Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN HASIL

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN


HIPERTENSI DI DESA UJONG TANOH DARAT
KECAMATAN MEUREUBOE KABUPATEN
ACEH BARAT

TANGGAL, 14 OKTOBER 2021

Ketua : Ns. Fitri Apriani, S.Kep., M.Kep.


ANGGOTA : Muhammad Farhan M
Siti Nurhaliza

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


STIKES MEDIKA SERAMOE BARAT
2021
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Judul Kegiatan : Penyuluhan Kesehatan Tentang Pencegahan Hipertensi


Di Desa Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureuboe
Kabupaten Aceh Barat.

Bidang Ilmu : Keperawatan


Dosen Koordinator
Nama : Ns. Fitri Apriani, S.Kep. M.Kep.
NIDN : 1306089102
Jabatan Fungsional :-
Program Studi dan Fakultas : Profesi Ners
Perguruan Tinggi : STIKes Medika Seramoe Barat
Lokasi : Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat
Biaya Keseluruhan : Rp. 1.250.000,-
Tahun Pelaksanaan : 2021

Meulaboh, 14 Oktober 2021

Mengetahui,
Ketua Bidang Akademik Dosen Koordinator

) (Ns. Fitri Apriani, S.Kep., )


(Ns. Fitri Apriani, S.Kep.,
M.Kep M.Kep

Me
n
Ketua
LPPM

(Er .Kes)
KONTRAK PENGABDIAN MASYARAKAT
Tahun Anggaran 2021/2022
Nomor: /STIKes.MSB/MBO/X/2021

Pada hari ini Kamis Tanggal Empat Belas Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Dua Puluh Satu,
kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Erlia Rosita, SKM., M.Kes Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
(LPPM), STIKes Medika Seramoe Barat dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama STIKes Medika Seramoe
Barat, yang berkedudukan di Kantor LPPM Jln, Industri
No 12 Seuneubok untuk selanjutnya disebut disebut
PIHAK PERTAMA;

2. Ns. Fitri Apriani, S.Kep.M.Kep. Dosen Program Studi Profesi Ners STIKes Medika
Seramoe Barat, dalam hal ini bertindak sebagai
pengusul dan Ketua Pelaksana Pengabdian masyarakat
Tahun Anggaran 2021/2022 untuk selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, secara bersama-sama sepakat mengikatkan diri
dalam suatu Kontrak Pengabdian masyarakat Tahun Anggaran 2021/2022 dengan ketentuan
dan syarat-syarat sebagai berikut:

Pasal 1
Berdasarkan SK Surat Dirjen Dikti No: 84/D/O/2008 tanggal 22 Mei 2008 PIHAK
PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima
tugas tersebut untuk melaksanakan dan mengkordinasikan pelaksanaan pengabmas yang
berjudul’’Penyuluhan Kesehatan Tentang Manfaat Asi Eksklusif Di Desa Keub
Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019’’ yang berada
dibawah tanggung jawab PIHAK PERTAMA/ yang diketahui oleh: PIHAK KEDUA; dengan
masa kerja dua bulan (dua) bulan terhitung sejak tanggal perjanjian ditandatangani.

Pasal 2
1. PIHAK PERTAMA memberikan dana pengabmas tersebut pada pasal 1 sebesar Rp
1.250.000,- (Satu Juta Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dan pembayaran
dilaksanakan secara bertahap.
2. Tahap pertama sebesar 50% yaitu Rp 625.000,- (Enam Ratus Dua Puluh Lima Ribu
Rupiah) dibayarkan sewaktu surat perjanjian kerja ini ditanda tangani oleh kedua
belah pihak
3. Tahap kedua sebesar 50% yaitu Rp 625.000,- (Enam Ratus Dua Puluh Lima Ribu
Rupiah) dibayar setelah PIHAK KEDUA mempersentasikan dan menyerahkan
laporan hasil pengabmas di nyatakan telah sesuai oleh PIHAK PERTAMA.
Pasal 3
1. PIHAK KEDUA harus menyelesaikan pengabmas yang dimaksud selama masa
berlaku SKP
2. Sebelum pengabmas berakhir, PIHAK KEDUA menyampaikan laporan pengabmas
berupa makalah dan diseminarkan melalui forum yang dikordinasikan LPPM STIKes
Medika Seramoe Barat serta melampirkan laporan keuangan dan dokumentasi
pelaksanaan pengabmas
3. Bahan Seminar dimaksud disampaikan ke LPPM sebanyak 5 (Lima Eksemplar)
diketik 2 spasi, ukuran 12 font, jenis penulisan times new roman dengan jenis kertas
A4
Pasal 4
PIHAK KEDUA harus mengirimkan laporan hasil pengabmas dimaksud dalam pasal 3
kepada:

