Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA


SEMESTER V

DISUSUN OLEH :
NAMA : Muzzamil Kholid
NIM : 19062042
KELOMPOK : 4 (empat)
PRODI : D3 Teknik Sipil Bangunan Gedung

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA
SEMESTER V

Nama : Muzzamil Kholid


TM/NIM : 2019/19062042
Prodi : D3 Teknik Sipil Bangunan Gedung

Padang,November 2021

Disetujui Oleh:
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

Rizky Indra Utama, S.T, M.T, M.Pd.T


NIDN.
LEMBAR ASISTENSI
Nama : Muzzamil Kholid
TM/NIM : 2019/19062042
Prodi : Teknik Sipil
Nama Asisten : Vandu Griasmana, A.Md.T
No. Hari/Tgl Uraian Paraf
1. Selasa / 23 Nov 2021 Spasi baris judul diperbaiki
Referensi daftar pustaka dibuat
link lengkapnya
Teori singkat yang belum 2
halaman ditambahkan
Padang, November 2021
TEKNISI ASISTEN LAB

( ) (Vandu Griasmana, A.Md.T )


ANALISIS SARINGAN
(SIEVE ANALYSIS)
A. TUJUAN
Setelah melakukan pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat membuat
suatu distribusi ukuran agregat dalam bentuk grafik yang dapat
memperlihatkan pembagian butir (gradasi) suatu agregat dengan menggunakan
saringan.
B. TEORI SINGKAT
Analisis saringan agregat adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan
untuk menentukan presentase berat butiran agregat yang lolos dalam suatu set
saringan, yang angka persentase komulatif digambarkan pada grafik
pembagian butir. Agregat adalah material glanular, misalnya pasir, batu, dan
kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidrolik atau adukan (SK SNI
T-15-1991-03).
Analisis saringan agregat halus adalah pemeriksaan ukuran butiran agregat
halus secara merata sesuai dengan syarat lolos komulatif gradasi agregat halus
yang telah ditetapkan. Agregat halus adalah butirannya tembus ayakan < 5
mm. Analisis saringan juga digunakan untuk mendapatkan persentasi agregat
halus dalam campuran. Analisis saringan agregat kasar adalah berat kering
agregat kasar dalam proses dibagi berat contoh kering permukaan yang sudah
dikurangi dengan berat contoh dalam air. Penyerapan agregat kasar adalah
kemampuan agregat kasar dalam proses pembuatan suatu campuran agregat
dengan aspal dalam perencanaan pembangunan jalan lentur
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran agregat atau pembagian
butir suatu agregat yang dapat dilihat pada saat melakukan pengujian analisis
saringan. Gradasi ditentukan dari material yang lolos dari berbagai macam
saringan yang disusun dari ukuran saringan terkecil yaitu saringan no. 200
(0.08 mm) yang diletakkan dibawah dan ukuran saringan terbesar yaitu 1”
(25.4 mm) diletakkan diatas. Setelah mendapatkan nilai persen kumulatif
lolos dan nilai fuller dari pengujian analisis saringan, di buat grafik gradasi
analisis saringan untuk mendapatkan persentase masing – masing agregat.
Spesifikasi gradasi agregat yang dihasilkan untuk :
1. Mengontrol konstruksi material dan untuk mendapatkan kualitas
perkerasan yang diinginkan.
2. Untuk mendapatkan penggunaan yang optimum untuk material lokal yang
ada.
3. Untuk mengurangi biaya pembuatan konstruksi jalan.
Gradasi agregat halus sangat penting peranannya dalam membuat
campuran bahan yang bermutu, karena gradasi ini sangat berpengaruh
terhadap kualitasnya sebagai material perkerasan jalan lentur. Gradasi yang
baik yaitu campuran agregat dengan ukuran butiran yang terdistribusi merata
dalam ukuran butiran.
Gradasi dibedakan atas:
1. Agregat bergradasi kasar adalah agregat bergradasi baik yang didominasi
oleh agregat ukuran butiran kasar.
2. Agregat bergradasi halus adalah agregat bergradasi baik yang didominasi
oleh agregat ukuran butiran halus.
Gradasi yang baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan
agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan
lebih besar dari 45% dan tertanam pada ayakan.
Berdasarkan proses pengolahannya agregat dibagi menjadi tiga,yaitu :
1. Agregat alam
Dapat digunakan untuk sebagaimana bentuknya dialam atau dengan
sedikit pengolahan.
2. Agregat melalui proses pengolahan
Agregat juga banyak ditemui di daerah pegunungan atau dibukit – bukit
dan di sungai dengan ukuran agregat yang besar. Sehingga diperlukan
proses pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai material
campuran konstruksi jalan.
3. Agregat buatan
Agregat yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan ukuran <
0.075 mm) diperoleh dari hasil sampingan pabrik-pabrik semen atau mesin
pemecah batu.
C. ALAT
1. Saringan satu set : 25,40 mm (1”), 19,10 mm (3/4”), 12,7 mm (1/2”),
9,52 mm, (3/8”), 6,35 mm (1/4”), 4,76 mm (No.4), 2,38 mm (No.8), 1,19
mm (No.16), 0,59 mm (No.30), 0,28 mm (No. 50), 0,15 mm (No. 100),
0,08 mm (No.200)
2. Timbangan
3. Oven
4. Alat pemisah contoh
5. Mesin pengguncang/penggetar saringan
6. Kuas
7. Sendok
8. Ember
9. Sarung Tangan
10. Earplugg
D. BAHAN
1. Agregat kasar (split) = 1000 gram (lolos saringan 25,4 mm)
2. Agregat sedang (screen) = 1000 gram (lolos saringan 9,50 mm)
3. Agregat halus (AB) = 500 gram (lolos saringan 4,75 mm) agregat dalam
keadaan kering oven
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Lakukan pembagian agregat dengan alat pemisah
3. Timbang agregat yang telah dibagi tadi sesuai kebutuhan
4. Masukkan agregat ke dalam susunan ayakan standard dan letakkan di atas
vibrator (penggetar)
5. Lakukan getaran ± 15 menit
6. Timbang agregat yang tertahan tiap saringan
7. Hitung prosentase lolos dan tertahan pada masing-masing saringan
8. Masukkan data pada table dan plot pada grafik
ANALISIS DATA
Hari/tanggal :
Kelompok : 4 (empat)

Split
No Berat Berat Berat Kumu Kumula Kumul Fuller
Sarin Saringan Saringan + Agregat latif tif atif (d/D)0,45 x
gan Agregat Tertahan Terta Tertaha Lolos 100%
han n
mm Gr gr Gr gr % % %
25,4
19,1
12,7
9,52
6,35
4,76
2,38
1,19
0,59
0,28
0,15
0,08
Pan

Screen
No Berat Berat Berat Kumu Kumula Kumul Fuller
Sarin Saringan Saringan + Agregat latif tif atif (d/D)0,45 x
gan Agregat Tertahan Terta Tertaha Lolos 100%
han n
mm Gr gr Gr gr % % %
25,40
19,10
12,7
9,52
6,35
4,76
2,38
1,19
0,59
0,28
0,15
0,08
Pan

