Kegiatan Usaha?
Jawaban :
a) Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasan menentukan sebagai
berikut : Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha
untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya
dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut
serta dalam suatu badan usaha.
Catatan :
a. Dengan dirubahnya UU Nomor 16 Tahun 2001
dengan UU Nomor 28 Tahun 2004, ketentuan Pasal 3
ayat (1) UU ini substansinya tetap, hanya saja yang
dirubah adalah Penjelasan Pasal demi Pasalnya.
b. Penjelasan Pasal 3 ayat (1) sebagaimana
tersebut dalam Penjelasan Pasal Demi Pasal UU
Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan UU
Nomor 16 Tentang Yayasan menjelaskan sebagai
berikut : “Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan
untuk menegaskan bahwa Yayasan tidak digunakan
sebagai wadah usaha dan Yayasan tidak dapat
melakukan kegiatan usaha secara langsung tetapi
harus melalui badan usaha yang didirikannya atau
melalui badan usaha lain dimana Yayasan
menyertakan kekayaannya.”
c. Dengan adanya ketentuan sebagaimana
tersebut dalam Penjelasan Pasal 3 ayat (1) di atas,
dapat disimpulkan bahwa, Organ Yayasan tidak
diperbolehkan menjadikan Yayasan sebagai Wadah
Usaha dan Yayasan tidak boleh menjalankan kegiatan
usaha secara langsung melainkan harus melalui
badan usaha yang didirikannya atau melalui badan
usaha lain dimana Yayasan menyertakan
kekayaannya.
b) Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 16 tahun 2001
Tentang Yayasan mensyaratkan penyertaan kekayaan
Yayasan dalam bidang usaha yang bersifat Prospektif
maksimal sebesar 25 (duapuluh lima) %.
c) Pasal 7 ayat (3) UU Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan melarang organ-organ Yayasan
seperti : Anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas
yayasan merangkap sebagai Anggota Direksi atau
Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau
Pengawas dari badan usaha sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2).
d) Mengenai Kegiatan Usaha dari Badan Usaha
yang didirikan Yayasan, Pasal 8 UU Nomor 16 Tahun
2001 Tentang Yayasan menentukan dan memberikan
batasan sebagai berikut : “Kegiatan usaha dari badan
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta
tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.”
syarat-Syaratnya?
Jawaban :
a) Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih
dengan memisahkan sebagian harta kekayaan
pendirinya, sebagai kekayaan awal (Pasal 9 ayat (1)
UU Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
b) Pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dengan akta notaris dan
dibuat dalam bahasa Indonesia (Pasal 9 ayat (2) UU
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan).
c) Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat
wasiat (Pasal 9 ayat (3) UU Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan).
d) Biaya pembuatan akta notaris sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah (Pasal 9 ayat (4) UU Nomor 16 Tahun
2001 Tentang Yayasan).
e) Biaya pembuatan akta notaris sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah (Pasal 9 ayat (5) UU Nomor 16 Tahun
2001 Tentang Yayasan).
f) Dalam hal Yayasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) didirikan oleh orang asing atau
bersama-sama orang asing, mengenai syarat dan tata
cara pendirian Yayasan tersebut diatur dengan
Peraturan Pemerintah (Pasal 9 ayat (5) UU Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasan).
g) Dalam pembuatan akta pendirian Yayasan,
pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan
surat kuasa (Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 16 Tahun
2001 Tentang Yayasan).
h) Dalam hal pendirian Yayasan dilakukan
berdasarkan surat wasiat, penerima wasiat bertindak
mewakili pemberi wasiat (Pasal 10 ayat (2) UU
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan).
i) Dalam hal surat wasiat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) tidak dilaksanakan, maka atas
permintaan pihak yang berkepentingan, Pengadilan
dapat memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat
yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat
tersebut (Pasal 10 ayat (3) UU Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan).
j) Yayasan memperoleh status badan hukum
setelah akta pendirian Yayasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), memperoleh
pengesahan dari Menteri (Pasal 11 ayat (1) UU
Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan).
k) Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pendiri atau kuasanya
mengajukan permohonan kepada Menteri melalui
Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan
tersebut Permohonan pengesahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), diajukan secara
tertulis kepada Menteri (Pasal 11 (2) UU Nomor
2008 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
l) Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
wajib menyampaikan permohonan pengesahan kepada
Menteri dalam jangka waktu paling lambat 10
(sepuluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian
Yayasan ditandatangani (Pasal 11 ayat (3) UU Nomor
2008 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
m) Dalam memberikan pengesahan akta pendirian
Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Menteri dapat meminta pertimbangan dari instansi
terkait dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima
secara lengkap (Pasal 11 ayat (4) UU Nomor 2008
Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
n) Instansi terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), wajib menyampaikan jawaban dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung
sejak tanggal permintaan pertimbangan diterima
(Pasal 11 ayat (5) UU Nomor 2008 Tahun 2004
Tentang Perubahan Atas UU Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan) .
o) Permohonan pengesahan akta pendirian
Yayasan dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah (Pasal 11 ayat (6) UU
Nomor 2008 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
UU Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
p) Permohonan pengesahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), diajukan secara
tertulis kepada Menteri (Pasal 12 ayat (1) UU Nomor
2008 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
q) Pengesahan terhadap permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diberikan atau ditolak dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara
lengkap (Pasal 12 ayat (2) UU Nomor 2008 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 16 Tahun
2001 Tentang Yayasan) .
r) Dalam hal diperlukan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal I1 ayat (4),
pengesahan diberikan atau ditolak dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung
sejak tanggal jawaban atas permintaan pertimbangan
dari instansi terkait diterima (Pasal 12 ayat (3) UU
Nomor 2008 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
UU Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
s) Dalam hal permohonan pengesahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
ditolak, Menteri wajib memberitahukan secara tertulis
disertai dengan alasannya, kepada pemohon mengenai
penolakan pengesahan tersebut (Pasal 13 ayat (1) UU
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
t) Alasan penolakan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah bahwa permohonan yang
diajukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang ini dan/atau peraturan
pelaksanaannya (Pasal 13 ayat (2) UU Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
u) Perbuatan hukum yang dilakukan oleh
Pengurus atas nama Yayasan sebelum Yayasan
memperoleh status badan hukum menjadi tanggung
jawab Pengurus secara tanggung renteng (Pasal 13 A
ayat (1) UU Nomor 2008 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas UU Nomor 16 Tahun 2001 Tentang
Yayasan) .
v) Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan
keterangan lain yang dianggap perlu (Pasal 14 ayat (1)
UU Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan) .
6. Bab Pendirian
Yayasan
Berdasarkan Surat Wasiat
Jawaban :
a) Pendirian Yayasan berdasarkan surat wasiat
harus dilakukan dengan surat wasiat terbuka (Pasal 8
PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan
Undang-undang Yayasan) .
Catatan:
Bahwa, yang dimaksudkan dengan Surat Wasiat
Terbuka dalam Pasal ini menurut Penjelasan Pasal 8
PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan UU
Yayasan : “surat wasiat yang dibuat di hadapan
notaris sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
b) Pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 dilaksanakan sebagai berikut:
a. pendirian Yayasan langsung dimuat dalam surat
wasiat yang bersangkutan dengan mencantumkan
ketentuan Anggaran Dasar Yayasan yang akan
didirikan; atau
b. pendirian Yayasan dilaksanakan oleh
pelaksana wasiat sebagaimana diperintahkan dalam
surat wasiat oleh pemberi wasiat sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
ini (Pasal 9 PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Yayasan) .
7. Bab Syarat Dan Tata Cara
Yayasan
Jawaban :
a) Penggabungan Yayasan dilakukan dengan cara
penyusunan usul rencana Penggabungan oleh
Pengurus masing-masing Yayasan (Pasal 27 ayat (1)
PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan
Undang-undang Yayasan) .
b) Usul rencana Penggabungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:
a. keterangan mengenai Nama Yayasan dan tempat
kedudukan Yayasan yang akan melakukan
Penggabungan;
b. keterangan mengenai Nama Yayasan dan tempat
kedudukan Yayasan yang akan melakukan
Penggabungan;
c. penjelasan dari masing-masing Yayasan
mengenai alasan dilakukannya Penggabungan;
d. ikhtisar laporan keuangan Yayasan yang akan
melakukan Penggabungan;
e. keterangan mengenai kegiatan utama Yayasan
dan perubahan selama tahun buku yang sedang
berjalan;
f. rincian masalah yang timbul selama tahun buku
yang sedang berjalan;
g. cara penyelesaian status pelaksana harian,
pelaksana kegiatan, dan karyawan Yayasan yang akan
menggabungkan diri;
h. perkiraan jangka waktu pelaksanaan
Penggabungan;
i. keterangan mengenai Nama Yayasan dan tempat
kedudukan Yayasan yang akan melakukan
Penggabungan;
j. rancangan perubahan Anggaran Dasar Yayasan
yang menerima Penggabungan, jika ada.
(Pasal 27 ayat (2) PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Yayasan)
c) Rencana Penggabungan Yayasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 merupakan bahan
penyusunan rancangan akta Penggabungan oleh
Pengurus Yayasan yang akan melakukan
Penggabungan (Pasal 28 ayat (1) PP Nomor 63 Tahun
2008 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Yayasan)
.
d) Rancangan akta Penggabungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan
dari Pembina masing-masing Yayasan (Pasal 28 ayat
(2) PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan
Undang-undang Yayasan) .
e) Rancangan akta Penggabungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam akta
Penggabungan yang dibuat di hadapan notaris, dalam
bahasa Indonesia (Pasal 28 ayat (3) PP Nomor 63
Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Yayasan).
f) Dalam hal Penggabungan Yayasan tidak
diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar maka
Pengurus Yayasan yang menerima Penggabungan
wajib menyampaikan akta Penggabungan kepada
Menteri (Pasal 29 ayat (1) PP Nomor 63 Tahun 2008
Tentang Pelaksanaan Undang-undang Yayasan) .
g) Penggabungan mulai berlaku terhitung sejak
tanggal penandatanganan akta Penggabungan atau
tanggal yang ditentukan dalam akta Penggabungan
(Pasal 29 ayat (2) PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Yayasan).
h) Tanggal yang ditentukan dalam akta
Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus lebih akhir dari tanggal akta Penggabungan
(Pasal 29 ayat (3) PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Yayasan) .
i) Dalam hal Penggabungan Yayasan diikuti
dengan perubahan Anggaran Dasar, akta perubahan
Anggaran Dasar disusun oleh Pengurus Yayasan yang
menerima Penggabungan dan harus mendapat
persetujuan dari Pembina yang menerima
Penggabungan
(Pasal 30 PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Yayasan).
j) Dalam hal Penggabungan Yayasan diikuti
dengan perubahan Anggaran Dasar yang tidak
memerlukan persetujuan Menteri, Pengurus Yayasan
wajib memberitahukan perubahan Anggaran Dasar
kepada Menteri dengan dilampiri salinan akta
perubahan Anggaran Dasar dan salinan akta
Penggabungan (Pasal 31 ayat (1) PP Nomor 63 Tahun
2008 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Yayasan)
.
k) Perubahan Anggaran Dasar Yayasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku
sejak tanggal pemberitahuan perubahan Anggaran
Dasar diterima Menteri atau tanggal kemudian yang
ditetapkan dalam akta Penggabungan (Pasal 31 ayat
(2) PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan
Undang-undang Yayasan).
l) Dalam hal Penggabungan Yayasan disertai
perubahan Anggaran Dasar yang mencakup ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang, Pengurus Yayasan yang menerima
Penggabungan wajib menyampaikan akta perubahan
Anggaran Dasar kepada Menteri untuk mendapat
persetujuan, dengan dilampiri salinan akta perubahan
Anggaran Dasar dan salinan akta (Pasal 32 ayat (1) PP
Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang-
undang Yayasan) .
m) Penggabungan Yayasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak tanggal
perubahan Anggaran Dasar disetujui oleh Menteri
atau tanggal kemudian yang ditetapkan dalam
persetujuan Menteri (Pasal 31 ayat (2) PP Nomor 63
Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Yayasan).
n) Dalam hal Penggabungan Yayasan disertai
perubahan Anggaran Dasar yang mencakup ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang, Pengurus Yayasan yang menerima
Penggabungan wajib menyampaikan akta perubahan
Anggaran Dasar kepada Menteri untuk mendapat
persetujuan, dengan dilampiri salinan akta perubahan
Anggaran Dasar dan salinan akta penggabungan
(Pasal 32 ayat (1) PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Yayasan).
o) Penggabungan Yayasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak tanggal
perubahan Anggaran Dasar disetujui oleh Menteri
atau tanggal kemudian yang ditetapkan dalam
persetujuan Menteri.(Pasal 32 ayat (2) PP Nomor 63
Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Yayasan).
p) Hasil Penggabungan Yayasan wajib
diumumkan oleh Pengurus Yayasan yang menerima
Penggabungan dalam 1 (satu) surat kabar harian
berbahasa Indonesia, paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal Penggabungan berlaku
(Pasal 33 PP Nomor 63 Tahun 2008 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Yayasan).