PROPOSAL
MOHAMMAD FAISAL
A 111 19 054
1
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL
MOHAMMAD FAISAL
A11119054
Pembimbing
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------1
1.1.--------------------------------------------------------------------------------------Latar
Belakang---------------------------------------------------------------------------1
1.2.--------------------------------------------------------------------------------------Rumusan
Masalah----------------------------------------------------------------------------2
1.3.--------------------------------------------------------------------------------------Tujuan
penelitian---------------------------------------------------------------------------2
1.4.--------------------------------------------------------------------------------------Manfaat
Penelitian--------------------------------------------------------------------------3
1.5.--------------------------------------------------------------------------------------Batasan
Istilah-------------------------------------------------------------------------------3
BAB II KAJIAN DAN KERANGKA BERPIKIR-----------------------------------4
2.1. Penelitian Relevan---------------------------------------------------------------5
2.2. Kajian Pustaka--------------------------------------------------------------------5
2.2.1. Definisi Semiotika ------------------------------------------------------------6
2.2.2. Jenis-jenis Semiotika----------------------------------------------------------10
2.2.3. Pengertian Film----------------------------------------------------------------10
2.2.4. Analisis Film Filosofi Kopi--------------------------------------------------11
2.2.5. Sejarah Singkat Semiotika----------------------------------------------------12
BAB III METODE PENELITIAN-------------------------------------------------------13
3.1. Jenis Penelitian-------------------------------------------------------------------13
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian--------------------------------------------------14
3.3. Teknik Analisis Data-------------------------------------------------------------14
3.4. Teknik Pengumpulan Data------------------------------------------------------14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang proposal pendidikan sastra dan bahasa Indonesia tentang semiotika
visual dalam film “Filosofi Kopi” berkaitan dengan kebutuhan akan pemahaman yang
lebih baik terhadap bahasa visual dalam film, terutama dalam konteks karya sastra.
Dalam era digital seperti sekarang, visualisasi menjadi semakin penting dalam
menyampaikan pesan dalam bentuk teks, gambar, dan suara. Film adalah salah satu
media visual yang mampu menyampaikan pesan secara komprehensif melalui elemen-
Dalam konteks film “Filosofi Kopi”, semiotika visual menjadi topik yang
relevan untuk dikaji. Film ini diadaptasi dari novel karya Dewi Lestari dengan judul
yang sama dan disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko. Film ini menceritakan
tentang perjalanan dua sahabat, Ben dan Jody, dalam menjalankan bisnis kopi
mereka. Di samping cerita yang menarik, film ini juga menawarkan elemen visual
dan cerita.
Oleh karena itu, proposal ini akan membahas pentingnya memahami semiotika
visual dalam film “Filosofi Kopi” sebagai bentuk kearifan lokal yang kaya dan
semiotika visual, kita dapat mengenali elemen-elemen dalam film yang tidak hanya
berfungsi sebagai hiasan tetapi juga sebagai bagian dari pesan dan cerita yang
1
2
disampaikan. Selain itu, pengetahuan tentang semiotika visual juga akan membantu
meningkatkan kemampuan analisis dan kritis kita dalam memahami karya sastra
dan visual.
Dalam hal ini, pembahasan tentang semiotika visual dalam film “Filosofi Kopi"
diharapkan dapat menjadi bahan ajar yang berguna bagi mahasiswa atau siswa di
bidang sastra dan bahasa Indonesia. Dengan pemahaman yang baik tentang
semiotika visual, diharapkan kita dapat lebih menghargai keindahan dan kekayaan
Alasan saya mengambil judul Film “Filosofi Kopi” adalah karna film tersebut
memiliki banyak elemen simbolik yang kuat. Dalam analisis semiotika, simbol-
simbol ini dapat dipelajari dan ditafsirkan untuk memahami makna yang lebih
dalam di balik cerita. Misalnya, kopi dapat menjadi simbol kehidupan, perjalanan,
simbol ini dan bagaimana mereka berkontribusi pada pesan dan tema film.
Apa saja tanda-tanda semiotika yg digunakan dalam film "Filosofi Kopi" untuk
Untuk menghindari kesimpang siuran dalam memahami istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka perlu adanya definisi istilah. Adapun istilah-istilah yang perlu
1. Menjelaskan definisi semiotika yang terkait dengan konsep filosofi, kopi, dan elemen
3
2. Menjelaskan tanda dan makna pesan filosofis yang disampaikan oleh film”Filosofi
Menganalisis tanda dan makna Film “Filosofi Kopi” dikenal karena penggunaan
menganalisis simbol-simbol ini, baik yang eksplisit maupun yang tersirat, serta
simbol tersebut.
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yang berguna bagi
elemen-elemen visual dalam film dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dan
Pemahaman yang lebih baik tentang semiotika visual. Penelitian ini akan
Semiotika adalah studi tentang tanda-tanda dan makna mereka, dalam konteks analisis
visual yang digunakan dalam film, adapun jenis-jenis batasan istilah adalah sebagai berikut :
1. Tanda : Representasi yang menghubungkan suatu objek atau konsep dengan makna
4
tertentu, Tanda dalam konteks analisis semiotika visual dapat berupa gambar, objek,
gerakan, simbol, warna, dan elemen visual lainnya yang hadir dalam film.
2. Makna : Interpretasi yang diberikan pada tanda. Dalam analisis semiotika visual, makna
merujuk pada pemahaman yang dibangun oleh penonton melalui tanda-tanda visual
dalam film
3. Simbol : Representasi visual, objek, tindakan, atau konsep yang memiliki makna lebih
dalam daripada makna literalnya. Simbol dalam konteks film “Filosofi Kopi” adalah
elemen-elemen yang digunakan untuk menyampaikan ide, tema, atau pesan tertentu.
4. Filososi Kopi : Merujuk pada film yang menjadi objek analisis. “Filosofi Kopi” adalah
film Indonesia yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, yang didasarkan pada
Adapun Perbedaan semiotika antara film filosofi kopi dengan film cek toko sebelah sebagai
berikut :
“Filosofi Kopi” menggunakan semiotika yang berkaitan dengan dunia kopi dan
budaya kafe. Misalnya, gelas kopi, mesin kopi, atau proses yang menyeduh kopi dapat
Sementara itu, “Cek Toko Sebelah” menggunakan semiotika yang berkaitan dengan
dunia toko dan bisnis keluarga. Toko dan produk yang dijual di dalamnya, seperti baju
dan peralatan rumah tangga. Dapat menjadi simbol yang menggambarkan hubungan
Persamaan semiotika nya yaitu penggunaan simbol tanda dan makna dalam analisis
digunakan dalam kedua film tersebut. Misalnya, dalam “Filosofi Kopi” simbol-simbol
seperti cangkir kopi, biji kopi, atau steam dari secangkir kopi dapat menggambarkan
filosofi hidup atau kehidupan kafe. Sedangkan dalam Film “Cek Toko Sebelah” simbol-
simbol seperti toko, produk-produk di toko, atau tanda-tanda harga dapat membawa
Kata semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Maka semiotika
berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian
tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda seperti sistem tanda dan proses
5
6
yang berlaku bagi penggunaan tanda (Zoest, 1993:1). Semiotika memiliki dua tokoh, yakni
Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh
tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama
lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan adalah
maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda (the
science of signs) tanpa adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam (Budiman,
2011:3). Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Zoest (1993:2) bahwa Saussure
diistilahkan dengan semiologi, sedangkan Peirce menampilkan latar belakang logika yang
ilmiah.
Pada tahun 1956, Roland Barthes yang membaca karya Saussure: Cours de
bidang lain. Ia mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengan Saussure mengenai
merupakan bagian dari linguistik karena tanda- tanda dalam bidang lain tersebut dapat
merupakan unsur yang terbentuk dari penanda-petanda, dan terdapat di dalam sebuah
pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih
denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya.
7
Baginya yang ada hanyalah konotasi, la lebih lanjut mengatakan bahwa makna "harfiah"
merupakan sesuatu yang bersifat alami yang dikenal dengan teori signifikasi.
Teori ini berlandaskan teori tentang tanda yang dikemukakan oleh Ferdinand de
Saussure, hanya saja dilakukan perluasan makna dengan adanya pemaknaan yang
Berdasarkan bagan itu, pemaknaan terjadi dalam dua tahap. Tanda (penanda dan
petanda) pada tahap pertama dan menyatu sehingga dapat membentuk penanda pada tahap
kedua, kemudian pada tahap berikutnya penanda dan petanda yang yang telah menyatu ini
dapat membentuk petanda baru yang merupakan perluasan makna. Contoh, penanda (imaji
bunyi), mawar mempunyai hubungan RI (relasi) dengan petanda (konsep) "bunga yang
berkelopak susun dan harum". Setelah penanda dan petanda ini menyatu, timbul pemaknaan
tahap kedua yang berupa perluasan makna. Petanda pada tahap kedua disebutnya konotasi,
sedangkan makna tahap pertama disebut denotasi. Barthes tidak hanya mengemukakan
perluasan makna, melainkan juga menampilkan adanya perluasan bentuk yang disebutnya
metabahasa. Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa terjadi proses yang sama tetapi ada
perbedaannya, yaitu bahwa setelah penanda dan petanda ini menyatu, yang muncul adalah
tahap kedua yang berupa perluasan bentuk. Penanda pada tahap kedua ini menjadi "ros".
Penanda ini disebutnya metabahasa. Sebenarnya istilah denotasi dan konotasi telah lama
8
dikenal. Jasa Barthes adalah memperlihatkan proses terjadinya kedua istilah tersebut
dalam dua tingkatan bahasa. Bahasa pada tingkat pertama adalah bahasa sebagai objek dan
bahasa tingkat kedua yang disebutnya metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda
yang berisi penanda dan petanda. Sistem tanda kedua terbangun dengan menjadikan
penanda dan petanda tingkat pertama sebagai petanda baru yang kemudian memiliki
penanda baru sendiri dalam suatu sistem tanda baru pada taraf yang lebih tinggi. Sistem
tanda pertama disebutnya dengan istilah denotosi atau sistem terminologis, sedang sistem
tanda tingkat kedua disebutnya sebagai konotasi atau sistem retoris atau mitologi. Konotasi
dan metabahasa adalah cermin yang berlawanan satu sama lain. Metabahasa adalah operasi-
operasi yang membentuk mayoritas bahasa-bahasa ilmiah yang berperan untuk menerapkan
sistem riil, dan dipahami sebagai petanda, di luar kesatuan penanda-penanda asli, di luar
alam deskriptif. Sementara itu, konotasi meliputi bahasa-bahasa yang utamanya bersifat
sosial dalam hal pesan literal memberi dukungan bagi makna kedua dari sebuah tatanan
menggunakan metode ini, Barthes menganalisis berbagai bentuk naskah, seperti novel
Sarrasine karya Balzac, naskah karya Edgar Alan Poe dan ayat-ayat dari kitab injil.
aturan main dan konvensi tertentu, serta mengkaji peran tanda sebagai bagian dari
kehidupan sosial. Semiotika teks adalah cabang semiotika, yang secara khusus mengkaji
9
teks dalam berbagai bentuk dan tingkatannya. Analisis teks adalah cabang dari semiotika
teks, yang secara khusus mengkaji teks sebagai sebuah ‘produk penggunaan bahasa’berupa
menggunakan tanda verbal maupun visual; dan secara lebih spesifik, ia adalah pesan-pesan
tertulis, yaitu produk bahasa dalam bentuk tulisan. Tanda merupakan bagian dari kehidupan
sosial. Melalui konvensi sosial, ia menjadi punya makna dan nilai sosial. Menurut
Saussure,‘tanda’merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan dari dua bidang, yaitu
bidang penanda (signifier) untuk menjelaskan ‘bentuk’atau ‘ekspresi’; dan bidang petanda
Sementara itu, Charles Sander Peirce mengelompokkan tipe tanda ke dalam tiga jenis,
yaitu indeks, ikon, dan simbol. Indeks adalah tanda di mana hubungan penanda (signifier)
dan petanda (signified) di dalamnya bersifat kausal, seperti hubungan antara asap dan api;
ikon adalah tanda di mana hubungan antara penanda dan petandanya bersifat keserupaan
(similitude); dan simbol adalah tanda yang hubungan penanda dan petandanya bersifat
arbitrer atau konvensional. Analisis teks beroperasi pada dua jenjang: Pertama, analisis tanda
secara individual, seperti jenis tanda, mekanisme atau struktur tanda, dan makna tanda
secara individual. Kedua, analisis tanda sebagai sebuah kelompok atau kombinasi, yaitu
Analisis teks, menurut Roland Barthes, akan menghasilkan makna denotatif, yakni
makna tanda yang bersifat eksplisit, dan makna konotatif, yaitu makna tanda lapis kedua
Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal
sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004). Jenis-jenis semiotik ini antara lain semiotik analitik,
diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif, sosial, struktural. Semiotik
analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa
semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat
dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang
Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat
kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yang
khusus menelaah sistem tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat. Semiotik naratif
adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita
lisan (folklore). Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam. Semiotik normatif merupakan semiotik yang khusus membahas sistem
tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma. Semiotik sosial merupakan
semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud
lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat. Semiotik
struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastic yang dilapisi dengan
zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film
ini menjadi media yang dominant digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang
11
tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunanaan media
perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita
analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari
pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan
media selluloid sebagai penyimpannya. Sejalan dengan media penyimpan dalam bidang
sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi
tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang
Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital
dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan
pada media selluloid, analog maupun digital. Perkembangan teknologi media penyimpan ini
telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang
mengacu pada bentuk karya seni audio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu
genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai
medianya.
Kini kita berada dalam titik nadir. Sebagai media, apa yang disebut sinema seperti juga
radio telah berhasil menyelamatkan dirinya dari bulldozer komunikasi massa elektronik
yang begitu fenomenal, yakni TV. Bioskop tetap menjadi kuil gelap yang diziarahi dengan
penuh kepercayaan, dan makin kukuh dengan segenap spektakel audio-visual serba
spektakuler, yang tak akan pernah layer gelas seajaib apa pun. Jadi, medianya memang
Roland Barthes. Semiotika adalah studi yang mempelajari bidang mengenai suatu objek,
suatu peristiwa atau kejadian dan suatu budaya sebagai sebuah tanda. Bermula dari Bahasa
Yunani yaitu semion, semiotika mempunyai arti yaitu penanda. Penanda tersebut adalah
sesuatu yang berdasarkan kebiasaan sosial yang disadari pada awalnya dan dianggap dapat
mewakili dari suatu hal lain. Secara istilah, semiotika dapat dikenalkan sebagai suatu bidang
yang mempelajari serangkaian luas objek, suatu kejadian, seluruh budaya sebagai suatu
tanda (Wibowo, 2013:4).Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
semiotika Roland Barthes yang mana sebuah petanda (Sign) sebagai salah satu sistem yang
tersusun dari (E) suatu ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan konten
(Wibowo, 2013:21).
Dalam definisi Saussure (Sobur 2003), semiologi merupakan “sebuah yang mengkaji
kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat dan dengan demikian menjadi bagian dari
dimunculkan pada akhir abad 19 oleh filsuf aliran pragmatik Amerika Charles Sander Peirce,
merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar semiotika adalah
konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-
tanda, melainkan dunia itu sendiri pun-sejauh terkait dengan pikiran manusia-seluruhnya
terdiri atas tanda-tanda, karena jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin
Semiotika merupakan suatu studi ilmu atau metode analysis untuk mengkaji tanda dalam
suatu konteks skenario, gambar, teks, dan adegan di film menjadi sesuatu yang dapat
dimaknai. Sedangkan, kata “semiotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang
berarti “tanda” atau seme yang berarti “penafsir tanda”, Semiotika berakar dari studi klasik
dan skolastik atas seni logika, retorika, dan etika Tanda-tanda adalah perangkat yang kita
pakai dalam upaya mencari jalan di dunia, di tengah-tengah manusia, dan bersama-sama
manusia, Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak
signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to
dalam hal ini obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda (Barthes, 1988; 179 dalam Kurniawan, 2001) Tanda-tanda (signs)
adalah basis dari seluruh komunikasi. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya
sendiri.dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu obyek atau idea dan suatu tanda”
Charles Sanders Pierce terkenal dengan teori tandanya. Berdasarkan obyeknya, Pierce
membagi tanda atas icon (ikon), indekx (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda
yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau
14
dengan kata lain,ikon adalah hubungan antara tanda dan obyek atau acuan yang bersifat
kemiripan, misalnya,potret dan peta Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya
hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,
atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol adalah tanda yang menunjukkan
hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungan diantaranya bersifat arbitrer
Teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah sistem tanda, dan
setiap tanda itu tersusun atas dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda).
