Teknologi
DELINIASI DAERAH POTENSI BIJIH BESI PRIMER
MENGGUNAKAN METODE REMOTE SENSING CITRA
LANDSAT 8 OLI/TIRS DAN CITRA RADAR DEM SRTM
PADA KEGIATAN EKSPLORASI
Abstrak
Eksplorasi merupakan tahapan awal dalam kegiatan industri pertambangan, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
geologi, penyebaran dan tipe bahan galian hingga pada akhirnya menentukan daerah potensi bahan galian. Kegiatan
eksplorasi pada awalnya hanya dilakukan berdasarkan survei dan pemetaan di lapangan sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk dapat mengintrepetasikan penyebaran bahan galian. Namun, dengan kemajuan teknologi saat ini
mendukung metode kajian geologi yang lebih efektif yaitu dengan menggunakan metode penginderaan jauh (remote
sensing). Penginderaan jauh (inderaja) merupakan alat bantu yang merekam rona lingkungan bumi termasuk informasi
potensi bahan galian. Dengan menggunakan data citra satelit, biaya eksplorasi akan lebih rendah dan efisien karena tidak
perlu terjun langsung ke lapangan. Teknologi ini sangat membatu dikala pandemik Covid-19, sehingga kegiatan
eksplorasi dapat tetap berjalan walaupun hanya di rumah saja. Dalam menginterperstasikan data citra satelit umumnya
dilakukan melalui sebuah foto atau citra yang terdapat beberapa interelasi yang sangat erat antara sejumlah faktor dan
unsur-unsurnya. Hal ini mengharuskan untuk dapat memilah unsur-unsur dan parameter geologi yang cukup banyak,
mengidentifikasi masing-masing unsur dan parameter geologi, serta mengetahui hubungan diantara unsur dan parameter
geologi tersebut, sehingga dapat mengkompilasi seluruh data yang terkumpul untuk membuat peta, dan menafsirkannya
ke dalam geologi. Pemilihan parameter yang akan digunakan tergantung dari karakteristik jenis endapan yang menjadi
objek penelitian. Untuk endapan bijih besi parameter yang dapat menjadi objek anomali untuk melakukan pendugaan
yaitu parameter litologi dan bentuk lahan, karena keterbentukannya berupa metasomatisme kontak yang ditandai dengan
zona pertemuan antara variasi batuan intermediet-ultrabasa dengan batuan karbonatan. Lokasi penelitian berada di
Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan metode remote
sensing dengan mengacu pada anomali utama yang dapat diidentifikasi berdasarkan data yang diperoleh dari Citra
Landsat 8 OLI/TIRS, anomali tersebut berupa variasi batuan yang dapat diidentifikasi dari tampak rona/warna, informasi
rona didapatkan dari hasil penggabungan saluran 4,5,7 karena kombinasi tersebut merupakan kombinasi saluran terbaik
untuk studi geologi salah satunya untuk menduga variasi batuan. Sedangkan, pada data Citra Radar DEM SRTM
menghasilkan data perbandingan variasi batuan berdasarkan relief permukaan bumi. Sehingga, didapatkan rekomendasi
daerah potensi bijih besi berdasarkan rona/warna adalah seluas ± 973,13 Ha yang berada dibagian Barat Laut – Selatan,
sedangkan jika dilihat berdasarkan pendugaan variasi batuan relief didapatkan rekomendasi daerah potensi bijih besi
dengan luas ± 426,87 Ha yang berada di bagian Tenggara – Barat dan sedikit di bagian Utara serta rekomendasi
berdasarkan gabungan kedua parameter tersebut memiliki luasan daerah ± 396,7 Ha pada arah Barat Daya dan
sedikit dibagian Utara.
Kata Kunci: Eksplorasi, Penginderaan Jauh, Parameter Geologi, Bijih Besi, Citra Landsat 8 OLI/TIRS, Citra Radar
DEM SRTM.
