ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konflik kepemilikan tanah warisan leluhur di Desa Leppangeng
Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidenreng Rappang. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu deskriptif
kualitatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konflik kepemilikan tanah warisan leluhur di Desa Leppangeng
telah berdampak pada terjadinya kerenggangan hubungan antar kerabat dalam masyarakat. Kesulitan dalam
mencari solusi atas permasalahan tersebut yaitu kurangnya peran aktif dari pemerintah desa serta campur tangan
dari pemimpin adat masyarakat setempat dalam hal ini sando batu dan segenap jajarannya.
ABSTRACT
This study aims to analyze conflicts over ancestral land ownership in Leppangeng Village, Pitu Riase District,
Sidenreng Rappang Regency. The research approach used is descriptive qualitative. This study concludes that
conflicts over ancestral land ownership in Leppangeng Village have an impact on the estrangement of relations
between relatives in the community. Difficulties in finding solutions to these problems are the lack of an active
role from the village government and the absence of interference from local traditional leaders in this case
sando batu and all of his staff.
69
Jurnal Wedana
Volume V No 2 Oktober 2019
70
Jurnal Wedana
Volume V No 2 Oktober 2019
2. Strategi Akomodasi Merupakan penyelesaian lanjut tentang masyarakat marginal, kita bisa
konflik yang menggambarkan kompetisi melihat konsep stratafikasi sosial (Djaffar, R., &
bayangan cermin yang memberikan Cangara, 2011). Stratifikasi atau strata sosial
keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain adalah struktur sosial yang berlapis-lapis di dalam
tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya masyarakat. Lapisan sosial menunjukkan bahwa
sendiri. masyarakat memiliki strata, mulai dari yang
3. Strategi Kolaborasi Merupakan bentuk terendah sampai yang paling tinggi. Meski
usaha penyelesaian konflik yang demikian, masyarakat marjinal tidak selamanya
memuaskan kedua belah pihak. ada di kota. Keberadaan masyarakat marjinal
4. Strategi Penghindaran yaitu Menghindari selalu mengikuti beberapan dimensi yang
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah menjadikan mereka terpinggirkan. Masyarakat
yang memicu konflik tidak terlalu penting marjinal kadang-kadang disebut juga sebagai
atau jika potensi konfrontasinya tidak kelompok rentan, merupakan sekelompok orang
seimbang dengan akibat yang akan yang terpinggirkan oleh tatanan masyarakat, baik
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan dalam bidang ekonomi, politik dan budaya, yang
strategi yang memungkinkan pihak-pihak tidak berpihak kepada mereka (Laksmi, 2000).
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri.
5. Strategi Kompromi atau Negoisasi yaitu METODE PENELITIAN
Masing-masing memberikan dan menawarkan Ditinjau dari jenis datanya pendekatan
sesuatu pada waktu yang bersamaan dan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
saling memberi serta menerima, serta adalah pendekatan kualitatif. Adapun jenis
meminimalkan kekurangan semua pihak yang pendekatan penelitian ini adalah deskriptif.
dapat menguntungkan semua pihak. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
Menurut (Wijono, 2012) ciri-ciri konflik berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah
adalah: yang ada sekarang berdasarkan data-data. Adapun
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara objek penelitian dapat dinyatakan sebagai
perorangan maupun kelompok yang terlibat situasi sosial penelitian yang ingin diketahui
dalam suatu interaki yang saling bertentangan. apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara
pihak secara perorangan maupun kelompok mendalam aktivitas (activity) orang-orang
dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu
ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma (Sugiyono, 2011). Objek penelitian ini yaitu
yang saling berlawanan. resolusi konflik masyarakat pinggiran terkait
3. Munculnya interaksi yang sering ditandai oleh kepemilikan tanah leluhur di desa Leppangeng
gejala-gejala perilaku yang direncanakan Kabupaten Sidenreng Rappang. Subjek
untuk saling meniadakan, mengurangi dan penelitian merupakan sumber data yang
menekan terhadap pihak lain agar dapat dimintai informasinya sesuai dengan masalah
memperoleh keuntungan seperti: status, penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data
jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai dalam penelitian adalah subjek dari mana data
macam kebutuhan fisik: sandang-pangan, diperoleh (Arikunto, 2002). Untuk mendapat data
materi dan keejahteraan atau tunjangan- yang tepat maka perlu ditentukan informan yang
tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonu, memiliki kompetensi dan sesuai dengan
atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis kebutuhan data (purposive). Penelitian ini
seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, bertujuan untuk mengetahui bentuk resolusi
penghargaan dan aktualisasi diri konflik yang cocok untuk menangani masalah
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap- tersebut.
hadapan sebagai akibat pertentangan yang
berlarut-larut. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari A. Strategi Kompetisi
usaha masing-masing pihak yang terkait Kompetisi adalah persaingan antara dua atau
dengan kedudukan, status sosial, pangkat, lebih individu/kelompok untuk menjadi
golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga pemenang. Kompetisi kaitannya dengan upaya
diri, pretise dan sebagainya. resolusi konflik kepemilikan lahan yang bersifat
warisan dari leluhur di Desa Leppangeng
B. Masyarakat Pinggiran merupakan langkah yang ditempu oleh
Masyarakat Marginal adalah masyarakat masyarakat setempat melalui musyawara yang
yang berada diperkotaan yang mempunyai dikenal dengan istilah “Makkara-Kara”. Pada
penghasilan tidak tetap atau mempunyai prakteknya Makkara-Kara biasanya melibatkan
keterbatasan ekonomi. Untuk mengetahui lebih beberapa pihak, khususnya rumpun keluarga yang
71
Jurnal Wedana
Volume V No 2 Oktober 2019
dianggap memiliki kepentingan serta pemahaman konflik yang terjadi antara dua pihak atau lebih
terkait asal-muasal lahan yang berkonflik. sehingga tercapai suatu keadaan yang lebih
Makkara-kara merupakan pilihan kondusif. Penyelesaian konflik dengan langkah
penyelesaian konflik yang penuh dengan resiko. akomodasi di laksanakan dengan cara menerima
Dalam rangka meminimalisir kmungkinan- segala bentuk masukan dan pendapat tanpa
kemungkinan yang dianggap membahayakan, memihak kepada pihak tertentu. Upaya
maka polah yang dilakukan oleh tokoh-tokon akomadasi pada penyelesaian konflik
masyarakat mengundang pihak yang berkonflik kepemilikan tanah di Desa Leppangeng
ke tempat dimana kedua belah pihak jauh dari Kecamatan Pitu Riase hampir tidak terlaksana.
tempat tinggal masing-masing. Tujuan Konflik kepemilikan tanah tersebut
pelaksanaan ditempat salah satunya upaya untuk seharusnya dapat terselesaikan dengan
menjauhkan proses makkara-kara itu dari menghadirkan pemerintah setempat sebagai
keramian demi menghindari adanya povokasi penengah sebelum masalahnya menjadi lebih
dsari luar. besar. Dari beberapa kasus yang terjadi
Penyelesaian konflik melalui proses tersebut pemerintah desa terkesan tidak serius dalam
merupakan suatu kearifan lokal yang patut mencari solusi atas masalah.
diapresiasi keberadaannya. Langka resolusi dari
kegiatan tersebut membangun kedewasaan dan C. Strategi Kolaborasi
lapang dada masyarakat, meskipun tidak Strategi kolaborasi adalah upaya
selamanya kegiatan tersebut berjalan sesuai penyelesaian konflik dengan cara menerima
dengan harapan bersama. Terkadang “makara- setiap pandangan dan masukan dari kedua belah
kara” menemukan jalan buntuh yang memaksa pihak serta berupaya semaksimal mungkin untuk
kepada setiap orang yang dihadirkan menunda mengakomodir tanpa ada yang dirugikan. Upaya
selama beberapa waktu demi untuk mencari ini belum sepenuhnya terlaksana dalam
informasi yang dianggap biasa menguat. Konflik penyelesaian konflik kepemilikan tanah warisan
yang paling ditakutkan justru berada pada waktu leluhur di Desa Leppangen. Salah satu faktor
pencarian tersebut karena ditakutkan terjadinya penghanmbatnya adalah sulitnya mempertemukan
kompetisi terbuka dilapangan yang antara pandangan pemerintahan desa dengan
mengakibatkan konflik tersebut masuk ke ranah pandangan tokoh-tokoh adat.
pidana. Di desa Leppangeng terdapat satu adat yang
Kasus dalam bentuk pidana merupakan dipertahankan masyarakat secara turun-temurun
suatu hal yang sangat dihindari oleh masyarakat yaitu adat Sando Batu. Kelompok masyarakat ini
pada umumnya tetapi kondisi berbedah telah terdaftar dalam Aliansi Masyarakat Adat
dirasaakan oleh warga asli desa leppangan yang Nusantara (AMAN) sejak 19 tahun yang lalu.
kenal dengan masyarakat adat sando batu dengan Pada dasarnya masyarakat Desa Leppangeng
sebutan suku “Lumika”. Lumika dalam secara mayoritas patuh pada setiap pandangan
pandangan setempatnya adalah kelompok pemimpin adat tersebut. Meski demikian, dalam
masyarakat yang membangun peradaban di hal penyelesaian konflik kepemilikan tanah di
pegunungan dengan kehidupan yang tentram, Desa leppangeng tidak pernah melibatkan tokoh-
aman dan damai yang di dasari dengan rasa tokoh adat setempat.
kekeluargaan yang tinggi. Kepala adat adalah adalah bapak
Penyelesaian konflik dengan menggunakan masyarakat, dia mengetuai persekutuan sebagai
pendekan kompetisi dilakukan dengan cara ketua suatu keluarga besar, dia adalah pemimpin
mencari kebenaran berdasarkan pengakuan kedua pergaulan hidup dalam persekutuan (Soepomo,
belah pihak serta didukung oleh informasi dari 1979). Masyarakat sando batu dipimpin oleh
saksi-saksi yang ada. Upaya ini telah ditempuh seorang tokoh adat sebagai sando. Pengangkatan
oleh masyarakat di Desa Leppangeng dengan sando dipilih berdasarkan garis keturunan
melalui kegiatan adat yang bertindak sebagai (monarki). Menurut (Kusumah, 1980) bahwa
fasilitator. Mencari akar masalah serta solusi atas aktivitas Kepala Adat dapat dibagi dalam 3
masalah melalui proses “makkara-kara”. bagian yaitu:
Makkara-kara dilakukan untuk menyelesaikan 1. Tindakan mengenai urusan tanah berhubung
masalah kepemilikan tanah, dimana kedua belah dengan adanya pertalian erat antara tanah
pihak atau rumpun keluarga yang berkonflik persekutuan (golongan manusia) yang
sama-sama tidak mau berbagi atau dalam artian menguasai tanah itu
ingin menguasai sendiri. 2. Penyelesaian hukum sebagai usaha untuk
mencegah adanya pelanggaran hukum
B. Strategi Akomodasi (Preventieve Rechtzorg) supaya hukum dapat
Akomodasi adalah suatu upaya yang berjalan semestinya
dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau
72
Jurnal Wedana
Volume V No 2 Oktober 2019
73
Jurnal Wedana
Volume V No 2 Oktober 2019
mereka merasa tidak diakui dan tidak dihargai Kontemporer. Jakarta: PT. Raja.
sama sekali. Kusumah, H. H. (1980). Pokok-pokok Pengertian
Hukum Adat. Bandung: Alumni.
KESIMPULAN DAN SARAN Laksmi. (2000). Kemiskinan informasi pada
A. Kesimpulan masyarakat marjinal diindonesia, 93–104.
Dari hasil penelitian ditarik kesimpulan bahwa Ramadhan, D. T., Budimanta, A., & Soelarno, S.
konflik kepemilikan tanah warisan leluhur di W. (2014). RESOLUSI KONFLIK
Desa Leppangeng telah berdampak pada ANTARA MASYARAKAT LOKAL
terjadinya kerenggangan hubungan antar kerabat DENGAN PERUSAHAAN
dan hilang budaya hidup rukun dalam PERTAMBANGAN ( STUDI KASUS :
masyarakat. Kesulitan dalam mencari solusi atas KECAMATAN NAGA JUANG ,
permasalahan tersebut yaitu kurangnya peran KABUPATEN MANDAILING NATAL ,
aktif dari pemerintah desa serta tidak adanya PROVINSI SUMATERA. Jurnal Ilmu
campur tangan dari pemimpin adat masyarakat Lingkungan, 12(2), 92–104.
setempat dalam hal ini sando batu dan segenap Soepomo. (1979). Bab-Bab Tentang Hukum Adat.
jajarannya. Jakarta: Pradnya Paramita.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif
B. Saran Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Adapun saran yang dapat tawarkan disini Wijono, S. (2012). Psikologi Industri dan
sebagai langkah penyelesaian konflik adalah Organisasi. (K. P. M. Group, Ed.). Jakarta.
pemerintah desa bersama pemimpin adat Zeitlin, I. M. (1998). Memahami Kembali
melakukan mediasi kepada kelompok (rumpun Sosiologi. Yogyakarta: Gajah Mada
keluarga) masyarakat untuk duduk bersama University Press.
dalam rangka membicarakan permasalahannya.
Langka yang mestinya ditempuh yaitu
mengupayakan adanya keinginan kerjasama
(kompromi) dari setiap kelompok, serta
menerima setiap pendapat (akomodasi) sebagai
pijakan dalam mengambil tindakan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Andang, B. (2009). Mengintip Persoalan
Masyarakat Adat Sando Batu. Retrieved
August 19, 2018, from
www.kombinasi.net/mengintip-persoalan-
masyarakat-adat-sando- batu/
Arikunto, S. (2002). Metodologi Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Barisan, & Haeruddin. (2018). KEBIJAKAN
RESOLUSI (Pembangunan Bendungan
Boiya Sidrap-Enrekang). Pemerintahan,
Kajian Manajemen Daerah, Otonomi, 4,
22–34.
BPS. (2010). Sidenreng Rappang Dalam Angka.
Sidenreng Rappang: Badan Pusat Statistik.
Djaffar, R., & Cangara, H. (2011). INTERNET
DAN MASYARAKAT MARGINAL DI
KOTA MAKASSAR ; STUDI KASUS
PEMANFAATAN GALERI INTERNET
BBPPKI Internet and the Marginal People
in Makassar City ; Case Study Utilization
of Gallery Internet BBPPKI Makassar.
Jurnal Komunikasi, 1(4), 361–371.
Elly M, S., & Kolip, U. (2011). Pengantar
Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial:Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya. Jakarta: Jakarta: Prenada
Media Group.
Hugh, M. (2002). Resolusi Damai Konflik
74