Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Model Pembelajaran

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat

juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama

dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak

dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana

sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat

bantu dalam penerapannya.

Joyce & Weil (1982) mendefinisikan model pembelajaran sebagai

kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

pembelajaran. Selanjutnya Definisi model pembelajaran menurut Zainsyah,

A.E., dkk. (1984) yaitu suatu rencana atau pola yang digunakan dalam

menyusun kurikulum, mengatur pengajaran, dan memberi petunjuk kepada

pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Menurut

Aronson, et. al., (1978) Model pembelajaran adalah seperangkat lengkap

komponen strategi, yang merupakan metode lengkap dengan semua

bagiannya yang dijelaskan secara rinci. Menurut Toeti Soekamto dan

Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai

kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam


mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

aktivitas belajar mengajar.

Dari pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah merupakan kerangka koseptual yang menggambarkan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi

para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

2.1.2. Macam-macam Model pembelajaran

Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model

pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu:

pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan

masalah; diskusi; dan learning strategi.

Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990)

mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model

interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-

humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,

seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan

dengan strategi pembelajaran.

Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model

pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis


Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching

Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif

(Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery

Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction).

2.1.3. Sintaks Model pembelajaran

Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap

model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat

unsur berikut :

1) Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang

menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata

(Joyce dan Weil, 1986:14).

2) Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan

hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran

3) Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana

guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap

apa yang dilakukan siswanya.

4) Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana,

bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model

tersebut.

2.2. Model Pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran)

2.2.1. Pengertian Model Maind Mapping

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan

tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking.
Sebuah Mind Mapping memiliki sebuah idea tau kata sentral, dan ada 5

sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat

efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang dimiliki dan

membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk

mengorganisasikan informasi yang dimiliki.Bentuk diagramnya yang seperti

diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu

informasi kepada informasi yang lain (Buzan, 2005: 9).

Peta pikiran (Mind Mapping) adalah satu teknik mencatat yang

mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan

mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.

Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan

seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi. Peta

pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari, karena berbeda

emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya (Bobbi de

Porter, 1999:153). Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika

berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan

peta pikiran Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana

yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses

pembuatan Mind Mapping (Sugiarto, 2004: 92).

Visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal

bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreatifitas

dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat

dengan mudah lebih menangkap dan menguasai materi pelajaran. Selain itu,

siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide
pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan

kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat

gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak

membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu

bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat

kepentingan dari masing-masing garis (Rose dan Malcolm, 2006:33).

Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode

terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi

tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah suatu yang dibentuk jati

diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan

memberikan titik-titik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa

depan. Ingatan merupakan reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang

diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan disimpan dalam jaringan

saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak (Eric Jensen,

2002:21).

Secara umum otak kiri memainkan peranan penting dalam

pemrosesan logika, kata-kata, matimatika dan urutan atau yang disebut otak

yang berkaitan dengan pembelajaran akademis. Otak kanan berkaitan dengan

irama, rima, musik, gambar dan imajinasi atau disebut sebagai otak berkaitan

dengan aktifitas kreatif. Kedua belahan otak ini dihubungkan oleh Corpus

Collosum yang secara konstan menyeimbangkan pesan-pesan yang datang

dan menggabungkan gambar yang abstrak dan holistic dengan pesan kongkret

dan logis (Gordon Dryden Jeannette Vos, 2003: 125).


Sebagaian besar orang hanya menggunakan otak kirinya sebagai

berkomunikasi dan memperoleh informasi dalam bentuk verbal ataupun

tertulis. Bidang pendidikan, bisnis dan sains cenderung yang digunakan

adalah otak belahan kiri. Dalam proses belajar siswa selalu dituntut untuk

mempergunakan belahan otak kiri ketika menerima materi pelajaran. Materi

pelajaran akan diubah dan diolah dalam bentuk ingatan. Terkadang siswa

tidak dapat mempertahanka ingatan tersebut dalam jangka waktu yang lama

(Bobbi de Porter dan Hernacki, 2000: 38).

Otak tidak dapat langsung meolah informasi menjadi bentuk rapi dan

teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya

dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan

sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur

oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Teknik mencatat dapat

terbagi menjadi dua bagian.Pertama catat, tulis, susun (CTS), yaitu mencatat

yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan kanan, sehingga

konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh kalimat. Catat, tulis, susun,

menghubungkan apa yang didengar menjadi poin-poin utama dan menuliskan

pemikiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari (Bobbi de

Porter dan Hernacki, 2000:152). Mind Mapping merupakan cara untuk

menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali keluar

otak. Bentuk Mind Mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang

mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan,bisa membuat

pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang

sangat luas. Dengan sebuah peta,bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat
dan tepat dan mengetahui kemana akan pergi dan dimanapun berada (Michael

Gelb dalam Buzan, 2003:179).

Mind Mapping merupakan gagasan berbagai imajinasi.Mind

merupakan suatu keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup dan sedang

bekerja, Lebih lanjut Bobbi de Porter dan Hernacki, (2000:152) menjelaskan

peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan

menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk

suatu kesan yang lebih dalam.

Mind Mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan,

bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak

yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan

lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat

biasa.

Mind Mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu

siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya

menggabungkan kerja otak kiri dan kanan.Dengan Model Mind Mapping

siswa dapat meningkatkan daya ingatan hingga 78% (Buzan, 2009:15).

Menurut Buzan, (2009:54) beberapa manfaat menggunakan Mind

Mapping antara lain :

a. Merencanakan

b. Berkomunikasi

c. Menjadi kreatif

d. Menghemat waktu
e. Menyelesaikan masalah

f. Memusatkan perhatian

g. Menyusun dan Menjelaskan fikiran-fikiran

h. Mengingat dengan lebih baik

i. Belajar lebih cepat dan efesien

j. Melihat gambar keseluruhan

Mind Mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu

sisa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya

menggabungkan kerja otak kiri dan kanan. Model ini mempermudah

memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi

dari dalam otak. Mind Mapping merupakan model yang paling baik dalam

membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan tehnik

grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk

menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.

2.2.2. Kegunaan Mind Mapping

Kegunaan Mind Mapping (Peta Pikiran) : Menurut Michael Michalko,

(dalam Buzan 2005:6) Model Mind Mapping dapat dimanfaatkan atau berguna

untuk berbagi bidang termasuk bidang pendidikan. Kegunaan Model Mind

Mapping dalam bidang pendidikan, antara lain :

a. Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah

b. Memungkinkan merencanakan rute atau kerangka pemikiran suatu

karangan
c. Mengumpulkan sejumlah besar data disuatu tempat

d. Mendorong pemecahan masalah dengan kreatif

2.2.2. Cara Membuat Mind Mapping

Ada beberapa cara pembuatan mind mapping sebgaimana yang

dpaparkan oleh (Buzan, 2005:15), yaitu :

a. Siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape.

b. Pena dan pensil berwarna

c. Otak

d. imajinasi

e. Tempatkan topik atau judul materi yang akan dibahas ditengah-tengah

halaman kertas dengan posisi horizontal.

f. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat

g. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada Mind Mapping

yang dibuat.

Dalam membuat Mind Mapping juga diperlukan keberanian dan

kreatifitas yang tinggi. Variasi dengan huruf capital, warna, garis bawah atau

simbol-simbol yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan

Mind Mapping yang telah dibuat akan lebih mengesankan.

2.2.4. Langkah-Langkah Model Mind Mapping.

Menurut buzan, (2004:149) Aplikasi Mind Mapping dalam

pembelajaran dalam tahap aplikasi, terdapat empat langkah yang harus

dilakukan proses pembelajaran berbasis Mind Mapping, yaitu:

a. Overview :
Tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran

baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada

siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan

pertama pada setiap awal semester, Overview dapat diisi dengan kegiatan

untuk membuat Master Mind Mapping yang merupakan rangkuman dari

seluruh topik yang akan diajarkan selama satu semester yang biasanya

sudah ada dalam silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah

mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka

peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di

rumah atau di perpustakaan.

b. Preview :

Tinjauan awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga gambaran

umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada Overview dan dapat

berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian, siswa

diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-

topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus

untuk bahan yang sangat sederhana, langkah Preview dapat dilewati

sehingga langsung masuk ke langkah Inview.

c. Inview :

Tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran,

di mana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam.

Selama Inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep

atau rumusan penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk

membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.


d. Review :

Tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan

berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada

informasi, konsep atau rumusan penting yang harus diingat atau dikuasai

oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk focus dalam

mempelajari-ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di

rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada

pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingat kembali bahan

yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

2.2.5. Kelebihan dan Kelemahan Model Mind Mapping

2.2.5.1. Kelebihan Model Mind Mapping

Kelebihan model pembelajaran mind mapping menurut Buzan

(2004:9) adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengemukaan pendapat secara bebas.

2. Dapat berkerjasama dengan teman lainnya.

3. Catatan lebih padat dan jelas.

4. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.

5. Catatan lebih berfokus pada inti materi.

6. Mudah melihat gambaran keseluruhan.

7. Membantu otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan

membuat hubungan.

8. Memudahkan penambahan informasi baru.

9. Pengkajian ulang bisa lebih cepat.


10. Setiap peta bersifat unik.

2.2.2.1. Kelemahan Model Mind Mapping

Kelemahan dari model pembelajaran Mind Mapping adalah

sebagai berikut :

1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.