Abu batu
No Berat Berat Berat Kumu Kumula Kumul Fuller
Sarin Saringan Saringan + Agregat latif tif atif (d/D)0,45 x
gan Agregat Tertahan Terta Tertaha Lolos 100%
han n
mm Gr gr Gr gr % % %
25,40
19,10
12,7
9,52
6,35
4,76
2,38
1,19
0,59
0,28
0,15
0,08
Pan
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-1968-1990. METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS
SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR.
Sipil UB. (2018). ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR.
“https://sipil.ub.ac.id/lab.transport/wp-content/uploads/2018/05/Manual-
Praktikum-Perkerasan-Jalan.pdf “.(diakses pada 21 November 2021).
Kumpul engineer. (2014). KLASIFIKASI DAN PENGERTIAN AGREGAT “
https://www.kumpulengineer.com/2014/05/pengertian-dan-klasifikasi-
gradasi.html “. (diakses pada 21 November 2021)
SNI ASTMC136-2012. Metode uji untuk analisis saringa agregat halus dan
agregat kasar
LAMPIRAN

Gambar 1. Agregat kasar Gambar 2. Agregat kasar dimasukkan


kedalam oven

Gambar 3. Timbang sarungan Gambar 4. Masukkan agregat ke saringan


PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT
A. TUJUAN
Setelah melakukan pengujian, diharapkan mahasiswa dapat
menentukan berat jenis kering oven (bulk), berat jenis kering permukaan
jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dan
penyerapan agregat.
B. TEORI SINGKAT
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan
yang kita uji. Sedangkan penyerapan ialah tingkatan atau kemampuan suatu
bahan untuk menyerap air, jumlah rongga atau pori yang di dapat dalam
agregat disebut porositas. Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara
alami dan tersusun dari mineral atau mineraloid. Agregat yang dipakai
tertahan saringan No. #4 atau maksimum 37,5 mm (1½ in). Agregat dengan
berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang
sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Dan sebaliknya, agregat
dengan berat jenis besar tidak membutuhkan aspal yang banyak
Pengujian mengacu pada hasil yang dilaksanakan dari material quary
didapatkan untuk Berat jenis curah (Sd) mencapai 2.563 gram, Berat jenis
jenuh kering permukaan (Ss) mencapai 2.610 gram, Berat jenis semu (Sa)
mencapai 2.689 gram , Penyerapan air (Sw) mencapai 1.834 gram, dan untuk
batu Pringga baya Berat jenis curah (Sd) mencapai 2.674 gram, Berat jenis
jenuh kering permukaan (Ss) mencapai 2.708 gram, Berat jenis semu (Sa)
mencapai 2.768 gram , Penyerapan air (Sw) mencapai 1.272 gram. Jadi dari
hasil penelitian nilai penyerapannya masih dibawah batas spesifikasi 2018
yang di ijinkan yaitu maksimal 3%.
Pengukuran berat jenis diperlukan untuk perencanaan campuran aspal
dengan agregat, campuran ini didasarkan perbandingan berat karena lebih
teliti dibandingkan dengan perbandingan volume da juga untuk menentukan
banyaknya pori agregat. Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang
besar sehinga dengan berat sama akan dibutuhkan aspal yang banyak, dan juga
sebaliknya jika berat jenis nya besar akan mempunyai volume yang kecil
sehingga dengan berat yang sama akan dibutuhkan aspal yang sedikit.
Agregat yang mempunyai kadar pori yang besar akan membutuhkan
jumlah aspal yang lebih banyak dikarenakan aspal yag terserap akan
mengakibatkan aspal menjadi lebih tipis. Penentuan bnyak pori ditentukan
dengan air yang dapat terabsorbsi oleh agregat. Nilai penyerapan adalah
perubahan berat agregat berdasarkan penyerapan air oleh pori-pori dengan
agregat dengan kondisi kering.
Berat jenis agregat dibedakan menjadi:
1. Berat jenis curah kering
Perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk rongga
yang impermeabel dan permeabel di dalam butir partikel, tetapi tidak
termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu
terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume
yang sama pada suatu temperatur tertentu
2. Berat jenis curah (jenuh kering permukaan)
Perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air
yang terdapat di dalam rongga akibat perendaman selama (24+4) jam,
tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur
tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam
volume yang sama pada suatu temperatur tertentu.
3. Berat jenis semu (apparent)
Perbandingan antara berat agregat kering dengan berat air akan tetapi yang
diperhitungkan adalah volume partikel dan bagian yang diresapi air pada
suhu tertentu.
Pengujian berat jenis agregat kasar dan halus sangat penting dilakukan
sebelum agregat dipakai dalam campuran aspal,Berdasarkan SNI 03-1969-
1990 tentang berat jenis dan penyerapan agregat disebutkan, bahwa nilai
maksimum dari berat jenis 2,5 penyerapan airnya adalah <3%. sedangkan
pada SNI 03-1970-1990 disebutkan bahwa berat jenis agregat halus maksimal
2,5 dan penyerapan agregat maksimal 3 %.
C. ALAT
1. Rifle sampel
2. Timbangan elektrik
3. Kerucut Abram
4. Tabung Kaca
5. Plat kaca
6. Kipas angin
7. Pan
8. Ember
9. Kain penyerap
10. Tissue
11. Oven
12. Saringan 4,75 mm dan 2,36 mm
D. BAHAN
1. Agregat
a. Split = 1 kg
b. Screen = 1 kg
c. AB = 1 kg
2. Air suling
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Persiapan benda uji
a. Rendam benda uji ke dalam air selama ± 24 jam sampai menjadi
dalaam keadaan jenuh.
b. Tiriskan, lalu saring dengan saringan 4,75 mm (SP & SC) dan 2,36 mm
(AB).
c. Untuk split dan screen yang tertahan saringan 4,75 mm lakukan
pengujian berat jenis dan penyerapan untuk agregat kasar, sedangkan
untuk yang ,lolos saringan 4,75 mm lakukan pengujian berat jenis dan
penyerapan agregat halus.
d. Untuk AB yang tertahan sringan 2,36 mm lakukan pengujian berat jenis
dan penyerapan untuk agregat kasar, sedangkan untuk yang lolos
saringan 2,36 mm lakukan pengujian berat jenis dan penyerapan air
untuk agregat halus.
3. Pengujian berat jenis dan penyerapan untuk agregat kasar
a. Berat agregat dalam keadaan SSD
b. Tentukan volume uji
1) Timbang benda uji (W1)
2) Timbang benda uji dalam air (W2)
3) Masukan benda uji ke dalam oven selama ± 24 jam, lalu timbang
(W3)
4. Pengujian berat jenis dan penyerapan untuk agregat halus
a. Buat agregat dalam keadaan SSD
1) Angin-anginkan agregat halus menggunakan kipas angin dalam pan
besar.
2) Cek kondisi SSD dengan kerucut Abram.
b. Tentukan volume uji
1) Sediakan tabung kaca + plat kaca,
2) Isi dengan air suling sampai penuh hingga tidk ada gelembung
udara didalam botol
3) Tutup botol dengann plat kaca, lalu timbang ( B )
4) Timbang agregat yang akan di uji berat jenisnya ( A )
5) Buang air sebagian dalam tabung kaca, lalu masukan agregat ke
dalam tabung kaca, hilangkan gelembung udara dalam tabung kaca,
6) Isi air sampai penuh agar gelembung udara naik semua, lalu tutup
dengan plat kaca,
7) Lap bagian luar tabung dan plat kaca yang terkena air,
8) Timbang tabung + plat kaca + benda uji SSD ( C )
9) Keringkan benda uji dalam oven, lalu timbang ( D )
5. Laporkan
RUMUS
Berat jenis kering permukaan (SSD)

Berat jenis kering oven (Bulk

Berat jenis semu (apperent)

Penyerapan air (%)

Berat jenis kering permukaan (SSD)

Berat jenis kering oven (Bulk)

Berat jenis semu (apperent)

Penyerapan air (%)


ANALISIS DATA
Hari/tanggal :
Kelompok : 4 (empat)
Agregat kasar > 4,75 mm
No. contoh SP SC
Berat benda uji SSD (gr)
Berat benda uji SSD
dalam air (gr)
Berat benda uji kering
oven (gr)
BJ SSD
BJ Bulk
BJ Apperent
Penyerapan air

Agregat > 2,35 mm


No. contoh AB (tertahan) AB (lolos)
Berat benda uji SSD (gr)
Berat benda uji + plat +
air (gr)
Berat benda uji + plat +
air + agregat (gr)
Berat benda uji kering
oven (gr)
BJ SSD
BJ Bulk
BJ Apperent
penyerapan air

Agregat Proporsi Berat Jenis Penyerapan Air


gr SSD Bulk Apperent %
SP

SC
AB
DAFTAR PUSTAKA
AASTHO T-84-88
SNI 03-1969-1990. METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN
PENYERAPAN AGREGAT.
Academia. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan agregat
“https://www.academia.edu/29473696/PENGUJIAN_BERAT_JENIS_DAN_PE
NYERAPAN_docx”. (diakses pada tanggal 21 November 2021)
Blogspot. (2012). Praktikum penyerapan berat jenis dan penyerapan agregat
“http://em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-penyerapan-
berat.html”. (diakses pada tanggal 21 November 2021)
LAMPIRAN

Gambar 1. Timbang agregat halus Gambar 2. Timbang tabung kaca

Gambar 3. Masukkan air dan agregat Gambar 4. Tutup tabung dengan


agregat ke dalam tabung kaca plat kaca sambil memastikan
gelembungnya hilang

Gambar 5. Timbang tabung kaca, Gambar 6. Cek SSD


agregat dan air
PENGUJIAN KELEKATAN AGREGAT PADA ASPAL
(AFFINITY FOR BITUMEN)
A. TUJUAN
Setelah melakukan pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat menguji
besarnya kelekatan agregat terhadap aspal dengan cara visual.
B. TEORI SINGKAT
Aspal adalah material hasil penyaringan minyak mentah dan merupakan
hasil industri perminyakan. Aspal merupakan material untuk perekat yang
berwarna coklat gelap sampai hitam dengan unsur pokok yang paling domina
adalah bitumen. Daya lekat aspal terhadap agregat di pengaruhi oleh sifat
agregat terhadap air, granit dan agregat yang mengandung silica merupakan
agregat yang bersifat hydripilic, yaitu agregat yang mudah menyerap air, hal
ini mengakibatkan agregat tersebut tidak mudah di lekati aspal dan ikatan
agregat mudah lepas dan sebaliknya seperti diriot tidak mudah menyerap air,
berdasarkan SNI 03-2439-1991 bahwa kelekatan agregat adalah 95%. yang di
maksud dengan kelekatan agregat adalah persentase luas permukaan agregat
yang terselimuti aspal terhadap keseluruhan permukaan. maksud dari
pengujian ini adalah untuk menentukan angka kelekatan agregat terhadap
aspal. pengujian ini dapat dilakukan tehadap semua jenis bahan yang
dilakukan sebagai pengendalian mutu agregant pada pembangunan jalan raya.
Kelekatan terhadap aspal adalah kecenderungan agregat untuk menerima,
menyerap dan menahan film aspal. Agregat hidrophobik (tidak menyukai air)
adalah agregat yang yang memiliki sifat kelekatan terhadap aspal yang tinggi,
contoh dari agregat ini adalah baru gamping dan dolomit. Sebaliknya, agregat
hidrophilik (suka menyerap air) adalah agregat yang memiliki kelekatan
terhadap aspal yang rendah, sehingga agregat jenis ini cenderung terpisah dari
film aspal bila terkena air. Kuarsit dan beberapa jenis granit adalah contoh
agregat hidrophilik.
Berdasarkan SNI 03-2439-1991 bahwa kelekatan agregat adalah minimal
95%. Kelekat agregat pada aspal terbagi 2 yaitu :
1. Hydophilic adalah sifat agregat yang mudah diresapi air, hal ini
mengakibatkan agregat tidak mudah dilekati aspal dan ikatan aspal dengan
agregat mudah dilepas.
2. Hydrophobic adalah sifat agregat yang tidak mudah terikat dengan air, tapi
mudah terikat dengan aspal.
Berdasarkan AASHTO T-182 pemeriksaan agregat terhadap aspal di
peroleh nilai kelekatan pada kombinasi :
1. Sebesar 100 %
2. Sebesar 99%
3. Sebesar 96%
4. Sebesar 97%
C. ALAT
1. Saringan 9,52 mm (3/8”), 6,35 mm (1/4”)
2. Timbangan
3. Pisau pengaduk/spatula/sendok
4. Tabung gelas kimia (beker) kapasitas 600 ml
5. Oven
6. Wadah/talam
D. BAHAN
1. Agregat yang lolos saringan 9,5 mm (3/8”) dan tertahan saringan 6,3mm
(/4”) = 100 gram (yang sudah kering oven)
2. Air suling
3. Aspal
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Masukkan 100 gr benda uji ke dalam wadah + sendok
3. Panaskan wadah + benda uji + sendok dalam oven selama 1 jam bersuhu

tetap antara 140 ± 5 0 C.