Menurut Saussure, bahasa merupakan suatu sistem tanda, dan setiap tanda kebahasaan,
menurutnya pada dasamya menyatakan sebuah konsep dan suatu citra suara (sound image),
bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah kata yang
diucapkan merupakan penanda (signifer), sedang konsepnya adalah petanda (signified) Dua
unsur tersebut tidak dapat dipisahkan sama sekali. Jika hal itu terjadi maka akan
Sementara itu Barthes melihat signifikasi sebagai sebuah proses yang total dengan suatu
susunan yang sudah terstruktur. Signifikasi itu itu tak terbatas pada bahasa,tetapi terdapat
pula pada hal-hal yang bukan bahasa. Pada akhirnya Barthes menanggap kehidupan sosial
sendiri merupakan suatu bentuk dari signifikasi. Dengan kata lain, kehidupan sosial, apapun
bentuknya merupakan suatu sistem tanda tersendiri pula”. Kehidupan sosial seringkali
15
digambarkan dalam tayangan film. Dengan demikian simbol yang tersirat dalam film dapat
Hal-hal yang memiliki arti simbolis tak terhitung jumlahnya. Dalam kebanyakan film setting,
memiliki arti simbolik yang penting sekali, karena tokoh-tokoh sering dipergunakan secara
simbolik. Dalam setiap bentuk cerita. Sebuah simbol adalah sesuatu yang kongkret (sebuah
obyek khusus, citra, pribadi, bunyi, kejadian atau tempat) yang mewakili atau melambangkan
suatu kompleks, ide, sikap-sikap, atau rasa sehingga memperoleh arti yang lebih besar dari
yang tersimpan dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu sebuah simbol adalah suatu macam
METODE PENELITIAN
Roland Barthes. Semiotika adalah studi yang mempelajari bidang mengenai suatu objek,
suatu peristiwa atau kejadian dan suatu budaya sebagai sebuah tanda. Bermula dari Bahasa
Yunani yaitu semion, semiotika mempunyai arti yaitu penanda. Penanda tersebut adalah
sesuatu yang berdasarkan kebiasaan sosial yang disadari pada awalnya dan dianggap dapat
mewakili dari suatu hal lain. Secara istilah, semiotika dapat dikenalkan sebagai suatu bidang
yang mempelajari serangkaian luas objek, suatu kejadian, seluruh budaya sebagai suatu tanda
(Wibowo, 2013:4).Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika
Roland Barthes yang mana sebuah petanda (Sign) sebagai salah satu sistem yang tersusun
dari (E) suatu ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan konten (Wibowo,
2013:21).
Analisa dalam penelitian ini adalah Filosofi Kopi yang di rilis pada tanggal 9 April
2015 di Indonesia. Film Filosofi Kopi ini memiliki durasi film 117 menit. Disutradarai Angga
16
17
Analisis dalam data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen merupakan upaya
Mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” (Moleong,
2015:248).
Pengumpulan data adalah bagian penelitian sangat penting untuk mendapatkan data-
data yang dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan teknik penghimpunan data yang di
telah diperoleh oleh peneliti dengan melakukan penelitian yang akan digunakan.
Filosofi Kopi, oleh karna itu bisa didapati makna dalam film tersebut, dan
dengan penelitian.
18
Kopi. Teknik ini adalah Teknik pengambilan data dari berbagai sumber. Unit
analisis penelitian ini memakai dialog dan visual pada film Filosofi Kopi.
Dokumen yang di screenshot adalah dokumen yang dapat mewakili dari makna
Lantowa, J., Marahayu, N. M., & Khairussibyan, M. (2017). Semiotika: Teori, Metode, dan
Penerapannya dalam Penelitian Sastra. Deepublish.
Lustyantie, N. (2012, December). Pendekatan semiotik model Roland Barthes dalam karya
sastra Prancis. In Seminar Nasional Fib Ui (pp. 1-15).
Piliang, Y. A. (2004). Semiotika teks: Sebuah pendekatan analisis teks. Mediator: Jurnal
Komunikasi, 5(2), 189-198.
Diahloka, C. (2012). Pengaruh Sinetron Televisi Dan Film Terhadap Perekmbangan Moral
Remaja. Reformasi, 2(1).
Utama, R. P., & Salim, R. F. (2021). Makna Perjuangan pada Film Filosofi Kopi. Dialog,
6(2), 102-113.