2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar.

3. Mind Mapping siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan

memeriksa Mind Mapping siswa.

2.3. Hasil Belajar

2.3.1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil nilai yang diperoleh siswa dari hasil

evaluasi setelah kegiatan proses pembelajaran. Menurut Winkel (1991: 28)

meyataka bahwa hasil belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha yang

dilakuakan dan merupakan kecakapan yang diperoleh melalui kegiatan

pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka.

Selanjutnya Soemantri (2001: 1) mengatakan bahwa hasil belajar

merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah

mengalami proses  belajar dimana untuk mengungkapnya biasanya

menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh guru. Dalam

dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang

diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu.

Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa yang dimaksud

dengan hasil belajar pada penelitian ini adalah bukti keberasilan atau
perubahan yang terjadi pada individu yang belajar yang merupakan suatu

indikator tujuan yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran. Hasil

belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran

dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui

proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai

berikut.

1.       Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi

belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan

prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk

memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah

dicapai.

2.      Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi

yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana

mestinya.

3.      Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan

tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk

mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar

sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4.     Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh

(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan

atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,

keterampilan atau perilaku.


5.     Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan

mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya

maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Suryabrata (1988: 56) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi hasil belajar seseorang, yaitu: (1) faktor yang berasal dari luar

diri si pelajar, yaitu faktor sosial dan faktor non sosial, (2) faktor yang berasal

dari dalam diri pelajar, yaitu faktor psikologis dan fisiologis. Hal ini sejalan

dengan pendapat hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor

utama yaitu: faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri

siswa atau lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut

kemampuan yang dimiliki siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri

siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi belajar,

minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi ekonomi,

kondisi fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari luar atau lingkungan yang

paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pembelajaran

(Angkowo dan Kosasih, 2007: 50).

Menurut Rusyan (1989: 24) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

proses hasil belajar dapat digolongkan dalam empat kelompok, yaitu: (1)

bahan atau hal yang harus dipelajari, yaitu banyaknya bahan dan tingkat

kesulitan bahan akan mempengaruhi hasil belajar siswa, (2) faktor lingkugan,

baik lingkungan alam maupun sosial, (3) sarana dan prasarana belajar,

wujudnya berupa perangkat keras seperti gedung, perlengkapan dan


sebagainya dan perangkat lunak seperti kurikulum, pedoman belajar, program

belajar dan sebagainya, (4) kondisi individu siswa, yang meliputi kondisi

fisikologis berupa keadaan jasmani dan kondisi psikologis yang berupa

perhatian, intelegensi, bakat dan sebagainya.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pada

penelitian ini hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor

utama yaitu :

1.      Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2.       Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan,

terutama kualitas pengajaran.

2.3.3. Tipe Hasil Belajar

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni :

informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan

keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang

merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil

belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).

Unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran  adalah

sebagai berikut  :

1) Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif

Tipe ini terbagi menjadi 6 poin,   yaitu  tipe hasil belajar :


1. Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya

faktual.  Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar

lainnya.

2. Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna  atau

arti dari suatu konsep

3. Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan

mengabtraksikan  suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi 

yang baru, misalnya  memecahkan persoalan  dengan menggunakan

rumus tertentu.

4. Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas

(kesatuan yang utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti.

5. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi

satu integritas.

6. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai

sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang

dipakainya.

2) Tipe  Hasil Belajar Afektif

Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang

diperhatikan oleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini 

didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap

seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai

bidang kognitif  tingkat tinggi.

Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe  hasil belajar

dari  yang sederhana ke yang lebih komplek  yaitu :


1. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan dari luar yang datang pada siswa,  baik dalam bentuk

masalah situasi dan  gejala.

2. Responding atau jawaban, yakni  reaksi yang diberikan seseorang

terhadap stimulus dari luar .

3. Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap stimulus.

4. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi,

termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan

kemantapan  prioritas yang dimilikinya .

5. Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua

nilai yang dimiliki seseorang  yang mempengaruhi pola kepribadian dan

tingkah lakunya

3) Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan,

kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :

1. Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.

2. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual , 

adaptif, motorik, dan lain-lain.

4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan

ketetapan.

5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai

pada ketrampilan yang kompleks .


6. Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti

gerakan ekspresif, interpretative.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam

ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha

kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu. Hasil belajar merupakan

tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar

dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis

mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan

proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar

siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar

kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan

Mudjiono,2009:3).

2.4.Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep,

tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan

untuk mencapai pengetahuan itu (Powler dalam Khalimah, 2010).

Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk


memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Di tingkat Sekolah Dasar diharapkan ada penekanan

pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang

diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya

melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara

bijaksana.Depdiknas (2007: 147) Ilmu pengetahuan alam merupakan mata

pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

fakta-fakta, konsepkonsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses penemuan.

Menurut Trianto (2010: 136) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan

teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala

alam, lahir dan berkembang melalui Model ilmiah seperti observasi dan

eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan

sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan IPA adalah mata

pelajaran yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam secara

sistematis, melalui Model ilmiah, untuk sebuah penemuan.

2.4.1. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Depdiknas (2007: 484 - 485) Mata Pelajaran IPA di SD/MI

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA


yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.4.2. Ruang Lingkup Bahan Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Depdiknas (2007: 485) Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk

SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.


Menurut Permendiknas (2006: 485) ruang lingkup bahan kajian

IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek: (1) Makhluk hidup dan proses

kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan

lingkungan, serta kesehatan. (2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya

meliputi: cair, padat dan gas. (3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya,

bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. (4) Bumi dan

alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit

lainnya.

2.4.3.Hakekat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD

Ada beberapa pengertian tentang hakekat Ilmu Pengetahuan

Alam. Dibawah ini dikemukakan beberapa pengertian IPA menurut

beberapa ahli.

Menurut Nash dalam Samatowa (2011:3) Ilmu Pengetahuan Alam

adalah suatu cara atau Model untuk mengamati alam yang bersifat analisis,

lengkap, cermat serta dapat menghubungkan antara fenomena alam yang

satu dengan fenomena lain, sehingga membentuk suatu perspektif baru

tentang objek yang diamati.

Menurut Sapriati, dkk (2008:5.11) Ilmu pengetahua Alam adalah

hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan maupun konsep yang

terorganisasi secara logis dan sistematis tentang alam sekitar, yang

diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti

pengamatan, penyelidikan, dan penyusunan hipotesis yang diikuti

pengujian gagasan-gagasan. „Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan


secara inkuiri ilmiah (scientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir, bekerja dan bersikap ilmiahserta mengkomunikasikannya sebagai

aspek penting kecakapan hidup. Olehkarena itu pembelajaran IPA di

SD/MI menekankan pada pemberian pengalamanbelajar secara langsung

melalui penggunaan dan pengembangan keterampilanproses dan sikap

ilmiah‟.(Permendiknas No.22 Tahun 2006).

Menurut Samatowa (2011: 6) memaparkan bahwa pembelajaran

ilmu pengetahan alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua

masalah yang ada, dalam IPA anak- anak harus tetap bersikap ragu-ragu

dalam mengenal terjadinya sesuatu, sehingga kita selalu siap memodifikasi

model- model yang kita miliki tentang alam mini sejalan dengan

penemuan- penemuan baru yang kita dapatkan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD adalah salah satu

pembelajaran yang mempelajari alam secara ilmiah dan konkret dengan

membantu siswa berfikir dengan cara yang logis dan realistis.

2.4.4.Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Ada beberapa tujuan pembelajaran IPA perlu diberikan dalam

pendidikan di SD. Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat ahli

mengenai tujuan pembelajaran IPA di SD.

Menurut Samatowa (2011: 6) tujuan kulikuler pembelajaran IPA

adalah: (1) IPA bermanfaat bagi suatu bangsa. Sebab pengetahuan dasar

untuk teknologi adalah IPA. (2) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang
melatih mengembangkan kemampuan berfikir kritis. (3) IPA bukan

merupakan mata pelajaran hafalan, karena di dalam IPA mengajarkan

kepada siswa untuk melakukan percobaan- percobaan yang nyata. (4) IPA

mempunyai nilai- nilai pendidikan untuk membentuk kepribadian siswa

secara keeseluruhan.

Sedangkan menurut Permendiknas (2006: 484) tujuan

pembelajaran IPA di SD adalah: (1) Memperoleh keyakinan terhadap

kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan

keteraturan alam ciptaan-Nya. (2) Mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari.(3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap

positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (4)

Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan

kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam. (6) Meningkatkan kesadaran untuk

menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan

Tuhan. (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dari beberapa pendapat tentang tujuan pembelajaran IPA, dapat

disimpulkan bahwa: (1) Melalui IPA, siswa dapat memperoleh keyakinan

akan peristiwa- peristiwa yang terjadi di alam merupakan ciptaan Tuhan,

sehingga manusia perlu untuk mengetahui gelaja yang terjadi, mencegah


dampak buruk terhadap alam atas ulah manusia, dan menjaga alam agar

tidak rusak oleh manusia. (2) Melalui IPA siswa dapat memperoleh

pengetahuan nyata dengan menyelidiki peristiwa di alam sekitar dengan

melalui percobaan dan simulasi agar membantu siswa dapat berfikir logis

dan rasional.

Anda mungkin juga menyukai