Anda di halaman 1dari 8

Upaya Industri Pertambangan dalam Menghadapi Pandemik Covid-19

Teknologi
DELINIASI DAERAH POTENSI BIJIH BESI PRIMER
MENGGUNAKAN METODE REMOTE SENSING CITRA
LANDSAT 8 OLI/TIRS DAN CITRA RADAR DEM SRTM
PADA KEGIATAN EKSPLORASI

Amelia Puspa Monita, Shatria Qintadali Ikhsantamma


Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung

Abstrak
Eksplorasi merupakan tahapan awal dalam kegiatan industri pertambangan, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
geologi, penyebaran dan tipe bahan galian hingga pada akhirnya menentukan daerah potensi bahan galian. Kegiatan
eksplorasi pada awalnya hanya dilakukan berdasarkan survei dan pemetaan di lapangan sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk dapat mengintrepetasikan penyebaran bahan galian. Namun, dengan kemajuan teknologi saat ini
mendukung metode kajian geologi yang lebih efektif yaitu dengan menggunakan metode penginderaan jauh (remote
sensing). Penginderaan jauh (inderaja) merupakan alat bantu yang merekam rona lingkungan bumi termasuk informasi
potensi bahan galian. Dengan menggunakan data citra satelit, biaya eksplorasi akan lebih rendah dan efisien karena tidak
perlu terjun langsung ke lapangan. Teknologi ini sangat membatu dikala pandemik Covid-19, sehingga kegiatan
eksplorasi dapat tetap berjalan walaupun hanya di rumah saja. Dalam menginterperstasikan data citra satelit umumnya
dilakukan melalui sebuah foto atau citra yang terdapat beberapa interelasi yang sangat erat antara sejumlah faktor dan
unsur-unsurnya. Hal ini mengharuskan untuk dapat memilah unsur-unsur dan parameter geologi yang cukup banyak,
mengidentifikasi masing-masing unsur dan parameter geologi, serta mengetahui hubungan diantara unsur dan parameter
geologi tersebut, sehingga dapat mengkompilasi seluruh data yang terkumpul untuk membuat peta, dan menafsirkannya
ke dalam geologi. Pemilihan parameter yang akan digunakan tergantung dari karakteristik jenis endapan yang menjadi
objek penelitian. Untuk endapan bijih besi parameter yang dapat menjadi objek anomali untuk melakukan pendugaan
yaitu parameter litologi dan bentuk lahan, karena keterbentukannya berupa metasomatisme kontak yang ditandai dengan
zona pertemuan antara variasi batuan intermediet-ultrabasa dengan batuan karbonatan. Lokasi penelitian berada di
Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan metode remote
sensing dengan mengacu pada anomali utama yang dapat diidentifikasi berdasarkan data yang diperoleh dari Citra
Landsat 8 OLI/TIRS, anomali tersebut berupa variasi batuan yang dapat diidentifikasi dari tampak rona/warna, informasi
rona didapatkan dari hasil penggabungan saluran 4,5,7 karena kombinasi tersebut merupakan kombinasi saluran terbaik
untuk studi geologi salah satunya untuk menduga variasi batuan. Sedangkan, pada data Citra Radar DEM SRTM
menghasilkan data perbandingan variasi batuan berdasarkan relief permukaan bumi. Sehingga, didapatkan rekomendasi
daerah potensi bijih besi berdasarkan rona/warna adalah seluas ± 973,13 Ha yang berada dibagian Barat Laut – Selatan,
sedangkan jika dilihat berdasarkan pendugaan variasi batuan relief didapatkan rekomendasi daerah potensi bijih besi
dengan luas ± 426,87 Ha yang berada di bagian Tenggara – Barat dan sedikit di bagian Utara serta rekomendasi
berdasarkan gabungan kedua parameter tersebut memiliki luasan daerah ± 396,7 Ha pada arah Barat Daya dan
sedikit dibagian Utara.

Kata Kunci: Eksplorasi, Penginderaan Jauh, Parameter Geologi, Bijih Besi, Citra Landsat 8 OLI/TIRS, Citra Radar
DEM SRTM.