4. Panaskan aspal dalam wajan sampai cair.
5. Masukkan aspal yang sudah panas 5,5 ± 0,2 gr
6. Aduk sampai merata dengan sendok selam 2-3 menit sampai benda uji
terselimuti oleh aspal.
7. Diamkan sampai mencapai suhu ruang.
8. Pindahkan benda uji yang sudah terselimuti aspal ke dalam tabung gelas
kimia kapasitas 600 ml.
9. Isi tabung gelas kimia tersebut dengan air suling sebanyak 400 ml.
10. Diamkan pada suhu ruang selama 16 – 18 jam.
11. Ambil selaput aspal yang mengambang di permukaan air dengan tidak
mengganggu agregat di dalam gelas kimia.
12. Perkirakan persentase luas permukaan benda uji yang masih terselimuti
aspal.
ANALISIS DATA
Hari/tanggal :
Kelompok : 4 (empat)

NO pengamat perkiraan persentase luas permukaan benda uji yang


masih terselimuti aspal
1 pengamat 1
2 pengamat 2
3 pengamat 3
4 pengamat 4
Rata-rata
DAFTAR PUSTAKA
Scribd. Kelekatan Agregat Pada Aspal
“https://www.scribd.com/document/393067757/Kelekatan-Agregat-Terhadap-
Aspal” (diskses pada 22 November 2021).
SNI 03-2439-1991. METODE PENGUJIAN KELEKATAN AGREGAT
TERHADAP ASPAL.
AASHTO T-182
123dok. Pengujian kelekatan agregat terhadap aspal
“https://text-id.123dok.com/document/dzxn8penq-pengujian-kelekatan-agregat-
terhadap-aspal.html” (diakses pada 22 November 2021)
Lampiran

Gambar 1. Campur agregat dengan Gambar 2. Tambahkan air kedalam


aspal tabung kaca yang berisi campuran
aspal dan agregat

Gambar 3. Tusuk gelembung yang ada


di benda uji
KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT ABRASI LOS
ANGELES
(LOS ANGELES ABRASSION TEST)
A. TUJUAN
Setelah melakukan pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat
menentukan sifat agregat kasar berdasarkan keausannya, dengan menghitung
% jumlah bagian berat aus (lolos saringan 1,17 mm / No. 12) setelah
mendapatkan abrasi pada mesin Los Angeles.
B. TEORI SINGKAT
Ada beberapa pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan
atau keausan. Salah satunya ialah pengujian melalui los ageles. Pemeriksaan
ini dimaksud untuk menentuka ketahanan atau kekuatan agregat kasar
terhadap keausa dengan menggunakan mesin los angeles. Ketahanan atau
kekuatan agregat akan membatasi kekuatan beton yang dicapai jika kekuatan
agregat itu kurang atau sekiranya kekuatan agregat sama dengan kekuatan
beton yang akan direncanakan. Namun demikian lebih banyak kita jumpai
kekuatan agregat lebih besar dibandingkan kekuatan beton.
Abrasi adalah kemampuan agregat untuk menahan gesekan yang
diterimanya hingga agregattesebut hancur. Akan mengalami gesekan
ketika dalam proses pengadukan saat akan membuat beton, dan akan
mengalami tekanan ketika pencetakan beton. Ketahanan terhadapabrasi
seringkali dipakai sebagai indicator kualitas dalam pembuatan beton
dilapangan. Rendahnya ketahanan agregat kasar terhadap abrasi menyebabka
hancurnya agregat, sehingga menambah presentase agregat halus. Syarat-
syarat abrasi adalah presentase dari agregat kasar yang lolos ayakan no.12
(1,70 mm) dari hasilpemeriksaan abrasi agregat kasar yang menggunakan
LA machine untuk beton yangdigunakan sebagai struktur, maksimum 50 %.
Oleh karena itu nilai abrasi LA agregatkasar untuk beton semen berdasarkan
SK SNI S-04-1989, Nilai abrasi LA untuk betonmutu B0 – B1 disyaratkan
40%-50%, K125 – K225 disyaratkan 27%-40% dan mutu> K-225
disyaratkan<27%.
Beberapa metode pengukuran ketahanan terhadap abrasi agregat kasar
telah dirancang dan beberapa dari mereka yang digunakan selama bertahun-
tahun. BS 812 memiliki satu metode standar, yang terdiri menemukan
persentase kehilangan berat beberapa tiga puluh lima 1/2 in. Kepingan
dipasang di lapangan dan sasaran bentuk penggilingan oleh pasir standar.
Persentase kehilangan berat dari kepingan dikenal sebagai nilai abrasi agregat
dan hasil tes lebih dari 15 akan menunjukkan bahwa batu itu terlalu lunak
untuk digunakan dalam memakai campuran saja. Nilai tinggi menunjukkan
banyaknya benda uji yang hancur akibat putaran alat yang mengakibatkan
tumbukan dan gesekan antara partikel dengan bola-bola baja. Nilai abrasi >
45% menunjukkan agregat tidak mempunyai kekerasan cukup untuk
digunakan sebagai bahan/material lapisan perkerasan. Nilai abrasi <30%
menunjukkan bahwa agregat tersebut baik sebagai bahan lapis penutup. Nilai
abrasi <40%, baik sebagai bahan lapis permukaan dan lapisan pondasi atas.
Sedangkan <50% menunjukkan bahwa agregat tersebut dapat digunakan
sebagai bahan lapisan lebih bawah :
1. Pemeriksaan abrasi agregat kasar dilakukan minimal dalam 2 kali
percobaan, dannilai abrasi agregat kasar diambil rata-ratanya.
2. Menurut ASTM C.33-1996, nilai abrasi agregat kasar maksimum 50 %.
3. Menurut ASTM C.131-1996, berat benda uji untuk setiap gradasi harus
didasarkanpada Grading of Test Sample.
Los Angeles Abrasi Test (ASTM Penetapan C131) banyak digunakan di
Amerika dan di beberapa bagian lain dunia. Hal ini dibuat dengan
menempatkan sampel agregat akan terasa dalam drum logam yang berputar
pada sumbu horisontal. Bola baja juga ditempatkan di drum dengan sampel
agregat dan drum diputar untuk 500 putaran, setelah itu agregat diayak pada
nomor 12 ASTM Saringan. Persentase sampel asli melewati saringan ini
dilaporkan sebagai persentase pakai. Hasil numerik tinggi berlaku untuk
agregat yang memiliki resistance rendah dengan nilai maksimum 40 untuk
agregat yang digunakan dalam campuran lapis dan 50 untuk agregat
digunakan untuk dasar campuran yang telah disarankan oleh lembaga aspal.
Dalam uji coba abrasi mengharusakan syarat spesifikasi nilai abrasi pada
agregat maksimum 40% untuk semua jenis campuran aspal bergradasi, tetapi
kecuali untuk aspal yag dimodifikasi. Sedangkan, uji coba secara kimiawi
dapat dilakukan dengan cara pengujian merendamkan agregat kedalam larutan
Natrium sulfat da Magnesium sulfat. Berdasarkan SNI 03-2417-1991, keausan
agregat dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Keausan agregat >40% tidak baik untuk digunakan untuk perkerasan jalan
2. Keausan agregat <40% baik digunakan untuk perkerasan jalan
C. ALAT
1. Saringan satu set 25,40 mm (1”), 19,10 mm (3/4”), 12,7 mm (1/2”), 9,52
mm (3/8”), 6,35 mm (1/4”), 4,76 mm (No. 4), 2,38 mm (No. 8), 1,17 mm
(No. 12)
2. Timbangan
3. Mesin Los Angeles
4. Bola baja
5. Oven
6. Wadah/talam
D. BAHAN
Agregat yang lolos saringan 37,5 mm (1 1/2”) = 5000 gram (yang sudah
kering oven).
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Saring agregat dengan saringan 37,5 mm - 2,38 mm dan timbang agregat
sesuai dengan gradasinya, kemudian hitung total berat agregat ke dalam
mesin Los Angeles
3. Masukkan agregat + bola baja sesuai dengan gradasi agregat ke dalam
mesin Los Angeles
4. Putar mesin dengan kecepatan 30 - 33 rpm, sebanyak 500 putaran
5. Setelah selesai pemutaran, keluarkan agregat dari mesin Los Angeles dan
lakukan penyaringan dengan saringan 1,17 mm (No. 12),
6. Agregat yang tertahan saringan 1,17 mm dicuci bersih, kemudian di oven
dengan suhu 110 ± 5°C sampai berat tetap (24 jam),
7. Timbang agregat (W2)
8. Hitung % keausan = (( ) )
Tabel Gradasi dan Jumlah Agregat
Ukuran saringan (mm) Gradasi dan berat untuk setiap ukuran (gram)

