Catatan : Ukuran plot yang umumnya digunakan untuk analisis pohon di hutan adalah
100 m2, sapling (anak pohon) dan semak adalah 4 m2, herba dan seedling
serta invertebrata bentos adalah 1 m2, padang rumput adalah lebih kecil
dari 1 m2.
1
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
6
3
4
1 2
Perbandingan antara petak contoh empat persegi (kuadrat) dengan petak contoh
lingkaran dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Perbandingan luas petak contoh empat persegi (kuadrat) dengan petak contoh lingkaran
Dari data pada tabel diatas, terlihat bahwa setiap penambahan luas petak dua
kali, maka akan terjadi penambahan jumlah species. Sampai pada ukuran petak tertentu
tidak lagi terjadi penambahan jumlah species atau penambahan jumlah species kurang
dari 10 %, yaitu pada petak contoh no 5 dengan luas 16 m2 untuk petak kuadrat dan
pada jari-jari 2,25 m untuk petak lingkaran. Ukuran petak dimana tidak terjadi
penambahan jumlah spesies, ditetapkan sebagai ukuran petak contoh minimum (luas
petak minimum) yang dapat mewakili komunitasnya.
Cara meletakkan plot atau distribusi plot pada habitat yang diteliti dapat dilakukan
secara random (acak) dan secara sistematis (gambar 2). Secara Random (acak)
yaitu dengan cara membuat lotre. Pertama-tama buat baseline dengan sumbu x dan
sumbu y, kemudian pada tiap sumbu diberi nomor 1 – 100 (sesuai dengan luas area
yang diteliti). Sediakan guntingan kertas mulai dari nomor 1 – 100 pada kedua sumbu x
dan y, kemudian tariklah lotre sebanyak 20 – 25 kali pada gulungan x dan y. letak plot
disesuaikan dengan koordinat x dan y. Banyaknya tarikan lotre sesuai dengan jumlah
plot yang akan diteliti. Setelah itu, pada setiap plot dapat dilakukan identifikasi
terhadap semua species dan dihitung jumlah individunya dan luas penutupan (khusus
untuk tumbuhan) untuk masing-masing species. Jika sampel species harus dianalisis di
laboratorium, maka perlu dilakukan pemberian label pada setiap sampel, agar tidak
tertukar dengan sampel lainnya.
2
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
Pada metode ini, terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek.
Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m atau 100 m (tergantung area yang akan
diteliti). pada garis transek tersebut, dibuat segmen-segmen yang luasnya bisa 1 m2,
5 m2 atau 10 m2 (gambar 3). Pengamatan (mencatat jumlah species dan jumlah
individu tiap-tiap species) dilakukan pada segmen-segmen tersebut.
Segmen
A B
Lebar transek yang umumnya digunakan adalah 10 – 20 meter, dengan jarak antar
transek 200 – 1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk
kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang digunakan adalah 2 %, dan
hutan yang luasnya 1.000 ha atau kurang, intensitasnya adalah 10 % (Soerianegara dan
Indrawan, 1980).
Untuk mempermudah pengukuran pohon, jalur yang lebarnya 10 m, dibagi menjadi
petak-petak kontinue berukuran 10 m x 10 m, sedang yang lebarnya 20 m, dibagi
menjadi petak-petak kontinue berukuran 20 m x 20 m atau 20 m x 50 m (0,1 ha). Di
dalam jalur yang lebarnya 20 m, dapat dibuat :
a. Jalur untuk semak yang lebarnya 10 m dan dibagi-bagi menjadi petak- petak
kontinue berukuran 10 m x 10 m (0,01 ha).
b. Jalur untuk tumbuhan bawah dan seedling yang lebarnya 2 meter dan dibagi
menjadi petak-petak kontinue berukuran 2 m x 5 m (0,001 ha) atau 2 m x 2 m.
Cara sampling seperti tersebut diatas disebut “Nested Sampling” dengan bagan
seperti digambarkan di bawah ini (gambar 6)
3
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
A
20 m
2m
B
10 m
C
1. Kepadatan (Density = D)
Kepadatan adalah rata-rata jumlah individu per satuan luas area (per m2, Ha, km2,
dsb) atau per satuan volume medium (per cc, liter dsb) atau per satuan berat medium
tempat hidup (per g, kg dsb). Nilai kepadatan dapat dihitung dengan rumus :
4
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
3. Frekuensi (Frequency = F)
frekuensi adalah persentase kekerapan ditemukannya species tertentu dalam plot-
plot yang disebarkan. Frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara
jumlah plot yang yang didalamnya terdapat suatu species (species tertentu) dengan
jumlah total plot yang digunakan. Nilai frekuensi dapat dihitung dengan rumus :
IVi = RDi + RFi + RCi dimana : RDi = Kepadatan relatif spesies ke-i
RFi = Frekuensi relatif spesies ke-i
RCi = Luas penutupan relatif spesies ke-i
Nilai IVi berkisar antara 0 – 3 (atau 300%). Nilai penting ini dapat digunakan untuk
mengetahui dominansi suatu spesies dalam komunitas.
5
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
8. Indeks Ekologis
A. Indeks Keanekaragaman (Diversitas)
Keanekaragaman species adalah suatu karakteristik tingkatan dari komunitas
berdasarkan organisasi biologisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan
struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman
species tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak species dengan
kelimpahan yang sama atau hampir sama. Ada dua indeks keanekaragam yang
umum digunakan yaitu :
S 1
dimana : = Indeks diversitas Margalef
ln N
S = Jumlah species yang hadir
N = Jumlah total individu semua species
Jika nilai indeks Evennes beriksar antara 0,6 – 0,8, maka species yang terdapat
dalam komunitas tersebut tersebar merata, sedangkan jika nilai indeks evennes
>0,8 dan < 0,6, maka species yang terdapat dalam komunitas tersebut tersebar
tidak merata.
C. Indeks Dominansi
Indeks dominansi menunjukkan bahwa species tertentu yang paling banyak
terdapat dalam suatu komunitas. Dominansi species dapat ditentukan dengan
menggunakan Indeks Simpson dengan rumus sebagai berikut :
Jika nilai Indeks Dominansi (Indeks Simpson) mendekati 1 (satu), maka Species
tertentu yang mendominasi komunitas tersebut, jika nilai indeks simpson
mendekati 0 (nol), maka tidak ada Species yang mendominasi komunitas
tersebut.
6
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
Metode ini sangat populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu
spesies hewan yang bergerak cepat (mobile), seperti ikan, burung atau mammalia kecil.
Ada beberapa metode capture-mark-recapture, diantaranya adalah :
1. Metode Lincoln-Peterson
Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi
hewan yang akan dipelajari. Individu yang tertangkap diberi tanda dengan tanda yang
mudah dibaca atau diidentifikasikan, kemudian dilepas. Setelah beberapa hari (satu atau
dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kembali / penangkapan kedua
terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini,
diidentifikasi individu bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan
individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua.
Dari dua kali hasil penangkapan itu, dapat diduga ukuran atau besarnya populasi
(N) dengan rumus sebagai berikut (indeks Lincoln-Peterson):
N n
M R
( M )(n)
N
R
Dimana :
N = besarnya populasi total
M = jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan pertama dan diberi tanda
n = jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan kedua, terdiri dari individu
yang tidak bertanda dan individu yang bertanda hasi penangkapan pertama
R = individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada
penangkapan kedua.
7
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sampel, selalu
ada kesalahan (error). Untuk menghitung kesalahan (error) metode Capture-Mark-
Recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standard Error =
SE)nya dengan rumus :
(M )(n)(M R)(n R)
SE
R3
N (t)(SE)
Sedangkan untuk menghitung kepadatan (D) populasi hewan pada suatu luasan habitat
tertentu (A), maka dihitung dengan rumus :
D = N/A
2. Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincoln-Peterson (karena sampel yang
diambil relatif kecil), maka dapat digunakan metode Schnabel.
Metode Schnabel selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode
Lincoln-Peterson, juga ditambah dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan
dari satu periode sampling dengan periode sampling berikutnya.
Pada metode ini, penangkapan, penandaan dan pelepasan kembali hewan
dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling, semua hewan yang belum
bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini, besarnya populasi dapat
diduga dengan rumus :
8
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
1
SE
1 (k 1) 1
( N Mi) N ( N ni )
N (t)(SE)
Sedangkan untuk menghitung kepadatan (D) populasi hewan pada suatu luasan
habitat tertentu (A), maka dihitung dengan rumus :
D = N/A
9
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
Yi = a – bXi
Slope garis regresi menunjukkan proporsi populasi yang terambil pada setiap
pengambilan sampel. Jika garis regresi diektrapolasikan ke sumbu X, maka akan
diperoleh total akumulasi hasil tangkapan. Total akumulasi hasil tangkapan
menunjukkan besarnya populasi hewan di lokasi tersebut (N).
Sedangkan untuk menghitung kepadatan (D) populasi hewan pada suatu luasan
habitat tertentu (A), maka dihitung dengan rumus :
D = N/A
2. Metode Zippin
Prosedur pendugaan ukuran populasi dengan metode Zippin membutuhkan lebih
sedikit periode sampling daripada metode Hayne. Dasar pendugaan metode Zippin
adalah sebagai berikut : N adalah ukuran populasi, n1 adalah jumlah hewan yang
tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada periode sampling pertama, n2 adalah
jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada periode sampling
kedua.
Peluang tertangkapnya hewan pada periode sampling pertama adalah n1/N.
Sesudah penangkapan pertama ini, populasi yang tersisa adalah N-n1. Sehingga
10
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
N = (n1)2 / (n1-n2)
Simpangan baku (Standard Error = SE) dari pendugaan besar populasi adalah ;
(n1)(n2) n1 n2
SE
(n1 n2) 2
N(t)(SE)
D = N/A
11
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
Kepadatan populasi (N) dalam suatu tempat (A), dapat dihitung dengan rumus :
n(2n 1) A
N
2Lx r
n 3n 2
var( N ) 1
(2L / A ) 2(n 1)(2L / A )
SE var(N )
12
Ekologi Umum (Metodologi Dasar Penelitian Ekologi), P. Lapu, S.Si., M.Si. Jurusan Biologi FMIPA Unpatti, 2020
TUGAS
1. Sebuah kolam yang berisi ikan mujair yang tidak diketahui besar populasi totalnya,
tertangkap 100 ekor ikan mujair. Ikan yang tertangkap tsb diberi tanda dengan
tagging dan dilepaskan kembali ke dalam kolam. Setelah itu dilakukan penangkapan
kedua, pada penangkapan ini tertangkap 150 ekor yang terdiri dari 50 ekor bertanda
dan 100 ekor tidak bertanda. Hitunglah :
a. Jumlah total populasi ikan mujair
b. Standard Errornya(SE-nya)
c. Selang kepercayaannya
d. Kesimpulannya (interval besarnya populasi)
Hari Jumlah hewan Jumlah hewan yang Jumlah hewan yang Jumlah total hewan (nixMi)
sampel tertangkap kembali diberi tanda bertanda
1 40 - 40 - -
2 44 9 35 40 1760
3 38 14 24 75 2850
4 46 24 22 99 4554
5 35 19 16 121 4235
3. Pada tabel 2 disajikan data hasil pengkapan tikus dalam 4 kali sampling.
Periode sampling 1 2 3 4
Jumlah tikus yang tertangkap 200 100 50 25
Akumulasi dengan jumlah yang tertangkap 0 200 300 350
sebelumnya
4. Seorang peneliti rusa berjalan sepanjang 30 meter di dalam suatu area seluas 1.000
m2, menemukan/menangkap sebanyak 100 ekor rusa dengan jarak antara lokasi
semut dengan si peneliti tsb adalah 120 meter.
Hitunglah :
a. Besarnya populasi total rusa
b. Varians (ragam) kepadatan populasi rusa
c. Standard Errornya (SE-nya)
13