DISUSUN OLEH :
NAMA : Muzzamil Kholid
NIM : 19062042
KELOMPOK : 4 (empat)
PRODI : D3 Teknik Sipil Bangunan Gedung
Padang,November 2021
Disetujui Oleh:
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
Split
No Berat Berat Berat Kumu Kumula Kumul Fuller
Sarin Saringan Saringan + Agregat latif tif atif (d/D)0,45 x
gan Agregat Tertahan Terta Tertaha Lolos 100%
han n
mm Gr gr Gr gr % % %
25,4
19,1
12,7
9,52
6,35
4,76
2,38
1,19
0,59
0,28
0,15
0,08
Pan
Screen
No Berat Berat Berat Kumu Kumula Kumul Fuller
Sarin Saringan Saringan + Agregat latif tif atif (d/D)0,45 x
gan Agregat Tertahan Terta Tertaha Lolos 100%
han n
mm Gr gr Gr gr % % %
25,40
19,10
12,7
9,52
6,35
4,76
2,38
1,19
0,59
0,28
0,15
0,08
Pan
Abu batu
No Berat Berat Berat Kumu Kumula Kumul Fuller
Sarin Saringan Saringan + Agregat latif tif atif (d/D)0,45 x
gan Agregat Tertahan Terta Tertaha Lolos 100%
han n
mm Gr gr Gr gr % % %
25,40
19,10
12,7
9,52
6,35
4,76
2,38
1,19
0,59
0,28
0,15
0,08
Pan
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-1968-1990. METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS
SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR.
Sipil UB. (2018). ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR.
“https://sipil.ub.ac.id/lab.transport/wp-content/uploads/2018/05/Manual-
Praktikum-Perkerasan-Jalan.pdf “.(diakses pada 21 November 2021).
Kumpul engineer. (2014). KLASIFIKASI DAN PENGERTIAN AGREGAT “
https://www.kumpulengineer.com/2014/05/pengertian-dan-klasifikasi-
gradasi.html “. (diakses pada 21 November 2021)
SNI ASTMC136-2012. Metode uji untuk analisis saringa agregat halus dan
agregat kasar
LAMPIRAN
SC
AB
DAFTAR PUSTAKA
AASTHO T-84-88
SNI 03-1969-1990. METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN
PENYERAPAN AGREGAT.
Academia. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan agregat
“https://www.academia.edu/29473696/PENGUJIAN_BERAT_JENIS_DAN_PE
NYERAPAN_docx”. (diakses pada tanggal 21 November 2021)
Blogspot. (2012). Praktikum penyerapan berat jenis dan penyerapan agregat
“http://em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-penyerapan-
berat.html”. (diakses pada tanggal 21 November 2021)
LAMPIRAN
Lolos Tertahan A B C D
Ukuran saringan (mm) Gradasi dan berat isi untuk setiap ukuran
(gram)
Lolos Tertahan
37,5 25
25 19
19 12,5
12,5 9,5
9,5 6,3
6,3 4,75
4,75 2,36
Jumlah berat
Berat tertahan saringan no 12
Jumlah bola baja
DAFTAR PUSTAKA
SK SNI S-04-1989 Metoda Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi LA.
ASTM C Resistance & Degradasi Small-Size Coarse Aggregate.
“https://docplayer.info/71911869-1-sni-metoda-uji-keausan-agregat-dengan-
mesin-abrasi-la-2-astm-c-resistance-degradasi-small-size-coarse-aggregate.html”
diakses pada tanggal 22 November 2021)
SNI 03-2417-1991. UJI KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI
LA.
Kita sipil. (2017). Cara menguji keausan agregat menggunakan mesin abrasi los
angeles.“https://www.kitasipil.com/2017/04/cara-menguji-keausan-agregat-
dengan.html” (diakses pada tanggal 22 November 2021)
LAMPIRAN
destilasi bertingkat pada suhu ±2900C dimana sisa residu lah yang dijadikan
bahan aspal, (SNI 2456-2011). Salah satu jenis pengujian dalam menentukan
persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi
aspal yaitu kekerasan aspal. Pembagian kekerasan dan kekenyalan aspal:
1. Aspal penetrasi 40/50 : bila jarum penetrasi benda pada range (40-50).
2. Aspal penetrasi 60/70 : bila jarum penetrasi benda pada range (60-70).
3. Aspal penetrasi 85/100 : bila jarum penetrasi benda pada range (85-100).
4. Aspal penetrasi 120/150 : bila jarum penetrasi benda pada range (120-
150).