1. PIHAK PERTAMA : 2 (dua) Eksemplar untuk Perpustakaan


2. LPPM : 2 (dua) Eksemplar untuk registrasi
3. Perpustakaan : 1 (satu ) eksemplar untuk registrasi

Pasal 5
Keterlambatan PIHAK KEDUA dalam penyelesaian pengabmas ini dikenakan denda 1%
perhari, dengan maskimum keterlambatan 5 % dari kontrak, denda tersebut diserahkan
kepada PIHAK PERTAMA

Pasal 6
Hak Cipta pengabmas tersebut ada pada PIHAK KEDUA, sedangkan untuk pengadaaan dan
Penyebaran laporan hasil pengabmas berada pada PIHAK PERTAMA

Pasal 7
Surat Kontrak Pengabmas ini di buat rangkap 3 (tiga) satu rangkap untuk PIHAK PERTAMA
satu rangkap untuk PIHAK KEDUA, dan satu rangkap untuk pihak yang berkepentingan
sebagai tembusan.
Pasal 8
PIHAK KEDUA harus menyerahkan bukti luaran hasil pengabmas yang dipublikasikan
minimal pada jurnal nasional tidak terakreditasi.

Hal hal lain yang belum diatur dalam perjanjian kerja ini akan ditentukan kemudian oleh
kedua belah pihak.

PIHAK KEDUA PIHAK


PERTAMA

Ns. Fitri Apriani, S.Kep., E ., M.Kes


M.Kep NIDN: 1310029201
NIDN: 1306089102
da:
1. Lembar I : LPPM
2. Lembar II : Peneliti Ybs
3. Lembar III : Keuangan s
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua decade

terakhir, yakni dari penyakit menular yang semula menjadi beban utama kemudian

mulai beralih menjadi penyakit tidak menular. Kecenderungan ini meningkat dan

mulai mengancam sejak usia muda. Penyakit tidak menular yang utama di antaranya

hipertensi,diabetes melitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (Kementrian

Kesehatan RI, 2015). Perubahan pola struktur masyarakat, khususnya masyarakat

agraris ke masyarakatindustri banyak memberi andil pada perubahan pola fertilitas,

gaya hidup, sosial ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu meningkatnya

penyakit tidak menular. Hipertensi merupakan suatu tantangan kesehatan masyarakat

secara global, dimana dapat mengurangi kualitas hidup secara signifikan dan juga

merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berkaitan erat dengan penyakit

kardiovaskuler dan mortalitas atau kematian pada usia muda akibat penyakit

hipertensi (Barron et al., 2014). Penyakit hipertensi dapat meningkatkan risiko

terjadinya penyakit kardiovaskular. Setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah

sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik dapat meningkatkan risiko kematian

akibat penyakit jantung iskemik dan strok (Akbar, 2018).

Terkontrolnya tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko kematian,

penyakit kardiovaskular, strok, dan gagal jantung. Menjalankan pola hidup sehat

setidaknya selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara

umum dapat menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Beberapa pola hidup

sehat yang dianjurkan di antaranya penurunan berat badan, mengurangi asupan garam,
olahraga, mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok (DiPiro et al., 2011).

Pada tahun 2016 berdasarakan laporan Surveilans Terpadu Puskesmas (STP) kejadian

hipertensi termasuk dalam 10 penyakit yang paling menonjol di Sulawesi Utara dan

berada di peringkat ke dua setelah penyakit Influenza. Kasus hipertensi di Sulawesi

Utara tahun 2016 sebanyak 32.742 kasus.

Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2018 terutama berumur 18 tahun ke atas

berada peringkat pertama pengidap hipertensi karena mencapai 13,15%. Prevalensi

kejadian hipertensi di Kabupaten Bolaang Mongondow pada tahun 2016 sebanyak

23.02% 381 kasus,salah satunya di Kecamatan Passi Barat dimana kejadian penyakit

hipertensi juga tinggi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2017 Negara dengan

jumlah penduduk yang padat harus memiliki perhatian yang lebih terhadap kesehatan

penduduknya. Masalah kesehatan seperti Penyakit Menular (PM) dan Penyakit Tidak

Menular (PTM), perlu menjadi perhatian serius, khususnya Indonesia. Indonesia

merupakan Negara berkembang dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun)

sebesar 67% dari total keseluruhan (Pusdatin Kemenkes 2016).

Pada usia-usia tersebut, penduduk rentan terkena berbagai macam penyakit

yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Saat ini penyakit yang termasuk dalam

PTM seperti kanker, Diabetes Melitus (DM), hipertensi, jantung coroner, dan stroke

menjadi masalah serius yang perlu diwaspadai (Riskesdas, 2013). Hipertensi

merupakan penyakit yang pravelensinya di Indonesia terus mengalami peningkatan.

Data Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa sebanyak 31% penduduk Indonesia

menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi, dengan 1 dari 3 orang menderita

penyakit tersebut (Movementi, 20 meningkat secara kronis. Menurut Dr. Sundari, A,

M.Kes bahwa hipertensi esensial dipengaruhi oleh faktor usia dan keturunan. Semakin

tua usia (lansia), mempunyai resiko tiga kali lipat mengalami hipertensi dari usia
dewasa. Usia lebih dari 40 tahun beresiko terkena penyakit hipertensi dan untuk yang

memiliki keturunan hipertensi maka kemungkinan 25% akan mengidap penyakit ini.

Selain itu hipertensi esensial juga dipengaruhi faktor lain seperti, lingkungan, perilaku

dan faktor predisposing (Angga, 201213). Durasi tidur yang tidak mencukupi atau

dalam kata lain begadang dapat berakibat buruk pada tekanan darah seseorang, dan

apabila terus dilakukan dapat mengalami hipertensi. Seperti penelitian yang dilakukan

oleh Audk,(2014).

Meurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan

sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap

hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003

tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan

menderita hipertensi stadium I apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan

tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg. Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II

apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg

sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg

dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Sustrani, 2014). Berdasarkan Who

(2012). Negara yang memiliki penghasilan tinggi memiliki prevalensi hipertensi lebih

kecil dari Negara berkembang atau negara yang memiliki penghasilan yang rendah.

Dari 927 juta penderita hipertensi di dunia, sebanyak 333 juta penderita berada di

negara maju dan 639 juta penderita sisanya terdapat di Negara berkembang.

Hipertensi merupakan faktor penting yang memengaruhi hampir satu miliar

orang di seluruh dunia dan menyebabkan sekitar 7,1 juta kematian per tahun pada usia

dewasa (Osamor & Owumi, 2011). Prevalensi hipertensi di dunia sebesar 26,4% yang

terdiri dari populasi usia dewasa (Huang, Chen, Zhou, dan Wang, 2014). Susilo, Ari,

& Wuldanari (2011). menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara dengan


peringkat kelima dalam hal kejadian hipertensi di kawasan Asia Tenggara yaitu

sebanyak yaitu 15% dari seluruh penduduk. Kementerian Kesehatan (2013).

Menyatakan bahwa di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6%

tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Penyakit hipertensi dan komplikasinya

merupakan peringkat kelima dari sepuluh besar penyebab kematian tertinggi terhitung

dari 41.590 kematian dari Januari sampai Desember 2014 (Balitbangkes, 2014).

Sesuai data dari Riskesdas (2013), bahwa Jawa Barat merupakan provinsi

dengan prevalensi hipertensi paling tinggi di Pulau Jawa (29,4%) dengan proporsi

faktor risiko hipertensi pada masyarakat Jawa Barat yang menduduki peringkat atas

dalam beberapakategori. Peluang masyarakat di Jawa Barat cukup besar untuk

menderita hipertensi bila tidak dilakukan pencegahan sejak dini. Kabupaten Kuningan

merupakan wilayah dengan prevalensi hipertensi terbanyak di Indonesia yaitu

sebanyak 43,6 persen (Batlibangkes, 2014). Selain itu kasus hipertensi merupakan

salah satu penyakit yang termasuk 10 penyakit terbesar selama 3 tahun sejak 2012

sampai 2014 di seluruh Puskesmas di Kabupaten Kuningan termasuk Puskesmas

Windusengkahan yang memiliki catatan kenaikan hipertensi tiga tahun terakhir (Profil

Puskesmas Windusengkahan, 2014).

Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mempunyai tekanan darah

systole (Sistolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan

darah diastole (Diastolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 90 mmHg sesuai

kriteria WHO atau memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya (Bhadoria,

Kasar, dan Toppo, 2014). Faktor yang memengaruhi dukungan keluargaadalah kelas

tingkat ekonomi meliputitingkat pendapatan atau pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

Purnawan (2008) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi dukungan

keluarga terdiri dari usia pertumbuhan & perkembangan keluarga,pendidikan atau


tingkat pengetahuan keluarga, faktor emosional keluarga, faktor spiritual keluarga,

praktik di keluarga, tingkat ekonomi keluarga, dan latar belakang budaya di keluarga.

Menurut Elita, Nurchayati, Dan Amelia (2014) Prevalensi hipertensi di

seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada

usia setengah baya pada golongan umur 55- 64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan

sudah mencapai 8-18% pada tahun 2009,hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000

penduduk. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2008, prevalensi hipertensi

di Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga, pada tahun 2009

sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di

Indonesia, pada laki-laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165 (16,5%), hipertensi pada

perempuan dari 174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6%) (Depkes RI, 2011).

Salah satu gaya hidup tidak sehat yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

kurangnya istirahat. Tidur merupakan respon alamiah tubuh agar tubuh dapat

beristirahat dan merupakan suatu kebutuhan.Namun, saat ini tidur bukanlah prioritas

utama ketika seseorang sudah mengalami kelelahan akibat aktivitas yang tinggi. Rata-

rata orang menggunakan gadget untuk melepas penat, seperti bermain game online

atau bahkan membuka berbagai media sosial seperti Whatsapp, Facebook, dan

Instagram yang menyebabkan berkurangnya jam tidur seseorang. Pada usia remaja,

yang rata-rata pada usia tersebut merupakan usia anak sekolah, dari Sekolah

Menengah Atas sampai tingkat Perguruan Tinggi,tuntutan untuk dapat menyelesaikan

tugas-tugas sekolah dan kuliah menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, akhirnya para

siswa dan mahasiswa mengurangi durasi jam tidur normal. Durasi tidur yang tidak

mencukupi atau dalam kata lain begadang dapat berakibat buruk pada tekanan darah

seseorang dan apabila terus dilakukan dapat mengalami hipertensi (Audkk, 2014).
Gampong Ujung Tanoh Darat terdapat 7 orang yang menderita hipertensi,

masih banyak masyarakat yang beresiko terkena hipertensi di akibatkan dengan gaya

hidup tidak sehat diantaranya merokok, makanan berlemak dan asin serta tidak ada

motivasi untuk memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan.

1.2 Kegiatan

Tema kegiatan ini adalah “ Cegah Hipertensi Demi Masa Hidup Di Desa Ujong

Tanoh Darat Aceh Barat 2021”.

1.3 Tujuan Kegiatan

Menurunkan angka kesakitan penyakit hipertensi agar masyarakat mengubah pola

hidup menjadi lebih sehat dan produktif masa hidupnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,

tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai

kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara

keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa

dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang

dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat.

Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan

seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai,

tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara

dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap,

maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.

2.1.2 Tujuan Pendidkan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan sebagai berikut:

a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan

sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal.
b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental

dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian.Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk

merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang

kesehatan (Effendy, 1998).

2.1.2 Metode Penyuluhan

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan

adalah metode ceramah, metode diskusi, metode curah pendapat, metode panel,

metode bermain peran, metode demonstrasi, metode simposium, metode seminar

(Notoatmodjo, 2002 ).

2.2.3 Media Penyuluhan

Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk

mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat yang dituju.

Menurut Notoatmodjo (2005), media penyuluhan didasarkan cara produksinya

dikelompokkan menjadi :

a. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan

visual. Media cetak terdiri dari booklet, leaflet, flip chart.

b. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat

dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu

elektronika. Adapun macam media elektroniktelevisi, radio, video, slide,

film
c. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan

secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, missal

pameran, banner, TV layar lebar, spanduk.

2.2 Pengertian Hipertensi

Tekanan darah merupakan gaya yang di berikan darah terhadap dinding

pembuluh darah dan di timbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri ketika

darah tersebut di pompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi

tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi

terjadi ketika ventikel berkontraksi dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi.

Pada keadaan hipertensi tekanan darah meningkat yang di timbulkan karena darah

di pompa melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih (HARIS SUGIARTO,

2007).

Hipertensi didefinisikan tekanan darah dengan tekanan sistolik diatas 140

mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. Penderita hipertensi mengalami

peningkatan tekanan darah melebihi batas normal. Dimana tekanan darah normal

sebesar 110/90 mmHg. Tekanan darah di pengaruhi oleh curah jantung, tekanan

farifer pada pembuluh darah, dan volume atau isi darah yang bersikulasi. Hipertensi

dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung coroner, left ventricle

hypertrophy, dan struktur yang merupakan pembawa kematian tinggi (Brasher,

Valentina. 2004).

Hipertensi merupakan penyakit yang di timbulkan akibat adanya interaksi

berbagai faktor resiko yang di miliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi yang tidak

dapat di control seperti riwayat keluarga,jenis kelamin, dan umur, serta faktor yang

dapat di control seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola

konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh. Hipertensi yang
dapat terkontrol akan meningkatkan angka motalitas dan menimbulkan konflikasi

ke beberapa organ vital seperti jantung (infrak miocakard, jantung coroner, gagal

jantung) otak (struk ) ginjal (gagal ginjal kronis) mata (retinopati hipertensif)

(anggraini 2009). Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mempunyai tekanan

darah systole (Sistolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 140 mmHg atau

tekanan darah diastole (Diastolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 90 mmHg

sesuai kriteria WHO atau memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya

(Bhadoria, Kasar, dan Toppo, 2014).

Berdasarkan hasil analisis pada responden yaitu anggota keluarga yang

memiliki risiko hipertensi beserta keluarganya didapatkan hasil bahwa sebagian

besar sebanyak 56 responden (42.4%) merasakan dukungan keluarga dalam

pencegahan primer hipertensi dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang

hipertensi. Secara statistik tingkat pengetahuan keluarga memiliki hubungan yang

signifikan terhadap dukungan keluarga yang dirasakan oleh responden, hal ini dapat

dilihat dari p value = 0,000 yang menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat

pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam pencegahan primer

hipertensi yang dirasakan responden. Menurut peneliti pengetahuan baik sangat

berhubungan dengan dukungan dalam keluarga. Keluarga yang mempunyai

pedoman pengetahuan yang benar dan tinggal untuk mempraktikan kepada anggota

keluarga yang memiliki risiko hipertensi. Elita, Nurchayati,& Amelia (2014).

Hasil penelitian ini ada sedikit kemiripan dengan penelitian yang

menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga dengan

kemampuan keluarga dalam merawat lansia dengan hipertensi, semakin tinggi

pengetahuan maka semakin baik kemampuan keluarga tersebut dalam perawatan

hipertensi, Purnomo, Suhadi, dan Ulya (2013).


Menurut Hamid (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pengetahuan

keluarga tentang pencegahan hipertensi mempunyai hubungan dengan kejadian

hipertensi, hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah pengetahuan keluarga maka

peluang untuk terkena hipertensi semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Menurut

teori Notoatmodjo dalam dalam Yudiningsih (2012), bahwa pengetahuan yang baik

dan sikap yang tepat mendorong keluarga untuk berperilaku yang tepat dalam hal

ini pencegahan pada penderita hipertensi, dimana perilaku biasanya dipengaruhi

oleh respon individu terhadap stimulus atau pengetahuan yang bersifat baik, sedang,

buruk, positif, negatif yang tergantung bagaimana reaksi individu untuk merespon

terhadap suatu stimulus yang ada pada suatu tindakan atau perilaku.

Menurut Watson dalam Hamid (2015) juga menjelaskan bahwa pengetahuan

keluarga tentang perawatan maupun dalam pencegahan bagian terpenting dalam

memperbaiki kesehatan tersebut yang mencakup pengetahuan mengenai

perawatannya maupun pencegahannya (Satya & Putri, 2015), dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga khususnya orang

tua berpengaruh terhadap dukungan keluarganya. Bahwa tingkat pendidikan

keluarga akan memengaruhi perilaku keluarga dalam meningkatkan dan memelihara

kesehatan keluarga, khususnya dalam pencegahan hipertensi Hubungan faktor

spiritual keluarga dan dukungan keluarga dalam pencegahan hipertensi berdasarkan

hasil analisis pada responden yaitu anggota keluarga yang memiliki risiko hipertensi

beserta keluarganya didapatkan hasil bahwa sebagian besar sebanyak 49 responden

(37,1%) merasakan dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi dan

memiliki keluarga yangdengan faktor spiritual yang baik tentang kesehatan

khususnya termasuk penyakit hipertensi. Secara statistik faktor spiritual keluarga

memiliki hubungan yang signifikan terhadap dukungan keluarga yang dirasakan


oleh responden, hal ini dapat dilihat dari p value = 0,000 yang menunjukan bahwa

ada hubungan antara faktor spiritual keluarga dengan dukungan keluarga dalam

pencegahan primer hipertensi yang dirasakan responden, Menurut Potter dan Perry

(2011).

Menurut Elita, Nurchayati, & Amelia (2014) bahwa faktor spiritual

merupakan faktor penting dalam mendukung kepercayaan keluarga sehingga

mereka dapat mengatasi masalah yang dialami, dengan kepercayaan keluarga yang

tinggi maka dukungan yang diberikan pun menjadi semakin optimal. Dari hasil

penelitian Kurniasari (2011) pertensi. Hubungan faktor emosional keluarga dengan

dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi berdasarkan hasil analisis

pada responden yaitu anggota keluarga yang memiliki risiko hipertensi beserta

keluarganya didapatkan hasil bahwa sebagian besar sebanyak 52 responden (39,4%)

merasakan dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi dan memiliki

keluarga yang dengan faktor emosional yang baik. Secara statistik faktor emosional

keluarga memiliki hubungan yang signifikan terhadap dukungan keluarga yang

dirasakan oleh responden, hal ini dapat dilihat dari p value = 0,000 yang

menunjukan bahwa ada hubungan antara faktor emosional keluarga dengan

dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi yang dirasakan responden.

Menurut Elita, Nurchayati, & Amelia (2014) bahwa setiap keluarga

mempunyai persepsi dan respon yang berbeda terhadap suatu rangsangan atau

stresor karena stres tanpa penanganan koping yang positif mengakibatkan distress

yang dapat berisiko terjadinya gangguan kesehatan dan memengaruhi dukungannya,

termasuk dalam pencegahan hipertensi.

Bahwa apabila keluarga tidak mampu mengendalikan emosi maka

kemungkinan besar keluarga akan melakukan perilaku yang salah seperti contohnya
tidak menjaga pola makan yang benar, menurut Purnawan (2008) bahwa faktor

emosional memengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara

melaksanakannya. keluarga yang mengalami respon stress dalam perubahan hidup

cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya

Hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan dukungan keluarga dalam pencegahan

primer hipertensi berdasarkan hasil analisis pada responden yaitu anggota keluarga

yang memiliki risiko hipertensi beserta keluarganya didapatkan hasil bahwa

sebagian besar sebanyak 45 responden (34%) merasakan dukungan keluarga dalam

pencegahan primer hipertensi dan memiliki keluarga yang dengan tingkat ekonomi

≥UMR Kabupaten Kuningan sebesar Rp1.300.000. Secara statistik tingkat ekonomi

keluarga memiliki hubungan yang signifikan terhadap dukungan keluarga yang

dirasakan oleh responden, hal ini dapat dilihat dari p value = 0,006 yang

menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan

dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi yang dirasakan responden,

Menurut Juwita (2008).

Hubungan latar belakang budaya keluarga dengan dukungan keluarga

dalam pencegahan primer hipertensi berdasarkan hasil analisis pada responden yaitu

anggota keluarga yang memiliki risiko hipertensi beserta keluarganya didapatkan

hasil bahwa Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Elita, Nurchayati, &

Amelia (2014) dan Yudiningsih (2015) bahwa faktor yang paling berhubungan

dengan dukungan keluarga adalah faktor tingkat pengetahuan keluarga tapi

penelitan tersebut memiliki perbedaan dalam sampel dan populasi yang ditelitinya

yaitu penderita DM dam penderita hipertensi. bahwa praktik keluarga merupakan

cara bagaimana memengaruhi anggota keluarga dalam melaksanakan kesehatannya


terutama pada anggota keluarga yangmemiliki risiko hipertensi dalam

melakukanpencegahan primer hipertensi. Anggota keluarga akan melakukan upaya

pencegahan primer hipertensi jika keluarga melakukan hal yang sama Menurut

Purnawan (2008). Hambatan dan kesulitan yang dialami oleh anggota keluarga

lansia dalam upaya pencegahan hipertensi selain rasa bosan karena lamanya waktu

yang dibutuhkan dalam pencegahan hipertensi, yang paling dominan adalah

kurangnya motivasi dari keluarga dalam memberi dukungan kepada lansia untuk

melakukan upaya pencegahan hipertensi dalam hal ini adalah praktik keluarga yang

bisa menjadi role model dalam perilaku pencegahan primer hipertensi Menurut

Mintarsih (2011). Menurut Soekidjo (2010) faktor penguat (reinforcing factors)

Merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku,

misalnya perilaku tokoh yang menjadi panutan, salah satu faktor penguat disini

adalah praktik keluarga dalam pencegahan primer hipertensi

2.3 Faktor Risiko Hipertensi

Seiring bertambahnya usia, seseorang akan memiliki kemungkinan yang

lebih tinggi untuk mengalami hipertensi. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan

risiko hipertensi yaitu:

Berusia di atas 65 tahun.

Konsumsi makanan tinggi garam berlebihan.

Kelebihan berat badan atau obesitas.

Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama.

Kurang asupan buah dan sayuran.

Jarang berolahraga.
Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang

mengandung alcohol.

2.4 Penyebab Hipertensi

Hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer

berkembang selama bertahun-tahun dan tidak diketahui penyebabnya secara pasti.

Hipertensi sekunder merupakan jenis hipertensi yang paling sering terjadi. Berbeda

dengan hipertensi primer, hipertensi sekunder bisa disebabkan oleh sejumlah

kondisi, yaitu:

Penyakit ginjal

Penyakit kelenjar tiroid

Kelainan bawaan pada pembuluh darah

Kecanduan alcohol

Gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur (sleep apnea)

Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penurun panas, obat

pereda nyeri, obat batuk pilek.

2.5 Penyakit Yang Timbul Akibat Hipertensi

Hipertensi bisa menyebabkan munculnya penyakit-penyakit serius yang

mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit ginjal. Beberapa penyakit yang

disebabkan oleh hipertensi adalah sebagai berikut:

Gagal Jantung

Saat tekanan darah tinggi, otot jantung akan memompa darah lebih keras agar

dapat memenuhi kebutuhan darah ke seluruh organ tubuh. Hal ini membuat otot

jantung semakin menebal, sehingga lambat laun jantung kesulitan memompa


cukup darah.Konsekuensinya dari kondisi ini adalah gagal jantung dengan gejala

seperti sesak napas, mudah kelelahan, bengkak pada tangan, kaki, perut, dan

pembuluh darah di leher.

Stroke

Stroke bisa terjadi akibat adanya gangguan aliran darah kaya oksigen ke sebagian

area, misalnya karena ada sumbatan atau ada pembuluh darah yang

pecah.Penyumbatan ini terjadi karena adanya penumpukkan plak dalam pembuluh

darah yang juga dapat dicetuskan oleh faktor risiko lain, yaitu tingginya kadar

kolesterol dalam darah.Pada orang yang punya hipertensi, stroke mungkin terjadi

ketika tekanan darah terlalu tinggi, sehingga pembuluh darah di salah satu area

otak pecah.Gejala stroke meliputi kelemahan anggota gerak, mati rasa pada

wajah, kesulitan berbicara hingga kehilangan kesadaran, bahkan kematian

mendadak.

2.6 Cara Mencegah Hipertensi

Menghindari faktor yang dapat meningkatkan risiko terserang penyakit ini.

Beberapa cara efektif yang dapat dilakukan adalah:

Lakukan olahraga rutin, seperti jalan cepat atau bersepeda 2–3 jam setiap

minggu.

Konsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat, seperti buah dan

sayuran.

Batasi jumlah garam dalam makanan, tidak lebih dari 1 sendok teh per

hari.

Hindari konsumsi minuman beralkohol.

Batasi konsumsi minuman berkafein


BAB III RENCANA

KEGIATAN

1. Nama kegiatan : Penyuluhan Tentang Pencegahan Hipertesi di Desa Ujong


Tanoh Darat, Meurebo Aceh Barat 2021.
2. Sasaran : Masyarakat .
1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
2. Alat dan media : Laptop, power point, dan LCD
3. Hari/tanggal : 14 Oktober 2021
4. Waktu : 09.00 WIB s/d Selesai
5. Tempat : Kota Meulaboh Kab. Aceh Barat
6. Strategi pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Pelaksana
1 5 menit Pembukaan Moderator
- Mengucapkan salam
- Perkenalan
- Menjelaskan tujuan
kegiatan
- Menjelaskan kontrak waktu
2 30 menit Pelaksanaan Penyaji
Menjelaskan tentang materi
penyuluhan secara teratur :
- Pengertian Hipertensi
- Faktor resiko Hiperttensi
- Penyebab Hipertensi
- Penyakit yang timbul aibat
hipertensi
- Pencegahan Hipertensi
3 5 menit Penutup Moderator
- Evaluasi
- Kesimpulan
- Memberi salam penutup dan
terima kasih.
A. PENGORGANISASIAN ACARA
Penanggung Jawab : Ns. Fitri Apriani, S.Kep. M.Kep.
Moderator : T. Raja Mahardika Wood
Pelaksana : Siti Nurhaliza
Dokumentasi : Fairuz Hanan Ghani
Observer : Nafa Humaira
Fasilitator : Ikhsan Jaya

B. EVALUASI
Sasaran evaluasi mencakup aspek :
1. Proses pelaksanaan
Aspek-aspek yang dinilai selama penyuluhan :
a) Penilaian untuk mengetahui proses penyelenggaraan penyuluhan
b) Komponen yang dinilai :
- Penerimaan panitia
- Penyediaan materi penyuluhan
- Penyediaan ruang
- Penyediaan alat bantu
- Bantuan panitia dalam menyelesaikan masalah
- Kegunaan materi penyuluhan
-
2. Peserta
3. Kemampuan peserta menerima materi
4. Sikap : penilaian tentang sikap perlu ada sistem penilaian yang di lakukan
terus menerus selama berlangsungnya penyuluhan.
5. Kesimpulan diberikan melalui diskusi pada akhir penyuluhan oleh
pembimbing atau pengajar yang memberikan penilaian.
6. Disiplin : kehadiran semua perserta dalam kegiatan sesuai jadwal yang lelah
ditentukan melaksanakan kegiatan kegiatan tepat waktu
7. Kerja sama:
a. Pembimbing peserta dapat menerima pendapat atau saran dan kritik peserta
lain atau penyelenggara.
b. Pembimbing peserta mampu memberikan bantuan apabila diperlukan oleh
kelompok dan lingkungannya
8. Prakarsa
a) Menunjukan inisiatif dan kreatifitas, misalnya dalam memanfaatkan waktu luang
b) Mampu mengajukan saran yang bermanfaat bagi tercapainya tujuan penyuluhan
9. Kepemimpinan
a. Mampu diteladani oleh orang lain dalam sikap dan perilaku sehari hari
b. Menunjukan tanggung jawab sesuai dengan perannya.
c. Kemampuan Masyarakat untuk memperagakan tentang materi yang diberikan.
a) Penilaian untuk mengetahui tingkat penyerapan materi oleh peserta
penyuluhan
b) Komponen yang dinilai :
10. Kemampuan peserta menerima materi
11. Sikap : penilaian tentang sikap perlu ada sistem penilaian yang di lakukan terus
menerus selama berlangsungnya penyuluhan

C. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Hipertensi
2. Faktor resiko Hiperttensi
3. Penyebab Hipertensi
4. Penyakit yang timbul aibat hipertensi
5. Pencegahan Hipertensi
D. AGENDA ACARA
Terlampir
E. SUSUNAN PANITIA
Terlampir
F. PENUTUP
BAB IV
LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN (LPJ)

Untuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini telah dilaksanakan, adapun


perincian biaya pelaksanaan sebagai berikut :

1. Pengeluaran
No URAIAN VOLUME SATUAN TOTAL

KEGIATAN

1 Pembuatan laporan 4 eks 30.000 120.000

2 Spanduk 1 buah 150.000 150.000

2 Aqua gelas 2 ktk 20.000 40.000

3 Parsel 10 buah 30.000 300.000

4 Snack 50 kotak 8.000 400.000

5 Transportasi 2 Paket 50.000 100.000

8 Makan Siang Panitia 7 org 20.000 140.000

TOTAL 1.250.000

2. Proses Kegiatan
Oktober 2021
No Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Perencanaan
2 Persiapan kegiatan
3 Pelaksanaan

3. Agenda Acara
No Kegiatan Waktu Pengelola/Fasilitator
1 Kata sambutan yang 09.00-09.30 a) Ketua Panitia
disampaikan oleh ketua
prodi Sarjana
Keperawatan
2 Penyuluhan Kesehatan 09.30-11.00 a) Dosen Prodi Profesi
tentang Pencegahan Ners
hipertensi
4 Tanya Jawab 11.00-11.30 a) Dosen Prodi Profesi
Ners
b) Panitia dan mahasiswa
5 Acara ISOMA/ Makan 11.30-selesai Seluruh Panitia
siang

Demikian Pertanggung jawaban ini kami sampaikan dengan harapan dapat di jadikan
sebagai acuan dalam pelaksanaannya sehingga kegiatan penyuluhan ini sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.

Meulaboh, 14 Oktober 2021


Pelaksana Kegiatan

Ns. Fitri Apriani, S.Kep.


M.Kep.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar,2018”perubahan pola struktur masyarakat, Jakarta: Jurnal Kementrian Kesehatan RI


2015.
Brasher, Valentina. 2004). komplikasi seperti penyakit jantung coroner, left ventricle
hypertrophy, Sulawesi Utara: Penelitian Dinas Kesehatan 2017.
Bhadoria, Kasar, dan Toppo,2014. Riwayat penyakit hipertensi Bandung: jurnal Depkes RI,
2011.
Elita, Nurchayati, & Amelia (2014) faktor spiritual merupakan faktor penting dalam
mendukung kepercayaan keluarga Jakarta:Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
tahun 2008).
HARIS SUGIARTO 2007,WHO 2011 Tekanan darah meningkat yang di timbulkan karena
darah di pompa melalui pembuluh darah. Bandung:jurnal kesehatan 2011.
Riskesdes2013 hipertensi jantung coroner, Jakarta jurnal Purnawan (2008).
Sustrani, 2014” Penyakit tidak menular. (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Lampiran : I
Susunan Kepanitiaan
KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT
STIKes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

1. Pelindung : Ketua Yayasan


Dr. H. Syamsul Bahri
2. Penasehat : Ketua STIKes Medika Seramoe Barat
Siti Damayanti, SST., M.Keb
3. Penanggung Jawab : Pembantu Ketua I Bidang Akademik
Ns. Fitri Aprianti.,S.Kep., M.Kep
4. Pengarah Kegiatan : Erlia Rosita, SKM., M.Kes
5. Pelaksanaan Kegiatan :
Ketua : Ns. Fitri Aprianti.,S.Kep., M.Kep
Wakil Ketua : Muammad Farhan M
Sekretaris : Siti Nurhaliza
Bendahara : Nafa Humaira
Seksi Acara Dan Humas:
Koordinator : T. Raja Mahardika Wood
Anggota : Ikhsan Jaya Seksi
Dokumentasi/Perlengkapan Koordinator
: Fairuz Hanan Ghani
Meulaboh, 14 Oktober 2021

Nomor : 235/STIKes-MSB/LPPM/X/2021
Lamp :
Hal : Izin Pengabdian

Kepada Yth :
Bapak/Ibu: Kepala Desa Ujong Tanohh Darat, Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Di-
Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan ini kami memberitahukan bahwa Dosen Profesi Ners STIKes Medika
Seramoe Barat Tahun Anggaran 2021 akan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat sebagai perwujudan tri dharma perguruan tinggi.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, maka mohon untuk diberikan izin bagi dosen
tersebut :

Nama : Siti Damayanti, SST., M.Keb


NIDN : 1306089102
Judul Kegiatan : Penyuluhan Pencegahan Hipertensi pada Masyarakat
Tempat Pengabdian : Desa Ujong Tanoh Darat, Kecamatan Meureuboe Kabupaten
Aceh Barat

Untuk dapat melakukan pengabdian guna melaksanakan tri dharma perguruan tinggi.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Ketua
LPPM,
STIKes Medika Seramoe Barat

Erlia Rosita, SKM, M.Kes.


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai