1984) aktivitas membaca masyarakat Indonesia beserta jenis bacaan yang mereka lahap secara garis besar dapat dipilih dalam empat kategori. Pertama, kelompok orang yang hanya sekali-kali saja melakukan aktivitas membaca. Artinya kelompok orang tersebut hanya akan melakukan aktivitas membaca kalau ada tuntutan harus membaca, seperti kala menerima surat misalnya. Karena frekuensinya tidak pasti maka menurut Kimman jenis bacaan yang mereka baca pun menjadi sulit diidentisifikasi. Jumlah masyarakat kita yang termasuk kelompok ini diperkirakan meliputi sepertiga dari komunitas bangsa Indonesia. Kedua, kelompok orang yang melakukan aktivitas membaca hanya sekedar mencari hiburan atau kesenangan. Jenis bacaan kelompok ini antara lain komik, novel-novel pop (picisan), serta majalah-majalah hiburan dan koran-koran kuning seperti Pos Kota misalnya. Jumlah dari kelompok ini juga diperkirakan meliputi sepertiga dari komunitas bangsa kita. Ketiga, kelompok masyarakat yang membaca karena didorong oleh kebutuhan ingin mendapatkan informasi. Jenis bacaan mereka terutama surat kabar, majalah berita,jurnal berkala serta buku-buku ilmu pengetahuan (khususnya buku-buku teks atau buku pelajaran). Jumlah kelompok ini menurut Kimman diperkirakan 15% dari komunitas bangsa kita. Para siswa dan mahasiswa termasuk kedalam kategori ketiga ini. Keempat, kelompok orang yang melakukan aktivitas karena hal itu telah menjadi bagian dari kebutuhan hidupnya. Jenis bacaan kelompokini sangat variatf. Menurut Kimman kelompok inilah yang sesungguhnya merupakan konsumen terbesar dari hasil-hasil penerbitan kita (media cetak dan buku-buku). Hanya sayangnya jumlah kelompok masyarakat kita yang termasuk kedalam kategori ini masih kurang dari 10% dari seluruh komunitas penduduk Indonesia yang jumlahnya saat ini lebih dari 200 juta orang ini.

Membaca I

Upaya apa yang perlu kita lakukan untuk menumbuhkan minat baca, khususnya kepada anak-anak? Ajip Rosidi (1971:1819) menjelaskan bahwa kegemaran membaca bukanlah sesuatu yang tumbuh secara otomatis dengan sendirinya.Minat baca harus ditanam, ditumbuhkan serta dipupuk dan dibina sejak anak-anak masih dini. Oleh karena itu untuk mengupayakannya diperlukan bantuan serta partisipasi aktif dari komponen masyarakat dari mulai lingkungan sekolah (guru), lingkungan masyarakat, pemerintah, serta yang tidak kalah pentingnya yakni dukungan dari pihak keluarga. Ihwal pentingnya penciptaan minat sedari kecil dan harus dimulai dari lingkungan rumah atau keluarga ini disokong oleh para pakar psikologi perkembangan. Menurut mereka karakteristik anak-anak, Khususnya pada usia persekolahan (2-6 tahun) tengah mengalami yang pesat pada beberapa aspeknya, antara lain: perkembangan motorik, emosi, perkembangan social, pemahaman terhadap konsep maupun perkembangan bahasanya. Dengan demikian penanaman aneka kebiasaan pada periode ini akan sangat besar pengaruhnya pada masa-masa selanjutnya. Hal senada juga dinyatakan oleh Thorndike (1986).Berdasarkan hasilpenelitian yang ia lakukan di lima belas Negara termasuk di dalamnya negara-negara berkembang,di antara berbagai factor eksternal membaca (dia menyebutnya faktor sosiologi) dia menyebutkan konon pengaruh keluargalah yang sangat tinggi konstribusinya dalam mempengaruhi terbentuknya minat serta kemahiran membaca pada anak-anak. Bahakn Thorndike menyatakan bahwa tidak terdapat indikasi bahwa anak-anak yang memiliki minat serta kemahiran membaca unggul sebagai akibat langsung (pengaruh) dari pengajaran membaca yang diselenggarakan di sekolah-sekolah. Sebaliknya berkat pengaruh serta dukungan keluargalah minat serta keterampilan mmbaca mereka terbentuk. Pendapat senada dengan Thorndike juga direkomendasikan dalam laporan penelitian slah satu badan Unesco, IAEA (International Achievment Education Asociation) (1988). Menurut mereka, analisis lebih jauh di negara-negara yang anak-anaknya memiliki minat serta keterampilan membaca yang unggul, seperti Finlandia, AS atau negara-negara Eropa (pada penelitian ini anak-anak Indonesia menduduki peringkat ke 29 dari 30 negara yang menjadi sample penelitian mereka) pada umumnya memiliki akses kemudahan dalam mendapatkan berbagai bahan bacaan yang

Membaca I

berkualitas, baik di perpustakaan sekolah, dan terutama di rumah-rumahnya. Sehubungan dengan kenyataan tersebut IAEA merekomendasikan bahwa faktor dukungan keluarga merupakan salah satu kunci utama dalam pembentukan minat serta ketermpilan membaca pada anak-anak. Wujud dukungan keluarga tersebut antara lain penciptaan tradisi membaca di dalam lingkungan keluarga (ayah, ibu dan saudara-saudara), serta penyediaan bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan anakanak. Upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh orang tua untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak tersebut? Inilah beberapa upaya yang dapat kita lakukan. . Kenalkan anak-anak dengan kegiatan membaca sejak dini Anak usia prasekolah umumnya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan para anggota keluarganya, seperti dengan ayah-ibunya maupun saudara-saudara lainnya. Untuk itu biasanya anak akan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya itu. Oleh karenanya libatkanlah mereka ketika orang tua atau anggota keluarga lainnya tengah melakukan kegiatan membaca. Janganlah anakanak terlalu banyak dilarang apalagi dihardik saat mereka ikut mengganggu orang tua atau anggota keluarganya tengah melakukan aktivitas membaca. Sebab bila hal itu kerap dilakukan maka boleh jadi mereka akan memiliki persepsi yang salah terhadp membaca : seolah-olah membaca itu merupakan kegiatan yang serius dan penuh dengan kerut kening dan bukan kegiatan yang bukan membahagiakan. b. Bacakan aneka cerita-cerita yang menarik kepada mereka Anak-anak prasekolah umumnya mempunyairasa ingin tau yang sangat besar. Oleh karena itu seyogyanyalah orang tua mampu memberikan dan mengarahkan rasa ingin tau mereka dengan benar untuk membina minat anak alangkah yang dapat

dilakukan oleh para orang tua adalah dengan sering membacakan cerita-cerita menarik atau lucu kepada mereka sesuai dengan usia dengan perkemabangan kejiwaan mereka. Dengan cara semacam itu lambat laun anak-anak akan tertarik untuk memperhatikan dan mulai membuka-buka buku bacaan tersebut. c. Sediakan bahan bacaan yang cocok untuk mereka Menurut Donna Norton (1989), seorang pakar membaca dari Universitas Texas mengatakan sesungguhnya mereka sebuah presepsi yang salah jika banyak orang tua

Membaca I

yang mengatakan bahwa anak-anak itu tidak memiliki kesenangan membaca buku. Menurut hasil-hasil penelitian yang ia lakukan, dia berkesimpulan bahwa pada dasarnya semua anak senang melakukannya. Hanya saja syaratnya pihak orang tua harus mau menyediakan buku-buku bacaan yang memang cocok dengan kondisi mereka, baik dari segi isi maupun bahasanya. Oleh karena itu menurutnya untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak salah satu caranya sediakan saja bacaan yang mereka sukai, pasti anak-anak dengan penuh suka cita akan melakukannya. Mengupayakan agar anak-anak gemar dan mahir membaca, memang bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan murah. Penyebabnya selain karena factor-faktor yang turut mempengaruhi minat serta kemahiran membaca pada diri seseorang itu tidaklah tunggal, jika tidak mau dikatakan cukup kompleks, juga karena kemampuan membaca bukanlah harus kemampuan bawaan (innate) tetapi kemampuan yang

kehadirannya

diupayakan. Dan

dalam

mengupayakannya

sebagaimana

dikemukakan oleh Ajip Rosidi diperlukan adanya sokongan dan bantuan serta kerjasama antara berbagai pihak,seperti pihak sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat dan juga pemerintah. Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran kegiatan ini kerjakan secara perpasangan latihan berikut ini! 1. Mengapa minat menduduki tempat yang sangat penting dalam kegiatan

membaca? 2. Mengapa mengupayakan penumbuhan minat baca pada anak-anak dinilai bukan Perkara yang mudah dan murah? Petunjuk jawaban latihan Jika Anda telah selesai, periksalah latiha Anda dengan memperhatikan rambu-rambu berikut ini! 1. Peranan minat dalam membaca menduduki posisi yang sangat sentral dan

penting, karena ia merupakan salah satu faktor alasan pendorong yang sangat kuat pada dri seseorang untuk berbuat dan meningkatkan keberhasilan aktivitas membaca. Atau dengan perkataan lain peranan minat dalam membaca menduduki

Membaca I

tempat yang sangat penting, karena ia merupakan sumber pemicu utama seseorang dalam melakukan aktivitas membaca. 2. Mengupayakan agar anak-anak gemar dan mahir membaca, memang bukanlah

sebuah pekerjaan yang mudah dan murah. Penyebabnya selain karena factor-faktor yang turut mempengaruhi minat serta kemahiran membaca pada diri seseorang itu tidaklah tunggal, jika tidak mau dikatakan cukup kompleks, juga karena kemampuan membaca bukanlah kemampuan bawaan (innate) tetapi kemampuan yang

kehadirannya yang harus diupayakan. Peranan minat membaca menduduki tempat yang sangat penting, karena ia merupakan sumber pemicu utama seseorang dalam melakukan aktivitas membaca. Beberapa indikator yang dapat kita jadikan parameter untuk mengetahui minat baca antara lain frekuensi dan kuantitas membaca yang digunakan seseorang untuk membaca dan kuantitas sumber bacaan yang dibaca. Dan menurut hasil penelitian Edward Kimman jika dilihat dari kedua indicator tersebut minat baca masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Karena kegemaran membaca bukanlah merupakan sesuatu yang tumbuh secara otomatis dengan sendirinya, maka ia harus ditanam, ditumbuhkan serta dipupuk dan dibina sejak masa anak-anak. Selain itu untuk mengupayakannya diperlukan bantuan, dukungan serta partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat dari mulai lingkungan sekolah (guru), lingkungan masyarakat, pemerintah, serta yang

tidak kalah pentingnya yakni dukungan dari pihak keluarga. Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh orang tua untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak antara lain mengenalkan anak-anak dengan kegiatan membaca sejak dini,

membacakan kepada anak-anak aneka cerita-cerita yang menarik, serta bahanbahan bacaan yang cocok untuk mereka. Petunjuk: Untuk soal-soal no.1-3 pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat A, B, C, atau D! 1) Ukuran lamanya seseorang pembaca melakukan aktivitas membaca dalam

setiap harinya antara lain akan sangat bergantung pada A. B. Tuntutan kebutuhan yang disandang oleh seseorang Kedudukan yang disandang oleh seseorang

Membaca I

C. D. 2)

Status social yang disandang oleh seseorang Jabatan yang disandang oleh seseorang Menurut penelitian berapa banyak volume bacaan yang harus dilahap oleh

seorang mahasiswa pada setiap minggunya ialah. A. B. C. D. 3) harus mencapai 750.000 kata harus mencapai 850.000 kata harus mencapai 950.000 kata semuanya betul Menurut penelitian Edward Kimman kelompok orang yang hanya sekali-kali

saja melakukan aktivitas membaca, jenis bacaan mereka antara lain. A. B. C. D. Koran-koran kuning Novel picisan Surat-surat yang mereka terima Tidak ada yang benar

Petunjuk: Untuk soal no. 4-6, pilihlah: A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan

hubungan sebab akibat. B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak

menunjukkan hubungan sebab akibat. C. benar. D. 4) Jika pernyataan dan alasan salah. Menurut para pakar psikologi perkembangan penciptaan minat baca harus Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah alasan

diupayakan sejak kecil dan harus dimulai dari lingkungan rumah atau keluarga. Sebab Para pakar psikologi perkembangan menyatakan bahwa penanaman aneka kebiasaan pada masa anak-anak akan sangat besar pengaruhnya pada masa-masa selanjutnya. 5) Donna, Norton mengatakan bahwa adalah sebuah persepsi yang salh jika

banyak orang tua yang menganggap seolah-olah anak-anak itu tidak memiliki kesenangan membaca buku. Sebab

Membaca I

Membaca harus dapat menyenangkan dan menggembirakan anak-anak 6) anak. Sebab Dongeng merupakan cerita untuk mengembangkan daya imajinasi anak-anak. Petunjuk: Untuk saol no.7-10 pilihlah: A. B. C. D. 7) Jika (1) dan (2) benar. Jika (1) dan (3) benar. Jika (2) dan (3) benar. Jika (1), (2), dan (3) benar. Salah satu bentuk pelibatan anak-anakdengan kegiatan membaca di Mendongeng sangat baik sebagai alat untuk menumbuhkan minat baca anak-

lingkungan rumah antara lain: (1) (2) menyuruh mereka membaca secara mandiri mengajak mereka saat anggota keluarga lainnya tengah melakukan

kegiatan membaca (3) janganlah mereka dihardik saat mereka ikut serta membaca bersama-

sama dengan anggota keluarga lainnya. 8) Bentuk-bentuk dukungan pemerintah dalam mengupayakan penumbuhan

minat baca masyarakat antara lain: (1) (2) (3) 9) memberantas pembajakan buku mendirikan perpustakaan di daerah-daerah terpencil pencanangan program KMD (Koran masuk desa). Mereka yang digolongkan sebagai kelompok masyarakat yang membaca karena

didorong oleh kebutuhan ingin mendapatkan informasi antara lain: (1) (2) (3) 10) (1) (2) (3) guru mahasiswa pelajar SLTA Faktor-faktor yang turut mempengaruhi minat baca seseorang antara lain: kebutuhan terhadap informasi kesenangan atau hobi pengaruh budaya keluarga

Membaca I

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat pada bagian akhir modul ini! Hitung jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari!

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai 90% - 100% = Amat baik 80% - 89% = Baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang Jika Anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda berhasil dapat melanjutkan dengan modul selanjutnya. Bagus! Akan tetapi jika tingkat penguasaan kurang dari 80% Anda harus kembali mempelajari materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini, terutama bagian-bagian yang belum Anda ketahui. 100%

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1 1. C Salah satu factor yang sangat penting yang akan mengantarkan umat manusia pada abad informasi dan teknologi kepemilikan sumber daya

keberhasilan

canggih seperti sekarang ini ialah manusia. 2. A

Pada tataran yang lebih rendah membaca diidentidifikasi sebagai proses

kegiatan mencocokan lambang-lambang bunyi bahasa. Pendapat ini dikemukakan oleh Anderson. 3. D Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan membaca,

antara lain motivasi, persepsi, dan kondisi social ekonomi. Kondisi penglihatan termasuk factor sensoris

Membaca I

4.

Dalam dunia pendidikan kemahiran membaca merupakan hal yang sangat

penting, sebab proses belajar hampir dapat dikatakan tidak mungkin dilepaskan dari kegiatan membaca. Kedua pernyataan menunjukkan hubungan sebab-akibat. 5. B Di samping objektif dan bertahap, keterampilan membaca itu bersifat

tergeneralisasikan. Keterampilan dasar dalam membaca dapat digeneralisasikan sehingga anak yang telah dapat menguasai keterampilan tersebut dituntut untuk dapat menarapkannya kapan saja dan dimana saja jika situasi dan kondisi menghendakinya penggeneralisaian itu. Kedua pernyataan tersebut benar akan tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat. 6. B Pada awalnya membaca itu merupakan proses sensoris. Proses sensoris

bukan merupakan proses memberi makna terhadap kata-kata yang dibaca akan tetapi proses melihat. Pernyataan pertama benar sedangkan pernyataan kedua salah. 7. A Membaca merupakan prosese interaksi antara penulis dan pembaca dan

bersifat tidak langsung. 8. B Kesiapan membaca itu dimulai dari, melihat bagi yang normal dan meraba

bagi yang buta. 9. D Sebagai guru kita harus yakin bahwa keterampilan membaca itu harus

diajarkan kepada para siswa dan bukanlah bawaan alami serta tidak terjadi dengan sendirinya. 10. D Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan dipengaruhi oleh kebudayaan dan pengalaman, emosi dan kematangan, serta

factor-faktor

kepribadian atau watak. Tes Formatif 2 1. B Kaum behavioristik beranggapan bahwa factor yang sangat berpengaruh

terhadap kemampuan membaca seaseorang adalah factor-faktor yang bersifat ekstrinsik. 2. 3. A Penjelasan sam dengan nomor

D Faktor sosial ekonomi termasuk kedalam komponen kesiapan membaca

(reading readness).

Membaca I

4.

A Yap mengatakan bahwa kemampuan membaca seseorang itu diibaratkan

seperti, kemampuan seorang penerbang: semakin banyak terbangnya maka akan semakin piawailah kemampuan terbangnya.Untuk memperkuat pendapatnya itu Yap mengemukakan hasil penelitiannya bahwa hamper 65% kemampuan membaca seseorang itu ditentukan oleh kuantitas membacanya. 5. B Burmeinster serta beberapa pakar lainnya mengatakan bahwa

kemampuan membaca seseorang itu ditentukan oleh intelegensinya (IQ). Harris juga mengatakan bahwa IQ yang dimiliki seseorang memang sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kemampuan membaca seseorang, namun IQ bukanlah

segalanya.Ia hanyalah merupakan salah satu dari sekian banyak factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar membaca. Kedua pernyataan tersebut benar namun tidaksaling menunjukkan hubungan sebab-akibat. 6. A Status sosial ekonomi seseorang berkorelasi dengan kemampuan

membaca seseorang 7. A Beberapa faktor lain yang juga merupakan faktor penyebab kemampuan membaca bangsa kita antara lain, pertama, tradisi (orality) masih menjadi semacam penyumbat dalam kantong rendahnya kelisanan

memori linguistik

masyarakat kita, kedua, akibat sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi hadirnya tradisi membaca kepada para peserta didik. 8. C Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kemampuan membaca dibagi menjadi dua katagori, yakni unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan (keterbacaan dan organisasi teks), kedua unsur-unsur yang berasal lingkungan baca (fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain). 9. D Salah satu penyebab kesulitan memahami bacaan antara lain berakar pada kebiasaan baca yang salah. Kebiasaan-kebiasaan dimaksud meliputi (1) dari keberaksaraan (literacy) atau tradisi

terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal memberi makna pada teks, (2) kurang memberi perhatian kepada detail, sehingga meskipun maksud umum bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami butir-butir tertentu, (3) terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah mengetahui topik tertentu yang dibicarakan

Membaca I

dalam bahan bacaan atau mempunyai pendapat yang kuat

tentang

topik tingkat

tersebut, (4) kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks mempunyai kompleksitas yang tinggi, (5) gaya penulisan yang gagasan dengan ungkapan-ungkapan dan kata- kata pengungkapan pokok pikiran penting yang bertipe yang

mengulang-ulang fundamen (6) gaya

tidak langsung sehingga

mengharuskan pem baca mengambil tersurat dalam bacaan, (7) pembaca.

inferensi atas informasi-informasi yang tidak

penggunaan kosakata yang tidak akrab dengan

10. D Guru sebaiknya berpihak kepada kaum prosedural sebab dengan mereka akan dapat bersikap arif dan bijaksana dalam melihat kemampuan yang dimiliki oleh para siswa serta dapat yang objektif kepada para siswa. Dengan posisi anak secara proporsional.

demikian

keberbagian penilaian

melakukan

perkataan lain dapat mendudukan

Tes Forrnatif 3 1. A Lamanya seorang pembaca melakukan aktivitas membaca dalam setiap

harinya sangat bergantung pada tuntutan kebutuhan orang tersebut (profesi yang mereka sandang) serta kecepatan membaca yang dimilikinya. 2. B Menurut penelitian banyaknya volume bacaan yang harus dilahap oleh

seorang mahasiswa pada setiap minggunya harus mencapai 850.000 kata. 3. D Menurut penelitian Edward Kimman (1984) aktivitas membaca

masyarakat Indonesia beserta jenis bacaan yang mereka lahap secara garis besar dapat dipilah ke dalam empat katagori. Pertama, kelompok orang yang hanya sekali-kali saja melakukan aktivitas membaca. Artinya tersebut hanya akan melakukan aktivitas membaca kala membaca, seperti kala menerima surat misalnya. maka menurut Kimman jenis bacaan yang diidentifikasi. Jumlah masyarakat kita yang meliputi sepertiga dan komunitas ada kelompok tuntutan orang harus

Karena frekuensinya tidak pasti baca pun menjadi sulit

mereka

termasuk kelompok ini diperkirakan

bangsa Indonesia.

Membaca I

4.