5. Aspal penetrasi 200/300 : bila jarum penetrasi benda pada range (200-
300).
Di Indonesia umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60/70
dan 85/100. Aspal dengan penetrasi 60/70 biasanya diaplikasikan untuk kasus
jalan dengan volume lalu lintas, sedang atau tinggi dan cocok untuk daerah
dengan cuaca iklim panas. Terdapat tiga jenis perkerasan jalan yang sering
digunakan yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit
(gabungan antara lentur dan kaku). Dari ketiga jenis perkerasaan tadi,
perkerasan lentur untuk biaya awal konstruksi relatif lebih murah/terjangkau
dan pelaksanaan pemeliharaan/pelapisan ulang lebih mudah. Perkerasan lentur
adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal
sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir (agregat) sebagai lapisan di
bawahnya. Sehingga lapisan perkerasan tersebut mempunyai
flexibilitas/kelenturan yang dapat menciptakan kenyaman kendaraan dalam
melintas diatasnya. Maka dari itu, salah satu pengujian yang harus dilakukan
adalah pengujian penetrasi pada aspal agar dapat menentkan kekuatan jalan
yang akan dibuat.
Menurut SNI 2456-2011, salah satu jenis pengujian dalam menentukan
persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi
aspal yaitu kekerasan aspal. Hasil pengujian selanjutnya dapat digunakan
dalam hal pengendalian mutu aspal atau tar untuk keperluan pembangunan,
peningkatan atau pemeliharaan jalan. Cara ini dimaksudkan sebagai acuan
para penanggung jawab dan teknisi laboratorium aspal untuk menentukan
penetrasi aspal serta menyeragamkan cara pengujian untuk pengendalian mutu
aspal agar diperoleh hasil pengujian yang akurat dan tepat. Aspal dikenal
sebagai suatu bahan atau material yang bersifat viskos atau padat, berwarna
hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung bagian-
bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau
kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.
Menurut AASTHO mendefinisikan nilai pen 40 – 50 ialah nialai pen
untuk material sebagai bahan bitumen terlembek/terlunak. Penetrasi sangat
sensitive terhadap suhu, pengukuran di atas suhu kamar menghasilkan nilai
yang berbeda variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun sedemikian
rupa hingga dihasilakan nila grafik antara suhu dan penetrasi. Sedagkan
menurut BRITISH standart membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10
macam denga rentang nilai penetrasi 15 sd 40. Penetrasi index dapat
ditentukan dari grafik tersebut. Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata rata
sekurang kurangnya dari 3 pembacaan.
Berdasarkan SNI 06 – 2456 – 1991. Nilai penetrasi dinyatakan sebagai
rata-rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa
hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan dibawah ini :
Hasil
0 – 49 50 – 149 150 – 179 200
Penetrasi
Nilai
2 4 6 8
Toleransi
C. ALAT
1. Alat penetrasi (penetrometer) lengkap
2. Cawan silinder
3. Timbangan elektrik
4. Kompor
5. Wajan
6. Waterbath
D. BAHAN
1. Aspal
2. Air suling
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Panaskan aspal,
3. Tuangkan aspal ke dalam cawan silinder, pada suhu ruang (tutup sampel
agar bebas dari debu),
4. Masukan sampel dalam waterbath
5. Angkat sampel dari waterbath dan letakkan pada alat penetrasi, turunkan
jarum penetrasi hingga menyentuh permukaan sampel aturlah parameter
pnetrometer, lepaskan pemegang jarum,Baca arloji pnetrometer
6. Laporkan
ANALISIS DATA
Hari/tanggal :
Kelompok : 4 (empat)
No Kegiatan Uraian
1 Pembukaan contoh Contoh dipanaskan
Mulai jam =
Selesai jam =
2 Mendinginkan Didiamkan di suhu ruang
contoh Mulai jam =
Selesai jam =
3 Mencapai suhu Direndam pada suhu 25 „C Pembacaan suhu
pemeriksaan Mulai jam = waterbath =
Selesai jam =
4 Pemeriksaan Penetrasi pada suhu 25 „C
Mulai jam =
Selesai jam =
B. TEORI SINGKAT
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja yang tinggi akibat
pemanasan suhu yang dapat mengakibatkan aspal yang tertahan di cincin
kuningan menyentuh plat dasar. Manfaat dari pengujian titik lembek adalah
untuk menentukan jenis aspal yang akan digunakan berdasarkan suhu pada
suatu tempat. Kepekaan aspal terhadap suhu terjadi karena aspal adalah
material thermoplastis yang berarti akan menjadi lembek jika suhu bertambah.
Aspal yang titik lembeknya lebih rendah, suhu yang dibutuhkan untuk
pencampuran dengan agregat dalam pemadatan aspal lebih rendah. Bila aspal
cepat menjadi lembek dan cepat pula menjadi keras maka waktu pelaksanaan
pencampuran dengan agregat dan pemadatan harus lebih pendek. Bila suhu
perkerasan meningkat, aspal akan melunak sehingga akan mudah menjadi
ranting dan deformasi. Deformasi adalah kerusakan pada jalan yang
mengakibatkan menurunnya permukaan jalan beraspal.
Percobaan yang dilakukan yaitu mengamati kenaikan suhu dan
menghitung waktu pada saat kenaikan suhu per 5˚C. Menurut SNI 2434-2011.
Penentuan titik lembek aspal antara 30°C sampai dengan 157°C,
menggunakan alat cincin dan bola:
1. Direndam pada air suling (untuk titik lembek antara 30°C-80°C),
2. Direndam pada gliserin (untuk titik lembek di atas 80°C -157°C)
3. Direndam pada Ethylene Glycol (untuk titik lembek antara 30°C-110 °C)
Nilai hasil uji pada standar ini dinyatakan dalam satuan derajat Celcius
(°C). Standar tidak mencantumkan semua yang berkaitan dengan keselamatan
kerja, bila ada menjadi tanggung jawab pengguna standar ini. Untuk
melindungi pengguna terhadap penggunaan media yang berbahaya. Percobaan
ini diciptakan karena pelembekan bahan-bahan aspal tidak terjadi secara
sekejap pada suhu tertentu, tetapi lebih merupakan perubahan suhu. Oleh
sebab itu, setiap prosedur yang digunakan untuk menentukan titik lembek
aspal hendaknya mengikuti sifat tersebut, artinya penambahan suhu pada
percobaan hendaknya berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus.
Bila pemadatan dilakukan pada kondisi terlalu panas, maka akan
menyebabkan sulit tercapainya kepadatan yang optimal karena campuran
selalu bergerak bila dipadatkan. Bila pemadatan dilakukaan pada kondisi
terlalu dingin, dapat mengakibatkan terjadi keretakan, rongga-rongga yang
tidak terkendali campuran menjadi homogen mengakibatkan kepadatan tidak
optimal dan pencampuran sulit dilaksanakan.
Aspal adalah material termoplastis yang secara bertahap mencair, sesuai
dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengaturan suhu.
Namundemikian respon material aspal tersebut terhadap suhu pada
prinsipnyamembentuk sebuah spektrum tergantung dari komposisi unsur-
unsur penyusunnya.Percobaan ini diciptakan karena pelembekan (Softening)
bahan-bahan aspal danter, tidak terjadi secara sekejap pada suhu tertentu, tapi
lebih merupakan perubahan gradual seiring penambahan suhu. Oleh sebab itu,
setiap prosedur yangdipergunakan untuk menentukan titik lembek aspal atau
ter, hendaknya mengikutisifat dasar tersebut, artinya penambahan suhu pada
percobaan hendaknya berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus.
Metoda ring and ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter ini,
dapat mengukur titik lembek bahan semisolid sampai solid.