1. PENDAHULUAN bijih besi dapat terbentuk secara primer maupun
Besi saat sekarang ini menjadi salah satu sekunder (Hidayat, Wahyu. 2015).
penunjang pembangunan bangsa terutama di Indonesia. Meskipun unsur besi ini terbilang melimpah,
Besi pun dapat dipadukan dari mulai untuk kebutuhan namun dalam kegiatan pertambangan tetap
rumah tangga, pembangunan hingga penunjang membutuhkan waktu untuk mencari bahan galian bijih
teknologi. Keterdapatan unsur besi di bumi cukup besi tersebut yakni dengan kegiatan eksplorasi yang
melimpah karena menjadi salah satu mineral berat bertujuan untuk menentukan lokasi yang berpotensi
utama penyusun lempeng bumi. Endapan bahan galian memiliki keterdapatan bahan galian yang dicari dalam
hal ini yaitu cebakan yang memungkinkan terbentuknya
zona yang berpotensi menghasilkan endapan bijih besi
sehingga diperlukan pendekatan-pendekatan yang dapat
menunjang penentuan lokasi kegiatan selanjutnya
(Sunarya, Yaya, Dkk. 1992).
Pada masa pandemik Covid-19 saat ini tidak
memungkinkan dilakukannya kegiatan eksplorasi
secara langsung di lapangan, akan tetapi dengan
memanfaatkna kecanggihan teknologi yang ada saat ini
Gambar 2.1 Endapan Skarn (Einaudi and Burt, 1982)
kegiatan eksplorasi dapat tetep berjalan walaupun hanya
Di Indonesia, bijih besi tipe ini biasanya
di rumah saja, yaitu dengan memanfaatkan teknologi
terdapat di sekitar daerah kontak batuan intrusi
penginderaan jauh (remote sensing) yang merupakan
berkomposisi intermediet sampai basa seperti diorit,
pengembangan dari teknologi pemotretan udara.
granidiorit, dan gabro atau basalt dengan formasi batuan
Dalam tahapan kegiatan eksplorasi, metode
sedimen atau vulkanis yang mengandung lapisan-
remote sensing digunakan sebagai data acuan awal.
lapisan atau lensa-lensa batuan gampingan atau batuan
Sehingga dapat mereduksi luasan wilayah tertentu
yang bersifat gampingan. Dalam proses ini, selain
berdasarkan pendugaan potensi keterdapatan dari bahan
temperatur, magma juga ikut memegang peranan dalam
galian yang dicari. Hal tersebut tentunya sangat
menambahkan langsung beberapa unsur pada batuan
bermanfaat baik dari segi waktu ataupun biaya pada
sekitarnya, sehingga endapan ini tidak mungkin terdapat
kegiatan eksplorasi (Ramadhan Wisnu, 2019).
jauh dari batuan intrusi kecuali bila telah mengalami
proses desintegrasi dan transportasi sebagaimana halnya
2. TEORI
pada endapan alluvial (Van Bemmelen, R.W., 1949).
2.1 Proses Keterbentukan Bijih Besi
Menurut Padmanegara (1983), terdapat empat
2.2 Eksplorasi
jenis tipe endapan mineral/bijih besi terpenting yang
Eksplorasi dapat diartikan sebagai suatu usaha
terdapat di Indonesia yaitu endapan skarn / metasomatik
penyelidikan atau pencarian mineral berharga atau
kontak, endapan placer, endapan lateritik, dan
bahan yang dapat ditambang seperti halnya batuan dan
sedimenter. Pembentukan bijih besi primer dapat terjadi
bahan bakar fosil. Namun demikian, eksplorasi tidak
oleh proses magmatik, metasomatisme kontak, dan
hanya terbatas pada penemuan saja, akan tetapi diartikan
hidrotermal. Sedangkan, endapan bijih sekunder
lebih luas lagi dalam tahapan selanjutnya seperti
terbentuk oleh proses sedimentasi, residual, dan oksidasi.
mengestimasi sumberdaya dan cadangan yang dapat
Besi pada umumnya berbentuk oksida besi seperti
ditambang dengan ditunjang oleh metode tertentu.
hematite (Fe2O3), magnetit (Fe3O4) dan jenis batuan besi
Kegiatan eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui
lainnya. (Jensen dan Batemen, 1981).
lokasi keberadaan bahan tambang dan kualitas serta
Endapan skarn sendiri merupakan salah satu
kuantitasnya dengan memperhitungkan letak dan tipe
produk dari proses metasomatisme kontak yang
endapan bahan galiannya. Oleh sebab itu, definisi yang
berpotensi menghasilkan endapan bijih. Bijih tipe ini
menyatakan bahwa eksplorasi tidak terbatas hanya pada
dapat terbentuk akibat proses kontak metasomatik yaitu
segi penemuan saja melainkan diperlukan perhitungan
larutan magma berkompisisi sedang, basa, atau ultra
dalam memberi gambaran kualitas dan kuantitasnya
basa yang naik kepermukaan dalam peristiwa intrusi
selaras dengan maksud yang diharapkan dari kegiatan
dapat bereaksi dengan batuan sekitarnya, terutama
eksplorasi tersebut (Koesoemadinata, R.P, Dr. 1982).
dengan batuan kapuran atau biasa disebut tipe eksoskarn,
Eksplorasi yang tepat guna dan berhasil guna
sedangkan dapat tergolong tipe endoskarn digunakan
menjadi hal yang perlu diprioritaskan dalam tahapan
jika terjadi replacement terhadap batuan intrusi.
pertambangan, agar estimasi biaya penambangan yang
Beberapa ahli mengembangkannya untuk jenis batuan
dikeluarkan tidak melebihi cost pendapatan yang akan
lain, termasuk shales, vulkanik, dan lain sebagainya.
dihasilkan. Berhubungan dengan hal itu, perlu diketahui
Tetapi kebanyakan endapan-endapan skarn yang ada di
bahwa usaha pertambangan rentan terhadap tingginya
dunia terdapat dalam calcic exoskarns (Shanks III, Pat
risiko seperti proses penyelidikan yang tidak selalu
W.C. 2010).
menghasilkan nilai yang baik, cadangan yang terbatas,
serta memerlukan teknologi yang dapat menunjang oseanografi dan sumber daya kelautan serta lingkungan.
kegiatan operasi penambangannya. Landsat 8 memiliki 11 saluran yang mana pada setiap
Seiring dengan berkembangnya teknologi yang saluran menggunakan panjang gelombang tertentu.
semakin canggih, kegiatan eksplorasi saat ini dapat Setiap warna pada citra satelit memiliki makna
dilakukan walaupun hanya dirumah saja sehingga tertentu, warna citra merupakan refleksi dari vegetasi,
menjadikannya lebih efisien baik dasri sisi waktu, biaya tubuh perairan dan/atau tubuh batuan yang ada
maupun sumberdaya manusia, teknologi yang dipermukaan bumi. Oleh karena itu, interpretasi geologi
digunakan salah satunya adalah dengan metode melalui citra landsat lebih didasarkan pada perbedaan
penginderan jauh (remote Sensing) (Sutanto, 1986). nilai refleksi tersebut.
Panjang
Kanal Keterangan
Gelombang (µm)
1 – Aerosol pesisir 0.43 – 0.45 Studi aerosol dari wilayah pesisir.
2.3 Penginderaan Jauh Untuk Geologi (Remote Pemetaan bathimetrik, membedakan
2 – Biru 0.45 – 0.51 tanah dari vegetasi dan daun dari
Sensing) vegetasi konifer.
Mempertegas puncak puncak vegetasi
Penginderaan jauh (remote sensing) 3 – Hijau 0.53 – 0.59
untuk menilai kekuatan vegetasi.
4 – Merah 0.64 – 0.67 Membedakan sudut vegetasi.
merupakan suatu ilmu, seni dan teknik untuk 5 – Infra Merah Dekat -
0.85 – 0.88
Menekankan konten biomassa dan garis
Near Infrared (NIR) pantai.
memperoleh informasi suatu objek, daerah, atau berupa 6 – Short – Wave Infrared
1.57 – 1.65
Mendiskriminasikan kadar air tanah dan
(SWIR 1) vegetasi, menembus awan tipis.
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan 7 - Short – Wave Infrared
2.11 – 2.29
Peningkatan kadar air tanah dan
(SWIR 2) vegetasi dan penetrasi awan tipis.
suatu alat tanpa harus kontak langsung dengan objek, 8 – Pankromatic 0.50 – 0.68 Resolusi 15 m, penajaman citra.
Peningkatan deteksi awan sirus yang
9 – Sirus 1.36 – 1.68
daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand and Kiefer, terkontaminasi.
Resolusi 100 m, pemetaan suhu dan
10 – TIRS 1 10.60 – 11.19
1994 dalam Soettoto, 2015). penghitungan kelembaban tanah.
Resolusi 100 m, Peningkatan pemetaan
Metode pemetaan geologi yang akan 11 – TIRS 2 11.5 -12.51 suhu dan penghitungan kelembaban
tanah.
digunakan pada penelitian ini menggunakan data
Tabel 2.1 Saluran / Band Landsat 8 OLI/TIRS (Putri,
inderaan jauh berupa citra satelit Landsat 8 OLI / TIRS
Carolina Ajeng Sukmawati, 2014)
dan citra radar DEM SRTM. Metode yang diterapkan ini
dapat diharapkan mampu menghasilkan data-data yang
2.3.1.1 Citra Satelit Landsat 8 OLI/TIRS
akurat, valid yang memungkinkan untuk dapat membuat
Pada penelitian in data citra landsat 8 OLI/TIRS
peta interpretasi geologi dalam waktu yang relatif
bersumber dari USGS.gov. dan direkam pada tanggal 14
singkat. Ada beberapa hal yang dapat diperoleh dari
Oktober 2019 yang terinci oleh 112 path serta 66 row.
hasil interpretasi foto udara yang berhubungan pada
Identifikasi variasi batuan pada citra ini mengacu pada
kegiatan eksplorasi mineral, misalkan pemetaan pola
anomali pembacaannya melalui rona/warna, sehingga
kelurusan regional yang berkaitan dengan keberadaan
diperoleh informasi variasi batuan yang menunjukan
lokasi-lokasi pertambangan, pemetaan pola rekahan
adanya potensi zona metasomatisme kontak dengan
local yang mengontrol keterdapatan suatu jebakan
harapan adanya endapan skarn yang merupakan salah
mineral, mendeteksi aktivitas hidrotermal dari batuan
satu tempat terbentuknya bijih besi. Informasi tersebut
yang teralterasi, serta basis data pemetaan geologi (Putra,
didapatkan dengan cara menggabungkan saluran 4,5,7
Ilham Dharmawan, Dkk. 2017).
karena menurut (Soetoto, 1988) kombinasi tersebut
merupakan kombinasi band terbaik untuk studi geologi
2.3.1 Citra Satelit Landsat
yang salah satunya untuk menduga variasi batuan.
Citra landsat merupakan salah satu jenis citra
Soetoto, 1988 menjelaskan fungsi dari setiap
satelit penginderaan jauh yang dihasilkan dari sistem
saluran yang digunakan, sebagai berikut:
penginderaan jauh pasif, pada prinsipnya interpretasi
• Band 4 (Red) berfungsi untuk membedakan
citra satelit juga menggunakan unsur dasar pengenalan
lereng vegetasi, karena vegetasi menyerap
(rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, letak,
hampir semua cahaya merah (kadang-kadang
asosiasi, dan bayangan) dan unsur dasar interpretasi
disebut pita penyerapan klorofil) pita ini dapat
geologi (relief, pola penyaluran, vegetasi, dan objek
berguna untuk membedakan antara vegetasi
budaya), umumnya interpretasi citra satelit sama halnya
dan tanah dalam memantau kesehatan vegetasi.
dengan interpretasi foto udara dan interpretasi citra
• Band 5 (Near Infrared) berfungsi untuk
radar. (Soetoto, 2015).
menekankan kandungan biomassa dan garis
Di dalam ilmu kebumian, data landsat telah
pantai, karena air menyerap hampir semua
digunakan untuk pertanian, kehutanan, peternakan,
cahaya pada badan air panjang gelombang ini
penggunaan lahan, pemetaan, geologi, sumber daya air,
tampak sangat gelap. Band ini kontras dengan
pantulan terang untuk tanah dan vegetasi berdasarkan jenis dan karakteristik bahan galian yang
sehingga band ini adalah band yang baik untuk akan dicari.
mendefinisikan antar muka air/darat. Dalam interpretasi litologi meliputi korelasi
• Band 7 (Short Wavelength Infrared 2) singkapan batuan dari suatu lokasi ke lokasi lain,
berfungsi untuk peningkatan kadar air tanah sehingga akan membatasi persebaran satuan batuan.
dan vegetasi dan penetrasi awan tipis, band ini Pada interpretasi geomorfologi secara kualitatif yang
juga digunakan untuk kelembaban vegetasi dapat dilakukan meliputi satuan bentuk lahan,
serta untuk pemetaan tanah dan geologi hingga sedangkan secara kuantitatif dalam geomorfologi dapat
batuan ubahan hydrothermal yang berasosiasi dilakukan dengan radargrametri yang meliputi
dengan deposit mineral. penentuan ketinggian, beda tinggi, kemiringan lereng,
tekstur penyaluran dan densitas penyaluran. Sedangkan
interpretasi struktur geologi meliputi persebaran
struktur geologi yaitu sesar, kekar dan lainnya,
berdasarkan hasil analisis terhadap struktur geologi
tersebut dapat ditentukan arah gaya pembentukan
struktur geologi tersebut. Struktur geologi dapat
diinterpretasikan berdasarkan kenampakan kelurusan
rona, kelurusan lembah, kelurusan gawir, kelurusan
deretan triangle-facets, dan lainnya (Siegal, Barry S,
Dkk. 1980).
Gambar 2.2 Lokasi Penelitian Berdasarkan Citra 2.3.2.1 Citra Radar DEM SRTM
Landsat 8 OLI/TIRS Citra DEM ini terbagi lagi menjadi 2 jenis yaitu
Pengolahan data citra inderaja landsat 8 DSM (Digital Surface Model) dan DTM (Digital Terrain
OLI/TIRS dilakukan menggunakan bantuan software Model). Perbedaan dari kedua jenis data DEM tersebut
ArcMap Versi 10.3 untuk menggabungkan beberapa yaitu jika DSM menggambarkan bentuk permukaan
band atau saluran sehingga dapat dilakukan interpretasi bumi dengan adanya unsur vegetasi ataupun bangunan
rona/warna. Dari data interpretasi tersebut, dilakukan buatan. Sedangkan DTM menggambarkan bentuk
interpretasi kembali untuk melakukan pendugaan permukaan bumi berdasarkan permukaan tanah. Data
variasi batuan. DEM SRTM DTM diunduh melalui website
tides.big.go.id. Citra ini digunakan untuk dilakukan
identifikasi pendekatan penentuan topografi dan relief
permukaan. Dari pembacaan tersebut kemudian
dilakukan korelasi dan identifikasi mengenai variasi
batuan dengan data citra landsat 8 sehingga didapatkan
pendugaan zona metasomatisme kontak yang berpotensi
terdapat bahan galian bijih besi tersebut.