Menurut para pakar psikologi perkembangan penciptaan minat baca

harus diupayakan sejak kecil dan harus dimulai dari lingkungan rumah atau keluarga. Mereka juga menyatakan bahwa penanaman aneka kebiasaan pada masa anak-anak akan sangat besar pengaruhnya pada masa-masa selanjutnya. Kedua pernyataan tersebut benar akan tetapi keduanya.tidak menunjukkan sebab akibat. 5. A Menurut Donna Norton (1989), seorang pakar membaca dari Universitas Texas mengatakan sesungguhnya merupakan sebuah persepsi yang salah jika banyak orang tua yang mengatakan bahwa anak-anak itu tidak memiliki kesenangan membaca buku. Menurut hasil-hasil penelitian yang ia lakukan, dia berkesimpulan bahwa pada dasarnya semua anak senang melakukannya. Hanya saja syaratnya pihak orang tua harus mau menyediakan buku-buku bacaan yang memang cocok dengan kondisi mereka, baik dari segi isi maupun bahasanya. Oleh karena itu menurutnya untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak salah satu caranya sediakan saja bacaan yang mereka sukai, pasti anak-anak dengan penuh suka cita akan melakukannya. Donna N. Norton mengatakan bahwa adalah sebuah persepsi yang salah jika banyak orang tua yang menganggap seolah-olah anak-anak itu tidak memiliki kesenangan membaca buku. Dengan perkataan lain membaca harus dapat menyenangkan dan rnenggembirakan anak-anak. 6. B anak Mendongeng sangat baik sebagai alat untuk menumbuhkan minat baca Dongeng juga merupakan Tapi kedua cerita untuk rnengembangkan tersebut tidak daya saling saling

imajinasi

anak-anak.

pernyataan

menunjukkan hubungan sebab akibat. 7. C Salah satu bentuk pelibatan anak-anak dengan kegiatan membaca di

lingkungan rumah antara lain dengan mengajak mereka saat anggota keluarga Iainnya tengah melakukan membaca serta janganlah mereka dihardik saat mereka ikut serta membaca bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. 8. D Bentuk-bentuk pemberantasan kegiatan pembajakan buku, mendirikan program

perpustakaan di daerah-daerah terpencil serta pencanangan

Membaca I

KMD

(koran

masuk

desa)

merupakan

bentuk-bentuk

dukungan

pemerintah

dalam mengupayakan penumbuhan minat baca masyarakat. 9. C Mahasiswa dan Pelajar SLTA oleh Edward Kimman digolongkan sebagai

kelompok orang yang melakukan aktivitas membaca karena didorong oleh kebutuhan ingin mendapatkan informasi. Jenis bacaan mereka terutama surat kabar, majalah berita, jurnal berkala serta buku-buku ilmu

pengetahuan (khususnya buku-buku teks atau buku pelajaran). Jumlah kelompok ini menurut Kimman diperkirakan sekitar 15% dan komunitas bangsa kita. 10. D Kebutuhan terhadap informasi, kesenangan atau hobi membaca, serta pengaruh budaya keluarga termasuk faktor-faktor yang turut

mempengaruhi minat baca seseorang.

Membaca I

DAFTARPUSTAKA
Bwialster L.E. (1978), Reading Strategies for Middler and Secondary School, California: Addison-Wesley Publishing Company. Eddie William, (1984), Reading in the Language Classroom, London: Macmillam Publishing Ltd. Harris, L. Theodore (et.al) (ed): 1983, Dictionary of Reading and Related Term, London: International Reading Asociation. Tarigan, H.G.: 1986, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa. Smith, Frank, 1987 Understanding Reading: a Psikolinguistic Analysis of Reading and Learning to Read, London: Lawrence Erlbaum Asociates Publisher. Smith, Carl B. (et all), Teaching Reading in Secondary School Content Subject: Bookthinking Process, NewYork: Holt, Rinehart and Wiston. Nurhadi, 1987, Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan), Bandung: penerbit CV. Sinar Baru. Harjasujana, A. (dkk.), 1988, Materi Pokok Membaca, Jakarta: Universitas Terbuka

Membaca I

Harjasujana, A, 1988, Nusantara yang Literat: Secercah Sumbangsaran terhadap Upaya Pengingkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada FPBS IKIP Bandung). Tampubolon D.P, 1989, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien, Bandung: Angkasa. Mulyati, Yeti, 1994, Model Pelatihan dalam Bimbingan Membaca Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Pemahaman Bacaan, Tesis Pascasarjana IKIP Bandung. Widyamartaya A., 1992, Seni Membaca Untuk Studi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius Olson, R. David (et.al) (ed.), 1983, Literacy, Language, and Learning, London: Cambridge University. Richard T. Vacca and Jo Annel Vacca, 1987, Content Area Reading, Boston: Scott, Foresman and Company. Burnes Don and Glenda Page (ed.), 1985, Insight and Strategies for Teaching Reading, Sydney: Harcourt Brace Jovanovich Group. Harras K.A, 1993, Mengembangkan Bahasa Anak-anak Melalui Bacaan Sastra dalam Sastra dan Perkembangan Insani Anak-anak (H.G. Tarigan dan Kholid A. Harras ed), Bandung: Penerbit Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni. Harras K.A, 1995, Membaca Minat Baca Masyarakat Kita dalam jurnal Mimbar Bahasa dan Seni No.XXII 1995. Hafni, 1981, Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca, Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. Norton, Donna, 1988, Through the Eyes of a Child: An Introduction to Children Literature, Colombus, Toronto: Charles E. Merril Publishing Company. Rosidi, Ajip, 1973, Pembinaan Minat Baca, Apresiasi, dan Penelitian Sastra, Jakarta: Panitia Tahun Buku Internasional.

Membaca I

Tarigan, H.G., Kholid dan A. Ruhendi Saefullah (ed), 1989, Membaca dalarn Kehidupan, Bandung: Angkasa.

ANEKA JENIS MEMBACA

Drs. Kkolid A. Harras

Pendahuluan
Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Dasar pijakan dalam melakukan pembagian atau penggolongan jenis-jenis membaca tersebut tentunya bermacam-macam. Ditinjau dan terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis, yakni membaca dalam hati (silent reading), serta membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud reading). Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibacanya, membaca dapat kita golongkan ke dalam membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensive). Dilihat dari tingkatan kedalamannya atau levelnya, membaca dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yakni membaca literal (literary reading), membaca kritis (critical reading). dan membaca kreatif (creati reading). Lewat modul 2 ini, kita akan mencoba mengulas aneka jenis teknik membaca sebagaimana disebutkan di atas, baik menyangkut pengertian maupun aspek-aspek yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan seputar jenis-jenis teknik membaca ini. Secara lebih rinci setelah mempelajari ini, Anda diharapkan dapat: 1. 2. 3. menjelaskan pengertian membaca nyaring dan membaca dalam hati; menjelaskan pengertian dan jenis-jenis teknik membaca ekstensif dan intensif; menjelaskan pengertian membaca literal, kritis dan kreatif. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mempelajari modul ini Anda disarankan untuk memulai membaca setiap konsep, denfisi, uraian, dan contoh yang

Membaca I

terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar. Jika Anda menemukan kesulitan berupa kata atau istilah-istilah silakan anda buka bagian glosarium. Setalah Anda memahami bagian tersebut kerjakanlah bagian latihan dengan sungguh-sungguh. Usahakan tidak melihat rambu-rambu jawaban terlebih dahulu sebelum anda mengerjakan seluruh bagian latihan tersebut. Jika Anda belum berhasil menjawab dengan benar semua soal latihan, perhatikan baik-baik sekali lagi petunjuk jawaban latihan. Jika Anda menganggap perlu, silakan baca kembali konsep, uraian, dan contoh sehubungan dengan jawaban latihan ini. Akan tetapi, jika Anda telah berhasil menjawab sebagian besar soal latihan tersebut silakan Anda lanjutkan untuk mulai mengerjakan tes formatif Dalam mengerjakan tes formatif sebaiknya Anda jawab dahulu semua soal yang ada, baru kemudian, Anda mencocokkannya dengan kunci jawabannya. Sebelum Auth beralih ada kegiatan belajar selanjutnya, Anda harus akiu bahwa Anda telah berhasil memahami seluruh isi kegiatan belajar yang sudah dipelajari serta seluruh latihan-latihanuya. Yang perlu Anda catat, bahwa model soal-soal tes formatif yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar akan saina dengan model soal-soal yang terdapat pada ujian akhir semester (UAS) mata kuhah mu Dengan demikian, bila Anda sudah terbiasa mengerjakan tes formatif yang terdapat dalam kegiatan belajar dengan sebaukbaaknya maka Auth. akan mempunyai modal yang cukup besar saat menghadapi UAS nanti. Selamatbelajar

Membaca I

GLOSARIUM

oral reading silent reading ingatan visual kemudian

= kegiatan membaca nyaring atau membaca bersuara = kegiatan membaca dalam hati atau membaca senyap = ingatan yang diperoleh melalui penglihatan yang diendapkan di dalam otak kita.

iformasi non-visual = informasi yang telah dimiliki oleh seseorang sebelumnya. Informasi ini memegang peranan yang sangat penting dalam proses membaca karena dapat memprediksi suatu bahan bacaan sehingga mendapatkan suatu pemahaman. skimming = kegiatan membaca secara cepat dan selektif serta bertujuan.

Membaca I

Membaca Nyaring dan Membaca Dalam Hati

Ditinjau dari terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis, yakni membaca dalan hati (silent reading), serta membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud reading). Untuk memberikan pemahaman yang luas kepada Anda ihwal kedua jenis membaca ini, mari ikuti penjelasan berikut.

A. Membaca Nyaring Selama ini banyak orang memberikan pengertian ihwal membaca nyaring ini secara sederhana sekali, yakni kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras. Akibat pengertian seperti itu, membaca nyaring dianggap sebagai kegiatan membaca yang sangat mudah dan siapa pun seolah-olah dapat melakukannya. Pada tataran yang paling rendah, misalnya pad anak-anak SD kelas I yang baru belajar membaca tentu saja pengertian semacam itu tidaklah salah. Hanya dalam tataran yang lebih tinggi, misalnya pada anak-anak sudah mulai lancar membaca, pengertian membaca nyaring pada dasarnya bukanlah kegiatan membaca untuk kepentingan diri sendiri, tetapi membaca untuk kepentingan orang lain (pendengar). Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Sebagaimana dijelaskan dalam Dictionary of Reading (193:221): oral reading is the process of reading aloud to communicate to another to anaudience. Karena tujuan utamanya pengkomunikasian isi bacaan maka si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang- lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses pengolahan

Membaca I

agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambang-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang yang mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang mudah Menurut A. Gates (1974) dalam Dictionary of Reading (1983:221) dikatakan bahwasanya membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca dalam hati: oral reading is much more difficult procces than silent reading. Kesulitan proses membaca nyaring ini juga dapat dilihat dari tingkat keterlibatan organ-organ tubuh yang turut bereaktivitas. Dalam membaca dalam hati, kita hanya menggunakan ingatan visual (visual memory). Dalam hal ini yang aktif adalah mata (pandangan atau penglihatan dan ingatan), sedangkan dalam membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran (auditory memory) dan ingatan yang bersangkutan dengan otot-otot kita (motor memory), seperti alat-alat ucap kita. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keterampilan membaca jenis ini sangat mutlak diperlukan danya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru yang profesional. Karena tujuan akhir yang diharapkan dari membaca nyaring adalah kefasihan (fluency): mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata,. membaca dengan tidak terus menerus melihat pada bahan bacaaan, membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas, maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pembaca nyaring secara umum antara lain: a) b) harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan; harus mempelajari keterampilan menafsirkan lambang-lambang tertulis,

seperti tanda pungtuasi serta tanda-tanda baca lainnya, misalnya tanda titik, koma, tanya, seru, dan sejenisnya agar dirinya dapat menyusun kata-kata dengan intonasi yang sesuai dengan maksud si penulis serta ucapan-ucapan yang disampaikannya terasa hidup;

Membaca I

c)

harus memiliki kecepatan penglihatan mata yang tinggi serta pandangan mata

yang jauh, karena dia harus melihat pada bacaan untuk memelihara kontak dengan para pendengar; d) harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas

maknanya bagi para pendengar. Selain keempat hal tersebut, untuk mendapat kefasihan dalam membaca nyaring maka seorang pembaca dituntut untuk memiliki tingkat kepercayaan diri (self confidence) yang baik. Masalah kepercayaan diri ini merupakan hal yang penting untuk dicermati dalam membaca nyaring karena seperti yang telah dijelaskan bahwa pada hakekatnya kegiatan membaca nyaring ini diperuntukkan bagi orang lain (pendengar). Dengan demikian sang pembaca, baik langsung maupun tidak langsung saat dia melakukan kegiatan membaca harus berhadapan dengan orang lain (pendengarnya). Kalau tingkat kepercayaan dirinya rapuh maka boleh jadi saat dia melakukan kegiatan membaca nyaring, dirinya akan banyak mendapatkan kesulitan, seperti dilanda rasa gugup. Menurut H.G. Tarigan (1986:26) untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksud sang pengarang, maka pembaca nyaring haruslah menggunakan berbagai cara, angara lain : a) b) c) d) e) menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas; menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide berikutnya; merencanakan kesatuan ide pikiran di dalam satuan kalimat; menjaga suaranya agar senantiasa nyaring dan jelas; menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan ekspresi yang baik dan tepat. Selanjutnya, H .G. Tarigan juga menjelaskan bahwasannya keterampilan keterampilan membaca nyaring akan berkembang secara wajar dan alamiah dalam membaca teks drama. Oleh karena itu, menurutnya dalam pengajaran membaca nyaring para guru dapat menggunakan teks-teks drama sebagai bahannya, selain teks jenis narasi lainnya. Dalam pengajaran bahasa asing kegiatan membaca nyaring

Membaca I

sangat cocok untuk melatih keterampilan ucapan (pronounciation) daripada pemahaman (comprehension). Dengan mengutip pendapat Barbe & Abbot (1975), H.G. Taringan (1986:24-25) menyebutkan aneka keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring, yaitu:

Kelas I a. b. c. d. seru, e. memiliki sikap yang baik dalam merawat buku. mempergunakan ucapan yang tepat, mempergunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata), mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah dipahami, menguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti tanda titik, koma, tanya, atau

Kelas II a. b. c. membaca dengan terang dan jelas, membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi, membaca tanpa tertegun-tegun atau terbata-bata.

Kelas III a. b. membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi, membaca dengan penuh pemahaman,

Kelas IV a. b. memahami bahan bacaan pada tingkat dasar, kecepatan mata dan saat membaca yakni 3 kata dalam satu detik.

Membaca I

KelasV a. b. membaca dengan penuh pemahaman dan perasaan, mulai dapat membaca nyaring tanpa harus terus-menerus melihat pada teks.

Kelas VI a. b. c. membaca nyaring dengan penuh perasaan. dan ekspresi, mampu menggunakan. frasa dan susunan kata yang tepat, membaca dengan penuh kepercayaan diri.

B. Membaca dalam hati Dalam Dictionary of Reading (1983:296) disebut silint reading is reading without saying aloud what is read. in silent reading one reads to oneself not other. Jadi dalam membaca dalam hati atau membaca diam memang tidak ada suara yang keluar. Sedangkan yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi kita saja. Ihwal diamnya alat ucap ini saat melakukan kegiatan membaca dalarn hati perlu dicermati oleh kita sebagai guru, sebab hingga saat ini masih banyak anak anak saat mereka membaca dalam hati, tetapi pada saat yang sama alat ucap merek turut aktif. Misalnya, membaca sambil bersuara seperti berbisik, atau dengan bibir bergerak-gerak, atau membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan, atau membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari, pensil atau alat lainnya. Hal-hal semacam itu secara perlahan harus segera dihilangkan karena akan dapat menghambat kelancaran membaca dalam hati. Selain peristiwa di atas, kebiasaan yang juga dapat menghambat dalam proses membaca dalam hati ialah kebiasaan melakukan regresi, yakni kegiatan mengulang kembali bagian bacaan yang telah dilalui karena merasa diri gagal mendapatkan pemahaman. Sebagaimana disebutkan dalam Dictionary of Reading (1983:275)

Membaca I

regression is movement backwards; specially, a back word eye movement in reading continous text. Menurut Frank Smith (1986:156) sedikitnya ada 6 hal yang dapat

rnenyebabkan seseorang terjebak melakukan refresi sewaktu melakukan kegiatan membaca, antara lain: a) b) c) d) e) f) akibat kurang memiliki kepercayaan diri, sering tergoda melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan cetak, menemui kata-kata yang sulit, terlalu terpaku pada detil, terlalu cepat dalam melakukan penafsiran, tidak konsentrasi dalam membaca. Untuk mengatasi masalah regresi, yang paling panting ialah dengan kepercayaan diri dan sikap yang benar saat melakukan aktivitas membaca. Kita harus meyakini bahwasanya sebuah bacaan pada hakekatnya memiliki suatu gagasan yang utuh. Hanya saja dalam hal penyampaiannya gagasan-gagasan tersebut boleh jadi berceceran pada sepanjang teks dan penataan urutannya tidak sistematis. Oleh karena itu, saat sedang melakukan aktivitas membaca kemudian di tengah-tengah menemukan hal-hal yang tidak kita pahami benar, harus terus melanjutkan membacanya hingga usai. Mengapa demikian? Jawabannya karena boleh jadi bagian yang belum kita mengerti tersebut akan mendapatkan penjelasannya pada bagianbagian teks berikutnya. Jika setelah selesai keseluruhan bacaan tersebut kita masih juga belum memahaminya, baru mengulanginya (review) dari awal lagi. Dengan mengutip pendapat Barbe & Abbot (1975) H.G. Taringan (1986:37-38) menyebutkan aneka keterampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati, yakni:

Kelas I

Membaca I

a. b.

membaca tanpa bersuara, tanpa menggerak-gerakan bibir, tanpa berbisik membaca tanpa gerakan kepala.

Kelas II a. b. membaca tanpa gerakan bibir atau kepala, membaca lebih cepat dalam hati ketimbang dengan bersuara.

Kelas III a. bibir, b. c mernahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau di dalam hati saja, lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca nyaring. membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari dan tanpa gerakan

Kelas IV a. b. mengerti serta memahamit bahan bacaan pada tingkat dasar, kecepatan mata dalam membaca berkisar 3 kata perdetik.

Kelas V 1. 2. 3. membaca tanpa gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan Jari, membaca dengan pemahaman yang baik, menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu dengan penuh senang hati.

Kelas VI 1. membaca tanpa gerakan bibir, tanpa komat-kamit,

Membaca I

2.

dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang

terdapat bahan bacaan, 3. dapat membaca 180 kata dalam satu menit pada bacaan fiksi tingkat dasar.

Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang pengertian kedua jenis membaca ini jawablah pertanyaan latihan berikut ini! 1. Mengapa pada tahap yang lebih tinggi membaca nyaring dianggap sebagai

kegiatan membaca yang cukup sulit dibandingkan dengan kegiatan membaca dalam hati? 2. Sebutkan. beberapa kebiasaan buruk yang dapat mengharnbat kelancaran

membaca nyaring!

Pelunjuk Jawaban Lalihan Jika Anda telah selesai, periksalah latihan Anda dengan memperhatikan rambu-rambu berikut ini! 1. Pertama, tujuan utamanya pengkomunikasian isi bacaan. Oleh karena itu, si

pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambang-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang yang mendengarnya. Kedua, dilihat dari tingkat keterlibatan organ-organ tubuh yang turut beraktivitas, dalam membaca dalam hati kita hanya menggunakan ingatan visual (visual memory) dan yang aktif hanya mata dan ingatan saja, sedangkan dalam membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran (auditory memory) dan ingatan yang

Membaca I

bersangkutan dengan otot-otot kita (motor memory), seperti alat-alat ucap kita. Ketiga tujuan akhir dari membaca nyaring adalah kefasihan (fluency). 2) Membaca sambil bersuara seperti berbisik, atau dengan bibir bergerak-gerak,

atau membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan, atau membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari, pensil atau alat lainnya, serta melakukan regresi.

Rangkuman
Ditinjau dari terdengar dan tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis yakni membaca dalam hati (silent reading), serta membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud reading). Pada tataran yang paling rendah membaca nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras, sedangkan pada tataran yang lebih tinggi membaca nyaring merupakan proses pengkomunikasian isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain

(pendengar). Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi saja. Untuk menanarnkan kemahiran kedua jenis membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru profesional.

Tes Formatif 1
Petunjuk: Untuk soal-soal nomor 1-3 pilihlah satu jawaban yang paling tepat! (A,B, C, atau D). 1. Salah satu alasan membaca nyaring pada tingkat yang lebih tinggi dinilai lebih

sulit dibandingkan membaca dalam hati ialah ....

Membaca I

A. Membaca nyaring lebih banyak melibatkan visual memory sedangkan membaca dalam hati tidak melibatkan visual memory B. Membaca nyaring lebih banyak mengeluarkan suara sedangkan dalam hati tidak C. Membaca nyaring dituntut mampu melakukan proses pengolahan makna agar dapat ditangkap maksudnya sedangkan membaca dalam hati tidak D. Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca untuk kepentingan orang lain sedangkan membaca dalam hati untuk kepentingan diri sendiri 2. Alat utama yang paling berperan dalam proses membaca dalam hati yaitu. A. mata dan kognisi B. mata dan ingatan C. mata dan memory visual D. mata dan hati 3. Untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksud sang membaca

pengarang, maka seorang pembaca nyaring haruslah menggunakan berbagai cara, antara lain. A. menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas B. menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide berikutnya C. merencanakan kesatuan ide, pikiran di dalam satuan kalimat. D. sernuanya benar

Petunjuk: Untuk soal nomor 4-6, pilihlah A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan

hubungan sebab akibat. B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak

menunjukkan hubungan sebab akibat.

Membaca I

C. benar D. 4.

Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah alasan

Jika pernyataan dan alasan salah. Pembaca dalarn hati yang baik saat melakukan kegiatan membaca dirinya tidak

menggerak-gerakkan bibir atau menunjuk teks bacaan dengan menggunakan jari atau alat tunjuk lainnya sebab Hal itu akan dapat merusak pemahaman terhadap bacaan yang tengah dibacanya 5. Salah satu tujuan membaca nyaring adalah kefasihan sebab Membaca nyaring pada hakekatnya merupakan kegiatan membaca untuk kepentingan orang lain. 6. Salah satu sebab terjadinya regresi atau pengulangan kembali terhadap bagian-

bagian yang telah dibaca dalam membaca dalam hati yakni akibat pembaca kurang memiliki harga diri. sebab Harga diri merupakan hal yang harus dimiliki oleh seorang pembaca nyaring.

Petunjuk: Untuk soal nomor 7-10 pilihlah: A. B. C. D. 7. Jika (1) dan (2) benar Jika (1) dan (3)benar Jika (2) dan (3) benar Jika (1), (2), dan (3) benar Tuntutan kemampuan membaca dalam hati untuk anak SD Kelas V menurut

Barbe dan Abbot antara lain:

Membaca I

(1)

membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-

nunjuk dengan jari (2) membaca dengan pemahaman yang baik

(3) dapat membaca dengan kecepatan 180 kata dalam satu menit pada bacaan fiksi tingkat dasar 8) Tuntutan kemampuan membaca nyaring untuk anak SD kelas VI menurut Barbe dan Abbot antara lain. (1) (2) (3) 9. membaca nyaring dengan penuh perasaan dan ekspresi membaca nyaring dengan penuh kesungguhan mampu menggunakan frasa dan susunan kata yang tepat

Contoh aplikasi membaca nyaring tingkat lanjut misalnya. (1) (2) (3) membaca berita di TV membaca puisi membaca koran

10. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pembaca nyaring secara umum antar lain. (1) bacaan (2) harus mempelajari keterampilan-keterampilan menafsirkan atas harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan

lambang lambang tertulis, seperti tanda pungtuasi serta tanda-tanda baca lainnya (3) jelas harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar rnaknanya bagi dirinya

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian

Membaca I

gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Rumus:
Jumlah jawaban yang Anda benar

Tingkat penguasaan =

---------------------------------------- x 100%
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% 80% 70% 100% = 89% 79% < = = 70% baik sekali balk cukup = kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami kegiatan belajar 1. Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Membaca I

METODE SQ3R
Dra. Lilis Siti Sulistyaningsih

egiatan berbahasa meliputi empat keterampilan yaitu menyimak berbicara membaca dan menulis. Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa sudah selayaknya kita memiliki dengan baik

karena ia sudah merupakan kebutuhan sehari-hari. Pada saat ini, banyak orang yang mengawali kegiatan pagi hari dengan membaca, seperti membaca surat kabar atau bacaan lainnya. Begitu pula seorang siswa atau mahasiswa akan sering berhadapan dengan buku-buku yang harus dibacanya. Oleh karena itu, kita harus mempunyai cara untuk mensiasati bahan bacaan agar dapat memahaminya dengan baik, terutama bahan bacaan yang berkaitan dengan buku-buku untuk keperluan studi atau bukubuku ilmiah lainnya. Dalam modul ini akan dibahas cara atau metode yang dapat digunakan untuk memahami sebuah buku atau bacaan lainnya, terutama yang berkaitan dengan buku-buku pelajaran, yang biasanya dianggap lebih sulit dipahami daripada buku cerita. Selain itu, akan dibahas langkahlangkah penggunaan metode SQ3R, dan sekaligus membahas bagaimana cara menerapkan metode ini untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca. Modul ini berjudul metode SQ3R, yang terbagi atas dua pokok bahasan, yaitu (1) hakikat metode SQ3R dengan subpokok bahasan:

Membaca I

pengertian metode SQ3R, karakteristik metode SQ3R, dan langkah-langkah metode SQ3R; (2) penerapan metode SQ3R dengan subpokok bahasan: keuntungan dan manfaat metode SQ3R, dan penerapan metode SQ3R bagi peningkatan kemampuan membaca. Metode SQ3R merupakan rangkaian modul-modul sebelumnya. Oleh karena itu, untuk mendapat pemahaman yang baik terhadap modul ini Anda harus memahami modul-modul sebelumnya. Penguasaan materi modul ini, akan membantu Anda untuk

meningkatkan kemampuan membaca untuk keperluan studi. Selain itu, akan mempermudah Anda untuk memahami buku atau bacaan lain karena modul ini berfungsi sebagai pisau yang digunakan untuk membedah sebuah buku agar buku itu dapat dipahami dengan baik. Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan memiliki wawasan yang luas tentang metode membaca untuk studi. Secara lebih rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah agar Anda dapat : 1. menjelaskan hakikat metode SQ3R, yang meliputi pengertian

metode SQ3R, karakteristik metode SQ3R, langkah-langkah metode SQ3R; 2. menerapkan metode SQ3R untuk meningkatkan kemampuan membaca studi, yang meliputi keuntungan dan manfaat metode SQ3R, dan penerapan metode SQ3R dalam kegiatan membaca untuk studi. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka materi dalam modul ini akan dituangkan dalam tiga kegiatan belajar Kegiatan Belajar 1 Kegiatan Belajar 2 mambahas Hakikat Metode SQ3R; membahas Penerapan Metode SQ3R, bagi Peningkatan Kemempuan membaca Supaya Anda berhasil memahami modul ini dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai dengan baik, maka Anda harus mempelajari setiap kegiatan belajar dalam modul ini dengan cermat sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

Membaca I

Diskusikan dengan teman Anda bila mengalami kesulitan dan gunakan glosarium (daftar kata-kata sulit) yang tersedia jika Anda menemukan katakata atau istilah yang belum Anda pahami maknanya. Kerjakan semua latihan dan tes formatif sesuai dengan petunjuk yang ada dalam modul tersebut. Selamat belajar semoga berhasil!

1 Hakikat Metode SQ3R


1. Pengertian Metode SQ3R

ering kita mengalamai kesulitan dalam memahami sebuah buku atau bahan bacaan lainnya. Tidak jarang untuk memahami sebuah bacaan, kita membaca lebih dari satu kali. Mengapa demikian?

Banyak orang yang membaca sebuah buku atau bacaan lain dengan cara membaca keseluruhan bacaan itu sekaligus. Dengan cara itu, orang tersebut beranggapan akan dapat memahami bacaan tersebut dengan baik. Ternyata anggapan tersebut tidak terlalu tepat untuk memahami suatu bacaan, kita tidak sekedar membaca. Kita memerlukan strategi yang tepat agar memahami bacaan itu dengan cepat dengan hasil yang baik. Membaca sebuah buku dapat kita mulai dengan membaca sekilas atau skiming, kemudian dilanjutkan dengan membaca secara intensif. Membaca sekilas bertujuan untuk memperoleh kesan umum dari sebuah buku. Akan tetapi, buku itu juga harus kita pelajari secara intensif. Kita tidak hanya membaca buku itu secara meluas, tetapi juga perlu membaca secara mendalam. Membaca secara intensif diperlukan untuk memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih berbobot, lebih kental, dan lebih utuh. Untuk membaca kegiatan seperti itu, kita dituntut untuk (relational thinking) (Widyamartaya, 1992).

Membaca I

Pemahaman bacaan merupakan kemampuan untuk mengerti ide-ide pokok, rincian yang penting dari bacaan, dan pengertian yang menyeluruh terhadap bacaan itu. Oleh karena itu, kita perlu menguasai kosa kata struktur tulisan dengan baik. Banyak cara atau metode yang telah dikembangkan dalam

keterampilan membaca dalam kurun waktu lima puluh tahun terakhir ini. Salah satu diantaranya ialah metode SQ3R. apakah SQ3R itu? SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Metode membaca studi ini diajaurkan oleh seorang guru besar pisikologi dari Ohio State Univercity, yaitu Prof. Francis P. Robinson tahun 1941. metode ini merupakan metode salah satu membaca yang makin lama makin dikenal orang dan banyak digunakan. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R mencakup lima langkah, yaitu: 1. Survei (= penelaahan pendahuluan); 2. Question (= bertanya); 3. Read (= baca); 4. Recite (= mengutarakan kembali); 5. Review (= mengulang kembali).

2. Karakteristik Metode SQ3R Dalam menggunakan metode ini, sebelum membaca kita melakukan survei untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara melihat bagain permulaan dan akhir. Misalnya, pada saat akan membaca buku, kita mensurvei terlebih dahulu judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata pengantar, rangkuman, dan daftar pustaka. Setelah mensurvei buku, kita kita merumuskan beberapa pertanyaan untuk diri sendiri tentang bacaan tersebut yang diharapkan

jawabannya ada dalam buku itu. Hal itu akan membantu dan menuntun kita memahami bacaan. Dengan bekal rumusan pertanyaan-pertanyaan tadi, barulah kita membaca. Pertanyaan itu merupakan penentuan yang dapat

Membaca I

membantu pembaca menemukan informasi yang diinginkannya dengan cepat. Setelah membaca, untuk mengetahui penguasaan kita terhadap bacaan, kita lakukan kegiatan menceritakan/ mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri. Untuk membantu daya ingat kita membuat catatancatatan kecil. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri dengan kegiatan meninjau kembali/ mengulang kembali apa yang sudah kita baca. Kita tidak perlu membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi kita hanya memeriksa bagain-bagain yang dianggap penting yang memberikan gambaran keseluruhan dari bacaan, juga untuk menemukan hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat kita membaca

sebelumnya. Begitulah gambaran singkat kegiatan membaca yang menggunakan metode SQ3R. Dengan demikian, yang dimaksud dengan SQ3R adalah suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan

pendukungnya serta untuk membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan, yaitu survei, question, read, recite, dan review. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, metode SQ3R mempunyai lima langkah kegiatan, yaitu survei, question, read, recite, dan review. Kelima langkah itu akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

3. Langkah-langkah Metode SQ3R Langkah 1: Survei


Jika Anda membaca sebuah buku, apa yang pertama-tama Anda lakukan? Apakah Anda langsung membaca buku tersebut? Sebelum kita membaca, biasanya orang menyediakan waktu beberapa menit untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. Yang dimaksud dengan anatomi tersebut meliputi (1) bagian pendahuluan,

Membaca I

yang meliputi halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat penerbit, tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima kasih, daftar tabel dan daftar gambar (jika ada daftar tabel, grafik, dan gambar), barang kali juga halaman yang berisi persetujuan yang berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2) bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3) bagian akhir buku, yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks. Semua unsur dilihat secara sekilas, minimal untuk memberikan gambaran isi, kemenarikan, dan kemanfaatan buku yang baik (bersifat

ilmiah) hendaknya mengandung bagian-bagian buku tersebut. Jadi, dalam membaca buku, kita tidak langsung masuk ke dalam batang tubuh bacaan tersebut. Apakah Anda juga melakukan hal yang sama sebelum membaca?

Langkah 2 : Question
Pada saat Anda menghadapi sebuah bacaan, pernahkan Anda mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bacaan, pertanyaan-pertanyaan itu dapat menuntun kita memahami bacaan, dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga Anda bersikap aktif. Anda tidak hanya mengikuti saja apa yang dikatakan pengarang. Anda boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya.

Langkah 3 : Read
Setelah Anda menyurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, Anda mulai melakukan kegiatan membaca. Tidak perlu semua kalimat, Anda dapat membaca dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Perlambat cara membaca Anda dibagian-bagian yang penting atau yang Anda anggap sulit dan percepat kembali pada bagianbagian yang tidak penting atau yang telah Anda ketahui. Dengan demikian, kegiatan membaca Anda relatif lebih cepat dan efektif, tetapi pemahaman

Membaca I

yang menyeluruh tentang bacaan atau buku tersebut telah Anda dapatkan. Pada langkah ini konsentrasi diri sangatlah penting.

Langkah 4 : Recite
Setiap Anda selesai membaca satu bagian berhentilah sejenak. Buatlah catatan-catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri, lakukan itu terus sampai Anda selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan, atau komentar Anda. Jika Anda masih mengalami kesulitan, ulangi sekali lagi membaca bagian yang sulit itu. Catatan-catatan tersebut akan membantu Anda untuk mengingat apa yang sudah dibaca agar tidak sampai terjadi begitu selesai membaca, hilang pula apa yang telah Anda Baca.

Langkah 5 : Review
Setelah Anda selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal penting yang telah Anda baca. Temukan bagian-bagian penting yang perlu untuk diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau digarisbawahi. Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat Anda untuk memperjelas pemahaman terhadap bacaan, juga membantu kita menemukan hal penting yang mungkin terlewat sebelumnya. Selain itu, kita juga mendapatkan isi buku secara keseluruhan. Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa kegiatan membaca

dengan menggunakan metode SQ3R akan lebih efektif dan efisien serta memungkinkan memberikan hasil yang maksimal.

Latihan Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap uraian dalam kegiatan belajar 1, kerjakanlah latihan berikut ini! Jika Anda menemukan hal-hal yang sulit, diskusikanlah dengan teman Anda. 1. Kadang-kadang kita menemukan sebuah buku yang sulit untuk dibaca/ dipahami dengan satu kali baca. Diskusikanlah dengan

Membaca I

teman Anda, faktor-faktor yang menyebabkan sebuah buku sulit untuk dipahami! 2. Metode SQ3R memiliki lima langkah kegiatan. Dapatkah kelima langkah tersebut ditukar urutannya ? Jelaskan pendapat Anda! 3. Berikan contoh langkah ke 1 (survei) dalam kegiatan membaca sehari-hari. Apabila Anda selesai mengerjakan latihan di atas, periksalah hasil latihan Anda tersebut dengan memperhatikan rambu-rambu jawaban berikut ini!

Petunjuk Jawaban Latihan 1. Tidak semua buku mudah untuk kita pahami. Ada hal-hal yang menyebabkan sebuah buku sulit untuk dipahami, antara lain aspek kebahasaannya, yang mencakup kosa kata, di , dan struktur kalimat, serta dari setruktur dasar penulisan, yakni organisasi tulisan atau cara menata buku tersebut. Hal-hal tersebut harus menjadi acuan untuk jawaban Anda. 2. Untuk menjawab latihan nomor 3, Anda harus berpedoman pada langkah-langkah SQ3R, yaitu survei, question, read, recite, dan review. Kelima langkah tersebut harus ditempuh secara berurutan sesuai, dengan fungsinya masing-masing. 3. Untuk mensurvei sebuah buku, Anda harus mengetahui anatomi buku yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian prelimunaries, isi buku, dan bagian akhir buku. Pada saat Anda memberikan contoh langkah 1 (survei), jangan lupa Anda memperhatikan bagian-bagian buku tersebut.

Rangkuman SQ3R merupakan metode membaca yang makin populer dan banyak digunakan. Metode ini dianggap sebagai metode membaca yang cukup efektif dan dapat menghasilkan pemahaman yang baik. SQ3R ialah metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukung ide pokok juga membantu pembaca dapat mengingat lebih lama.

Membaca I

Tes Formatif 1 Petunjuk : Kerjakanlah soal berikut dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang Anda anggap tepat !

1. Keterampilan berbahasa yang bersifat menerima informasi dari bahan tertulis disebut .. A. menyimak. B. berbicara. C. membaca. D. menulis. 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mensurvei sebuah buku adalah sebagai berikut, kecuali .. A. judul buku. B. daftar isi. C. isi bab. D. ideks. 3. Mengutarakan kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan katakata sendiri termasuk kegiatan dalam . A. question. B. recite. C. read. D. review. 4. Gambaran umum bacaan atau buku yang kita baca akan kita dapat melalui kegiatan . A. survei. B. read.

Membaca I

C. recite. D. question. 5. Langkah SQ3R yang paling tepat adalah .. A. survei, question, recite, read, review, B. survei, question, review, read, recite, C. survei, question, read, review, recite, D. survei, question, read, recite, review,

Untuk nomor 6sampai dengan nomor 8, pilihlah, A. jika pernyataan pertama dan kedua benar dan keduanya

menunjukan hubungan sebab akibat; B. jika kedua pertanyaan benar, tetapi keduanya tidak berhubungan sebab akibat; C. jika salah satu pertanyaan benar; atau D. jika pernyataan pertama dan kedua salah.

6. SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. sebab Dengan metode SQ3R, kita akan membaca secara lebih mendalam dan dapat berfikir secara saling berhubungan. 7. Pemahaman sesorang terhadap bacaan akan dipengaruhi oleh faktor internal (dari dalam dirinya sendir) dan faktor eksternal (lingkungan), Sebab Pemahaman bacaan merupakan kemampuan untuk mengerti ide-ide pokok, rincian yang penting dari bacaan, dan pengertian yang meyeluruh terhadap bacaan itu. 8. Langkah keempat dari metode SQ3R adalah mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibacanya dengan bantuan catatan-catatan kecil. sebab

Membaca I

Pada langkah recite, Anda membuat pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun kita pada waktu membaca, Untuk nomor 9, dan 10, pilihlah, A. Jika 1,2 dan 3 benar; B. Jika 1 dan 3 benar; C. Jika 2 dan 4 benar; D. Jika hanya 4 yang benar;

9. Setelah membaca sebuah buku, dilakukan pengecekan atas penguasaan isi bacaan. Sebelum sampai pada kegiatan itu, langkah yang ditempuh oleh pembaca adalah (1) (2) (3) survei question read,

10. Yang termasuk bagian pendahuluan dalam anatomi buku ialah (1) (2) (3) halam judul, halam daftar isi halaman abstraksi.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% - 100% = baik sekali 80% 70% 89% = baik 79% = cukup X 100%

Membaca I

<

70% = kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami kegiatan belajar 1. Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

2 Penerapan Metode SQ3R

1. Keuntungan dan Manfaat Metode SQ3R


agi seorang pelajar atau mahasiswa, kegiatan membaca bukanlah

sekedar mengisi waktu luang atau untuk bersantai, melainkan kegiatan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh karena kepentingan studi. Membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku

secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran penjelas sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan utuh) tentang isi buku tercapai. Untuk mencapai hal tersebut, pembaca perlu melakukan persiapan tertentu dan mengetahui metode yang efektif dan efisien. Salah satu di antara metode tersebut adalah metode SQ3R. Salah satu syarat penting untuk membaca studi ialah konsentrasi atau pemusatan pikiran. Tanpa adanya konsentrasi, maka pemahaman yang diharapkan pun tidak akan tercapai. Ada tiga kondisi yang harus dipersiapkan agar dapat membaca dengan penuh konsentrasi, yaitu (a) kesehatan, ketenangan rohani dan jasmani; (b) kesegaran dan ketenangan tempat serta; (c) keteraturan waktu. Keterangan dari salah satu ketiganya dapat mengganggu konsentrasi pembaca.

Membaca I

Membaca untuk studi memerlukan ketenangan dan kesegaran tempat. Kebersihan, kerapihan, dan keteraturan ruang studi menimbulkan kesegaran dan ketenangan. Selain itu, ketenangan dan kebersihan lingkungan juga perlu ada karena berpengaruh juga pada konsentrasi. Memang ada juga orang yang dapat membaca (belajar) sambil

mendengarkan musik (radio, tape, dan lain-lain), tetapi ini pun jika diteliti ternyata akan menggangu konsentrasi pikiran. Sebaiknya suara-suara yang mengganggu dihindarkan. Di dalam ruang belajar harus tersedia alat-alat tulis yang diperlukan termasuk meja tulis yang baik. Penerangan yang cukup perlu ada dalam ruangan belajar agar mata tidak menjadi sakit, tidak baik hanya memakai lampu meja yang hanya meyorot buku bacaan karena dapat mengurangi daya tahan mata. Selain itu, usahakanlah ruangan belajar bersuhu segar, tidak lembap ataupun panas. Membaca juga perlu ditentukan waktunya, apakah pagi hari, sore, atau malam. Pemilihan waktu ini tentu tidak mungkin sama bagi setiap orang. Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti cuaca, situasi kerja. Yang penting adalah bahwa waktu untuk belajar perlu teratur dan tetap. Jika keteraturan waktu ini telah terbina dan telah menjadi kebiasaan, maka kebiasaan membaca yang baik ini telah menjadi miliknya. Setiap orang sudah tentu dapat membina suatu kebiasaan tertentu yang berbeda dengan orang lain. Akan tetapi, persiapan-persiapan yang dikemukakan di atas, adalah kondisi-kondisi umum yang biasanya membuat pembaca mencapai hasil yang maksimal. Langkah selanjutnya dalam membaca untuk studi ialah menentukan metode yang efektif dan efisien. Salah satu metode untuk kepentingan membaca studi ialah SQ3R. tentu pemilihan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa metode SQ3R merupakan metode membaca yang semakin populer digunakan. Oleh karena itu, kita akan lebih mudah mencari referensi tentang hal itu. Membaca dengan SQ3R harus kita lakukan dengan mengikuti langkah-langkah yang tersurat dalam singkatan SQ3R tersebut. Ada

Membaca I

beberapa

keuntungan

atau

manfaat

yang

kita

peroleh

dengan

menggunakan metode tersebut. 2) dengan menyurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal organisasi tulisan dan memperoleh kesan umum dari buku. Hal ini akan mempercepat pemahamn terhadap buku tersebut. 3) Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tetang apa yang kita baca akan membangkitkan keingintahuan dan membantu kita

untuk membaca dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan), serta akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi buku. 4) Dapat melakukan kegiatan membaca secara lebih cepat karena dipandu oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu menyurvei buku dan menyusun pertanyaan tentang bacaan. 5) Catatan-catatan tentang buku yang dibaca dapat membantu kita memahami secara cepat dan membantu ingatan kita. Mencatat fakta-fakta serta ide-ide yang penting akan menamkan kesan yang mendalam pada ingatan kita. 6) Melalui langkah terakhir, yaitu review atau mengulangi, kita akan memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh atas bahan yang kita baca. Berdasarkan uraian di atas, diungkapkan bahwa metode SQ3R sangat efektif dalam membaca untuk studi. Usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan: (1) mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami (2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang Anda hadapi.

Latihan Setelah Anda selesai membaca uraian di atas, Anda kerjakanlah latihan berikut ini. Jika Anda mengalami kesulitan diskusikanlah dengan teman.

Membaca I

1.

Jelaskan, mengapa konsentrasi merupakan syarat penting dalam membaca untuk studi!

2.

Untuk dapat membaca dengan penuh konsentrasi, kondisi yang bagaimankah yang harus dipersiapkan?

3.

Mengapa untuk membentuk kebiasaan membaca yang baik , diperlukan keteraturan waktu membaca?

4.

jelaskan keuntungan mensurvei buku dalam membaca untuk studi!

Petunjuk Jawaban Latihan 1. Untuk menjawab latihan nomor 2, Anda hendaknya mengacu pada pengertian konsentrasi fungsi membaca untuk studi dan hubungan dari keduanya, maksdudnya peranan konsentrasi untuk membaca studi. 2. Jawaban Anda berkaiatan dengan berbagai persiapan untuk membaca, antaranya: a) b) c) d) keadaan ruangan/ kondisi ruangan yang baik kesiapan diri baik fisik maupun mental suasana lingkungan sarana penunjang lainnya.

3. Jawaban Anda hendaknya memperhatikan : a) b) syarat-sayarat pembentukan kebiasaan peranan disiplin menggunakan waktu

4. Jawaban Anda berkaitan dengan: a) b) c) fungsi survei dalam membaca buku tujuan survei dalam membaca buku manfaat survei dalam membaca buku

Membaca I

Rangkuman Membaca untuk studi harus dilakukan dengan sunguh-sungguh. Membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran penjelas sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan utuh) tentang isi buku tercapai. Membaca studi memrlukan konsentrasi atau pemusatan pikiran. Dengan konsentrasi, pemahaman bacaan akan tercapai dengan baik. Tiga kondisi yang harus dipersiapkan untuk membaca dengan penuh konsentrasi, yaitu: 1) kesehata, kesegaran, dan ketenangan jasmani dan rohani, 2) kesegaran dan ketenangan tempat, serta 3) keteraturan waktu baca Membaca dengan menggunakan metode SQ3R memiliki menjawab berikut: 1) Dengan mensurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal organisasi tulisan dengan memperoleh kesan umum dari buku. Hal ini akan mempercepat pemahaman terhadap buku tersebut. 2) Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tentang apa yang akan dibaca dapat membangkitkan keingintahuan pembaca untuk mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan). Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi buku. 3) Dapat melakukan kegiatan membaca secara lebih cepat karena dipandu oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu mensurvei buku dan menyusun pertanyaan tentang bacaan. 4) Catatan-catatan hasil membaca dapat membantu daya pemahaman dan daya ingat kita. 5) Melalui langkah terakhir, yaitu review atau mengulangi, kita akan memperoleh penguasaan utuh dan menyeluruh atas bahan yang kita baca. Usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan: (1) mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami dan (2) mengkaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang Anda hadapi.

Membaca I

Tes Formatif 2a Kerjakanlah tes berikut dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang Anda anggap paling tepat!

1. Metode SQ3R lebih tepat untuk melakukan kegiatan.., A. membaca sekilas. B. membaca untuk studi. C. membaca cerpen. D. membaca dangkal. 2. Syarat yang paling penting membaca studi ialah . A. Konsentrasi. B. suara nyaring. C. waktu yang panjang. D. badan yang sehat. 3. Kondisi yang harus dipersiapkan agar dapat berkonsentrasi dalam membaca ialah seperti berikut, kecuali . A. ketenangan rohani dan jasmani B. ketenangan tempat. C. adanya buku bacaan. D. keteraturan waktu. 4. Untuk menciptakan ruang belajar yang tenang dan segar, hendaknya ruangan itu . A. bersih dan rapi. B. banyak perabotannya.

Membaca I

C. ruangannya luas. D. catnya baru. 5. Waktu untuk belajar termasuk membaca hendaknya.. A. kapan saja. B. jika ada waktu senggang. C. Malam hari ketika orang sedang tidur. D. teratur dan tetap.

Untuk nomor 6 sampai dengan nomor 8, pilihlah: A. jika pernyataan pertama dan benar, kedua-duanya memiliki

hubungan sebab akibat B. jika pernyataan pertama dan kedua benar, tetapi keduanya tidak berhubungan sebab akibat C. jika salah satu pernyataan pertama dan benar, atau D. jika salah satu pernyataan pertama dan kedua salah 6. Membauat pernyataan merupakan langkah metode SQ3R yang dapat membantu memahami bacaan, sebab Pernyataan-pernyataan dapat memandu pembaca untuk

mempercepat penguasaan isi buku, 7. Pada waktu membaca kita harus sehat jasmani dan rohani, sebab Membaca memerlukan konsentrasi penuh, 8. Mencatat fakta-fakta dan ide-ide yang penting akan menanamkan kesan yang mendalam pada ingatan kita, sebab Membuat catatan dari buku yang dibaca hanya untuk mengisi waktu luang,

Untuk nomor 9 dan 10 pilihlah: A. jika (1) dan (2) benar; B. jika (1) dan (3) benar;

Membaca I

C. jika (2) dan (3) benar; atau D. jika (1),(2), dan (3) benar. 9. Hal-hal yang penting dalam membaca untuk studi ialah, (1) (2) (3) konsentrasi, keadaan santai, metode SQ3R, dapat berkonsentrasi dalam membaca, kita perlu

10. Untuk

mempersiapkan kondisi berikut. (1) (2) (3) sehat jasmani dan rohani. tempat membaca segar dan tenang. dilakukan secara teratur.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 a yang terdapat dibagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Rumus Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali 80% 70% < 89% = baik 79% = cukup 70% = kurang

X 100%

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami kegiatan belajar 2. Akan tetapi, bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Membaca I

2. Penerapan Metode SQ3R


Pada uraian kegiatan belajar ini, Anda akan mempelajari penerapan metode SQ3R dalam kegiatan membaca. Sebelum membaca sebuah buku dengan menggunakan metode SQ3R, kita melakukan survei terhadap buku yang akan kita baca. Survei atau prabaca ialah teknik untuk mengenal bacaan sebelum membacanya secara lengkap. Hal ini dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud: 1) 2) 3) 4) 5) 6) mempercepat menangkap arti; mendapatkan abstrak; mengetahui ide-ide yang penting; melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut; mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan; memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah (Soedarso, 1988) survei buku dilakukan tidak perlu lama hanya beberapa menit saja. Akan tetapi, dengan cara yang sistematis, kita akan cepat menemukan ideide penting dan organisasi bacaan. Hal itu akan sangat membantu mencapai tujuan membaca. Survei buku juga digunakan untuk melihat suatu artikel atau majalah dan memilih buku di perpustakaan atau di toko buku untuk mengetahui apakah tulisan atau buku itu cocok dengan kebutuhan kita. Survei atau prabaca banyak macamnya, mulai dari survei artikel, bab buku atau buku itu sendiri bahkan survei kliping. Kita mulai dengan survei artikel. Artikel yang dibaca oleh seseorang dapat diperlakukan terus dibaca, ada yang perlu dikaji kembali, ada yang perlu diringkas, ada yang perlu ditimbang-timbang, ada yang langsung dibuang saja karena pembaca merasa tidak berkepentingan. Oleh karena itu, sebelum membaca artikel itu

Membaca I

secara lengkap, hendaknya Anda menyurveinya dahulu. Setelah itu, jika diperlukan kita dapat membacanya secara keseluruhan. Organisasi tulisan artikel umumnya terbagi atas beberapa bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup atau kesimpulan. Setiap paragraf dalam artikel itu mempunyai kalimat tajuk yang memuat pokok pikiran. Kegiatan surveinya dilakukan dengan langkah-langkah berikut. 1. Baca judul. Judul tidak hanya menunjukan masalah yang dibahas dalam artikel itu, tetapi juga untuk merangsang pembaca berfikir: a) apa yang Anda dapatkan dari judul tersebut? b) gagasan apa saja yang ada? c) hal apa yang telah Anda ketahui? 2. Baca semua subjudul. Subjudul dibaca dengan cepat. Hal ini akan membantu pembaca membentuk pengertian yang menyeluruh.

Subjudul umumnya menunjukan fokus yang khusu serta aspek-aspek yang mengacu pada keseluruhan topik 3. Jika ada amati juga tabel, skema atau peta yang memperjelas isi. 4. Baca pengantar. Apabila tidak ada pengantar, baca dua paragraf pertama dengan kecepatan yang tinggi. Dengan cara ini kita akan mendapatkan ide, cerita, latar, nada, suasana, dan gaya penulisannya. Pengantar pada tulisan akan membantu pembaca memahami isi. Apabila paragraf itu terlalu panjang, baca saja kalimat pertama dan kedua. 5. Baca kalimat pertama subbab. Kalimat pertama sering menuturkan isi bagian tulisan itu. Akan tetapi, adakalanya kalimat pertama ini hanya kalimat transisi atau hanya untuk menarik perhatian pembaca. Jika demikian, baca kalimat terakhir kalimat. Kalimat ini sering mengulangi gagasan utama paragraf itu. 6. Dibuang atau dimanfaatkan. Kalau artikel itu tidak sesuai dengan kebutuhan Anda, tidak perlu Anda membacanya. Sebaliknya, bila dipandang perlu, Anda dapat membacanya lebih serius. Selanjutnya kita akan melakukan survei terhadap buku, terutama buku nonfiksi. Banyak bagian komunikasi yang dapat menolong kita untuk

Membaca I

mengetahui isinya dan membantu mencapai tujuan kita membaca buku tersebut. Bagian itu adalah daftar isi, pengantar/ pendahuluan, bab, indeks, tabel, glosarium, gambar, dan lain-lain. Dalam menyurvei buku, tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah memperhatikan judul buku dan mengajukan pertanyaan tentang topik yang terkandung di dalamnya. Lalu melihat nama penulis dan atributnya yang biasanya memberikan petunjuk isi tulisan. Untuk melihat aktual atau tindakannya buku tersebut lihat tahun penerbitnya. Jika ada, baca juga sampul buku bagian belakang yang memuat pesan penerbit mengenai hal penting dari buku. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan ialah: 1) Telusuri daftar isi. Daftar isi kita baca untuk mendapatkan keseluruhan organisasi buku/informasi. Daftar isi memuat kerangka dan gambaran umum buku, serta berisi topik-topik utama dan subtopik lainnya yang terdapat dalam buku. 2) Baca pengantar. Jika kita pergi ke perpustakaan, adakalanya kita dihadapkan pada deretan buku yang mengupas hal yang sama. Mungkin kita dapat menyempitkan pilihan berdasarkan tahun penerbitannya, tentu saja kita mencari buku yang tahun terbitnya lebih baru. Akan tetapi, sering juga kita dihadapkan pada pilihan lain. Karena itu, biasanya penulis membatasi permasalahan yang dibahas dalam pengantar. Jadi, pengantar dilewati waktu kita membaca. 3) Lihat tabel, gambar, grafik, dan lain-lain.bagian buku ini dapat memperjelas dan mempercepat pemahaman isi buku. 4) Apendiks. Jangan juga tambahan atau apendiks ini. Biasanya memberikan tambahan infomasi yang berharga bagi pembaca. Sayangnya buku-buku yang terbit di Indonesia lebih banyak yang tidak dilengkapi dengan apendiks. 5) Telusuri indeks. Dapatkan kat-kata kunci untuk mencocokan dengan tujuan dan kebutuhan kita. Sama halnya dengan apendiks, indeks pun tidak dicantumkan dalam buku-buku di Indonesia.

Membaca I

Setelah melakukan survei terhadap buku yang akan dibaca, Anda dapat menentukan sikap, sejauh mana Anda akan membaca buku tersebut?. Apakah Anda perlu membacanya secara lengkap dari bab pertama atau langsung membaca bab lain? Kalau demikian, apakah akan langsung membaca bab itu? Anda juga harus melakukan survei bab itu terlebih dahulu. Sebelum Anda membaca suatu bab, adakan survei terlebih dahulu. Survei bab lebih teliti dibandingkan survai secara keseluruhan buku. Selain itu, Anda mengamati subjudul-subjudul. Amati juga alat-alat bantu visual yang ada di bab itu, seperti grafik, peta, gambar. Lalu. Perhatikan hal-hal berikut ini: 1) Paragraf pertama dan akhir. Kadang-kadang penulis menggunakan paragraf itu untuk menyampaikan apa yang akan dibicarakan dalam bab itu atau ringkasan dan kesimpulan bab itu. 2) Ringkasan. Ihtisar atau ringkasan tentang bab terkadang dituliskan oleh penulis pada bagian tersendiri, biasanya mendahului bab itu. Anda baca dahulu ringkasan itu untuk mendapatkan gambaran umum tentang bab itu. 3) Subjudul. Penulis berusaha dengan susah payah memberikan subjudul pada setiap bab. Sayangnya, banyak pembaca justru mengabaikan hal itu, padahal subjudul itu banyak memperjelas isi bab tersebut. Dengan subjudul, pembaca makin mengetahui hubungan bagian-bagian isi buku itu. Bahan bacaan yang lain yang diperlukan untuk studi adalah kliping surat bakar atau majalah. Untuk mendapatkan bahan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita secara cepat, lakukanlah survei terhadap kliping tersebut dengan cara berikut. 1) Perhatikan judul. Umumnya judul mencerminkan topik dan fokus pembahasan. 2) Perhatikan penulisannya. Jika Anda mengetahui identitasnya atau telah mengenal mutu dan pembahasan sebelumnya, Anda dapat

Membaca I

memperkirakan isinya dan membuat keputusan untuk membacanya atau tidak. 3) Selanjutnya lakukan seperti survei artikel. Lakukanlah survei dengan segera. Jangan lama-lama dengan satu artikel atau satu berita. Cepatlah balik lembaran berikutnya. 4) Dengan survei, Anda dapat memutuskan dengan cepat apakah lemabaran atau bahan itu sesuai dengan kebutuhan Anda. Sejalan dengan langkah survei, pembaca mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan. Cara yang dapat kita gunakan ialah dengan mengubah judul dan subjudul atau yang lebih kecil dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Kita dapat menggunakan kat-kata tanya: apa, siapa, kapan, di mana, dan mengapa. Misalnya, subjudul Variasi bahasa, dapat diubah dengan bertanya, Apa yang dimaksud dengan variasi bahasa? Mengapa terjadi variasi bahasa? Pada waktu Anda melakukan survei buku secara keseluruhan, mungkin pertanyaan Anda masih terlalu umum, tetapi setelah Anda menyurvei subjudul atau menyurvei bab ke bab pertanyaan-pertanyaan itu lebih spesifik lagi. Satu pertanyaan dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan lain tentang isi bacaan secara lebih mendalam. Dengan adanya berbagai pertanyaan itu, cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada daripada kalau hanya asal membaca. Setelah Anda melewati dua langkah tersebut, barulah Anda memasuki kegiatan membaca. Jadi, membaca merupakan langkah ketiga bukan pertama dan bukan satu-satunya langkah untuk menguasai bacaan. Cara membaca pun harus kritis karena membaca dengan metode SQ3R digunakan untuk membaca studi. Bacalah tulisan itu bagian demi bagian. Sambil membaca bagianbagian itu carilah jawaban atas pertanyaan yang Anda buat berdasarkan judul-judul bagian atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan topik bacaan itu.

Membaca I

Pada tahap ini sangat diperlukan konsentrasi terhadap penguasaan ide pokok serta rincian yang penting, yang mendukung ide pokok. Pada bagian-bagian yang penting atau yang Anda anggap sulit, perlambat membaca Anda dan pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang Anda telah ketahui, percepat kembali membaca Anda. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan membaca. (1) Jangan membuat catatan-catatan yang berlebihan. Hal ini akan memperlambat Anda dalam membaca. Pilihlah bagian-bagian yang penting saja. (2) Jangan membuat tanda-tanda, seperti garis bawah pada kata maupun frase tertentu karena belum tentu yang digarisbawahi itu sudah sesuai dengan keperluan Anda. Berbeda dengan langkah ketiga yang tidak boleh membuat catatan secara berlebihan karena akan mengganggu kegiatan membaca, maka pada langkah keempat yaitu recite atau mengutarakan kembali, kita dapat membuat catatan walupun seperlunya. Catatan-catatan ini dapat

membantu kita untuk memahami bacaan. Agar catatan-catatan yang kita buat dapat sungguh-sungguh berguna untuk belajar maupun untuk mengarang, catatan-catatan itu

janganlah terlalu ringkas. Bentuk catatan untuk membaca studi antara lain ada tiga macam. 1. Garais besar atau out line Garis besar memberi pandangan menyeluruh secara tepat. Garis besar menunjukkan kombinasi dan subordinasi gagasan dengan jelas serta menunjukkan pikiran utama dan pikiran penjelas serta jenis dan pengembangan paragraf. Jadi, bentuk cacatan dengan garis besar sangat berguna untuk belajar cepat. 2. Ringkasan Ringkasan mengandalkan kemampuan kita dalam menulis secara ringkas. Untuk mempelajari ulang bahan , ringkasan mungkin tidak memberikan kecepatan sebesar yang diberikan oleh garis besar. Akan tetapi, untuk studi konstruktif yang lebih kuat, untuk tujuan mampu

Membaca I

menyampaikan gagasan secara ringkas, tepat , dan jelas membuat ringkasan dapat memainkan peranan yang nyata.

3. Tanya jawab Catatan yang berupa serangkaian pertanyaan dan jawaban bernilai untuk mampu merumuskan pertanyaan dan jawaban dalam kalimat tanya dan kalimat afirmatif yang baik. Dengan catatan tanya jawab ini, membaca untuk studi lebih berhasil. Bahkan pemahaman dan penguasaan bahan pun lebih kuat. Adapun alasan membuat catatan, yaitu: 1. Informasi atau ide yang dikandung dalam bacaan itu kita perlukan; 2. Kita tidak dapat mencoret-coret buku (buku pinjaman, dan lain-lain); 3. Untuk memudahkan mencari kembali bila kita memerlukan ide yang kita perlukan itu. Catatan pada saat membaca berguna untuk : 1) membantu melihat struktur apa yang dibaca; 2) mengambil pokok yang menarik, berguna, atau sesuatu yang diperlukan; 3) mengingat-ingat materi yang penting; 4) sebagai bahan acuan bila suatu ketika diperlukan; serta 5) membantu konsentrasi dan memudahkan mengingat apa yang kita baca. Jadi, dengan membuat ringkasan mengambil intisari suatu bab, bagian, atau paragraf, kita akan menguasai ide yang dikandungnya dengan lebih baik. Catatan yang kita buat secukupnya, yang diperkirakan dapat membantu pemahaman kita. Yang dimaksud secukupnya ialah mencatat hal-hal yang meliputi: 1) bagian-bagian kunci termasuk ide sentral soal-soal besar, atau

informasi penting; 2) tujuan dan asumsi penulis tentang segi-segi tertentu;

Membaca I

3) rincian dan fakta yang kita perlukan, misalnya statistik atau hal lain yang dapat menunjang kebutuhan kita; 4) pokok-pokok pikiran yang menarik atau yang perlu diikuti, seperti gagasan baru, ide yang memancing komentar yang menantang, kata yang masih asing, penjelasan atau soal yang tidak kita mengerti, dan pendapat. Cacatan dari berbagai sumber yang telah kita buat sebaiknya dikumpulkan karena pada suatu saat kita akan membutuhkannya lagi, seperti untuk membuat makalah. Dengan mengunakan catatan dari banyak sumber, kita akan mendapatkan beberapa keuntungan. 1) Apabila catatan hanya dari satu sumber, kita akan terjebak dalam contek-mencontek, sekalipun menggunakan kata-kata sendiri, tetapi hal itu merupakan gagasan orang lain. 2) Dengan menggunakan catatan dari banyak sumber, ide akan lebih kaya. 3) Informasi penting tidak akan akurat jika hanya dari satu sumber. Lebih baik kita kumpulkan ide dari banyak sumber daripada hanya berkonsentrasi pada ide seseorang. 4) Ide kita tidak akan berkembang karena dengan hanya satu sumber, kita tidak berkesempatan membandingkan ide kita dengan orang lain dan kita tidak dapat mengambil kesimpulan yang baik. Jika kita akan membuat catatan, hendaknya memperhatikan ketepatan. Dengan kata lain, catatan itu harus tepat atau akurat. Maksudnya: 1) ringkasan harus merupakan refleksi dari teks; 2) catatlah kutipan dengan tepat, dengan memakai tanda petik; 3) tulislah sumbernya, seperti nama penulis, judul tulisan, penerbit, dan lain-lain seperti yang dilazimkan karena berguna untuk referensi. Catatan umumnya kita buat dalam lembaran kertas lepas atau buku tulis. Kelebihan catatan dalam lembar kertas adalah kita dapat melihat jelas apa yang terjilid. Akan tetapi, keduanya memiliki kekurangan yaitu: 1) sulit untuk menambahkan sesuatu jika ada yang tertinggal;

Membaca I

2) sulit diatur berdasarkan kebutuhan. Catatan yang mulai digemari dan lebih leluasa pemakaiannya adalah sistem kartu. Ada kelemahan dari sistem kartu ini ialah mudah tercecer dan tercampur, kecuali jika Anda mengikatnya. Kelebihan sistem ini ialah: 1) mudah diatur kembali menurut kebutuhan berdasarkan kelompok masalah; 2) mudah menambahkan informasi baru, gagasan baru, atau catatan lain; 3) satu kartu hanya untuk satu topik dan satu sumber.

Di atas telah disebutkan tiga bentuk catatan yang dapat kita gunakan. Berikut ini merupakan contoh dari ketiga bentuk catatan tersebut.

1) Catatan berupa garis besar Contoh: Jenis wacana, I. Jenis wacana berdasarkan bentuknya: A. Wacana prosa B. Wacana puisi II. Jenis wacana berdasarkan pemakaiannya: A. Wacana Narasi B. Wacana Deskripsi C. Wacana Eksposisi D. Wacana Argumentasi

2) Catatan berupa ringkasan Bacalah kutipan berikut ini! Masalah-masalah yang dihadapi dalam bidang pendidikan pada saat akan dimulainya pelaksanaan Repelita I sangat berat dan mendesak. Di bidang kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaharuan agar sistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan kemajuan. Disamping itu, terdapat ketidakseimbangan di antara

Membaca I

berbagai jenis pendidikan (horizontal) maupun di antara berbagai tingkat pendidikan (vertikal). Selanjutnya, jumlah anak yang berusia sekolah yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih besar dari jumlah anak yang bersekolah. Demikian pula, jumlah anak yang putus sekolah (drop-out) jauh lebih besar daripada mereka yang berhasil menyelesaikan satu tahap pendidikan. Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di dalam pendidikan baik teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di samping itu, mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan. Prasarana pendidikan, seperti gedung dan luar sekolah sangat tidak mencukupi. Buku-buku sangat sedikit jumlahnya. Kecuali itu, sedikit sekali sekolah yang mempunyai perpustakaan, alat-alat peraga, ataupun laboratorium dan tempat praktik. Akhirnya, organisasi dan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan baik di pusat maupun di daerah belum mencerminkan kerja sama yang serasi. Demikian pula, belum ada sistem informasi pendidikan atau keperluan perencanaan yang terarah. (dari buku Komposisi )

Bacalah ringkasannya seperti disampaikan dalam buku Komposisi juga! Banyak masalah berat yang dihadapi pada awal Repelita I: masalah kurikulum, ketidakseimbangan, penampungan murid, dan masalah putus sekolah; kemudian masalah kurangnya tenaga pendidikan, dan kurangnya mutu keahlian dan fasilitas; akhirnya masalah kurangnya kerja sama dan tidak ada sistem informasi. Selain ringkasan dari sebuah tulisan, kita juga sering membuat ringkasan dari sebuah ceramah. Apa bila mendengarkan sebuah ceramah, kita tidak mungkin mencatat semua ucapan penceramah, tetapi kita akan membuat ringkasan dengan cara menuliskan butir-butir penting secara penomoran: 1, 2, 3, dst.

Membaca I

3) catatan berupa tanya jawab

PENGGAGAPAN,
Apakah menggagap itu penyakit? Bagaimana sembuhnya? Mengganggap bukan proses patologis, melainkan suatu kelainan perkembangan semata-mata. Dalam perkembangan daya bicara seseorang ada ketidak serasian. Menganggap dapat hilang dengan sendirinya kalau keadaan Sekelilingnya bengangsur-angsur membaik, atau kemungkinan lain: kelainan itu tetap atau malahan bertambah buruk.

Mulai umur berapa mengapa dapat timbul?

Menganggap dapat mulai antara umur dua dan lima tahun. Selama itu anak paling cepat belajar; perkembangan daya bicaranya paling intensif dan paling peka. Kalau selama itu hubungan anak dan lingkunagn, terutama bapak dan ibunya, tidak baik, dapat timbul efek negatif berupa penganggapan itu. Maka perpisahan atau perceraian orang tua dapat pula merupakan sebab timbulnya penggagapan si anak karena hubungan anak dengan yang mengajarnya bicara terganggu.

Benar, meskipun aneh. Perbandingannya sekitar 3 lawan 1. anak perempuan memang umumnya lebih tabah menghadapi stressdari pada anak laki-laki. Benarkah lebih banyak pria yang menggagap daripada wanita?

Benar, meskipun aneh. Perbandingannya sekitar 3 lawan 1. anak perempuan memang umumnya lebih tabah menghadapi stressdari pada anak laki-laki.

Membaca I

Mengapa dapat disembuhkan pada umur berapa saja?

Bilamana menggagap dapat timbul?

Bila orang marah atau tegang tetapi menekan kemarahannya itu agar tidak meledak dan mengacau segala-galanya- bapak, ibu,dan dirinya sendiri-maka akibatnya ia tidak dapat bicara. Seorang penggagap mengalami kelainan agresif. Lebih tua, lebih cepat dia marah.

Apakah penyaluran agresif dapat merupakan terapi?

Ya. Kalau ia membiarkan dirinya marah, bicaranya dapat menjadi lancar. Demikian juga kalau ia tidak perduli apakah ia menggap atau tidak. Sebab dengan demikian ia tidak berusaha menekan diri.

Apakah pada orang dewasa penggagapan tidak dapat hilang sama sekal?

Rupanya tidak dapat. Menggagapnya dapat berkurang, misalnya setelah kawin dan merasa bahagia tetapi tidak dapat hilang sama sekali, Orang dewasa yang menggagap umumnya mempunyai suatu teknik untuk menekan kekurangannya. Mereka suka beristirahat, bernafas dalam-dalam pada saat

Membaca I

Setiap orang memiliki daya ingat yang berbeda-beda. Ada yang mampu mengingat banyak hal dalam waktu yang lama, tetapi ada pula yang hanya mampu dalam waktu sebentar. Lebih parah lagi orang yang hanya dapat mengingat sedikit hal dalam waktu sebentar. Biasanya anak-anak akan lebih lama daya ingatnya dibandingkan denga orang dewasa. Daya ingat sangat berguna dalam kegiatan membaca, apalagi membaca untuk studi. Dengan daya ingat, seseorang akan dapat memunculkan kembali apa yang telah dibacanya. Ada peryataan yang mendukung keterbatasan daya ingat seseorang pada waktu membaca, yaitu sekalipun pada waktu membaca kita menguasai isi bacaan sebanyak 85%, kemampuan kita dalam waktu 8 jam untuk mengingat rincian yang penting tinggal 40%. Dalam tempo dua minggu, pemahaman kita tinggal 20%. Oleh karena itu, pada waktu membaca, kita jangan melewatkan langkah terakhir dari metode SQ3R ini, yaitu review, mengulang kembali . setelah selesai membaca seluruh isi bacaan, kita mengulang kembali untuk menelusuri judul-judul dan subjudul serta bagian-bagian yang penting lainnya dengan menemukan pokok-pokok yang penting yang perludiingat kemabli. Tahap/langkah ini sangat membantu daya ingat kita dan memperjelas pemahaman juga.

Membaca I

Untuk dapat menggunakan metode SQ3R dengan baik, kita perlu memahami alat-alat bantu yang ada dalam sebuah buku. Sebuah buku yang baik, tidak hanya mementingkan isi buku, tetapi memperhatikan juga bagain-bagain lain sebagai pendukung buku tersebut. Bagian-bagian pendukung itu akan membantu kita dalam mempelajari isi buku. Bagainbagian pendukung buku meliputi: halaman judul, kata pengantar, daftar isi, tabel, peta, bagan diagram, grafik, gambar/foto, daftar pustaka, daftar

istilah, lampiran, dan indeks. Selanjutnya, akan diuraikan secara singkat bagian-bagian tersebut. halaman judul memberikan informasi tentang judul buku dan

subjudul (kalau ada), nama pengarang berikut jabatan dan tempat kerjanya, nama penerbit, kota penerbit, dan tahun penerbitan buku yang

bersangkutan. Informasi yang lebih banyak tentang data-data penerbitan diberikan pada halaman dibalik halaman judul. Kita tidak boleh harus meneliti halaman judul apabila kita akan menyiapkan daftar pustaka (bibliografi) dengan membuat kartu-kartu bibliografi terlebih dahulu atau hendak menyusun catatan-catatan dengan sistem kartu. Selain itu, pengetahuan tentang penulis buku akan memberikan motivasi yang lebih besar untuk membacanya. Kata pengantar dari penulis atau orang lain dapat menerangkan tujuan, penataan dan metode penyajian buku yang ditulisnya selain itu, sering ada petunjuk-petunjuk dari penulis untuk pembaca. Daftar isi memberikan gambaran umum bahan yang dibicarakan. Sebelum membaca bab-bab buku, perlu mempunyai kesan umum mengenai isinya. Karena dalam daftar isi, kita dapat melihat tiap pokok bahasan dan topik-topik atau subtopik-subtopik beserta halam atau tiap topik/subtopik, kita akan mudah mencari dan membaca topik yang kita minati terlebih dahulu. Tabel memberikan berbagai macam informasi dalam kolom-kolom yang jelas dan padat. Kita mengetahui jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api atau tabel-tabel matematika, fisika, dan kimia. Semua itu adalah tabel dan tentu jasa masih banyak tabel-tabel yang lain.

Membaca I

Tabel merupakan referensi yang cepat, tetapi membacanya juga harus cermat. Peta sangat berguna untuk memberikan gambaran menyeluruh secara cepat. Misalnya peta perpindahan bangsa-bangsa. Bagan juga sangat berguna untuk membrikan gambaran menyeluruh secara cepat tentang kata kerja, kata organisasi, atau proses suatu kegiatan. Diagram akan menunjukkan, misalnya sifat-sifat suatu bangun geometris, seperti segitiga atau trapesium atau lingkaran. Diagram juga dapat menunjukan susunan atau kerja suatu benda atau sistem. Grafik dapat mengilustrasikan hubungan atau perbandingan antara dua hal, hal yang satu diukur pada sumbu tegak dan hal yang lain diukur pada sumbu mendatar. Ada beberap jenis grafik, antara lain: grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran. Pada grafik lingkaran ada bagian-bagian yang menyerupai irisan-irisan bola. Lingkaran menggambarkan keseluruhan dari suatu informasi khusus. Irisan-irisan dalam grafik lingkaran

menggambarkan ukuran sesuatu dalam keseluruhan itu. Daftra pustaka berisi sumber-sumber informasi digunakan secara langsung maupun secara tidak langsung yang disusun secara alfabetis. Dalam daftar pustaka, nama akhir penulis ditempatkan pertama, atau dengan kata lain susunannya dibalik, misalnya pengarang yang namanya terdiri atas dua katanama terakhir ditempatkan diawal lalu pakai 3 tanda koma I, baru nama kedua ditulis. Daftar istilah atau glosarium memuat semua istilah yang digunakan dalam buku disertai arti tiap-tiap istilah itu. Hal ini tentu saja merupakan alat belajar yang sangat berguna. indeks mendaftar secara alfabetis semua hal penting yang ada dalam buku: istilah, nama pengarang, nama tempat, peristiwa penting, dan sebagainya, dilengkapi dengan nomor halaman. Untuk mencari kembali penjelasan tentang istilah yang kurang kita pahami dan sebagainya, indeks ini sangat membantu.

Membaca I

Lampiran merupakan tambahan untuk teks pokok, sebagai bagian dari teks keseluruhan, yang ditempatkan terpisah pada bagian belakang. Garafik, gambar, tabel, diagram, dan sebagainya berisi informasi visual yang sama pentingnya dengan informasi verbal. Dalam mempelajari bahan-bahan nonverbal itu, kita perlu berpikir sunguh-sungguh. Mengapa? Sebab kita perlu dan mengubah informasi visual itu menjadi informasi verbal. Dengan demikian, informasi visual itu dapat kita kuasai dengan baik, dapat kita simpan dalam pikiran kita baik sebagai data verbal maupun sebagai data visual. Hasilnya informasi itu dapat kita pahami dan kita ingat dengan jelas dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, janganlah bahanbahan nonverbal itu kita lihat sambil atau hanya selayang pandang, tetapi harus dengan sungguh-sungguh. Tidaklah sukar sama sekali membaca grafik dan semacamnya itu karena bahan-bahan tersebut telah disusun oleh para ahli dengan menerapkan empat sifat penting, yaitu: 1) Langsung. Bahan-bahan/alat-alat visual disusun untuk menarik perhatian langsung terhadap informasi yang harus dilihat. 2) Sederhana. Informasi itu ditata dengan seksama. Rincian-rincian yang tidak perlu disingkirkan 3) Jelas. Baik wujud visualnya maupun artinya dikemukakan secara jelas. 4) Tepat, cermat, dan teliti. Data-data dicek secara seksama. Hanya bentuk-bentuk grafik yang akurat saja yang digunakan. Dengan sifat tersebut di atas, bahan-bahan visual, seperti grafik, gambar, tabel tidak membingungkan pembaca, bahkan membantu

pembaca mempermudah memahami bacaan. Buku pelajaran, buku acuan, buku laporan penelitian, dan buku karangan ilmiah lainnya memuat banyak sekali informasi, fakta, waktu, tempat, peristiwa, tokoh, nama, definisi, rumusan, eksperimen, hasil, hipotesis, asumsi, dalil, dan segala macam topik yang lain. Sering kita hanya ingin membaca kembali keterangan tentang suatu topik tertentu saja. Misalnya, menghadapi buku yang berjudul Metode Pengajaran Bahasa, kita hanya ingin, membaca atau membaca kembali

Membaca I

pembicaraan

tentang

macam-macam

metode

pengajaran

bahasa

Indonesia. Kita tidak tahu atau lupa pada halaman beberapa macammacam metode itu dibicarakan. Dalam keadaan seperti ini, kita akan mencari pertolongan dalam indeks. Kita mencari dalam indeks itu entri metode. Ternyata entri tersebut ada lengkap dengan rinciannya dan nomor halaman untuk tiap-tiap rincian. Tertulis dalam indeks itu: metode Audiolingual, 79; langsung, 86;Sugestopedia, 94. Kita sekarang mengetahui bahwa metode Audiolingual dibicarakan pada halaman 79, metode langsung halaman 86, dan metode Sugestopedia halam 94. Indeks merupakan salah satu sarana yang penting untuk

menggunakan buku sebagai sumber belajar. Indeks mendaftarkan semua topik atau butir informasi yang penting-penting secara alfabetis dan rinci dengan dilengkapi nomor halaman buku yang memuat tentang

pembicaraan setiap butir informasi tersebut. Apabila di dalam buku banyak sekali tokoh yang dibicarakan, sering nama-nama tokoh dibuatkan indeks tersendiri, terpisah dari topik-topik yang lain maka pada akhir buku sering kita temukan dua macam indeks: indeks pokok soal (subject index) dan indeks nama (name index). Indeks nama mungkin mencakup nama-nama yayasan, lembaga, dan media. Selain indeks, pendukung buku yang lain ialah daftar istilah atau glosarium. Sering kita ingin mempelajari kembali definisi istilah dalam bidang ilmu yang dibicarakan dalam buku acuan yang telah kita baca. Daripada mebalik-balik halaman-halaman untuk mencari istilah dan definisinya, kita cari saja istilah dan definisi itu dalam daftar istilah atau glosarium. Penempatan glosarium ini ada yang didepan atau dibelakang buku. Daftar istilah atau glosarium memuat istilah-istilah atau kata-kata teknis secara alfabetis dan mendefinisikan atau menerangkan istilah-istilah tersebut kalau mungkin dengan contoh-contoh, gambaran-gambaran, dan nomor halaman buku tempat istilah-istilah tersebut.

Membaca I

Contoh indeks pokok soal Abstract, 294 abstract, 294,306 adaptasi sosial, 5-6 akibat, 93 alat komunikasi, 1-5 alat peraga, 336-337 alinea, 62 et seqq alinea pembuka, 63-65 alinea penghubung, 65 alinea penutup, 66, alur, 278 (diambil dari indeks yang terdapat dalam buku Komposisi), catatan: Keterangan et seqq di belakang nomor halaman buku, misalnya 62 et seqq artinya dan seterusnya. Maksudnya uraian alinea terdapat pada halaman 62 dan halamanhalaman seterusnya, singkatan et seqq berasal dari bahasa Latin. Dalam bahasa Inggris, pengertian dan seterusnya dinyatakan buku pelengkap, 222, buku referensi, 170-173, bunyi, 2, bunyi voka, 2, cara menganalisis, 339-341, catatan, 333, catatan kaki, 193 et seqq, catatan penjelas, 198,207,208. contoh, 90-91,

dengan f dan ff, yang dilekatkan pada nomor halaman buku. Contoh: Abbreviations, 195f, 234f, 375f Alphabet, 73ff, 89ff, 168ff, 220ff, 240ff, f menyatakan halaman terusannya hanya satu halaman,

sedangkan ff halaman terusannya lebih dari satu halaman. Dalam bahasa Indonesia singkatan et seqq mungkin dapat diungkapkan dengan dst. Misalnya 62 dst, 195 dst.

Contoh indeks nama INDEKS

Abdul Karim Amrullah, 69,226 Abdul Malik Karim Amrullah, Haji,

Aman Surana, 78. Amar Pasaribu, 114.

Membaca I

see Hamka Abbas, Hasan, 223 Abdullah ibu Abdul Kadir Munsyi,1. Abdul Muis, 24,61-63,67,76,138,220

Ambon (ex), 6,229,243. American, 128,144,160,200. Amir, M, 36 Amir Hamzah,19,28,45-46, 79,80

Abdul Muluk, Syair, 50 Abdul Rivai, see Yogi

Amsterdam, 119,140 Angkatan 45,46,79,107,109, 114-120

(Diambil dari indeks yang terdapat dalam buku Literatur oleh A.Teew).

Moderen Indonesian

Latihan Setelah Anda selesai membaca uraian di atas, untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakanlah latihan berikut ini. Apabila Anda

mengalamai kesulitan diskusikanlah dengan teman. 1. Apakah yang harus Anda lakukan bila buku dengan menggunakan langkah survei? 2. Anda membaca subjudul Kekurangan Tenaga Ahli ilmiah dan Teknis. Dengan menggunakan langkah bertanya, Anda harus menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan

subjudul tersebut. Coba Anda susun pertanyaan-pertanyaan tersebut! 3. Pada waktu Anda melakukan langkah keempat dari metode SQ3R, Anda membuat catatan. Manfaat yang Anda peroleh dari catatan tersebut? Jelaskan! 4. Dalam sebuah buku sering kita menemukan grafik, bagan, tabel ataupun yang lainnya. Membaca grafik, bagan, tabel tidaklah terlalu sulit karena grafik. Bagan, tabel telah disusun secara cermat dengan memperhatikan sifat-sifat penting yang akan

Membaca I

mempermudah orang untuk membacanya. Jelaskan sifat-sifat tersebut!

Petunjuk Jawaban Latihan Apabila Anda telah selesai mengerjakan latihan, periksalah hasil latihan Anda dengan memperhatikan rabu-rambu jawaban berikut ini! 1. Untuk mensurvei sebuah buku, ada langkah-langkah yang dapat Anda ikuti agar kegiatan Anda lebih efektif. Untuk menjawab pertanyaan di atas perhatikan langkah-langkah survei buku. 2. Pada waktu menyusun pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan subjudul tersebut, perhatikan hal-hal yang kira-kira tercakup di dalam subjudul itu. Yang tidak ada kaitannya jangan Anda rumuskan. 3. untuk mengutarakan kembali apa yang telah dibaca, Anda membuat catatan-catatan. Jawaban Anda berkaitan dengan manfaat membuat catatan. 4. Jawaban Anda harus memperhatikan empat sifat penting dalam membuat grafik, bagan, table, dan sebagainya Rangkuman SQ3R terdiri atas Survei, Question, Read, Recite, Review Survei digunakan untuk mengenal organisasi tulisan dan ikhtisar umum suatu bacaan. Adapun manfaatnya ialah: 1) mempercepat menangkap arti; 2) mendapatkan abstrak; 3) mengetahui ide-ide yang penting; 4) melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut; 5) mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan; 6) membantu mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah. Kegiatan survei bacaan dapat dipergunakan untuk mensurvei artikel bab buku atau buku itu sendiri, dan kliping. Organisasi artikel terdiri atas pendahuluan, isi dan penutup atau kesimpulan. Langkah-langkah survei artikel adalah membaca judul dan semua sub judul, mengamati tabel skema, atau pesta; membaca pengantar, kalimat pertama subbab, dan mengambil keputusan untuk

Membaca I

Langkah-langkah mensurvei bab, yaitu: 1) mengamati subjudul subjudul dengan semua kaitannya; 2) mengamati alat-alat bantu visual yang ada dalam bab itu, seperti tabel, grafik, dan sebagainya; 3) memperhatikan paragraf pertama dan akhir; 4) memperhatikan ringkasan bab, 5) memperhatikan subjudul.

Langkah-langkah mensurvei kliping, yaitu: 1) memperhatikan judul 2) memperhatikan penulisannya; 3) melakukan survei seperti menyurvei artikel; 4) memutuskan untuk menggunakan atau mengabaikan kliping. Didalam Questions, disusun sejumlah pertanyaan tentang pokok masalah yang ada dalam bacaan. Pertanyaan ini mulai dari pertanyaan yang bersifat umu7m sampai yang lebih spesifik. Catatan merupakan penunjang langkah keempat atau recite untuk membantu pemahaman kita terhadap bacaan. Bentuk catatan terdiri atas : 1) garis besar atau outline 2) ringkasan atau summary 3) tanya jawab

Membaca I

2) mendapatkan ide penting, menarik, berguna, atau yang diperlukan; 3) mengingat yang perlu diingat; 4) menjadi acuan kepada kesempatan lain; 5) membantu konsentrasi dan pemahamanbacaan. Hal-hal yang perlu dicatat ialah 1) bagian-bagian kunci; 2) tujuan ada asumsi penulis tentang segi-segi tertentu; 3) rincian dan fakta yang kita perlukan; 4) paktor-paktor pikiran yang menarik atau yang perlu diikuti. Catatan harus tepat dan akurat, artinya catatan khusus: 1) merupakan refleksi dari teks; 2) membedakan kutipan dan bukan kutipan secara jelas; 3) menulis sumber kutipan dengan lengkap.

Tes Formatif 2b

Membaca I

Kerjakanlah tes berikut dengan cara memilih salah satu alternatif jawaban yang dianggap paling tepat!

1. Survei terhadap suatu buku dimaksudkan untuk . A. sekedar membuka-buka buku B. mengenal organisasi tulisan C. mengenal gaya tulisan D. memperoleh kesan umum bacaan 2. Apakah kita membaca sebuah buku, yang pertama kali harus kita lakukan adalah. A. membaca kata pengantar B. memperhatikan judul buku dan mengajukan

pertanyaan yang berkaiatan dengan topik yang terkandung di dalamnya C. menelusuri daftar isi D. menelusuri daftar indeks 3. Kegiatan membaca yang dilakukan pada langkah ketiga metode SQ3R, sebaiknya A. membaca kritis B. membaca santai C. membaca sekilas D. membaca dangkal 4. Bentuk catatan yang menunjukan koordinasi dan subodinasi gagasan dengan jelas ialah. A. ringkasan B. tanya jawab C. garis besar D. ikhtisar 5. Alasan membuat catatan adalah sebagai berikut,

kecuali A. informasi atau ide yang dikandung dalam bacaan itu kita perlukan

Membaca I

B. mengisi waktu luang dan meperbanyak tulisan C. kita tidak dapat mencoret-coret buku pelajaran D. untuk memudahkan mencari kembali informasi yang dibutuhkan. Untuk nomor 6 sampai dengan nimor 8, pilihlah: A. jika pernyataan pertama dan kedua benar, dan keduanya menunjukan hubungan sebab akibat; B. jika pernyataan pertama dan kedua benar, tetapi keduanya tidak berhubungan sebab akibat; C. jika salah satu pernyataan benar; atau sebaliknya D. jika pernyataan pertama dan kedua salah 6. Catatan akan membantu daya ingat kita dalam membaca untuk studi. sebab Daya ingat yang kuat sangat dibutuhkan dalam membaca untuk studi 7. Pada waktu melakukan langkah kedua dari metode SQ3R, kita jangan membuat catatan yang berlebihan. sebab Pembuatan catatan yang berlebihan akan menggangu dan

meperlambat membaca kita. 8. Membaca untuk studi harus dilakukan dengan cara membaca kritis. sebab Membaca kritis ialah membaca dengan melakuykan kritik terhadap bacaan. Untuk nomor 9 dan 10, pilihlah: A. Jika (1) dan (2) benar B. Jika (1) dan (3) benar C. Jika (2) dan (3) benar D. Jika (1), (2), dan (3) benar 9. bagian buku yang berisi istilah-istilah berikut artinya disebut ialah . (1) (2) (3) daftar istiah daftar pustaka glosarium

Membaca I

10.

sifat-sifat

yang

penting

dalam

membuat

grafik,

tabel,

dan

semacamnya antara lain . (1) (2) (3) tepat, cermat, teliti jelas sederhana

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2b yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari!

Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% - 100% = baik sekali 80% 70% < 89% = baik 79% = cukup 70% = kurang X 100%

Jika Anda telah mencapai

tingkat penguasaan 80% atau lebih,

berarti Anda telah berhasil dan dapat melanjutkan mempelajari materi yang ada dalam modul berikutnya. Bagus! tetapi jika ttingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, Anda harus mempelajari materi dalam kegiatan belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Membaca I

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1

1.

Membaca merupakan keterampilan berbahasa untuk menerima dan memahami informasi tertulis dan dilakukan oleh diri sendiri.

2.

Isi bab merupakan tubuh dari bacaan dan akan didapatkan oleh pembaca ketika kita sudah membaca dan memahami bacaan itu

3.

Mengutarakan kemabli isi bacaan yang telah dibacanya dengan kata-kata sendiri merupakan langkah keempat atau recite.

4.

Survei merupakan langkah pertama dari Metode SQ3R yang bertujuan memperoleh gambaran umum dari bacaan atau buku yang kita baca.

Membaca I

5.

SQ3R singkatan dari survei, question, read, recite, dan review, yang sekaligus merupakan langkah-langkah dari metode tersebut.

6.

Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya mempunyai hubungan sebab akibat.

7.

Pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak ada hubungan sebab akibat

8. 9.

C D

Pernyataan benar, alasan salah Sebelum membaca buku ilmiah sebaiknya kita mengenal buku itu secara sekilas agar kita memperoleh gambaran umum tentang buku itu.

10. D

Pada umumnya sebuah buku terbagi atas tiga bagian. Salah satu di antaranya ialah bagaian pembukaan (preliminaries). Bagian ini terdiri atas halaman judul, daftar isi, kata pengantar, abstrak dan sebagainya.

Tes Formatif 2a

1.

Metode SQ3R ialah suatu metode membaca yang memiliki tahapan atau langkah-langkah yang harus dilalui oleh pembaca. Biasanya metode ini digunakan untuk membaca buku-buku ilmiah secara intensif.

2.

Membaca untuk studi

ialah membaca yang harus dilakukan

oleh pelajar dengan buku-buku ilmiahnya. Untuk membaca buku-buku tersebut harus dilakukan dengan penuh perhatian dan sungguh-sungguh. 3. C Untuk dapat berkonsentrasi dalam membaca kita harus memersiapkan kondisi yang dibutuhkan, yaitu ketenangan rohani dan jasmani, ketenangan tenpat, dan keteraturan waktu.

Membaca I

4.

Ruang

belajar

hendaknya

tenang

dan

segar.

Untuk

menciptakan ruangan itu menjadi tenang dan segar harus bersih dan rapih. 5. D Kegiatan membaca harus dilakukan secara teratur tetapsupaya kita memiliki kebiasaan membaca yang baik. 6. A Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki hubungan sebab akibat . 7. B Pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak memiliki hubungan sebab akibat. 8 9. C B Pernyataan benar, alasan salah Membaca untuk studi tidak dapat dilakukan hanya secara santai, tetapi harus penuh konsentrasi dan menggunakan metode membaca dengan tepat antara lain SQ3R. 10. D Kondisi-kondisi yang dapat membantu pembaca berkonsentrasi dalam membaca ialah (a) kesehatan, kesegaran, dan dan

ketenangan jasmani dan rohan; (b) kesegaran dan ketenangan tenpat; (c) keteraturan waktu Tes Fomatif 2b

1.

Sebelum membaca buku sebaiknya kita melakukan survei terhadap buku yang akan dibaca dengan maksud untuk mengenal organisasi dan kesan umum bacaan tersebu.

2.

Apabila kita melihat buku, maka yang pertama kali yang kita lakukan terhadap buku itu ialah memperhatikan judulnya buku, sejalan dengan itumengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik yang terkandung di dalamnya.

3.

Kegiatan membaca yang merupakan langkah ketiga dari metode SQ3R harus dilakukan dengan cara membaca kritis karena membaca ini telah dipandu dengan pertanyaan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Dan pada waktu membaca itu kita harus aktif dan kritis mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Membaca I

4.

Salah satu bentuk catatan yang dapat kita gunakan ialah garis besar yang menunjukan koordinasi dan subordinasi gagasan dengan jelas.

5.

Alasan membuat catatan karena kita melakukan informasi atau ide yang terkandung dalam bacaan itu, tidak dapat mencoretcoret buku pinjaman, memudahkan mencari kembali informasi pokok bila kita memerlukannya.

6.

Pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak memiliki hubungan sebab akibat.

7.

Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki hubungan sebab akibat .

8 9.

C B

Pernyataan benar, alasan salah Bagian buku yang berisi istilah-istilah disebut daftar istilah

beserta definisinya ialah glosarium. 10. A Untuk membuat grafik, tabel, dan semacamnya harus

memperhatikan sifat-sifat yang penting, yaitu tepat, cermat, teliti, jelas, dan, sederhana.

DAFTAR PUSTAKA
Keraf. Goris. 1994.Komposisi. Flores: Nusa Indah Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan efektif. Bandung CV Sinar Baru ___________, 1989. Bagaimana Meningkatkan kemampuan Membaca? Bandung Sinar Baru Richards, Jack, Jhon Platt, dan Heidi Weber. 1987. Longman Dictionary of AppliedLinguistics. England: Longma, Group UK Limited. Soedarso. 1988. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : Gramedia . Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana : Teori-Analisis-Pengajaran. Bandung FPBS IKIP Bandung. Tarigan , Henry Guntur. 1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Membaca I

Tampubolon, D.P. 1987. Kemampuan Membaca : Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa Widyamartaya, A. 1992. Seni membaca untuk Studi. Yogyakarta Kanisius

GLOSARIUM
anatomi buku akurat aetail fokus yang khusus hasil yang maksimal intensif konsentrasi : kerangka buku : tepat : rinci : topik yang khusus : hasil yang tinggi : sungguh-sungguh dan mendalam : memusatkan perhatian terhadap apa yang kita hadapi kalimat transisi konteks kondisi literatur : kalimat penghubung : situasi, keadaan yang ada di sekeliling kita : keadaan : buku-buku

Membaca I

motivasi populer referensi relevan strategi

: dorongan untuk melakukan sesuatu : terkenal : acuan, rujukan : sesuai : teknik atau cara

TEORI SKEMA
Dra. Lilis Siti Sulistyaningsih

P
baik

Kepemilikan keterampilan membaca pada masa sekarang ini merupakan hal yang sangat mendesak baik oleh kalangan

masyarakat biasa. Denagna memiliki keterampilan membaca yang kita dapat meyerap banyak informasi, mulai dari informasi yang

sederhana sampaidengan informasi yang kompleks danh bervariasi. Dengan banyak memperoleh informasi kita tentunya akan dapat menempa dirinya ke arah kemajuan. Dewasa ini, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan sudah semakin meningkat, apalagi ditunjang dengan adanya beberapa program pemerintah, antara lain program wajar (wajib belajar 9 tahun),

Membaca I

gerakan orang tua asuh (GN OTA). Dengan demikian, masyarakat semakin maju dean berkembang serta sumber daya manusia yang potensial semakin meningkat. Kesadaran memperoleh pengetahuan dengan cara belajar sendiri sangatlah penting dan perlu dibangkitkan. Keterampilan membaca adalah modal utamanya. Tanpa memiliki kemampuan membaca, niscaya kita tidak mungkin dapat belajar secara mandiri. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang di dalam membaca terutama membaca secara mandiri, antara lain, minat, kebiasaan, motivasi diri, kemampuan diri, bahan ajar, dan cara menyiasati bahan bacaan tersebut. Kita sering dihadapkan pada materi-materi bacaan yang tidak begitu akrab dengan kehidupan kita. Untuk itu, kita perlu memiliki keterampilan membaca yang baik dan mentukan strategi yang tepat. Dalam modul ini akan dibahas salah satu teknik membaca dengan cara menghubung-hubungkan bahan bacaan yang sedang dibaca dengan pengetahuan yang dimiliki pembaca sebelumnya. Dengan kata lain membaca dengan menggunakan latar belakang pengetahuan yang ada. Strategi seperti ini disebut teknik membaca dengan skema. Gambaran yang lebih jelas tentang modul ini sebagai berikut. Modul ini berjudul membaca dengan Skema, terbagi atas dua pokok bahasan, yaitu (1) Hakikat Teori Skema dengan tiga subpokok bahasan, yaitu pengertian dan konsep teori skema, strategi membaca frase, dan peranan teori skema dalam membaca frase; (2) Penerapan Pengembangan Teknik Skemata dalam Proses Belajar Mengajar Membaca dengan tiga subpokok bahasan, yaitu pelatihan membaca tingkat mekanis, pelatihan membaca tingkat konseptual, dan pengembangan teknik skema dalam proses belajar mengajar membaca. Pemahaman terhadap modul ini dapat dilakukan secara mandiri. Artinya dapat dipelajari tanpa dikaitkan dengan teknik membaca yang lainnya, yang sudah dibahas sebelumnya. Penguasaan terhadap materi modul ini dengan baik dapat membantu Anda memahami bacaan dengan mudah dan cepat sehingga Anda akan memperoleh informasi melalui

Membaca I

bacaan itu dengan hasil yang memuaskan. Atau dengan perkataan lain dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca Anda. Selanjutnya, setelah mempelajari modul ini, Anda juga diharapkan memiliki pengetahuan tentang teori skema serta penggunaan teori ini untuk kegiatan membaca sehari-hari dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca Anda secara lebih rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah agar Anda dapat: 1. menjelaskan Hakikat Teori Skema, yang meliputi pengertia dan konsep teori skema, strategi membaca frase, dan peranan teori skema dalam membaca frase; 2. menerapkan Pengembangan Teknik Skemata dalam Pengajaran Membaca, yang meliputi pelatihan membaca tingkat mekanis, pelatihan membaca tingkat konseptual, dan pengembangan teknik skema dalam proses belajar mengajar membaca, Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka materi dalam modul ini akan dituangkan dalam dua kegiatan belajar, yaitu: Kegiatan Belajar 1 tentang Hakikat Yeori Skema; Kegiatan Belajar 2 tentang Peranan Pengembangan Teknik Skema delam Proses Belajar Mengajar Membaca. Agar Anda berhasil memahami modul ini serta dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan baik, maka Anda haruis mempelajari setiap kegiatan belajar dalam modul ini dengan cermat dan mengikuti

petunjuk yang ada. Diskusikanlah dengan teman Anda bila mengalami kesulitan dan gunakan glosarium (daftar kata-kata sulit) yang tersedia apabila Anda menemukan kata-kata atau istilah yang belum Anda pahami maknanya. Selanjutnya, setelah memahami uraian dan contoh dalam kegiatan belajar, kerjakanlah latihan satu per satu lebih dahulu, akan tetapi jangan melihat ranbu-rambu jawaban latihan. Apabila Anda belum berhasil menjawab dengan benar semua soal latihan terlebih dahulu perhatikan baik-baik semua petunjuk jawaban latihan. Jika perlu, baca kembali uraian dan contoh sehubungan dengan jawaban latihan. Jika perlu, baca kembali

Membaca I

uraian dan contoh sehubungan dengan jawaban latihan tersebut. Akan tetapi, jika Anda berhasil menjawab sebagain besar soal latihan, maka Anda boleh melanjutkan dengan mengerjakan tes formatif. Dalam mengerjakan tes formatif, jawablah terlebih dahulu semua soal, baru setelah itu cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban yang tersedia. Cobalah amati dengan cermat dan temukan materi mana yang masih belum Anda pahami. Gunakan kembali latihan setra penjelasan uraian dan contoh untuk membantu Anda. Pusatkan perhatian Anda secara penuh terhadap aktivitas menjawab soal. Janganlah Anda ingin segera melihat kunci jawaban tes formatif.

1 Hakikat Teori Skema


1) Pengertian dan Konsep Teori Skema
IStilah skema sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita. Kata ini sudah lama milik bahasa Indonesia {merupakan kata sarapan yang berasal dari bahasa Inggris schema). Di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), kata skema merupakan padanan dari bagan, rangkarangka, rancangan. Dewasa ini, frekuensi penggunaan kata skema cukup meluas. Saat ini para siswa SD/SMP pun telah mengenal kata tersebut. Yang dimaksud dengan skema dalam tulisan ini bukanlah yang bermakna seperti

Membaca I

pernyataan di atas, tetapi merupakan homonim kata skema tersebut. Dalam hal ini, skema mempunyai bentuk jamak skemata. Karena pentingnya konsep skema ini. Maka kita perlu mengembangkannya untuk kepentingan pengajaran bahasa. Ada beberap sumber yang menjelaskan pengertian skema ini. Keterangan yang cukup lengkap dikemukakan oleh Chaplin (1981) yang terdapat dalam Dictionary of Psychology. Caplin mengemukakan empat macam keterangan tentang skema itu ialah: 1) Skema sebagai suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang tersusun rapi 2) Skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa atau data. 3) Skema sebagai suatu model. 4) Sekam sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas responrespon yang pernah diberikan, yang kemudian menjadi standarbagi respon-respon selanjutnya.

Dalam kamus A Dictionary of reading (1981) dijelaskan tentang makna skema sebagai berikut: 1) Skema adalah suatu pemberian yang digeneralisasikan, suatu rencana ataustruktur, seperti yang digunakan dalam kalimat Skema proses membaca setiap orang boleh dikatakan tidak pernah sama. 2) Skema adalah suatu sistem yang konseptual yang perlu untuk memahami sesuatu. Contoh skema tentang kebudayaan yang dimiliki oleh si A dapat menolong pemahamannya dalam bidang bahasa. 3) Skema adalah suatu cerita yang melahirkan kenyataan yang disimpan dalam pikiran, tetapi tidak ditransformasikan lewat pikiran (Piaget). Dari sejumlah pengertian skema di atas, kita dapat menangkap pengertian yang sederhana tentang skema itu yakin sebagai latar belakang atau asosiasi-asosiasi yang dapat bangkit dan muncul/ membayang kembali

Membaca I

pada saat seseorang melihat atau membaca kata, frase, atau kalimat. Dengan demikian skema sangat membantu terhadap pemahaman sesuatu yang didengar atau dibaca. Banyak skema yang dapat kita miliki tentang objek-objek tertentu , misalnya, tempat (sekolah, rumah, pasar, bioskop, dan lian-lain), berbagai kegiatan (sepak bola, pertunjukan sandiwara, pesta ulang tahun, dan lain-lain), tentang peranan (ayah, ibu, guru, kakak, dan lain-lain), tentang perasaan (kekasih, benci, sayang, senang, bahagia, dan lain-lain). Waktu membaca atau mendengar kata pantai, pikiran kita mungkin akan mengasosiaskan atau menghubungkan konsep pantai itu dengan berbagai konsep lain yang dekat hubungannya dengan pantai, seperti: gemuruh ombak, orang yang riang bermain-maian dengan air laut, pohon nyiur yang indah melambai-lambai, atau sinar lembayung saat matahari terbenam. Mungkin juga skema tentang pantai dapat berasosiasi dengan rencana berikutnya untuk pergi kepantai yang lebih mudah, berkemah di tepi pantai dan seterusnya. Dengan demikian, skema seseorang tidak akan sama dengan yang lainnya. Dengan kata lain, skema seseorang sangat bergantung pada pengalaman yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas, bolehlah kita mengatakan bahwa skema adalah abstraksi pengalaman yang secara tetap mengalami pemantapan sesuai dengan informasi baru yang diperoleh. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman seseorang semakin bertambah pulalah

penyempurnaan skemanya. Betapa penting skema pada seorang pembaca/pelajar dalam membantumemahami suatu bacaan. Pemahaman terhadap isi bacaan bergantung pada kemampuan pembaca menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang terdapat dalam teks, sehingga terjadi interaksi antara pengetahuannya dengan informasi barau tersebut. Oleh karena itu, skema yang telah ada perlu dipertahankan/ dipelihara, diuperkaya, dan dikembangkan untuk mencapai kesempurnaan.

Pengembangan skema dapat dilakukan dengan memberikan pengalaman sebanyak-banyaknya kepada anak-anak. Semakin banyak pengalaman mereka maka akan semakin bertamabah pulalah penguasaan skemanya.

Membaca I

Pengalamn tersebut dapat berupa kegiatan membaca atau kegiatan lain, seperti: karya wisata, mengunjungi musium, kebun binatang, atau tempattempat lainnya. Kekurangan skema seseorang akan menghambat

keberhasilan membaca pemahaman. Di dalam memberikan pengalaman kepada anak-anak melalui kegiatan membaca, tidaklah baik membiarkan mereka asyik dalam kegiatannya masing-masing di perpustakaan. Sebab hal itu tidak akan dapat mengembangkan pola skemata dengan sevbai-bainya. Anak-anak perlu dibimbing, diarahkan, dan diberi petunjuk . Skema dan membaca merupakanb dua hal yang saling berkaitan erat, untuk dapat menerima informasi baru perluadanya skema tentang informasi lama yang berkenaan dengan informasi baru tersebut, sehingga terjalin interaksi dan di situlah terjadi pemahaman. Ada asumsi dengan teori skema bahwa teks yang kita baca atau kita dengar itu tidaklah dengan sendirinya menyampaikan makna kepada kita. Teks hanya memberikan petunjuk kepada pembaca atau pendegaran untuk menyusun pengertian/ pemahaman berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Dengan bantuan skema yang ada, seseorang akan berupaya memahami teks yang dibacanya atau didengarkannya. Sebelum kita membicarakan masalah skema lebih lanjut, mari kita ungkap kembali pengertian membaca untuk lebih memantapkan

pemahaman kita terhadap kegiatan membaca. Membaca mempunyai keddudukan penting bagi manusia, baik bagi keperluan perseorangan maupun bagi kepentingan masyarakat. Kegiatan membaca berfungsi sebagai keterampilan dasar dalam kehidupan

masyarakat. Tanpa kemampuan membaca yang baik maka harapan anak mencapai pendidikan yang lebih tinggi tidak akan mungkin menjadi kenyataan. Beberapa orang pakar membaca memberi pengertian membaca, antara lain

Membaca I

1) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan atau dipergunakan oelh pembaca untuk emmperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1986). 2) Membaca adalah bringing meaning, memetik serta memahami arti/ makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro dan Bonomo, 1973). 3) Membaca adalah sutu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis (Anderson, 1972). 4) Membaca adalah proces of indentifying, interpreting, and evaluating ides in termsof the mental content or total awareness of the reader (Mc Ginnis, 1982). Melihat batasan membaca di atas dapat disimpilkan bahwa pengertian membaca bergerak dari pengertian yang sederhana sampai pada pengertian yang kompleks, yang melibat berbagai aspek kegiatan. Membaca terbagi dua yakni membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca lanjut pada dasarnya menuju pemahaman bahan tulisan. Seperti yang diungkapkan oleh Tarigan (19987) bahwa tujuan utama membaca adalah pemahaman bukan hanya kecepatan. Namun akan lebih baik lagi apabila kita dapat membaca dengan cepat dan memahaminya dengan sebaik-baiknya. Membaca merupakan proses yang kompleks , karena mencakup berbagai hal: perkemabngan bahasa individu, latar belakang pengalaman, kemampuan kognitif, dan sikap terhadap pembaca. Kemampuan membaca dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Makna bacaan tidak terletak pada cetakan tertulis, tetapi berada pada pikiran pembaca. Dengan demikian, makna itu akan berubah. Seperti dikatakan oleh Anderson (1972) bahwa makna itu akan berubah, karena setiap pembaca mempunyai pengalam yang berbeda-beda yang dia pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasi kata-kata tersebut. Pemberian makna tersebut akan terjadi dengan baik apabila pembaca mempunyai skema yang cukup baik. Atau dengan perkataan lain,

Membaca I

keberhasilan seseorang dalam membaca pemahaman akan banyak ditunjang oleh kekayaan skema yang dimilikinya. Sebaliknya kekurangan pada skema akan dapat menjadi hamabatan bagi keberhasilan membaca. Sebagaimana kita ketahui, membaca pemahamn menuntut pembaca untuk dapat mengidentifikasi, menginterpretasi, dan mengevaluasi ide-ide dengan kesadaran penuh. Selain itu menuntut pembaca untuk dapat menentukan bagian bacaan yang pentying dan mengemukakan informasi apa yang tidak tersajikan dalam teks. Untuk kebutuhan tersebut dapat dikatakan selalu didasarkan pada skamata yang ada. Dalam kegiatan membaca ada tiga macam proses pemahaman yang berbeda, ialah proses bottom up (bawah-atas), proses top-down (atasbawah), dan proses interaktif (timbal balik). Dalam proses membaca bawahatas, pemmbaca mulai dengan pengenalan huruf lalu bergerak

kepengenalan kalimat. Proses ini timbul karena adanya data masukan. Pembaca yang emmpergunakan cara ini umumnya merupakan pembaca pemula. Dengan kata lain, proses ini terjadi apabila pembaca membaca sebuah teks yang baru dikenalnya atau masih asing. Dalam proses membaca atas-bawah, pembaca mulai melakukan interpretasi terhadap teks yang dibacanya. Mereka telah memiliki later belakang/ skema tentang teks tersebut. Proses ini memberi pertolongan kepada pembaca dalam upaya mengatasi keragu-raguan atau dalam pemilihan interpretasi terhadap data yang masuk. Dalam proses timbal balik, pemabaca mengarahkan perhatiannya secara interaktif. Mereka membaca dengan mempergunakan pengetahuan yang lalu dan secara terus-menerus menyusun pengetahuannya itu agar dapat menguasai bagain-bagaian yang terinci sebagaimana mestinya. Dalam proses interaktif ini, proses bawah-atas dan proses atas-bawah harus berlangsungsecara simultan, serempak dan berkelanjutan. Dari ketiga proses tersebut, kita sebaiknya dapat melakukan membaca melalui proses interaktif (timbal balik). Apabila seorang pembaca hanya untuk menggantungkan diri pada proses bawah-atas atau proses

Membaca I

atas-bawah saja, maka pembaca tersebut tergolong sebagai pembaca yang cacat skemanya.

Latihan Setelah Anda selesai membaca uraian Kegiatan Belajar 1 kerjakanlah latihan-latihan berikut ini agar pemahaman Anda semakin mantap. Apabila Anda mengalami kesulitan diskusikanlah dengan teman.

1. Skema adalah abstraksi pengalaman yang secara konstan mengalami pemantapan sesuai dengan informasi baru yang diperoleh. Jelaskan pertanyaan tersebut! 2. Setiap orang yang berasal dari lingkungan yang sama dan menerima rangsangan yang sama, akan menghasilkan skema yang relatif sama. Benarkah demikian? Jelaskan! 3. mengapa semakinbanyak pengalaman seseorang, semakin bertambah pulalah kesempurnaan skemanya? Jelaskan! 4. Kegiatan-kegiatan seperti karya wisata, kunjungan ke musium, menonton pementasan drama, untuk akan mendapat daya

mengembangkan

pengalaman

memperbaiki

skema pembaca. Jelaskan maksud pernyataan tersebut! 5. Untuk memupuk daya skema pembaca, sebaiknya kita sebagai guru membiarkan anak membaca secara mandiri agar konsentrasinya tidak terganggu. Benarkah demikian? Jelaskan!

Petunjuk jawaban latihan Apabila Anda telah selesai mengerjakan latihan, periksalah hasil latihan Anda dengan memperhatikan rambu-rambu jawaban berikut ini. 1. Jawaban berkaitan dengan batasan skema. 2. Jawaban hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi skema seseorang.

Membaca I

3. Jawaban berkaitan dengan sifat skema, yaitu akan berkembang jika ada stimulus. 4. Jawaban Anda berkaitan dengan maksud dan tujuan kegiatan sekolah dan pengaruhnya terhadap pengembangan skema. 5. Jawaban Anda berkaitan dengan cara memelihara skema agar dapat berkemabang dengan baik

Rangkuman Dalam bahasa Indonesia kata skema berpadanan dengan katakata bagamn, rangka, rancangan. Kata skema berasal dari bahasa Latin/ Yunani schema dan mempunyai bentuk jamak skemata (schemata). Pengertian skema menurut istilah psikologi ialah : 1) skema sebagai suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang tersusun rapi; 2) skema sebagai kerangka refernsi untuk merekam berbagai peristiwa atau data; 3) skema sebagai suatu model; 4) skema sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas responrespon yang pernah diberikan kemudian yang menjadi standar bagi respon-renspon berikutnya. Pengertian dalam kaitannya dengan proses membaca ialah : 1) Skema merupakan suatu pengertian yang digeneralisasikan, suatu rencana atau struktur, seperti yang digunakan dalam kalimat Skema proses membaca setiap orang dikatakan tidak pernah sama, 2) Sekema adalah suatu sistem yang konseptual yang diperlukan untuk memahami sesuatu. Skema tentang kebudayaan yang dimiliki oleh seseorang akan membantu pemahamnnya dalam bidang bahasa; 3) Skema seperti yang diterangkan oleh Piaget, adalah suatu cerita yang melahirkan kenyataan yang disimpan dalam pikiran, tetapi tidak ditranspormasikan melalui pikiran. Secara singkat disimpulkan bahwa skema adalah abstraksi pemngalaman yang secar tetap mengalami pemantapan sesuai dengan informasi yang baru diperoleh.

Membaca I

Pengertian membaca antara lain: 1) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan atau dipergunakan oelh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1986). 2) Membaca adalah bringing meaning, memetik serta memahami arti/ makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro dan Bonomo, 1973). 3) Membaca adalah sutu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis (Anderson, 1972). 4) Membaca adalah proces of indentifying, interpreting, and evaluating ides in termsof the mental content or total awareness of the reader (Mc Ginnis, 1982). Ada tiga macam proses pemahamn dalam membaca yang berkaitan dengan skema, yaitu 1) proses bawah-atas;

Membaca I

Tes Formatif 1 Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dan berita tanda silang (X) 1) Makna sekama menurut A Dictionary of Reading 1 ialah. A. skema sebagai suatu model B. skema adalah suatu sistem konseptual untuk memahami sesuatu C. skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa yang ada D. skema sebagai peta kognitif 2) Pernyataan-peryataan berikut ini benar, kecuali A. semakin banyak pengalaman, semakin bertambah

kesempurnaan skemanya. B. pengambilan keputusan boleh dikatakan selalu didasarkan pada informasi dalam skemata, C. skema proses membaca setiap orang selalu sama, D. kekurangan pada skema seseorang dapat merupakan

hambatan terhadap keberhasilan membaca pemahaman, terutama pengambilan keputusan. 3) Deretan kata-kata yang dapat diklarifikasikan ke dalam satu kelompok skemata kata pengadilan antara lain sebagai berikut, kecuali A. polisi B. hakim C. jaksa

Membaca I

D. terdakwa 4) Indonesia memroklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17-81945, merupakan salah satu contoh skema A. objek benda B. ide abstrak C. peristiwa D. tempat Untuk nomor 5 sampai dengan nomor 7, pilihlah: A. jika pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki hubungan B. jika pernyataan benar, alasan benar tetapi keduanya tidak hubungan C. jika pernyataan benar, alasan salah D. jika pernyataan salah, alasan benar

5) Skema dan kegiatan membaca berkaitan erat satu sama lainnya sebab Skema dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang, dalam

memahami bacaan. 6) Semakin banyak pengalaman seseorang, semakin bertambah kesempurnaan skemanya Sebab Kekurangan pada skema seseorang dapat menghambat keberhasilan membaca komprehensif, terutama dalam pengambilan keputusan 7) Anak dibiarkan belajar sendiri supaya daya skemanya berkemabang Sebab Skema dalam proses membaca setiap orang relatif tidak pernah sama

Untuk nomor 8 sampai dengan nomor 10, pilihlah A. jika (1) dan (2) benar; B. jika (1) dan (3) benar; C. jika (2) dan (3) benar; atau D. jika (1),(2), dan (3) benar.

Membaca I

8) Pada setiap hari Minggu mereka pergi ke . (1) gereja (2) mesjid (3) kelenteng 9) Contoh skema tentang perasaan, yaitu.. (1) rindu (2) sayang (3) bersiul 10) Frase yang tepat untuk melengkapi pernyataan yang tidak lengkap ini: orang yang tinggi itu mengambil tas (1) di warung kelontong Bi Siti (2) yang disimpan di rak paling atas (3) yang tergantung di sudut kanan atas

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajari 1 !

Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% - 100% = baik sekali 80% 70% < 89% = baik 79% = cukup 70% = kurang X 100%

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami kegiatan belajar 1. Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah

Membaca I

80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

2) Strategi Membaca Frase Sebelum kita membicarakan peranan skema dalam membaca, penulis akan mengajak Anda untuk melihat kondisi dan berbagai aspek yang berkaitan dengan kegiatan membaca. Pada uraian terdahulu telah dikatakan bahwa membaca memiliki peranan yang sangat penting. Bahkan sebagain pakar mengatakan bahwa membaca merupakan urat nadi pendidikan. Selain itu, membaca juga merupakan kunci untuk membuka pintu ilmu pengetahuan. Seperti pribahasa yang sering kita dengar, Buku adalah gudangnya ilmu pengetahuan, sedangkan membaca merupakan kuncinya. Pernyataanperyataan seperti itu memperlihatkan dengan jelas betapa pentingnya peranan membaca. Oleh karena itu, sudah sepantasnya para guru berupa agar para siswa/ pelajar memiliki kemampuan membaca yang baik. Kemampuan membaca yang baik akan tercapai jika para siswa memiliki minat baca yang baik pula. Seperti yang dikatakan oleh Harjasujana bahwa minat baca mempunyai peranan penting dalam mencapai kemampuan membaca. Para pakar teori skema menyatakan bahwa latar belakang pengalaman yang kaya akan sangat membantukeberhasilan belajar. Pengalaman yang banyak bisa diperoleh dengan berbagai car, di antaranya dengan jalan membaca. Semakin banyak seseorang membaca, akan semakin meningkat pula kemampuan membacanya. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh YAP (1978). Dia memperoleh bukti bahwa tingkat keterampilan membaca seseorang ditentukan 65% oleh banyaknya dia membaca. Berdasarkan hasil penelitian Yap (1978) tersebut, para guru harus waspada karena hasil penelitian itu memberi isyarat kepada kita bahwa mereka harus berusaha agar murud-muridnya banyak membaca jika ia

berkeinginan agar murid-muridnya itu menjadi pembaca yang mahir.

Membaca I

Supaya murid mau membaca banyak, guru harus berupaya agar muridnya mempunyai minat baca yang tinggi. Untuk meningkatkan minat baca murid ada banyak upaya yang dapat dilakukan oleh guru (Harjasujana, 1988). Sebagai guru, kita banyak dituntut untuk menunjukan kemampuan membaca kepada anak didik kita. Kecepatan dan pemahaman kita dalam membaca akan menggugah anak-anak untuk mengikuti upaya kita . untuk itu, kita perlu mengusahakan cara yang terbaik bagi mereka. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu strategi membaca hanya yang dapat mengingkatkan daya baca seseorang yakni dengan menggunakan strategi membaca frase. Strategi ini digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tinggi. Kata frase sudah lama kita kenal di dalam tata bahasa. Makna frase sebagai strategi membaca tidak sama persis dengan makna frase dalam tata bahasa. Untuk keperluan pemahaman bacaan, kata frase dibatasi sebagai kelompok kata yang mempunyai arti/makna. Dengan demikian, membaca frase merupakan strategi membaca yang mengharuskan pembaca membaca kalimat-kalimat dalam bacaan itu frase demi frase

bukan kata demi kata. Membaca frase adalah suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan satu kesatuan harus dapat dilihat dalam satu kali pandangan, seperti halnya kita melihat sebuah kata. Jika hal initidak terpengaruhi maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Strategi membaca frase ini dapat dikembangkan melalui dua tahap, yaitu tahap mekanis dan tahap konseptual. Tahap mekanis menekan pada gerakan mata. Mata didorong untuk bergerak lebih cepat melihat kelompokkelompokkata yang berbentuk frase pada baris-baris kalimat dalam teks. Strategi membaca frase tahap mekanis ini terasa lebih efisien dan sangat menunjang terhadap pemahaman makna secara lebih efektif. Pembaca dituntut dapat menginterpretasikan gagasan-gagasan informasi lain yang dibacanya melalui membaca frase. dan

Membaca I

Membaca Frase Mekanis


Pada waktu membaca sesungguhnya mata kita berhenti sejenak untuk dapat menafsirkan kata-kata atau menemukan sesuatu. Kalau mata kita terus bergerak, kita hanyalah akan memperoleh bayangan kabu. Pernyataan tersebut didukung oleh Tampubolon (1987), yang menyatakan bahwa Pada waktu membaca, mata bergerak mengikuti baris-baris bacaan dengan gerakan terhenti-henti. Pada saat berhenti (ini tidak disadari karena cepatnya), mata mengadakan fiksasi (pemusatan penglihatan), dan waktu itulah informasi bacaan diserap . berdasarkan pernyataan tersebut maka menurut pandangan mekanis, membaca tidak lain merupakan rentetan hentian-hentian visual. Pada saat melakukan hentian, saat itu piula dengan segera mata melompat ke arah tulisan berikutnya dan setelah itu terjadi lagi hentia, begitulah seterusnya. Pembaca frase demi frase cenderung melakukan perhentian mata setiap membaca sebuah frase. Dengan demikian, seorang pembaca frase akan berhenti lebih jarang dan selalu menghemat waktu ketimbang pembaca kata demi kata. Kecepatan pembaca yang membaca kata demi kata akan sangat terbatas kecepatan mereka membaca dalam hati sekitar 250 samapi 300 kata/ menit. Sedangkan dengan menggunakan teknik membaca frase seseorang akan dapat membaca lebih banyak lagi karena mereka membaca hanya melalui kelompok kelompok kata. Apabila membaca kata dalam satu detik seorang pembaca akan dapat membaca dua sampai enam kata saja. Sedengkan dengan membaca frase seseorang akan lebih mudah menentukan kata kunci dan kata-kata yang boleh dihilangkan. Stategi membaca frase akan lebih banyak lagi hasilnya bila dipadukan dengan strategi lainnya.

Membaca I

Membaca frase menuntut kekuatan visual seorang pembaca. Pada umumnya, orang mempunyai potensi untuk melihat lima atau enam kata dalam setiap hentian. Akan tetapi, tidak banyak orang berusaha untuk mengembangkan kemampuan itu, dan merasa puas bila telah dapat membaca satu atau dua buah kata setiap hentian. Kelemahan lain seseorang yang membaca kata ia akan sering melakukan reges (lompatan ulang). Sering terjadi pandangan mata melomnpat pada baris yang sama telah dibacanya. Hal ini disebabkan usahanya untuk mencari ide-ide tidak didapatkannya dari tiap-tiap kata yang dibacanya. Kelemahan ini dapat dihindari dengan jalan membaca frase. Pembaca frase akan mudah dapat cepat menangkap ide-ide tidak didapatkannya dari tiap-tiap kata yang dibacanya. Kelemahan ini dapat dihindari dengan jalan membaca frase. Pembaca frase akan mudah dan cepat menangkap ide-ide dan dapat menghindari lompatan balik.

Dampaknya seorang pembaca frase akan dapat menikmati bacaan lebih baik daripada pembaca kata demi kata. Dan ini akan menimbulkan sikap yang positif terhadap kegiatan membaca. Mereka akan lebih banyak lagi membaca. Dengan demikan maka kemampuan mere pun akan bertambah.

Membaca Frase Konseptual


Membaca frase tahap ini lebih banyak memperhatikan aspek-aspek konseptual, yakni penalaran dan pemahamn yang terjadi selama membaca. Di dalam membaca frase, kita harus dapat menggunakan kapasitas melihat sejumlah kata untuk kepentingan pemahamn bacaan. Banyak orang berfikir dengan ide-ide, tetapi sering mereka membaca dalam kata. Hal ini terjadi karena mereka menganggap bahwa membaca frase lebih kompleks daripada membaca kata. Mereka lebih mudah mengenali kata ketimbang frase. Denga latar belakang atau skema tentang frase yang telah dimilikinya anggapan di atas tidak akan terjadi karena mereka telah memiliki bekal latar belakang seperangkat pengetahuan

Membaca I

tentang frase dan sturktur kalima. Dengan demikian, membaca frase akan sama mudahnya seperti membaca kata. Sebenarnya proses membaca frase itu sendiri bukanlah suatu hal yang menarik. Apabali kita mau berlatih menggunakan membaca frase, kita kan menyadari bahwa banyak frase-frase yang digunakan secara berulang dan telah kita kenal, seperti kita mengenal kata. Jika kita banyak melakukan latihan membaca frase, maka kita akan dapat menerka frase berikutnya untuk melengkapi kalimat, tanda baca sangat membantu mempermudah proses membaca frase. Perlu selalu diingat ada beberapa hal yang ingin dicapai delam membaca frase ini, antar lain: kecepatan membaca, kecepatan menangkap makna, dan kelancaran ayunan pandangan mata dari frase yang satu ke frase yang lainnya.

3) Peranan Skema dalam Membaca Frase Pemahaman terhadap wacana bergantung pada informasi grafis dan informasi yang merupakan skemata. Dengan bantuan skema yang baik pemahaman wacanapun akan baik pula. Pemahaman wacana dengan cepat sangat ditunjang oleh

kemampuan membaca frase dengan baik. Kemampuan membaca frase akan ditunjang pula dengan skema tentang frase dan kalimat yang dimilikinya. Bagaimana kita dapat membaca frase apabila belum memiliki skema tentang struktur frase? Sebagai contoh: Waktu Anda berlatih membaca frase camkanlah dalam ingatan bahwa frase adalah unit arti yang terkeci. Bila sesorang telah memiliki skema tentang frase maka akan mengelompokan kalimat tersebut menjadi frase-frase sebagai berikut: Waktu Anda berlatih membaca frase/camkanlah dalam ingatan/ bahwa frase dalam unit arti yang terkecil/. Contoh lain: Keindahan Bandung di waktu malam

Membaca I

Pembaca tidak akan mengetahui bahwa kelompok kata itu frase tidak mempunyai skema tentang struktur kalimat. Dan pembaca yang telah memiliki skema struktur kalimat, tentu saja akan mengatakan kelompok kata itu sebagai frase. Pengindonesiaan ungkapan asing yang tidak mengikuti pola yang berlaku terasa sanagt kacau. Hal ini akan lebih baik bila kita telah mengenal pola frase. Sebagai contoh: Mengidonesiakan jkata dhortwave dan longwave tidak sama dengan mengidonesiakan kata microwave. Kedua kata pertama diindonesiakan menjadi gelombang pendek dan gelombang panjang sedangkan microwave menjadi mikrogelombang. Alasannya karena bentuk mikro pada kata mikrogelombang merupakan bentuk gabung yang tidak mandiri, seperti pasca, antar, dan sebagainya. Penempatan mikro, pasca, dan antar, terletak di muka kata yang diikutinya, sedangkan pada gelombang pendek dan gelombang panjang, kata pendek dan kata panjang merupakan kata yang mandiri sehingga dalam mengindonesiakan kata shortwave dan longwave menjadi gelombang pendek dan gelombang panjang.jika kita tidak banyak memiliki pengetahuan tentang ini, kesalahan mengindonesiakan ungkapan-ungkapan asing akan banyak terjadi. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengisi skema kita dfengan pengetahuan tentang tatbahasa, dan berbagai pengetahuan lainnya. Di dalam membaca frase, pengalaman pengalaman selama latihan yang yang disimpan di dalam ingatan kita serta latar belakang

pengetahuan tentang frase dan struktur kalimat sangat diperlukan untuk membantu lancarnya proses membaca, dengan sendirinya akan

meningkatkan pemahaman terhadap bacaan.

Membaca I

2
Penerapan Pengembangan Teknik Skema dalam Proses Belajar-Mengajar Membaca
1) Pelatihan pada Tingkat Mekanis Latihan ini dititikberatkan pada bagian mata. Mata dilatih untuk dapat bergerak dengan cepat. Tujuannya untuk menanamkan kebiasaan pada mata untuk bergerak dengan cepat dan irama yang tepat.

a) Latihan untuk Meningkatkan Keterampilan Mata: (b) Sediakan sejumlah angka yang ditulis tidak beraturan misalnya, angka 1 samapi 60; (c) Tarikalah garis penghubung angka-anga itu dengan pensil mengikuti uratan angak 1 samapi 60;

Membaca I

(d)

Catatlah waktu yang dipergunakan dalam menyelesaikan latihan itu;

(e)

Lakukan latihan tersebut secara berulang.

Sesungguhnya dalam latiahan ini skema kita ikuti berperan. Skema tentang urutan kata yang telah kita miliki sangat membantu gerakan tangan kita pada saat menarik garis penghubung angka-angka dari 1 secara berurutan sampai 60. Dengan demikian, kita dapat menarik garis penghubung itu dengan cepat. Untuk lebih jelas tentang latihan di atas lihat Gambar 1, halam 22.

b) Latihan Ayunan Visual Dalam usaha untuk mengembangkan kepercayaan terhadap

kemampuan untuk membuat ayunan-ayunan visual waktu membaca frase, ikutilah pola ini dengan tekun: (f) (g) (h) (i) (j) Mata kita hanya boleh berhenti sejenak pada setiap tanda hitam; Ayunkan dengan segera pandangan kita pada bagian berikutnya; Jangan sekali-kali berhenti di antara dua tanda hitam; Pada saat menggerakan mata, kepala jangan ikut bergerak pula; Ayunkan pandangan mata secepat-cepatnya melewati setiap bagian di antara dua tanda hitam dengan irama yang tetap; (k) Lakukan latihan ini dua atau tiga kali untuk mengawali setiap kegiatan membaca sebagai pemanasan. Latihan ayunan mata/ visual ini diharapkan dapat menghilangkan kebiasaan lompatan balik (regresi). Lihat Gambar 2, halaman 22.

c) Latihan Membaca dengan Ayunan Visual Latihan ini menerapkan latihan ayunan visual pada bacaan. Harsu diingat betul, selama membaca perhatian terutama harus ditujukan pada makna kelompokkata. Sebelum mulai membaca, dianjurkan untuk

mengadakan pemanasan. Gunakanlah halaman buku yang terbuka di hadapan kita sebagai tempat berlatih. Buatlah bagian awal dan bagian akhir setiap baris sebagai target. Bergeraklah dengan cepat sampai bagian

Membaca I

bawah halam tanpa memperhatikan makna. Tujuan pemanasan ini ialah untuk memperoleh irama gerak mata yang lancar. Setelah kita merasakan gerakan mata yang licin tidak kaku lagi, maka tiba saatnya kita beralih pada usaha untuk memperoleh makna bacaan. Mulailah membaca dengan menggerakan semua keterampilan yang pernah dipelajar.

2) Pelatihan pada Tingkat Konseptual

a) Latihan Penandaan dengan Garis Latihan ini merupakan langkah selanjutnya dari latihan secara mekanis. Di dalam latihan ini bukan hanya berusaha mengelompokan katakata melainkan kelompok kata itu harus benar-benar bermakna. Kita dapat memulai latihan ini dengan bacaan-bacaan yang ringan. Ikutilah langkah-langkah berikut ini: (a) Pada bacaan kita buatlah pengelompokan kata-kata yang terdiri atas dua samapai lima kata; (b) Kelompok kata yang dibuat itu harus mempunyai makna; (c) Cobalah cari makna kelompok-kelompok kata itu dengan tidak memperhatikan kata demi kata; (d) Mulailah membuat pengelompokan kata itu secara lamabat, yang berangsur-angsur secara cepat; (e) Bacalah pragraf yang telah ditandai itu tiga atau empat kali sampai dapat menangkap makna setiap frase itu dengan cepat.

Pda latihan tahap ini , skema yang kita milikilebih banyak lagi berperan, terutamadalam pengelompokan kata skema tentang struktur frase dan kalimat itumembantu sekali. Mustahil kita dapoat mengelompokan kata skema tentang frase atau kalimat. Oleh karena itu, kita perlu memperkaya skemata dengan pengetahuan tentang struktur frase atau kalimat sebanyak-banyanya.

Membaca I

b) Latiahn Tanpa Tanda Setelah melakukan berbagai latihan, sudah saatnya kita mendekati membaca frase yang sebenarnya. Kita mencoba membuat pengelompokan kata yang mengandung makna dengan menggunakan kemampuan yang kita miliki dengan tidak menggunakan tanda-tanda apapun. Lakukan latihan ini selam kurang lebih 30 menit. Memang pada mulanya kita akan merasakan bahwa pemahaman kita tidak mantap. Akan tetapi, kita harus bertahan untuk tidak kembali pada kebiasaan lama membaca kata demi kata. Percayalah pada diri sendiri agar merasa yakin dapat melakukan membaca frase dengan baik. Lakukanlah latihan seperti itu beberapa lama. Dan kita akan merasakan perubahan yang jelas pada pemahaman kita. Ada orang yang menganggap bahwa membaca dengan kecepatan tinggi akan mengganggu pemahaman. Anggapan seperti itu sering menyebabkan pembaca enggan mencoba mencapai kecepatan yang optimal yang dapat dicapainya. Padahal menurut penelitian, membaca lambat bukan merupakan jaminan pemahaman yang baik. Oleh karena itu dalam membaca capailah kecepatan yang optimal.

3) Pengembangan Teknik Skema dalam Proses Belajar Mengajar Membaca Sering kita menemukan pembaca yang tidak dapat mengembangkan teknik skema yang layak pada waktu dia membac. Mengapa? Pada awal kegiatan membaca, mereka sudah melakukan proses-proses yang tidak terarah pada tujuan yang tepat. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa didalam kegiatan membaca ada tiga macam proses yang dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pemahaman, yaitu proses bawah-atas, atas-bawah dan timbal balik. Didalam proses bawah-atas, pembaca mulai membaca dengan m,engenalkan huruf lalu bergerak ke pengenalan kjalimat. Pembaca yang biasa menggunakan strategi ini, cenderung memusatkan perhatiannya bagian-bagian yang kecil sehingga berhasil untuk memproses makna yang

Membaca I

sebanyak-banyaknya. Mereka sering tidak mampu menggunakan hak-hak yang telah dimiliki sebagai alat untuk memproses dan mengevaluasi bacaan. Dalam proses atas-bawah, pembaca dengan mengikuti langkalangkah yang aktif. Mereka membaca hanya untuk memeriksa dan memperbaiki bacaan. Karena itu, mereka sering tidak menangkap bagianbagian yang terinci dalam bacaan-bacaan yang teknis yang bersifat ilmiah atau bagian-bagian bahasa yang pelik yang dungkapkan dalam puisi. Dalam proses atas-bawah, pembaca mulai membaca dengan mengikuti langkah-langkahyang aktif. Mereka membaca hanya untuk

memeriksa dan memperbaiki bacaan. Karena itu, mereka sering tidak menangkap bagian-bagian yang terinci dalam bacaan-bacaan yang teknis yang bersifat ilmiah atau bagian-bagian bahasa yang pelik yang diungkapkan dalam puisi. Dalam proses timbal balik, pembaca mengarahkan perhatiannya secara interaktif. Mereka membaca dengan menggunakan pengetahuan yang lalu, hal-hal yang dapat diperkaya, dan secara terus-menerus menyusun pengetahuannya itu agar dapat diterkanya, dan secara terusmenerus menyusun pengetahuannya itu agar dapat menguasai bagianbagian yang terinci sebagaimana mestinya. Pada umumnya, pembaca yang cacat skema akan mempunyai kecenderungan menguntungkan diri pada proses yang pertama dan kedua di atas. Apabila Anda sebagai guru menjumpai anak yang terlalu bergantung pada proses bawah-atas, cobalah bagaian berikut ini untuk memperbaiki kebiasaannya tersebut. 1) Pilihlah teks yang layak yang berisi suatu topik yang akrab dengan anak-anak.ssipkanlah ke dalam teks tersebut kata-kata, frase, dan kalimat yang memiliki makna istimewa atau khusus. Bacalah teks tersebut di depan anak-anak yang akan diperbaiki kebiasaan membacanya. Suruh mereka menghentikan Anda membaca, jika ada hal-hal yang tidak dapat mereka pahami. Tanyakan kepada mereka apa sebab hal tersebut tidak jelas.

Membaca I

2) Selanjutnya buatlah suasana membacadan mendengarkan. Buatlah teks yang sama dengan yang digunakan pada langkah pertama, dan berilah anak-anak teks yang benar. Suruhlah anak-anak itumemberi tanda pada bagian-bagian yang tidak dipahami seraya mengikuti bacaan Anda. Kemudian diskusikan bagian-bagian yang dirasakan sulit oleh anak-anak itu dan tanyakan kepada mereka mengapa hal itu danggap sulit. Apabila Anda menjumpai anak-anak-anak yang mempunyai

kebiasaan membaca dengan proses atas-bawah, maka strategi- strategi berikut ini akan dapat menolong Anda: 1) Menyuruh para siswa untuk melengkapikalimat dengan kata-kata yang tersedia yang bersamaan maknanya dengan cara memilihnya, kata yang tepat maknanya hanya satu. Misalnya : Setiap hari ibuku berbelanja di.. (toko).(pasar).(warung) 2) menyuruh anak-anak berkelompok untuk mengerjakan tugas seperti yang diberikan dalam tugas yang pertama di atas dengan menggunakan berbagai variasi dan dengan dua ruang yang dikosongkan, seperti dalam contoh di bawah ini: Setiap pagi ibuku di.. Istilah ruang pertama dengan kata-kata berbelanja, menyapu, masak, membaca , menjahit, mencuci, sholat, dan

sebagainya, dan suruhlah anak-anak mengisi ruang kedua dengan kata-kata yang cocok. Kebiasaan dan kemampuan mempoerkirakan dan menempatkan kata-kata yang tepat dapat mempercepat membaca dan mempertinggi pemahaman mereka. 3) Menyadarkan anak-anak bahwa mereka sering menghadapi bacaan yang berisi petunjuk, resep, atau atauran untuk membuat atau melakukan sesuatu. Kesadaran akan hal tersenut akan mengubah sikapnya sebagai pembaca yang terlalu mengikuti proses atasbawah menjadi poembaca yang dimiliki kecermatan dan fleksibilitas. 4) Anak anak diberi pertanyaan pilihan ganda untuk meyertaibahan bacaan. Buatlah tiga pilihan, yang pertama pilihan yang jelas salah,

Membaca I

yang kedua pilihan yang benar, yang diambil dari teks, dan yang ketiga pilihan yang benar, tetapi tidak diambil dari teks. Suruh siswa memilih kedua pilihan yang benar, lalu menunjukan pilihan yang mana yang diambil dari teks. Langkah seperti ini akan

menumbuhkansikap positif terhadap teks sebagai sumber informasi yang penting tanpa menjadikan anak-anak itu budak teks yang dibacanya.

Berdasarkan uraian di atas, sebaiknya kita mengambil inisiatif untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam selain yang pernah dilakukan orang selama ini tentang makna dan manfaat skema dalam pengajaran membaca. Sebagai uraian terakhir penulis ingin menegaskan kembali hal-hal yang berkaitan deengan skema ini. Skema yang dimiliki seseorang akan menjadi dasar dalam menginterpretasikan dan menggali informasi tentang sesuatu yang didengar atau dibacanya. Selain itu, teori skema memberi suatu dasar untuk: a) menyaring informasi dari suatu teks; b) membuat penggalian yang sejalan dengan pesan yang dikandung dalam teks; c) memberi perhatian yang lebih terhadap bagian-bagian yang penting dari teks; d) memilih inti-intiyang terpenting, kurang penting, samapi dengan yang tidak penting,; e) membuat kesimpula; dan f) membuat suatu persamaan yang bisa membuat orang mengerti tentang hal-hal (pesan) tersebut. Penjelasan di atas merupakan gambaran bagaiman pengetahuan diolah oleh sesaeorang sehingga memberikan hasil bagi interpretasinya.

Latihan

Membaca I

Setelah Anda selesai membaca uraian di atas, untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakanlah latihan berikut ini. Apabila Anda

mengalamai kesulitan diskusikanlah dengan teman.

1. Semakin banyak seseorang membaca, akan semakin meningkat pula kemampuan membacanya. Mengapa demikian? Jelaskan! 2. Memilih teks yang layak tentang suatu topik yang akrab dengan anak menyisipkan kata, frase, atau kalimat-kalimat yang bermakna istimewa sangat cocok untuk meluruskan kebiasaan membaca bawah-atas. Betulkah demikia? Jelaska! 3. berikan 3 contoh kalimat yang merupakan strategi yang dapat meluruskan kebiasaan membaca model atas-bawah! 4. Skema yang dimiliki sesorang akan menjadi dasar bagi interpretasi terhadap apa yang didengar atau dilihatnya. Jelaskan pernyataan tersebut! 5. Aoakah Anda menjumpai anak yang mempunyai kebiasaan

membaca dengan proses pemahamannya atas-bawah, strategi apa yang Anda gunakan untuk mengatasinya? Jelaskan!

Petunjuk Jawaban Latihan Apabila Anda telah selesai mengerjakan latihan, periksalah hasil latihan Anda dengan memperhatikan rabu-rambu jawaban berikut ini. 1. Jawaban Anda berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan membaca. 2. Jawaban Anda berkaitan dengan strategi yang digunakan oleh guru untuk menghadapi anak, yang mempunyai kebiasaan membaca dengan proses bawah-atas. 3. Contoh yang Anda buat merupakan strategi untuk meluruskan kebiasaan model atas-bawah. Jangan lupa syarat pembuatan kalimatnya.

Membaca I

4. Jawaban berkaitan dengan pemahaman Anda terhadap makna skema. 5. Jawaban Anda harus memperhatikan langkah-langkah strategi penanggulangan kebiasaan membaca model atas-bawah.

Kemampuan membaca hendaknya dimiliki oleh para siswa. Pencapaian kemampuan membaca sangat dipengaruhi oleh minat baca dan kekerapan membaca. Semakin baik minat baca seseorang, semakin sering orang itu membaca akan semakin meningkat pula kemampuan membacanya. Guru hendaknya berusaha agar para siswanya banyak membaca. Salah satu strategi membaca yang dapat meningkatkan daya baca seseorang ialah strategi membaca frase. Ada dua tahap membaca frase, yaitu: A. membaca frase mekanis B. membaca frase konseptual Untuk dapat membaca frase dengan baik, perlu melakukan latihan. Ada dua cara dalam membaca frase, yaitu: 1) Latihan pada Tingkat mekanis, terdiri atas: (1) Latihan untuk meningkatkan keterampilan mata; (2) Latihan ayunan visual; (3) Latihan membaca dengan ayunan visual. 2) Latihan pada Tingkat Konseptual (1) Latihan penandaan dengan garis;

Membaca I

Gambar 1: Latihan Meningkatkan Keterampilan Mata

Membaca I

Gambar 2: Latihan Ayunan Visual _______________ __________________ ._________________. _______________ __________________ ._________________.

Tes Formayif 2 Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang palimh tepat dan berilah tanda silang (x).

1) membaca aspek

frase

konseptual

lebih

memperhatikan

aspek-

A. kekuatan visual pada saat membaca B. penalaran dan pemahaman yang terjadi selam membaca C. perhentian visual pada waktu membaca D. gerakan mata mengikuti baris-baris bacaan 2) proses membaca yang cocok untuk mengembangkan skema anak ialah model A. bawah-atas B. atas-bawah C. timbal balik

Membaca I

D. ketiga-tiganya benar 3) Teori skema memberi suatu dasar untuk.. A. menyaring informasi dari teks B. membuat panggilan pesan sejalan dengan pesan dalam teks C. memberikan perhatian yang lebih terhadap bagian-bagian penting dari teks, D. ketiga-tiganya benar 4) kata penjara dapat menimbulkan skema yang bermacammacam. Tunjukan skema yang dapat diklasifikasikan pada kelompok pembuatan . A. Bangunan yang terdiri dari kamar-kamar kecil yang sempit. B. Seorang hakim yang bijaksana dan ulet C. Menipu uang dalam jumlah ratusan juta rupiah. D. Mang Karim yang sudah tiga bulan menjadi penghuni di sana 5) Manakah pernyataan berikut yang menunjukan kesesuaian hubungan antara fakta dan kegiatan . A. Orang yang tinggi itu membeli petasan yang berada di rak paling atas. B. Orang yang tinggi itu membeli petasan di pasar minggu. C. Orang yang kuat itu membuat ringkasan buku sebelum tidur. D. Orang botak membaca koran sambil sarapan pagi.

Untuk soal nomor 6 sampaidengan nomor 8, pilihan A. jika pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki hubungan; B. jika pernyataan benar, alasan benar tetapi keduanya tidak memiliki hubungan; C. jika pernyataan benar; alasan salah; D. jika pernyataan salah, alasan benar.

Membaca I

6) Perhatian yang terlampau tertuju pada analisis visual

tentang

huruf, suku kata, dan kata-kata meyebabkan terlepasnya skema anak sebab Teori skema memberi suatu dasar untuk menjaring informasi dari teks 7) Skema yang dimiliki seseorang akan menhadi dasar dalam menginterpretasikan dan menggali informasi yang didengar atau dibacanya sebab Guru harsu mampu menyadarkan kesalahan interpretasi tentang sesuatu

siswanya terhadap teks yang dibacanya dan membiarkan siswa merenungi kesalahannya

8) Kemampuan membaca banyak dipengaruhi oleh minat baca dan kekerapan emmbaca seseorang sebab Minat baca merupakan dorongan bagi seseorang untuk

membaca. Makin singgi minat bacanya makin sering seseorang untuk membaca akan semakin meningkat kemampuan

membacanya.

Untuk nomor 9 dan 10, pilihlah A. jika (1) dan (2) benar; B. jika (1) dan (3) benar; C. jika (2) dan (3) benar; D. jika (1),(2), dan (3) benar.

Membaca I

9) Bacaan

yang

dapat

menyadarkan

sikapnya

yang

terlalu

mengandalkan proses membaca atas-bawah ialah. (1) resep (2) petunjuk untuk melakukan sesuatu (3) aturan pemakaian obat 10) Latihan pada Tingkat Konseptual dapat dilakukan dengan cara .. (1) Latihan penandaan dengan garis (2) Latihan ayunan visual (3) Latihan tanpa tanda

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari!

Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% - 100% = baik sekali 80% 70% < 89% = baik 79% = cukup 70% = kurang X 100%

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami kegiatan belajar 2. Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya . Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Membaca I

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1

1)

Berdasarkan A Dictionary of Reading ada beberapa makna skema, anata lainskema adalah suatu sistem yang konseptual yang perlu untuk memehami sesuatu. Contoh skema tentang kebudayaan yang dimiliki oleh si A dapat menolong pemahamannya dalam bidang bahasa. Jawaban yang benar B

2)

Pernyataan a,b,dan c benar seperti itu, sedangkan pertanyaan c salah karena skema prosesmembaca setiap orang tidak selalu sama, sangat bergantung pada berbagai faktor antara lain pengalam yang dimiliki orang itu. Jawaban yang benar C

Membaca I

3)

Kata hakim, jaksa dan terdakwa sangat berkaitan dengan pengadilan, sehingga apabila orang mendengar pengadilan maka skemanya akan bekerja mencari kosa kata yang berkaitan dengan kata pengadilan tersebut, sedangkan kata polisi keterkaitannya yang tidak hanya dengan pengadilan, tepai dengan hal-hal lain, seperti kamtibnas. Oleh karena itu, kata polisi tidak diklasifikasikan ke dalam kelompok skemata kata pengadilan. Jawaban yang benar A

4)

Banyak skema yang dapat kita miliki tentang objek-objek tertentu, misalnya tentang tempat (sekolah, pasar), perasaan (kasih, sedih, benci dan sebagainya), juga tentang peristiwa (Bandung lautan api). Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17-8-1945 merupakanperistiwa yang pernah terjadi. Karena itu, termasuk salah satu contoh skema peristiwa. Jawaban yang benar C

5)

Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki hubungan sebab akibat Jawaban yang benar A

6)

Pernyataan benar, alasan salah, tetapi keduanya tidak memiliki hubungan sebabakibat. Jawaban yang benar B 7) Pernyataan salah, alasan salah Jawaban yang benar D 8) Umat Kristen dan kong hutsyu biasa menggunakan hari minggu untuk melakukan kegiatan keagamaan di gereja atau di kelenteng, sehingga hari Minggu bagi mereka merupaka hari untuk melakukan ibadat. Karena itu, apabila kita mengdengar kata hari Minggu, maka skema kita akan mencari hal-hal yang berkaitan dengan itu, antara lain ke gereja dan ke kelenten. Jawaban yang benar B

Membaca I

9) Skema yang kita miliki sangat beragam, baik tentang objek benda, tempat, perbuatan, peristiwa, dan perasaan. Untuyk contoh yang lain lihat penjelasan pada nomor 1 dan 2 sedangkan yang termasuk skema tentang perasaan, antara lain: kasih, sayang, benci, sedih. Jawaban yang benar A 10) Skema kita gunakan untuk menghubungkan apa yang sedang kita baca atau dengar dengan apa yang telah kita miliki sebelumnya.akan tetapi, dapat pula kita gunakan untuk melengkapi kalimat yang kita tuturkan, sehingga kalimat tersebut memiliki kesesuaian hubungan antara fakta dan kegiatannya. Jawaban yang benar C

Tes formatif 2 1) Membaca frase konseptual tidak hanya sekedar membaca dengan gerakan mata yang cepat mengikuti baris-baris bacaan, tetapi lebih banyak memperhatikan aspek-0aspek penalaran dan pemahaman yang terjadi selama membaca. Jawaban yang benar B 2) Dalam proses membaca dengan model timbal balik, membaca mengarahkan perhatiannya secara interaktif. Mereka membaca dengan menggunakan pengetahuan yang lalu dan secar terusmenerus menyusun pengetahuannya itu agar dapat

menguasaibagian-bagian yang terinci sebagiman mestinya. Proses membaca seperti itu sangat cocok untuk mengembangkan skema anak karena anak akan lebih aktif dalam membaca dan memungkinkan untuk dapat memelihara skemanya. Jawaban yang benar C

Membaca I

3)

Pada dasarnya teori skema memberi suatu dasar untuk : a) b) menyaring informasi dari suatu teks; membuat penggalian yang sejalan dengan pesan yang dikandung dalam teks; c) memberi perhatian yang lebih terhadap bagian-bagian yang penting dari teks; d) memilih inti-intiyang terpenting, kurang penting, samapi dengan yang tidak penting,; e) f) membuat kesimpula; dan membuat suatu persamaan yang bisa membuat orang mengerti tentang hal-hal (pesan) tersebut. Jawaban yang benar D

4)

Banyak skema yang kita miliki tentang berbagai objek tertentu. Apabila kita mendengar merupakan kelompok kata penjara kama skema ialah pernyataan yang yang

perbuatan,

menyatakan perbuatan yang mengarah pada kejahatan pada akhirnya masuk penjara. Jawaban yang benar C 5) Pernyataan yang menunjukan kesesuaian hubungan fakta dan kegiatan dapat membangkitkan skema seseorang dengan baik. Di antara keempat pernyataan tersebut, pernyataan A merupakan pernyataan yang dimaksud. Jawaban yang benar A 6) Pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak memiliki hubungan sebabakibat. Jawaban yang benar B 7) Pernyataan benar, alasan salah.

Jawaban yang benar C 8) Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki hubungan sebab akibat. Jawaban yang benar A

Membaca I

9)

Bacaan yang berisi petunjuk untuk melakukan sesuatu, resep, atau aturan membuat sesuatu merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk meluruskan kebiasaan anak yang terlalu tergantung pada proses atas-bawah.

Jawaban yang benar D 10) Membaca frase konseptual sangat memperhatikan aspek-aspek penalaran dan pemahaman terhadap bacaan. Untuk hal ini diperlukan latihan. Latiahn yang dimaksud mengarah pada memperoleh penalaran dan pemahaman bacaan, yaitu latihan penandaan dengan garis dan latihan tanpa tanda. Jawaban yang benar D

DAFTAR PUSTAKA

Freenam, Yvonne, David Freeman, dan Ruth Beall Heining. 1994. Reading Process and Practice, Second Edition. Portsminth, NH: Heinemann. Harjasujana, Ahmad S. dkk 1986. Buku Materi Pokok Keterampilan

Membaca.Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka. ________, 1988. Nusantara yang Literat; Secercah Sumbang Saran terhadap Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Mc Ginnis, Doroty J. 1982. Analyzing and Treating Reading Problems. New York: Macmillan Publishing Company Inc. Tampubolon, DP 1987. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan Efisien.Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

Membaca I

GLOSARIUM
Ayunan visual : Pandangan mata yang bergerak dengan cepat melihat baris bacaan interpretasi kapasitas konseptual mahir mekanis : penafsiran : kemampuan : berdasarkan konsep : terampil, mampu : Kegiatan yang menggunakan gerak fisik saja, dan belum melibatkan pemahaman membaca frase minat baca optimal : membaca secara kelompok kata kelompok kata : dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk membaca : pencapaian sesuatu samapai batas kemampuan yang terbaik strategi visual : cara, teknik : berdasarkan penglihatan.

Membaca I

Anda mungkin juga menyukai