Titik lembek adalah besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat
kelembekan(meleleh) dibawah kondisi spesifik dari tes. Untuk aspal keras,
besarnya titiklembek dihitung berdasarkan tes ring and ball. Berdasarkan tes
yang adadisimpulkan bahwa pengujian titik lembek banyak dipengaruhi oleh :
1. Kualitas dan jenis cairan penghantar
2. Berat bola besi
3. Jarak antara ring dengan dasar plat besi
4. Besarnya suhu pemanasan
Spesifikasi Bina Marga tentang titik lembek untuk aspal keras Pen 40
sedangkan untuk Pen 60 adalah sampai dengan demikian memenuhi standar
yang ditetapkan.Bersama dengan nilai penetrasi digunakan untuk menentukan
titik PI (Penetration Index) yang merupakan tingkat kepekaan aspal terhadap
temperatur. Aspal denga penetrasi yang sama belum tentu memiliki titik
lembek yang lebih tinggi, kurang peka terhadap perubahan temperatur dan
lebih baik untu bahan pengikat konstruksi perkerasan, sedangka aspal yag
lebih rendah temperaturnya yang dibutuhkan untuk percampuran agregat
dalam pemadatan aspal lebih rendah. Aspal yang lebih cepat lembek akan
lebih cepat pula mengeras, denga begitu waktu pelaksanaan nya harus
dipercepat.
C. ALAT
1. Termometer logam
2. Bejana gelas
3. Cicin kuningan
4. Dudukan besi
5. Pointer
6. Penjepit
7. Pisau
D. BAHAN
1. Aspal
2. Air suling
3. Talk
4. Gliserin
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Panaskan aspal sampai suhu 111°C (di atas suhu titik lembek)
3. Tuangkan aspal ke dalam cincin yang permukaan bawahnya ditahan oleh
kaca yang telah diolesi talk dan gliserin agar aspal dan kaca tidak lengket
4. Diamkan benda uji selama ± 30 menit,
5. Ratakan permukaan benda uji dengan pisau yang telah dipanaskan
6. Letakkan pointer diatas cincin, kemudian letakan keduanya di atas
dudukan benda uji
7. Siapkan bejana gelas dan isi dengan air suling dengan tinggi permukaan
air 101 - 108 ml
8. Masukan dudukan benda uji, cincin dan pointer ke dalam bejana yang
telah terisi air suling
9. Masukan gelas ukur ke dalam freeze ± 30 menit
10. Letakan thermometer yang sesuai untuk pekerjaan ini di antara kedua
benda uji
11. Letakkan bola baja diatas permukaan masing-masing benda uji yang masih
bersuhu <5°C
12. Panaskan gelas ukur hingga kenaikan suhunya menjadi 5°C per menit
(gunakan stopwatch)
13. Setelah suhu mencapai 5°C, tekan stopwatch dari 0 dan baca waktunya
tiap kenaikan 5°C
14. Catat dan amati suhu dan waktu pada saat bola baja jatuh/ menyentuh
permukaan pelat dasar
15. Pengujian telah selesai apabila aspal dan bola baja telah menyentuh pelat
baja
16. Laporkan
ANALISIS DATA
Hari/tanggal :
Kelompok : 4 (empat)
Contoh dipanaskan Mulai jam : Suhu pemanasan 111ºC
Selesai jam :
Diamkan pada suhu ruang Mulai jam :
Selesai jam :
Pemotongan Mulai jam :
Selesai jam :
Direndam pada suhu 25‟C Mulai jam : Suhu lemari Es 5ºC
Selesai jam :
Pemeriksaan titik lembek Mulai jam : Suhu ruang 25ºC
Selesai jam :
NO Suhu yang diamati (ºC) Waktu (detik) Suhu titik lembek (ºC)
1 0
2 5
3 10
4 15
5 20
6 25
7 30
8 35
9 40
10 45
11 50
12 55
RATA-RATA
DAFTAR PUSTAKA
SNI 2434-2011. TITIK LEMBEK ASPAL
Pdfcoffee. Modul Titik Lembek aspal “https://pdfcoffee.com/modul-2-titik-
lembek-aspal-pdf-free.html”. (diakses pada tanggal 23 November 2021)
Academia. Pemeriksaan titik lembek aspal
“https://www.academia.edu/43057636/MODUL_2_TITIK_LEMBEK”
(diakses pada tanggal 23 November 2021)
LAMPIRAN