Lolos Tertahan A B C D

37,5 25 1250±25 --- ---

25 19 1250±25 --- ---

19 12,5 1250±10 2500±10 --- ---

12,5 9,5 1250±10 2500±10 --- ---

9,5 6,3 --- --- 2500±10 ---

6,3 4,75 --- --- 2500±10 ---

4,75 2,36 --- --- --- 5000±10

Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10

Jumlah bola baja (buah) 12 11 8 6


ANALISIS DATA
Hari/tanggal :
Kelompok : 4 (empat)

Ukuran saringan (mm) Gradasi dan berat isi untuk setiap ukuran
(gram)
Lolos Tertahan
37,5 25
25 19
19 12,5
12,5 9,5
9,5 6,3
6,3 4,75
4,75 2,36
Jumlah berat
Berat tertahan saringan no 12
Jumlah bola baja
DAFTAR PUSTAKA
SK SNI S-04-1989 Metoda Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi LA.
ASTM C Resistance & Degradasi Small-Size Coarse Aggregate.
“https://docplayer.info/71911869-1-sni-metoda-uji-keausan-agregat-dengan-
mesin-abrasi-la-2-astm-c-resistance-degradasi-small-size-coarse-aggregate.html”
diakses pada tanggal 22 November 2021)
SNI 03-2417-1991. UJI KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI
LA.
Kita sipil. (2017). Cara menguji keausan agregat menggunakan mesin abrasi los
angeles.“https://www.kitasipil.com/2017/04/cara-menguji-keausan-agregat-
dengan.html” (diakses pada tanggal 22 November 2021)
LAMPIRAN

Gambar 1. Mesin Los Angeles


PENGUJIAN PENETRASI ASPAL
(PENETRATION OF BITUMINOUS MATERIALS)
A. TUJUAN
Setelah melakukan pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menetukan nilai penetrasi aspal,
2. Mengklasifikasikan aspal berdasarkan angka penetrasi.
B. TEORI SINGKAT
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat
menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan
jalan.Aspal berasal dari hasil proses penyulingan minyak bumi dengan

destilasi bertingkat pada suhu ±2900C dimana sisa residu lah yang dijadikan
bahan aspal, (SNI 2456-2011). Salah satu jenis pengujian dalam menentukan
persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi
aspal yaitu kekerasan aspal. Pembagian kekerasan dan kekenyalan aspal:
1. Aspal penetrasi 40/50 : bila jarum penetrasi benda pada range (40-50).
2. Aspal penetrasi 60/70 : bila jarum penetrasi benda pada range (60-70).
3. Aspal penetrasi 85/100 : bila jarum penetrasi benda pada range (85-100).
4. Aspal penetrasi 120/150 : bila jarum penetrasi benda pada range (120-
150).
5. Aspal penetrasi 200/300 : bila jarum penetrasi benda pada range (200-
300).
Di Indonesia umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60/70
dan 85/100. Aspal dengan penetrasi 60/70 biasanya diaplikasikan untuk kasus
jalan dengan volume lalu lintas, sedang atau tinggi dan cocok untuk daerah
dengan cuaca iklim panas. Terdapat tiga jenis perkerasan jalan yang sering
digunakan yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit
(gabungan antara lentur dan kaku). Dari ketiga jenis perkerasaan tadi,
perkerasan lentur untuk biaya awal konstruksi relatif lebih murah/terjangkau
dan pelaksanaan pemeliharaan/pelapisan ulang lebih mudah. Perkerasan lentur
adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal
sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir (agregat) sebagai lapisan di
bawahnya. Sehingga lapisan perkerasan tersebut mempunyai
flexibilitas/kelenturan yang dapat menciptakan kenyaman kendaraan dalam
melintas diatasnya. Maka dari itu, salah satu pengujian yang harus dilakukan
adalah pengujian penetrasi pada aspal agar dapat menentkan kekuatan jalan
yang akan dibuat.
Menurut SNI 2456-2011, salah satu jenis pengujian dalam menentukan
persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi
aspal yaitu kekerasan aspal. Hasil pengujian selanjutnya dapat digunakan
dalam hal pengendalian mutu aspal atau tar untuk keperluan pembangunan,
peningkatan atau pemeliharaan jalan. Cara ini dimaksudkan sebagai acuan
para penanggung jawab dan teknisi laboratorium aspal untuk menentukan
penetrasi aspal serta menyeragamkan cara pengujian untuk pengendalian mutu
aspal agar diperoleh hasil pengujian yang akurat dan tepat. Aspal dikenal
sebagai suatu bahan atau material yang bersifat viskos atau padat, berwarna
hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung bagian-
bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau
kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.
Menurut AASTHO mendefinisikan nilai pen 40 – 50 ialah nialai pen
untuk material sebagai bahan bitumen terlembek/terlunak. Penetrasi sangat
sensitive terhadap suhu, pengukuran di atas suhu kamar menghasilkan nilai
yang berbeda variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun sedemikian
rupa hingga dihasilakan nila grafik antara suhu dan penetrasi. Sedagkan
menurut BRITISH standart membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10
macam denga rentang nilai penetrasi 15 sd 40. Penetrasi index dapat
ditentukan dari grafik tersebut. Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata rata
sekurang kurangnya dari 3 pembacaan.
Berdasarkan SNI 06 – 2456 – 1991. Nilai penetrasi dinyatakan sebagai
rata-rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa
hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan dibawah ini :
Hasil
0 – 49 50 – 149 150 – 179 200
Penetrasi
Nilai
2 4 6 8
Toleransi