1. PENDAHULUAN bijih besi dapat terbentuk secara primer maupun
Besi saat sekarang ini menjadi salah satu sekunder (Hidayat, Wahyu. 2015).
penunjang pembangunan bangsa terutama di Indonesia. Meskipun unsur besi ini terbilang melimpah,
Besi pun dapat dipadukan dari mulai untuk kebutuhan namun dalam kegiatan pertambangan tetap
rumah tangga, pembangunan hingga penunjang membutuhkan waktu untuk mencari bahan galian bijih
teknologi. Keterdapatan unsur besi di bumi cukup besi tersebut yakni dengan kegiatan eksplorasi yang
melimpah karena menjadi salah satu mineral berat bertujuan untuk menentukan lokasi yang berpotensi
utama penyusun lempeng bumi. Endapan bahan galian memiliki keterdapatan bahan galian yang dicari dalam
hal ini yaitu cebakan yang memungkinkan terbentuknya
zona yang berpotensi menghasilkan endapan bijih besi
sehingga diperlukan pendekatan-pendekatan yang dapat
menunjang penentuan lokasi kegiatan selanjutnya
(Sunarya, Yaya, Dkk. 1992).
Pada masa pandemik Covid-19 saat ini tidak
memungkinkan dilakukannya kegiatan eksplorasi
secara langsung di lapangan, akan tetapi dengan
memanfaatkna kecanggihan teknologi yang ada saat ini
Gambar 2.1 Endapan Skarn (Einaudi and Burt, 1982)
kegiatan eksplorasi dapat tetep berjalan walaupun hanya
Di Indonesia, bijih besi tipe ini biasanya
di rumah saja, yaitu dengan memanfaatkan teknologi
terdapat di sekitar daerah kontak batuan intrusi
penginderaan jauh (remote sensing) yang merupakan
berkomposisi intermediet sampai basa seperti diorit,
pengembangan dari teknologi pemotretan udara.
granidiorit, dan gabro atau basalt dengan formasi batuan
Dalam tahapan kegiatan eksplorasi, metode
sedimen atau vulkanis yang mengandung lapisan-
remote sensing digunakan sebagai data acuan awal.
lapisan atau lensa-lensa batuan gampingan atau batuan
Sehingga dapat mereduksi luasan wilayah tertentu
yang bersifat gampingan. Dalam proses ini, selain
berdasarkan pendugaan potensi keterdapatan dari bahan
temperatur, magma juga ikut memegang peranan dalam
galian yang dicari. Hal tersebut tentunya sangat
menambahkan langsung beberapa unsur pada batuan
bermanfaat baik dari segi waktu ataupun biaya pada
sekitarnya, sehingga endapan ini tidak mungkin terdapat
kegiatan eksplorasi (Ramadhan Wisnu, 2019).
jauh dari batuan intrusi kecuali bila telah mengalami
proses desintegrasi dan transportasi sebagaimana halnya
2. TEORI
pada endapan alluvial (Van Bemmelen, R.W., 1949).
2.1 Proses Keterbentukan Bijih Besi
Menurut Padmanegara (1983), terdapat empat
2.2 Eksplorasi
jenis tipe endapan mineral/bijih besi terpenting yang
Eksplorasi dapat diartikan sebagai suatu usaha
terdapat di Indonesia yaitu endapan skarn / metasomatik
penyelidikan atau pencarian mineral berharga atau
kontak, endapan placer, endapan lateritik, dan
bahan yang dapat ditambang seperti halnya batuan dan
sedimenter. Pembentukan bijih besi primer dapat terjadi
bahan bakar fosil. Namun demikian, eksplorasi tidak
oleh proses magmatik, metasomatisme kontak, dan
hanya terbatas pada penemuan saja, akan tetapi diartikan
hidrotermal. Sedangkan, endapan bijih sekunder
lebih luas lagi dalam tahapan selanjutnya seperti
terbentuk oleh proses sedimentasi, residual, dan oksidasi.
mengestimasi sumberdaya dan cadangan yang dapat
Besi pada umumnya berbentuk oksida besi seperti
ditambang dengan ditunjang oleh metode tertentu.
hematite (Fe2O3), magnetit (Fe3O4) dan jenis batuan besi
Kegiatan eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui
lainnya. (Jensen dan Batemen, 1981).
lokasi keberadaan bahan tambang dan kualitas serta
Endapan skarn sendiri merupakan salah satu
kuantitasnya dengan memperhitungkan letak dan tipe
produk dari proses metasomatisme kontak yang
endapan bahan galiannya. Oleh sebab itu, definisi yang
berpotensi menghasilkan endapan bijih. Bijih tipe ini
menyatakan bahwa eksplorasi tidak terbatas hanya pada
dapat terbentuk akibat proses kontak metasomatik yaitu
segi penemuan saja melainkan diperlukan perhitungan
larutan magma berkompisisi sedang, basa, atau ultra
dalam memberi gambaran kualitas dan kuantitasnya
basa yang naik kepermukaan dalam peristiwa intrusi
selaras dengan maksud yang diharapkan dari kegiatan
dapat bereaksi dengan batuan sekitarnya, terutama
eksplorasi tersebut (Koesoemadinata, R.P, Dr. 1982).