C. ALAT
1. Alat penetrasi (penetrometer) lengkap
2. Cawan silinder
3. Timbangan elektrik
4. Kompor
5. Wajan
6. Waterbath
D. BAHAN
1. Aspal
2. Air suling
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Panaskan aspal,
3. Tuangkan aspal ke dalam cawan silinder, pada suhu ruang (tutup sampel
agar bebas dari debu),
4. Masukan sampel dalam waterbath
5. Angkat sampel dari waterbath dan letakkan pada alat penetrasi, turunkan
jarum penetrasi hingga menyentuh permukaan sampel aturlah parameter
pnetrometer, lepaskan pemegang jarum,Baca arloji pnetrometer
6. Laporkan
ANALISIS DATA
Hari/tanggal :
Kelompok : 4 (empat)

No Kegiatan Uraian
1 Pembukaan contoh Contoh dipanaskan
Mulai jam =
Selesai jam =
2 Mendinginkan Didiamkan di suhu ruang
contoh Mulai jam =
Selesai jam =
3 Mencapai suhu Direndam pada suhu 25 „C Pembacaan suhu
pemeriksaan Mulai jam = waterbath =
Selesai jam =
4 Pemeriksaan Penetrasi pada suhu 25 „C
Mulai jam =
Selesai jam =

No Pengamat Hasil Penetrasi


I (Suhu Ruang) II (Waterbath)
1
2
3
4
Rata-rata
DAFTAR PUSTAKA
SNI 06-2456-1991. METODE PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-BAHAN
BITUMEN
Helmproyeku. (2018). Contoh laporan praktikum pemeriksaan penetrasi bahan-
bahan bitumen “https://helm-proyeku.blogspot.com/2018/01/contoh-laporan-
praktikum-pemeriksaam.html” (diakses pada tanggal 23 November 2021)
Pdfcoffe. Uji penetrasi aspal, “https://pdfcoffee.com/laporan-uji-penetrasi-
aspaldocx-pdf-free.html”. (diakses pada tanggal 23 November 2021)
Ridho. (2012). Pengujian Penetrasi Aspal, “http://em-
ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-pengujian-penetrasi.html”.
(diakses pada tanggal 23 November 2021)
LAMPIRAN

Gambar 1. Penetrasi pada aspal


PENGUJIAN TITIK LEMBEK
A. TUJUAN
Setelah melakukan pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat
menentukan suhu titik lembek aspal keras.

B. TEORI SINGKAT
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja yang tinggi akibat
pemanasan suhu yang dapat mengakibatkan aspal yang tertahan di cincin
kuningan menyentuh plat dasar. Manfaat dari pengujian titik lembek adalah
untuk menentukan jenis aspal yang akan digunakan berdasarkan suhu pada
suatu tempat. Kepekaan aspal terhadap suhu terjadi karena aspal adalah
material thermoplastis yang berarti akan menjadi lembek jika suhu bertambah.
Aspal yang titik lembeknya lebih rendah, suhu yang dibutuhkan untuk
pencampuran dengan agregat dalam pemadatan aspal lebih rendah. Bila aspal
cepat menjadi lembek dan cepat pula menjadi keras maka waktu pelaksanaan
pencampuran dengan agregat dan pemadatan harus lebih pendek. Bila suhu
perkerasan meningkat, aspal akan melunak sehingga akan mudah menjadi
ranting dan deformasi. Deformasi adalah kerusakan pada jalan yang
mengakibatkan menurunnya permukaan jalan beraspal.
Percobaan yang dilakukan yaitu mengamati kenaikan suhu dan
menghitung waktu pada saat kenaikan suhu per 5˚C. Menurut SNI 2434-2011.
Penentuan titik lembek aspal antara 30°C sampai dengan 157°C,
menggunakan alat cincin dan bola:
1. Direndam pada air suling (untuk titik lembek antara 30°C-80°C),
2. Direndam pada gliserin (untuk titik lembek di atas 80°C -157°C)
3. Direndam pada Ethylene Glycol (untuk titik lembek antara 30°C-110 °C)
Nilai hasil uji pada standar ini dinyatakan dalam satuan derajat Celcius
(°C). Standar tidak mencantumkan semua yang berkaitan dengan keselamatan
kerja, bila ada menjadi tanggung jawab pengguna standar ini. Untuk
melindungi pengguna terhadap penggunaan media yang berbahaya. Percobaan
ini diciptakan karena pelembekan bahan-bahan aspal tidak terjadi secara
sekejap pada suhu tertentu, tetapi lebih merupakan perubahan suhu. Oleh
sebab itu, setiap prosedur yang digunakan untuk menentukan titik lembek
aspal hendaknya mengikuti sifat tersebut, artinya penambahan suhu pada
percobaan hendaknya berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus.
Bila pemadatan dilakukan pada kondisi terlalu panas, maka akan
menyebabkan sulit tercapainya kepadatan yang optimal karena campuran
selalu bergerak bila dipadatkan. Bila pemadatan dilakukaan pada kondisi
terlalu dingin, dapat mengakibatkan terjadi keretakan, rongga-rongga yang
tidak terkendali campuran menjadi homogen mengakibatkan kepadatan tidak
optimal dan pencampuran sulit dilaksanakan.
Aspal adalah material termoplastis yang secara bertahap mencair, sesuai
dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengaturan suhu.
Namundemikian respon material aspal tersebut terhadap suhu pada
prinsipnyamembentuk sebuah spektrum tergantung dari komposisi unsur-
unsur penyusunnya.Percobaan ini diciptakan karena pelembekan (Softening)
bahan-bahan aspal danter, tidak terjadi secara sekejap pada suhu tertentu, tapi
lebih merupakan perubahan gradual seiring penambahan suhu. Oleh sebab itu,
setiap prosedur yangdipergunakan untuk menentukan titik lembek aspal atau
ter, hendaknya mengikutisifat dasar tersebut, artinya penambahan suhu pada
percobaan hendaknya berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus.
Metoda ring and ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter ini,
dapat mengukur titik lembek bahan semisolid sampai solid.
Titik lembek adalah besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat
kelembekan(meleleh) dibawah kondisi spesifik dari tes. Untuk aspal keras,
besarnya titiklembek dihitung berdasarkan tes ring and ball. Berdasarkan tes
yang adadisimpulkan bahwa pengujian titik lembek banyak dipengaruhi oleh :
1. Kualitas dan jenis cairan penghantar
2. Berat bola besi
3. Jarak antara ring dengan dasar plat besi
4. Besarnya suhu pemanasan
Spesifikasi Bina Marga tentang titik lembek untuk aspal keras Pen 40
sedangkan untuk Pen 60 adalah sampai dengan demikian memenuhi standar
yang ditetapkan.Bersama dengan nilai penetrasi digunakan untuk menentukan
titik PI (Penetration Index) yang merupakan tingkat kepekaan aspal terhadap
temperatur. Aspal denga penetrasi yang sama belum tentu memiliki titik
lembek yang lebih tinggi, kurang peka terhadap perubahan temperatur dan
lebih baik untu bahan pengikat konstruksi perkerasan, sedangka aspal yag
lebih rendah temperaturnya yang dibutuhkan untuk percampuran agregat
dalam pemadatan aspal lebih rendah. Aspal yang lebih cepat lembek akan
lebih cepat pula mengeras, denga begitu waktu pelaksanaan nya harus
dipercepat.
C. ALAT
1. Termometer logam
2. Bejana gelas
3. Cicin kuningan
4. Dudukan besi
5. Pointer
6. Penjepit
7. Pisau
D. BAHAN
1. Aspal
2. Air suling
3. Talk
4. Gliserin
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Panaskan aspal sampai suhu 111°C (di atas suhu titik lembek)
3. Tuangkan aspal ke dalam cincin yang permukaan bawahnya ditahan oleh
kaca yang telah diolesi talk dan gliserin agar aspal dan kaca tidak lengket
4. Diamkan benda uji selama ± 30 menit,
5. Ratakan permukaan benda uji dengan pisau yang telah dipanaskan
6. Letakkan pointer diatas cincin, kemudian letakan keduanya di atas
dudukan benda uji
7. Siapkan bejana gelas dan isi dengan air suling dengan tinggi permukaan
air 101 - 108 ml
8. Masukan dudukan benda uji, cincin dan pointer ke dalam bejana yang
telah terisi air suling
9. Masukan gelas ukur ke dalam freeze ± 30 menit
10. Letakan thermometer yang sesuai untuk pekerjaan ini di antara kedua
benda uji
11. Letakkan bola baja diatas permukaan masing-masing benda uji yang masih
bersuhu <5°C
12. Panaskan gelas ukur hingga kenaikan suhunya menjadi 5°C per menit
(gunakan stopwatch)
13. Setelah suhu mencapai 5°C, tekan stopwatch dari 0 dan baca waktunya
tiap kenaikan 5°C
14. Catat dan amati suhu dan waktu pada saat bola baja jatuh/ menyentuh
permukaan pelat dasar
15. Pengujian telah selesai apabila aspal dan bola baja telah menyentuh pelat
baja
16. Laporkan
ANALISIS DATA
Hari/tanggal :
Kelompok : 4 (empat)
Contoh dipanaskan Mulai jam : Suhu pemanasan 111ºC
Selesai jam :
Diamkan pada suhu ruang Mulai jam :
Selesai jam :
Pemotongan Mulai jam :
Selesai jam :
Direndam pada suhu 25‟C Mulai jam : Suhu lemari Es 5ºC
Selesai jam :
Pemeriksaan titik lembek Mulai jam : Suhu ruang 25ºC
Selesai jam :

NO Suhu yang diamati (ºC) Waktu (detik) Suhu titik lembek (ºC)
1 0
2 5
3 10
4 15
5 20
6 25
7 30
8 35
9 40
10 45
11 50
12 55
RATA-RATA
DAFTAR PUSTAKA
SNI 2434-2011. TITIK LEMBEK ASPAL
Pdfcoffee. Modul Titik Lembek aspal “https://pdfcoffee.com/modul-2-titik-
lembek-aspal-pdf-free.html”. (diakses pada tanggal 23 November 2021)
Academia. Pemeriksaan titik lembek aspal
“https://www.academia.edu/43057636/MODUL_2_TITIK_LEMBEK”
(diakses pada tanggal 23 November 2021)
LAMPIRAN

Gambar 1. Masukkan aspal ke dalam Gambar 2. Potong aspal pada cincin


cincin

Gambar 3. Aspal jatuh ke plat dasar


MERANCANG CAMPURAN BERASPAL, MEMBUAT BENDA
UJI DAN PEMERIKSAAN BENDA UJI SERTA EVALUASI
HASIL RANCANGAN
A. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat
1. Merancang campuran aspal.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan benda uji mulai dari campuran
mengaduk sampai memadatkan benda uji aspal beton untuk Marshall Test
sesuai dengan % kadar aspal masing-masing.
3. Untuk mengetahui kadar aspal optimum yang memenuhi persyaratan sifat
campuran.
B. TEORI SINGKAT
Beton aspal terdiri dari campuran agregat dari bagian diameter dan aspal.
Pencampuran dapat dilakukan secara panas. Untuk hot-mix bahan dipanaskan
sampai 155°C bagai agregat 105°C. Serta akan menghasilkan campuran
denga suhu 160°C. Sejak dulu dalam perkerasan jalan terdiri dari 4
komponen utama yaitu agregat kasar, halus, bahan pengisi dan aspal. Aspal
merupakan instrumen utama yang dipakai untuk pembuatan jalan raya,
material ini memiliki sifat fleksibilitas, stabilitas, durabilitas, dan tahan air.
Sedangkan agregat kasar yang digunakan berupa batu koral dengan
spesifikasi tertentu yang merupakan hasil dari mesin batu pecah. Untuk
agregat halusnya memakai pasir kali yang berkualitas baik, serta untuk bahan
pengisinya menggunakan semen. Penggunaan bahan tambahan dalam
perkerasan jalan juga sudah banyak diteliti untuk mendapatkan kualitas
perkerasan yang baik, pada penelitian kali ini dicoba dengan penambahan
tread ban bekas pada campuran aspal porous guna mendapatkan hasil yang
optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh campuran laston dengan penggunakan penambah tread ban bekas,
dan bagaimana variasi campuran optimal dalam mencapai stabilitas dan flow
yang disyaratkan dengan penambahan tread ban bekas, serta hasil KAO
sebagai efisiensi penggunaan aspal. Berdasarkan SNI-06-2489-1991, metode
pengujian marshall ini meliputi pengukuran stabilitas dan alir (flow) dari
suatu campuran aspal dengan agregat ukuran 25,4cm. Pengujian nilai
stabilitas adalh pengujian kemampuan maksimum beban aspal meneriama
bebaan sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram
maupun kemampua perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi
perubahan bentuk tetap seperti gelombang. Metode marshall ini dimaksud
sebagai acuan dalam pelaksanaan campuran aspal dengan alat. Dengan tujuan
untuk mendapatkan suatu campuran aspal yang meliputi ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan didalam kriteria perencanaan.
Pengujian kelelehan (flow) adalah keadaan dimana perubahan bentuk suatu
campuran yang terjadi akibat suatu beban sampai pada batas runtuh yang
besarnya dinyatakan dalam mm atau 0,1. peralatan marshall adalah alat
penguji campuran berapal panas (hot mix) yang umum dilakukan untuk
mengetahui kekuatan campuran beraspal panas (hot mix) yang digunakan
dalam perkerasan lentur. Parameter perkuatan campuran beraspal panas yang
diuji dengan alat marshall harus memenuhi spesifikasi seperti :
1. Penyerapan aspal
2. Rongga dalam agregat
3. Stabilitasi marshall
4. Marshall qoutient
5. Rongga dalam aspal
6. Pelelehan
7. Dan stabiloitas marshall sisa
Dalam perencanaan jalan raya sesuai dengan spesifikasi Bina Marga
perkerasan yang diizinkan harus memiliki nilai stabilitas yang cukup baik
tanpa mengabaikan durabilitas, fleksibilitas, dan kemudahan dalam
pelaksanaan. Salah satu jenis campuran beraspal panas yang sering
digunakan adalah Laston (Lapis Aspal Beton/AC/Asphalt Concrete). Laston
memiliki tingkat fleksibelitas yang tinggi sehingga penempatan langsung di
atas lapisan seperti lapisan aus (AC-Wearing Course) membuat lapisan ini
rentan terhadap kerusakan akibat temperatur yang tinggi dan beban lalu lintas
berat. Jenis kerusakan yang sering terjadi pada Laston adalah pelepasan
butiran dan retak. Agregat sebagai material pembentuk campuran aspal panas
yang tersedia di alam dapat berupa kerikil atau batu pecah yang diperoleh
dari pemecahan batu sungai atau batu gunung.
C. BAHAN
1. Aspal
2. Split
3. Screen
4. Abu batu
5. Air suling
D. ALAT
1. Cetakan dari logam diameter 10,16 cm dan tinggi 7,6 m lengkap dengan
pelat alas dan leher sambung
2. Mesin penumbuk lengkap landasan pemadat dan pemegang cetakan benda
uji
3. Ekstruder
4. Alat Marshal lengkap
5. Oven
6. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu
7. Timbangan
8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer)
9. Perlengkapan tambahan :
a. Wajan/panci pemanas agregat, aspal dan campuran aspal
b. Sendok pengaduk dan spatula
c. Kompor dan pemanas (hot plate)
d. Sarung tangan tahan panas dan masker
e. Kompor gas elpiji/minyak tanah, kertas saring, kain lap
E. LANGKAH KERJA
1. Langkah Kerja Pembuatan Benda Uji
a. Persiapan Bahan
1) Keringkan agregat sampai
2) Siapkan bahan untuk setiap benda uji yaitu agregat ±1100 gram dari
% analisis saringan
b. Pembuatan benda Uji
1) Panaskan agregat yang sudah dicampur untuk setiap benda uji
dengan suhu ±195°C,
2) Panaskan aspal dengan suhu ±140°C
3) Siapkan peralatan lain seperti : cetakan, alat penumbuk, dll (alat-alat
ini harus dipanaskan terlebih dahulu),
4) Timbang wajan dalam keadaan bersih dan kering, kemudian catat
beratnya (A gram),
5) Masukkan campuran agregat dalam keadaan panas ke dalam wajan
yang sudah dipanaskan terlebih dahulu dan diaduk secara merata
dan perlahan sampai ± 195°C,
6) Timbang campuran agregat + wajan (B gram),
7) Hitung berat aspal yang sesuai dengan kadar aspal yang akan dibuat
benda ujinya ;

Berat aspal dalam benda uji = ( )

8) Campur dan aduk aspal dengan campuran agregat sampai rata


dengan suhu ± 155°C,
9) Pengadukan harus homogen untuk mendapatkan hasil yang baik,
10) Masukkan campuran agregat + aspal tersebut ke dalam cetakan
yang sudah dipanaskan, disusun terlebih dahulu cetakannya serta
bagian alasnya dipasang kertas saring,
11) Tusuk bagian benda uji dengan spatula 15 kali di pinggir dan 10 kali
di tengah,
12) Tutup bagian atasnya dengan kertas saring,
13) Tumbuk benda uji masing-masing 75 kali tumbukan tiap
permukaannya (atas + bawah) pada suhu ± 145°C,
14) Lepaskan cetakan dari alat penumbuk, biarkan ± 1 menit sambil
diselimuti lap basah, beri tanda kadar aspal kelompok,
15) Keluarkan benda uji dari cetakan dengan menggunakan ekstrunder
kemudian beri tanda kadar aspal kelompok,
16) Diamkan benda uji pada suhu ruang selama 24 jam, setelah itu
lakukan pengujian Marshall.
a) Langkah Kerja Pengujian Marshall
(1) Melakukan pengukuran berat jenis
(2) Pengukursn stabilitas dan flow
(3) Pengukuran kerapatan dan analisis rongga
b) Persiapan
(1) Benda uji harus bersih dari kotoran
(2) Setiap benda uji diberi tanda
(3) Ukur tinggi dan diameter masing-masing benda uji dengan
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm.
Tinggi dan diameter benda uji di rata-ratakan dari 3 kalo
pengukuran
c) Pengukuran Berat Jenis
(1) Timbang benda uji (berat benda uji kering)
(2) Masukkan benda uji ke dalam air bersuhu 25°C selama 3-4
menit dan timbang untuk mendapatkan berat dalam air
(3) Sngkat benda uji dari dalam air lalu lap sampai kering SSD
lalu timbang berat SSD
(4) Berat jenis curah (Bulk Spesific Gravity) benda uji adalah :
BSG=

d) Pengukuran Stabilitas dan Flow


(1) Rendam benda uji dalam perendaman selama 30-40 menit
dengan suhu tetap 60°C
(2) Keluarkan benda uji dari bak perendam dan letakkan ke
dalam proving ring (proses mengangkat benda uji dari bak
perendaman tidak boleh lebih dari 30 detik)
(3) Pasang proving ring ke seluruh dan letakkan pada mesin
penguji
(4) Pasang arloji pengukur kelelehan (flow) dan atur keduanya
(5) Naikkan kepala penekan beserta benda ujinya hingga
menyentuh atas cincin penguji, sebelum pembebanan
diberikan
(6) Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatam tetap
sampai pembebanan menurun seperti ditunjukkan oleh jarum
arloji tekan dan catat beban maksimum
(7) Catat flow pada saat pembebanan maksimum tercapai
e) Tahap Perhitungan
Rumus :
(1) Perhitungan Bulk Spesific Gravity

(2) Perhitungan Efekti Spesifikasi

(3) Perhitungan Bulk Spesifikasi Gravity Campuran

(4) Berat jenis maksimum campuran teoritis (max teoritical


specific gravity)

(5) Volume isi benda


%aspal = Berat sampel jenuh kering permukaan - berat sampel dalam air

(6) Berat isi benda uji


(7) Perhitungan total rongga dalam campuran (VIM)

(8) Perhitungan jumlah rongga dalam agregat (VMA)


(

(9) Rongga terisi (VFA, Void Fulled with Asphalt)


DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-2489-1991 “Metode Pengujian Dengan Alat
Gramedia.com METODE PENGUJIAN DENGAN ALAT MARSHALL
.“https://imsippoliban.files.wordpress.com/2016/03/rsni-m-01-2003-metode-
pengujian-campuran-beraspal-panas-dengan-alat-marshall.pdf”
(diakses pada tanggal 23 November 2021)
LAMPIRAN

Gambar 1. Campuran sampel di Gambar 2. Dinginkan sampel


masukkan ke dalam cetakan

Gambar 3. Keluarkan sample dari Gambar 4. Lakukan pengujian


cetakan marshall test

Anda mungkin juga menyukai