dengan batuan kapuran atau biasa disebut tipe eksoskarn,
Eksplorasi yang tepat guna dan berhasil guna
sedangkan dapat tergolong tipe endoskarn digunakan
menjadi hal yang perlu diprioritaskan dalam tahapan
jika terjadi replacement terhadap batuan intrusi.
pertambangan, agar estimasi biaya penambangan yang
Beberapa ahli mengembangkannya untuk jenis batuan
dikeluarkan tidak melebihi cost pendapatan yang akan
lain, termasuk shales, vulkanik, dan lain sebagainya.
dihasilkan. Berhubungan dengan hal itu, perlu diketahui
Tetapi kebanyakan endapan-endapan skarn yang ada di
bahwa usaha pertambangan rentan terhadap tingginya
dunia terdapat dalam calcic exoskarns (Shanks III, Pat
risiko seperti proses penyelidikan yang tidak selalu
W.C. 2010).
menghasilkan nilai yang baik, cadangan yang terbatas,
serta memerlukan teknologi yang dapat menunjang oseanografi dan sumber daya kelautan serta lingkungan.
kegiatan operasi penambangannya. Landsat 8 memiliki 11 saluran yang mana pada setiap
Seiring dengan berkembangnya teknologi yang saluran menggunakan panjang gelombang tertentu.
semakin canggih, kegiatan eksplorasi saat ini dapat Setiap warna pada citra satelit memiliki makna
dilakukan walaupun hanya dirumah saja sehingga tertentu, warna citra merupakan refleksi dari vegetasi,
menjadikannya lebih efisien baik dasri sisi waktu, biaya tubuh perairan dan/atau tubuh batuan yang ada
maupun sumberdaya manusia, teknologi yang dipermukaan bumi. Oleh karena itu, interpretasi geologi
digunakan salah satunya adalah dengan metode melalui citra landsat lebih didasarkan pada perbedaan
penginderan jauh (remote Sensing) (Sutanto, 1986). nilai refleksi tersebut.
Panjang
Kanal Keterangan
Gelombang (µm)
1 – Aerosol pesisir 0.43 – 0.45 Studi aerosol dari wilayah pesisir.
2.3 Penginderaan Jauh Untuk Geologi (Remote Pemetaan bathimetrik, membedakan
2 – Biru 0.45 – 0.51 tanah dari vegetasi dan daun dari
Sensing) vegetasi konifer.
Mempertegas puncak puncak vegetasi
Penginderaan jauh (remote sensing) 3 – Hijau 0.53 – 0.59
untuk menilai kekuatan vegetasi.
4 – Merah 0.64 – 0.67 Membedakan sudut vegetasi.
merupakan suatu ilmu, seni dan teknik untuk 5 – Infra Merah Dekat -
0.85 – 0.88
Menekankan konten biomassa dan garis
Near Infrared (NIR) pantai.
memperoleh informasi suatu objek, daerah, atau berupa 6 – Short – Wave Infrared
1.57 – 1.65
Mendiskriminasikan kadar air tanah dan
(SWIR 1) vegetasi, menembus awan tipis.
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan 7 - Short – Wave Infrared
2.11 – 2.29
Peningkatan kadar air tanah dan
(SWIR 2) vegetasi dan penetrasi awan tipis.
suatu alat tanpa harus kontak langsung dengan objek, 8 – Pankromatic 0.50 – 0.68 Resolusi 15 m, penajaman citra.
Peningkatan deteksi awan sirus yang
9 – Sirus 1.36 – 1.68
daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand and Kiefer, terkontaminasi.
Resolusi 100 m, pemetaan suhu dan
10 – TIRS 1 10.60 – 11.19
1994 dalam Soettoto, 2015). penghitungan kelembaban tanah.
Resolusi 100 m, Peningkatan pemetaan
Metode pemetaan geologi yang akan 11 – TIRS 2 11.5 -12.51 suhu dan penghitungan kelembaban
tanah.
digunakan pada penelitian ini menggunakan data
Tabel 2.1 Saluran / Band Landsat 8 OLI/TIRS (Putri,
inderaan jauh berupa citra satelit Landsat 8 OLI / TIRS
Carolina Ajeng Sukmawati, 2014)
dan citra radar DEM SRTM. Metode yang diterapkan ini
dapat diharapkan mampu menghasilkan data-data yang
2.3.1.1 Citra Satelit Landsat 8 OLI/TIRS
akurat, valid yang memungkinkan untuk dapat membuat
Pada penelitian in data citra landsat 8 OLI/TIRS
peta interpretasi geologi dalam waktu yang relatif
bersumber dari USGS.gov. dan direkam pada tanggal 14
singkat. Ada beberapa hal yang dapat diperoleh dari
Oktober 2019 yang terinci oleh 112 path serta 66 row.
hasil interpretasi foto udara yang berhubungan pada
Identifikasi variasi batuan pada citra ini mengacu pada
kegiatan eksplorasi mineral, misalkan pemetaan pola
anomali pembacaannya melalui rona/warna, sehingga
kelurusan regional yang berkaitan dengan keberadaan
diperoleh informasi variasi batuan yang menunjukan
lokasi-lokasi pertambangan, pemetaan pola rekahan
adanya potensi zona metasomatisme kontak dengan
local yang mengontrol keterdapatan suatu jebakan
harapan adanya endapan skarn yang merupakan salah
mineral, mendeteksi aktivitas hidrotermal dari batuan
satu tempat terbentuknya bijih besi. Informasi tersebut
yang teralterasi, serta basis data pemetaan geologi (Putra,
didapatkan dengan cara menggabungkan saluran 4,5,7
Ilham Dharmawan, Dkk. 2017).
karena menurut (Soetoto, 1988) kombinasi tersebut
merupakan kombinasi band terbaik untuk studi geologi
2.3.1 Citra Satelit Landsat
yang salah satunya untuk menduga variasi batuan.
Citra landsat merupakan salah satu jenis citra
Soetoto, 1988 menjelaskan fungsi dari setiap
satelit penginderaan jauh yang dihasilkan dari sistem
saluran yang digunakan, sebagai berikut:
penginderaan jauh pasif, pada prinsipnya interpretasi
• Band 4 (Red) berfungsi untuk membedakan
citra satelit juga menggunakan unsur dasar pengenalan
lereng vegetasi, karena vegetasi menyerap
(rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, letak,
hampir semua cahaya merah (kadang-kadang
asosiasi, dan bayangan) dan unsur dasar interpretasi
disebut pita penyerapan klorofil) pita ini dapat
geologi (relief, pola penyaluran, vegetasi, dan objek
berguna untuk membedakan antara vegetasi
budaya), umumnya interpretasi citra satelit sama halnya
dan tanah dalam memantau kesehatan vegetasi.
dengan interpretasi foto udara dan interpretasi citra
• Band 5 (Near Infrared) berfungsi untuk
radar. (Soetoto, 2015).
menekankan kandungan biomassa dan garis
Di dalam ilmu kebumian, data landsat telah
pantai, karena air menyerap hampir semua
digunakan untuk pertanian, kehutanan, peternakan,
cahaya pada badan air panjang gelombang ini
penggunaan lahan, pemetaan, geologi, sumber daya air,
tampak sangat gelap. Band ini kontras dengan
pantulan terang untuk tanah dan vegetasi berdasarkan jenis dan karakteristik bahan galian yang
sehingga band ini adalah band yang baik untuk akan dicari.
mendefinisikan antar muka air/darat. Dalam interpretasi litologi meliputi korelasi
• Band 7 (Short Wavelength Infrared 2) singkapan batuan dari suatu lokasi ke lokasi lain,
berfungsi untuk peningkatan kadar air tanah sehingga akan membatasi persebaran satuan batuan.
dan vegetasi dan penetrasi awan tipis, band ini Pada interpretasi geomorfologi secara kualitatif yang
juga digunakan untuk kelembaban vegetasi dapat dilakukan meliputi satuan bentuk lahan,
serta untuk pemetaan tanah dan geologi hingga sedangkan secara kuantitatif dalam geomorfologi dapat
batuan ubahan hydrothermal yang berasosiasi dilakukan dengan radargrametri yang meliputi
dengan deposit mineral. penentuan ketinggian, beda tinggi, kemiringan lereng,
tekstur penyaluran dan densitas penyaluran. Sedangkan
interpretasi struktur geologi meliputi persebaran
struktur geologi yaitu sesar, kekar dan lainnya,
berdasarkan hasil analisis terhadap struktur geologi
tersebut dapat ditentukan arah gaya pembentukan
struktur geologi tersebut. Struktur geologi dapat
diinterpretasikan berdasarkan kenampakan kelurusan
rona, kelurusan lembah, kelurusan gawir, kelurusan
deretan triangle-facets, dan lainnya (Siegal, Barry S,
Dkk. 1980).

Gambar 2.2 Lokasi Penelitian Berdasarkan Citra 2.3.2.1 Citra Radar DEM SRTM
Landsat 8 OLI/TIRS Citra DEM ini terbagi lagi menjadi 2 jenis yaitu
Pengolahan data citra inderaja landsat 8 DSM (Digital Surface Model) dan DTM (Digital Terrain
OLI/TIRS dilakukan menggunakan bantuan software Model). Perbedaan dari kedua jenis data DEM tersebut
ArcMap Versi 10.3 untuk menggabungkan beberapa yaitu jika DSM menggambarkan bentuk permukaan
band atau saluran sehingga dapat dilakukan interpretasi bumi dengan adanya unsur vegetasi ataupun bangunan
rona/warna. Dari data interpretasi tersebut, dilakukan buatan. Sedangkan DTM menggambarkan bentuk
interpretasi kembali untuk melakukan pendugaan permukaan bumi berdasarkan permukaan tanah. Data
variasi batuan. DEM SRTM DTM diunduh melalui website
tides.big.go.id. Citra ini digunakan untuk dilakukan
identifikasi pendekatan penentuan topografi dan relief
permukaan. Dari pembacaan tersebut kemudian
dilakukan korelasi dan identifikasi mengenai variasi
batuan dengan data citra landsat 8 sehingga didapatkan
pendugaan zona metasomatisme kontak yang berpotensi
terdapat bahan galian bijih besi tersebut.

Gambar 2.3 Hasil Kombinasi Saluran / Band 4,5,7

2.3.2 Citra Radar


Menurut Mac.Donald (dalam Siegal &
Gillespie, 1980) menyatakan bahwa citra radar dapat
digunakan untuk interpretasi litologi dan stratigrafi,
geomorfologi, struktur geologi, dan hidrogeologi.
Pemilihan penggunaan interpretasi citra radar dipilih Gambar 2.4 Lokasi Penelitian Berdasarkan Citra DEM
SRTM DTM
Tahap mengidentifikasi kondisi topografi dan mempertajam resolusi pada sebuah gambar. Adapun
relief permukaan dilakukan dengan data dasar citra secara definisi penggabungan citra terdiri dari 3, yaitu :
DEM SRTM yang diidentifikasi menggunakan bantuan • Fusion, merupakan penggabungan citra antara
software Global Mapper Versi 17.0 dan ArcMap Versi dua citra atau lebih yang dijadikan suatu citra
10.3 sehingga dapat terlihat kondisi topografi dan relief baru, menggunakan beberapa algoritma
seperti berikut : tertentu sesuai kebutuhan.
• Merging, merupakan penggabungan citra
dengan pemahaman, yaitu dua citra atau lebih
yang digabungkan menjadi satu dengan teknik
penajaman dan penormalan citra tertentu.
• Combination, merupakan penggabungan
beberapa band dalam suatu citra multi spectral
untuk suatu kepentingan yang tertentu.
Standart dalam metode penggabungan citra ini
didasarkan pada Red-Green-Blue (RGB) untuk
mentrasnformasi intensity-Hue-Saturation (IHS).
Adapun langkah-langkah untuk fusi citra satelit yang
Gambar 2.5 Peta Topografi dan Relief Lokasi umum digunakan adalah;
Penelitian • Mengubah ukuran gambar multispectral yang
Secara umum kondisi topografi lokasi beresolusi rendah dengan ukuran yang sama
penelitian memiliki kondisi topografi yang cenderung seperti pada gambar pankromatik.
landai ke arah Timur Laut, dan cenderung begelombang • Mengubah band R, G, dan B pada citra
hingga terjal pada arah Barat Daya. Variasi ketinggian multispectral menjadi komponen-komponen
pada sekitar lokasi penelitian berkisar antara 0–800 IHS.
mdpl. Jika diidentifikasi berdasakan kondisi relief yang • Memodifikasi gambar pankromatik yang
mengacu pada Variasi Batuan Berdasarkan Relief, berhubungan dengan citral multispectral, hal
Soetoto S.U, Ir. 2015 maka dapat diklasifikasikan ini dilakukan dengan mencocokan sebuah
menjadi tiga kondisi relief yang mana terdapat relief histogram dari citra pankromatik dari
berwarna hijau yang menunjukan relief sangat rendah, komponen intensitas yang ada pada citra
kuning menunjukan relief rendah – sedang, dan merah pangkromatik dengan komponen intensitas
menunjukan relief tinggi. dari citra multispectral sebagai referensi.
kondisi relief rendah memiliki variasi endapan • Mengganti komponen intensitas pada citra
aluvial (Aluvium) berupa kerakal dan kerikil andesit, pankromatik dan mentransformasikan invers
dasit, basal, dan granit, pasir, lumpur, dan lanau. Relief untuk memperoleh gambaran multispectral
dengan klasifikasi rendah – sedang memiliki variasi yang memiliki resolusi tingi.
batuan seperti batuan beku efusif / lava, tuf, dan
batupasir tufaan. Kemudian klasifikasi relief tinggi 3. PEMBAHASAN
memiliki variasi batuan breksi volkanik, batuan beku 3.1 Identifikasi Variasi Batuan Berdasarkan
intrusif, breksi epiklastik, konglomerat, batu gamping Rona/Warna
karst, dan batuan metamorf (Zhou, J., Liu, L., 2013). Berdasarkan informasi tambahan dari kondisi
geologi regional, memungkinkan daerah penelitian
2.3.3 Penggabungan Citra berpotensi memiliki keterdapatan bijih besi primer
Penggabungan citra (Image Fusion) adalah dengan proses metasomatisme kontak dengan hasil
suatu proses penggabungan data atau informasi endapan skarn (batuan metamorf kalk-silikat).
mengenai objek dalam dua atau lebih gambar menjadi Sedangkan, dari hasil identifikasi variasi
satu gambar dengan tujuan untuk mengkombinasikan batuan berdasarkan rona/warna, menggunakan acuan
informasi spasial yang lebih tinggi dalam satu band seperti pada Tabel Rona Batuan Pada C (Soetoto S.U,
dengan informasi spectral yang kebih tinggi pada Ir., 2015) diperoleh dua klasifikasi rona yaitu rona cerah,
dataset lainnya. Penggabungan ini dilakukan untuk dan abu-abu Dari hasil identifikasi dua rona/warna yaitu
cerah, dan abu-abu, maka kemungkinan variasi batuan
yang terdapat berdasarkan anomali rona/warna maka 3.2 Citra Radar DEM SRTM
diperoleh informasi pada rona cerah memiliki Hasil identifikasi variasi batuan berdasarkan
pendugaan variasi batuan granit, riolit, tuf, sedimenter relief menunjukan daerah rekomendasi yang berpotensi
kuarst, batu gamping, dolomit, gipsum, marmer kuarst, terdapat zona metasomatisme kontak berada pada relief
dan gneis. Kemudian pendugaan pada rona abu-abu tinggi berwarna merah dengan variasi batuan berupa
yaitu kemungkinan memiliki variasi batuan diorit, batuan vulkanik, intrusi, dan batu karbonatan seperti
andesit, graywacke, batulempung, serpih, filit, dan gamping yang mendukung pendugaan adanya proses
batusabak. metasomatisme kontak. Batuan berasal dari fluida
intermediet, basa, atau ultra basa dan batuan karbonatan
berada pada zona relief tinggi yang memiliki variasi
batuan dengan penciri yang sesuai dengan penjabaran
proses keterbentukan zona metasomatisme kontak.

Gambar 3.1 Identifikasi Variasi Batuan Berdasarkan


Rona/Warna Hasil Kombinasi band 4,5,7
Hasil analisis identifikasi tersebut maka dapat
diduga bahwa batuan yang berasal dari fluida
intermediet berada pada zona rona/warna abu-abu Gambar 3.3 Hasil Identifikasi Variasi Batuan
kemudian terdapat kemungkinan batuan bersifat Berdasarkan Relief
karbonatan pada rona/warna cerah. Sehingga dapat Kemungkinan potensi keterbentukan zona
diidentifikasi berdasarkan rona, formasi yang metasomatisme kontak berada pada batuan beku intrusif
memungkinkan adanya proses metasomatisme kontak dengan kondisi batuan sekitar yang memiliki sifat
terdapat pada rona yang memiliki campuran antara rona karbonatan yaitu batu gamping. Batuan penciri tersebut
cerah, dan abu-abu. berada pada posisi zona relief tinggi. Namun, pada
pendugaan variasi batuan berdasarkan relief ini
memiliki keakuratan yang sangat rendah dibandingkan
hasil rona/warna karena pada klasifikasi relief ini tidak
diketahui secara detail jenis batuannya sehingga
karakteristik batuan yang menjadi penciri tidak muncul
secara jelas.
Dengan demikian, luasan daerah yang
memiliki potensi terdapat bijih besi di dalam IUP dari
hasil identifikasi variasi batuan berdasarkan relief
berada pada bagian Barat–Tenggara IUP dan setempat
di blok bagian Utara dengan memiliki dugaan luasan
potensi ± 426,87 Ha.
Gambar 3.2 Rekomendasi Zona Metasomatisme
Kontak Berdasarkan Rona/Warna 3.3 Identifikasi Rekomendasi Daerah
Luasan daerah yang memiliki potensi terdapat Berpotensi Terdapat Zona Metasomatisme
zona metasomatisme kontak di dalam IUP dari hasil Kontak Berdasarkan Variasi Batuan
identifikasi variasi batuan berdasarkan rona/warna Setelah dilakukan identifikasi variasi batuan
berada pada bagian Barat Laut–Selatan IUP lokasi berdasarkan rona/warna dan relief permukaan yang
penelitian dengan memiliki luasan potensi di dalam IUP telah dikorelasi dengan data pengamatan kegiatan
± 973,13 Ha. pemetaan, maka tahapan selanjutnya yaitu rekomendasi
daerah yang berpotensi terdapat bijih besi. Dalam Adapun daerah rekomendasi berdasarkan
merekomendasikan daerah tersebut didasarkan pada gabungan kedua parameter tersebut memiliki luasan
parameter variasi batuan dan dilakukan perbandingan daerah ± 396,7 Ha pada arah Barat Daya – sedikit di arah
antara 2 pendugaan formasi yang berpotensi terdapat Utara IUP lokasi penelitian. Luasan-luasan daerah
zona metasomatisme kontak. Rekomendasi berdasarkan tersebut menunjukkan daerah yang prospek untuk
rona/warna berada pada klasifikasi campuran antara dilakukan kegiatan ground checking atau pengamatan
cerah, dan abu-abu. Sedangkan berdasarkan relief lebih detil di lokasi penelitian. Luasan tersebut tidak
berada pada klasifikasi relief tinggi. menunjukkan potensi bijih besi secara geometri
Dari kedua rekomendasi tersebut diperoleh dua melainkan masih berupa potensi keterdapatan
parameter pemilihan daerah yang berpotensi. (pendugaan) karena jika merujuk pada teori proses
Rekomendasi daerah akan diajukan di daerah keterbentukan zona metasomatisme kontak, endapan
berdasarkan rona, dan daerah berdasarkan relief seperti. bijih besi dapat terakumulasi hanya pada zona-zona
tertentu (lensa-lensa) pada sekitar zona kontak batuan
dasarnya saja. Mengingat anomali yang diamati
merupakan variasi batuan, maka hasil akhir dari
penelitian ini akan mendeliniasi zona variasi batuan
yang berpotensi terdapat zona metasomatisme secara
menyeluruh sebelum nantinya akan dilakukan ground
checking lebih rinci.
Sehingga skenario dari hasil luasan tersebut
kemungkinan akan terus menyusut seiring dengan
kegiatan eksplorasi lanjutan baik kegiatan eksplorasi
tidak langsung ataupun eksplorasi langsung yang akan
Gambar 3.4 Rekomendasi Daerah Berpotensi Terdapat dilakukan hingga mengetahui secara detil informasi
Bijih Besi bentuk geometri, sebaran, serta kualitas dari bijih besi
Hasil rekomendasi daerah berpotensi terdapat pada lokasi penelitian.
keterbentukan bijih besi berdasarkan rona/warna berada
pada bagian Barat Laut – Selatan IUP lokasi penelitian 4. KESIMPULAN
dengan memiliki luasan potensi di dalam IUP ± 973,13 Keterbentukan zona metasomatisme kontak
Ha. Sedangkan berdasarkan relief, terdapat pada bagian memiliki proses keterbentukan yang mana terdapat
Barat – Tenggara IUP dan setempat di blok bagian Utara larutan fluida panas bersifat intermediet, basa, atau ultra
dengan memiliki dugaan luasan potensi ± 426,87 Ha. basa yang naik ke permukaan dalam proses intrusi yang
Selain rekomendasi tersebut, diperoleh juga bereaksi dengan batuan sekitarnya yang pada umumnya
pemilihan daerah yang berpotensi berdasarkan dua merupatan batuan bersifat karbonatan seperti batu
parameter yang telah dilakukan. Rekomendasi daerah gamping. Informasi tersebut digunakan sebagai dugaan
akan diajukan di daerah gabungan berdasarkan rona, dan awal formasi batuan yang memiliki potensi terjadinya
berdasarkan relief seperti berikut : proses metasomatisme kontak.
Karakteristik batuan sebagai penciri adanya
dugaan keterbentukan bijih besi yaitu variasi batuan
intermediet, yang diduga merupakan instrusi batuan
diorit, dan andesit yang kemudian menerobos batuan
samping bersifat karbonatan yang berdasarkan
identifikasi pendekatan metode penginderaan jauh
(remote sensing) diduga merupakan batu gampingan.
Sehingga diduga potensi keterbentukan bijih besi berada
pada zona variasi batuan-batuan tersebut.
Daerah rekomendasi untuk kegiatan eksplorasi
selanjutnya yang diduga berpotensi terdapat zona
metasomatisme kontak, diperoleh rekomendasi
Gambar 3.5 Rekomendasi Daerah Gabungan
berdasarkan rona seluas ± 973,13 Ha yang berada di
Berpotensi Terdapat Bijih Besi
bagian Barat Laut - Selatan IUP lokasi penelitian. 12. Putri, Carolina Ajeng Sukmawati, dan Taufik Hery
Berdasarkan pendugaan variasi batuan relief, diperoleh Purwanto. 2014. Interpretation Of Geological
rekomendasi daerah potensi seluas ± 426,87 Ha yang Structure And Lithology By Landsat 8 And
SRTM Imagery In Rembang District And Its
berada di bagian Tenggara – Barat dan sedikit di bagian
Surrounding.
Utara IUP lokasi penelitian. Adapun daerah 13. Ramadhan, Wisnu. 2019. Analisis Penginderaan
rekomendasi berdasarkan gabungan kedua parameter Jauh (Remote Sensing) Menggunakan Lansat 8
tersebut memiliki luasan daerah ± 396,7 Ha pada arah Untuk Eksplorasi Pendahuluan Urat Kuarsa
Barat Daya dan sedikit dibagian Utara IUP lokasi Di Desa Nagari Panti Timur, Kecamatan Panti,
penelitian. Diharapkan dengan telah tereduksinya Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat.
wilayah loaksi penelitian, dapat mengefisienkan waktu Skripsi. Universitas Islam Bandung, Fakultas
Teknik Program Studi Teknik Pertambangan.
dan biaya pada kegiatan eksplorasi selanjutnya.
Bandung.
14. Shanks III, Pat W.C. 2010. Hydrothermal
DAFTAR PUSTAKA Alteration (Chapter 11). U.S Geological
1. Arsadi, Edi M, Dkk. 1983. Penelitian Bijih Besi di Survey, Reston, Virginia
Riung, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa 15. Siegal, Barry S, Dkk. 1980. Remote Sensing In
Tenggara Timur. Pusat Penelitian Geology. John Wiley & Son Inc. United State,
Geoteknologi LIPI. Bandung, Indonesia. America.
2. Asrafil, Arifudin Idrus & Djoko Wintolo. 16. Soetoto S.U, Ir. 2015. Penginderaan Jauh Untuk
2017.Hydrothermal Deposit Exploration in Geologi. Penerbit Ombak. Yogyakarta,
Kasihan Area, East Java. Yogyakarta, Indonesia.
Indonesia. 17. Sunarya, Yaya, Dkk. 1992. Metallic Mineral
3. Corbett, G.J & Terry M. Leach. 1997. Soutwest Potential Of Indonesia. Gadjah Mada
Pacific Rim Gold-Copper Systems : Structure, University. Bandung, Indonesia.
Alteration, and Mineralization. North Sydney, 18. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1 & 2.
Australia. Gadjah Mada University. Yogyakarta,
4. Evans, M. Anthony. 1987. Ore Geology and Indonesia.
Industrial Minerals An Introduction : Second 19. Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of
Edition. Blackwell Publishing Company. USA. Indonesia Vol. 1A, General Geology of
5. Guilbert, John M., Park, Charles F, Jr. 1986. The Indonesia and Adjacent Archipelago.
Geology of Ore Deposits. Waveland Press, Inc. Government Printing Office, The Hauge.
U.S. America. 20. Zhou, J., Liu, L., Jiang, D.,Zhuang, D., Mansaray
6. Hidayat, Wahyu. 2015. Sebaran Potensi Mineral L.R., Zhang B., 2013. Targeting Mineral
Bijih Besi Berbasis Penginderaan Jauh, Studi Resources with Remote Sensing and Field Data
Kasus Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan in the Xiemisitai Area, West Junggar, Xinjiang,
Selatan. Tesis,Universitas Indonesia. China. Journal Remote Sensing, 5(7), 3156-
7. Koesoemadinata, R.P, Dr. 1982. Geologi 3171.
Eksplorasi. Direktorat Jendral Pertambangan
Umum Pusat Pengembangan Teknologi
Mineral. Bandung, Indonesia.
8. L.G.Berry and B.Mason. 1959. Mineralogy.
Freeman, San Fransisco.
9. Morrison, Kingston. 1995. Important Hydrothermal
Minerals and Their Significance. Geothermal
and Mineral Services, Kingston Morrison Ltd
10. Pardiarto, Bambang. 2007.Tinjauan Potensi
Mineral Logam di Kapet Mbay Nusa Tenggara
Timur. Pusat Sumber Daya Geologi. Bandung,
Indonesia.
11. Putra, Ilham Dharmawan, Dkk. 2017. Aplikasi
Landsat 8 Oli/Tirs Dalam Mengidentifikasi
Alterasi Hidrotermal Skala Regional Studi
Kasus Daerah Rejang Lebong, Dan Sekitarnya
Provinsi Bengkulu. Seminar Nasional
Kebumian Ke-10. Departemen Teknik Geologi
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai