MODUL MUSKULOSKELETAL
Disusun Oleh :
ii
2.6.4 Tata Laksana............................................................................................................ 35
2.7 Adaptasi otot terhadap latihan fisik ................................................................................ 38
2.7.1 Serat Oksidatif Lambat............................................................................................ 38
2.7.2 Serat Oksidatif-Glikolitik Cepat.............................................................................. 39
2.7.3 Serat Glikolitik Cepat .............................................................................................. 39
2.8 Mekanisme otot dan tulang saat melakukan gerakan repetisi ........................................ 41
2.8.1 Jumping Jack ........................................................................................................... 41
2.8.2 Squad jump .............................................................................................................. 42
2.9 Jenis-jenis olahraga......................................................................................................... 42
2.9.1 Kardiovaskular ........................................................................................................ 42
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Fourteen students participated in a 15-minute exercise. Six of them have their
workout routine and the others don’t. Immediately, after exercise, they didn’t feel any
discomfort and some even felt refreshed. One day after exercise, some students experience
various degree of soreness in their shoulders, upper arms, and thighs. The pain is
intensified by movement of shoulders, arms, or thighs. Mild weakness of the involved
muscle is reported in one students. Mostly, students who have workout routine (futsal,
basketball, etc) do not report similar condition.
1
1.5 Analisis Masalah
1.6 Hipotesis
Perbedaan reaksi otot pada mahasiswa yang melakukan olahraga rutin dan tidak
rutin disebabkan oleh adanya adaptasi otot yang berbeda.
1.7 Pertanyaan Diskusi
1) Sistem muskulo
a. Definisi
b. Anatomi
c. Fisiologi
d. Histologi
2) Sistem skeletal
a. Definisi
b. Anatomi
c. Fisiologi
d. Histologi
3) Mengapa kita dapat merasa nyeri?
4) Bagaimana metabolism sistem muskuloskeletal?
2
5) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk latihan fisik setiap hari?
6) Faktor yang mempengaruhi kerja otot?
7) Jelaskan tentang DOMS
a. Definisi
b. Teori etiopatologi
c. Gejala
d. Tata laksana
8) Bagaimana terjadinya adaptasi otot terhadap aktivitas fisik?
9) Bagaimana mekanisme otot dan tulang saat melakukan gerakan repetisi
a. Jumping jack
b. Squad jump
10) Jenis-jenis olahraga
a. Kardiovaskular
b. Strenght
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
Tingkat Organisasi di sebuah otot rangka
Sumber: Sherwood2
4
fungsional berbeda, mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan
berdasarkan karakteristik umumnya:2
1) Otot dikategorikan sebagai lurik (otot rangka dan otot jantung) atau
polos (otot polos), bergantung pada ada-tidaknya pita terang gelap
bergantian, atau striatians (garis-garis), jika otot dilihat di bawah
mikroskop cahaya.
2) Otot dapat dikelompokkan sebagai volunter (otot rangka) atau
involunter (otot jantung dan otot polos), masing-masing bergantung
pada apakah mereka disarafi oleh sistem saraf somatik dan berada di
bawah kontrol kesadaran, atau disarafi oleh sistem saraf autonom
dan tidak berada di bawah kontrol kesadaran. Meskipun otot rangka
digolongkan sebagai volunter, karena dapat dikontrol oleh kesadaran,
banyak aktivitas otot rangka juga berada di bawah kontrol involunter
bawah-sadar, misalnya yang berkaitan dengan postur, keseimbangan,
dan gerakan stereotipe seperti berjalan.
5
Gambar 2.2
Anatomi otot ekstremitas atas
Sumber: F.Paulsen & J.Waschke3
6
2.1.2.2 Ekstremitas Bawah
Gambar 2.3
Anatomi otot ekstremitas bawah
Sumber: F.Paulsen & J.Waschke3
2.1.3 Fisiologi
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk
menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. 4,5
Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu
menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi. Otot membentuk 40-50% berat badan; kira-kira1/3-nya merupakan
protein tubuh dan ½-nya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh
istirahat. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar
otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh, dan sebagian
kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.4,5
7
Peranan otot (muscle) yang utama ialah sebagai penggerak alat tubuh lain.
Hal ini disebabkan oleh sifat otot yang mampu berkontraksi, sedangkan
kontraksi dapat berlangsung bila ada rangsangan (stimulus) baik oleh pengaruh
saraf atau oleh pengaruh lain. Kontraksi dapat terjadi karena adanya energi kimia
berupa ATP yang terbentuk pada sel otot. Kontraksi terjadi sangat dipengaruhi
oleh 2 jenis protein yaitu aktin dan myosin. Interaksi dari 2 protein tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot. Gabungan otot berbentuk
kumparan dan terdiri dari :4,5
1) Fascia, adalah jaringan yang membungkus dan mengikat jaringan
lunak. Fungsi fascia yaitu mengelilingi otot, menyedikan tempat
tambahan otot, memungkinkan struktur bergerak satu sama lain dan
menyediakan tempat peredaran darah dan saraf.
2) Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang mengembung.
3) Tendon (urat otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari
jaringan ikat dan besrifat liat. Berdasarkan cara melekatnya pada
tulang, tendon dibedakan sebagai berikut.
a) Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak
berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b) Inersio. Merupakan tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak ketika otot berkontraksi.
8
asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi).
Kontraksi ini memerlukan energi. Pada waktu kontraksi, filamen
aktin meluncur di antara miosin ke dalam zona H (zona H adalah
bagian terang di antara 2 pita gelap). Dengan demikian serabut otot
menjadi memendek yang tetap panjangnya ialah ban A (pita gelap),
sedangkan ban I (pita terang) dan zona H bertambah pendek waktu
kontraksi. Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya
menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong
pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi
energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian
mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk
jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan, dan
ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat inilah
terjadi relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung
myosin menjadi miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan
aktin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung
miosin. Kemudian siklus tadi berulang Iagi.4,5
9
e. Kontraksi ritmis pada peristaltik dapat mendorong makanan ke
arah belakang. Kontraksi otot polos yang tidak terkoordinasi
dan tersendiri membangkitkan gejala kejang (Spasmus). 4,5
f. Secara embriologik otot polos berkembang dari mesenkim
atau mesoderm, kecuali pada iris (mata) dan kelenjar keringat
berasal dari ektoderm. Perkembangan dimulai dari mioblas
yang selanjutnya membelah secara mitosis yang menghasilkan
otot polos. 4,5
10
dalam konsentrasiyang tinggi. Fosfokreatin tidak dapat digunakan
secara langsung sebagai sumber energi, tetapi dapat memberikan
energinya kepada ADP.4,5
Banyaknya fosfokreatin yang terdapat pada otot lurik, lebih
dari lima kali jumlah ATP. Proses terpecahkan ATP dan fosfokreatin
untuk menghasilkan energi tidak membutuhkan oksigen bebas
(respirasi anaerob). Oleh karena itu, disebut proses anaerob. Apabila
otot melakukan kontraksi secara terus-menerus dalam jangka waktu
yang lama maka otot akan mengalami kelelahan. Hal tersebut terjadi
sebagai akibat turunnya kandungan konsentrasi ATP dan
fosfokreatin. Sebaliknya, pada saat ini justru akan terjadi kenaikan
konsentrasi ADP, AMP, dan asam laktat.4,5
Sumber lain untuk menghasilkan energi, yaitu dengan cara
mengubah glikogen menjadi glukosa (proses glikolisis). Proses
glikolisis terjadi di sitoplasma sel otot (sarkoplasma) yang
membutuhkan enzim-enzim sebagai katalisator reaksi. Proses ini
terjadi cepat namun hasil ATP-nya sedikit. Proses ini dapat terjadi
dalam kondisi aerob (ada oksigen) atau dalam kondisi anaerob
(tanpa ada oksigen).4,5
Normalnya asam piruvat yang dihasilkan oleh reaksi glikolisis
akan memasuki mitokondria untuk menjalani proses selanjutnya
yang disebut fosforilasi oksidatif. Bila tidak tersedia cukup oksigen
maka jalur anaerobiklah yang akan dominan, asam piruvat tidak
masuk ke mitokondria tetapi dimetabolisme menjadi asam laktat.4,5
Biasanya persediaan kreatin fosfat di otot sangat sedikit.
Persediaan ini harus segera dipenuhi lagi dengan cara oksidasi
karbohidrat. Cadangan karbohidrat di dalam otot adalah glikogen.
Glikogen dapat diubah dengan segera menjadi glukosa-6-fospat.
Perubahan tersebut merupakan tahapan pertama dari proses respirasi
sel yang berlangsung dalam mitokondria yang menghasilkan ATP.
Glikogen adalah senyawa yang tidak larut. Oleh karena itu, harus
dilarutkan dahulu menjadi laktasidogen. Laktasidogen ini diubah
menjadi glukosa dan asam laktat. Glukosa yang dihasilkan
dioksidasi menjadi CO2, H2O, dan energi. Energi yang dibebaskan
11
selanjutnya digunakan untuk membentuk ATP dan fosfokreatin.
Proses ini terjadi pada saat otot berelaksasi, dan membutuhkan
oksigen bebas (respirasi aerob). Oleh karena itu, proses relaksasi
disebut fase aerob.4,5
Penimbunan asam laktat yang terlalu banyak di dalam otot,
dapat menyebabkan kelelahan. Asam laktat yang berlebihan tersebut
akan dioksidasi oleh oksigen, apabila terlalu banyak dibutuhkan
oksigen untuk mengoksidasi asam laktat dapat menyebabkan
gangguan pada pernafasan (nafas tersengal-sengal).4,5
2.1.4 Histologi
Semua jaringan otot terdiri atas sel-sel memanjang yang disebut serat.
Sitoplasma sel otot disebut sarkoplasma (sarcoplasma) dan membran sel sekitar
atau plasmalema disebut sarkolema (sarcolemma). Setiap sarkoplasma serat otot
(myorfibra) mengandung banyak miofibril (myofibrilla), yang mengandung dua
jenis filamem protein kontraktil, aktin (actinum) dan miosin (myosinum). 6
12
berdekatan terdapat unit kontraktil otot kecil, sarkomer
(sarcomerum). Sarkomer adalah unik kontraktil berulang yang
terlihat di sepanjang setiap miofibril dan merupakan ciri khas
sarkoplasma serat otot rangka dan jantung. Otot rangka dikelilingi
oleh lapisan jaringan ikat padat tidak teratur yang disebut epimisium
(epimysium). Dari epimisium, lapisan jaringan ikat kurang padat
tidak teratur, disebut perimisium (perimysium), masuk dan
memisahkan bagian dalam otot menjadi berkas-berkas yang lebih
kecil yaitu fasikulus (fasciculus muscularis); setiap fasikulus
dikelilingi oleh perimisium. Selapis tipis serat jaringan ikat retikular,
endomisium (endomysium), membungkus setiap serat otot. Di
selubung jaringan ikat terdapat pembuluh darah (vas sanguineum),
saraf, dan pembuluh limfe. Hampir semua otot rangka terdapat
reseptor regang sensitif, yaitu gelendong neuromuskular (junctio
neuromuscularis fusi). Gelendong ini terdiri atas kapsul jaringan ikat,
tempat ditemukannya serat otot modifikasi yaitu serat intrafusal
(myofibra intrafusalis) dan banyak ujung saraf (terminationes
neurales), dikelilingi oleh ruang berisi-cairan. Gelendong
neuromuskular memantau perubahan (peregangan) panjang otot dan
mengaktifkan refleks kompleks untuk mengatur aktivitas otot.6
13
adalah tempat perlekatan khusus yang menyilang sel-sel jantung
pada interval yang tidak teratur dengan pola seperti tangga. Di diskus
ini terdapat nexus (gap junction) yang memungkinkan komunikasi
ionik dan kontinuitas antara serat-serat otot jantung yang
berdekatan.6
14
melingkar, tempat otot ini mengendalikan tekanan darah dengan
mengubah diameter lumen pembuluh.6
15
a. tulang panjang memiliki panjang lebih besar dari lebar,
terdiri dari poros dan sejumlah variabel ekstremitas atau
epiphysis (ujung), dan sedikit melengkung untuk
kekuatan. Tulang melengkung menyerap stres berat
badan di beberapa titik berbeda, sehingga terdistribusi
merata. Jika tulang lurus, berat tubuh akan terdistribusi
tidak merata, dan tulang akan patah lebih mudah.
Tulang panjang terdiri sebagian besar dari jaringan
tulang kompak di diaphysesnya tetapi memiliki cukup
banyak jaringan tulang spons di epiphysesnya. Tulang
panjang sangat bervariasi dalam ukuran dan termasuk
mereka dalam tulang paha (femur), tibia dan fibula
(tulang kaki), humerus (lengan tulang), ulna dan jari-jari
(tulang lengan bawah), dan falang (jari dan tulang kaki).
b. Tulang pendek agak berbentuk kubus dan hampir sama
panjang dan lebar. Mereka terdiri dari jaringan tulang
spons kecuali di permukaan, yang memiliki lapisan tipis
jaringan tulang yang padat. Contoh tulang pendek adalah
tulang paling karpal (pergelangan tangan) dan sebagian
besar tulang tarsal (pergelangan kaki).
c. Tulang pipih umumnya tipis dan terdiri dari dua hampir
sejajar piring dari jaringan tulang kompak yang melapisi
lapisan spons jaringan tulang. Tulang datar memberikan
perlindungan dan penyediaan yang cukup besar area
yang luas untuk perlekatan otot. Tulang pipih termasuk
tulang tengkorak, yang melindungi otak; sternum (tulang
dada) dan tulang rusuk, yang melindungi organ di dada;
dan skapula (tulang belikat).
d. Tulang tidak beraturan memiliki bentuk yang kompleks
dan tidak dapat dikelompokkan ke salah satu kategori
sebelumnya. Mereka bervariasi dalam jumlah hadiah
tulang spons dan kompak. Tulang seperti itu termasuk
vertebrae (tulang punggung), tulang panggul, tulang
wajah tertentu, dan tulang calcaneus.
16
e. Tulang sesamoid (SES-a-moyd berbentuk seperti biji
wijen) berkembang di tendon tertentu di mana ada
gesekan yang cukup besar, ketegangan, dan tekanan fisik,
seperti telapak tangan dan telapak kaki. Tulang sesamoid
dapat bervariasi dalam jumlah dari orang ke orang, tidak
selalu sepenuhnya keras, dan biasanya hanya berukuran
beberapa milimeter diameter. Secara fungsional, tulang
sesamoid melindungi tendon dari keausan berlebih dan
sobek, dan mereka sering mengubah arah tarikan tendon,
yang meningkatkan keunggulan mekanis pada
sambungan.
17
2.1.5.3 Ekstremitas atas
Gambar 2.4
Anatomi tulang ekstremitas atas
Sumber: F.Paulsen & J.Waschke3
18
2.1.5.4 Ekstremitas bawah
Gambar 2.5
Anatomi tulang ekstremitas bawah
Sumber: F.Paulsen & J.Waschke3
2.1.6 Fisiologi
Jaringan tulang membentuk sekitar 18% berat manusia tubuh. Sistem
rangka melakukan beberapa fungsi dasar:7
1) Dukungan. Kerangka berfungsi sebagai kerangka struktural untuk
tubuh dengan mendukung jaringan lunak dan memberikan
keterikatan poin untuk tendon otot rangka yang paling.
2) Perlindungan. Kerangka melindungi internal yang paling penting
organ dari cedera. Misalnya, tulang tengkorak melindungi Otak,
tulang belakang (tulang punggung) melindungi sumsum tulang
belakang, dan tulang rusuk melindungi jantung dan paru-paru.
19
3) Bantuan dalam gerakan. Sebagian besar otot skeletal menempel
tulang; ketika mereka berkontraksi, mereka menarik tulang untuk
diproduksi gerakan.
4) Homeostasis Mineral (penyimpanan dan pelepasan). Toko jaringan
tulang beberapa mineral, terutama kalsium dan fosfor, yang
berkontribusi pada kekuatan tulang. Toko jaringan tulang sekitar 99%
kalsium tubuh. Sesuai permintaan, tulang melepaskan mineral ke
dalamnya darah untuk menjaga keseimbangan mineral penting
(homeostasis) dan untuk mendistribusikan mineral ke bagian lain
dari tubuh.
5) Produksi sel darah. Dalam tulang tertentu, jaringan ikat disebut
sumsum tulang merah menghasilkan sel darah merah, darah putih sel,
dan trombosit, proses yang disebut hemopoiesis (he-m-o-poy-E¯ -
sis; hemodir darah; -pengambilan keping). Sumsum tulang merah
terbentuk mengembangkan sel darah, adiposit, fibroblas, dan
makrofag dalam jaringan serat retikuler. Itu hadir dalam
mengembangkan tulang janin dan pada beberapa tulang dewasa,
seperti tulang pinggul (panggul), tulang rusuk, tulang dada (tulang
dada), tulang belakang (tulang punggung), tengkorak, dan ujung
tulang humerus (lengan tulang) dan tulang paha (tulang paha). Pada
bayi baru lahir, semua sumsum tulang merah dan terlibat dalam
hemopoiesis. Dengan bertambahnya usia, banyak sekali sumsum
tulang berubah dari merah menjadi kuning.
6) Penyimpanan trigliserida. Sumsum tulang kuning terutama terdiri
sel adipose, yang menyimpan trigliserida. Trigliserida yang
disimpan adalah cadangan energi kimia potensial.
Dalam batas tertentu, jaringan tulang memiliki kemampuan untuk
mengubah kekuatannya menanggapi perubahan stres mekanik. Ketika
ditempatkan di bawah stres, jaringan tulang menjadi lebih kuat melalui
peningkatan deposisi garam mineral dan produksi serabut kolagen oleh osteoblas.
Tanpa stres mekanik, tulang tidak bisa dirombak secara normal karena resorpsi
tulang terjadi lebih cepat daripada pembentukan tulang. Karena itu, berlari dan
melompat merangsang remodeling tulang lebih dramatis daripada berjalan.
20
Tekanan mekanis utama pada tulang adalah yang dihasilkan tarikan otot
skelet dan tarikan gravitasi. Jika seseorang terbaring di tempat tidur atau
memiliki tulang retak di gips, kekuatan tanpa tekanan tulang berkurang karena
hilangnya mineral tulang dan menurunnya jumlah serabut kolagen. Astronot
menjadi sasaran gayaberat mikro ruang juga kehilangan massa tulang. Dalam
kasus-kasus ini, kehilangan tulang bisa terjadi dramatis — sebanyak 1% per
minggu. Sebaliknya, tulang atlet, yang berulang dan sangat stres, menjadi
terkenal lebih tebal dan lebih kuat daripada astronot atau nonatlet. Bantalan berat
kegiatan, seperti berjalan atau angkat beban sedang, membantu membangun dan
mempertahankan massa tulang. Remaja dan dewasa muda seharusnya terlibat
dalam latihan menahan beban secara teratur sebelum penutupan piring epifisis
untuk membantu membangun massa total sebelum pengurangan yang tak
terelakkan dengan penuaan. Namun, orang-orang dari segala usia dapat dan
harus menguatkan tulang mereka dengan melakukan latihan beban.
2.1.7 Histologi
Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang (osteoblas, osteosit, dan osteoklas)
dan matriks tulang. Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi oleh
lapisan jaringan yang mengandung sel-sel osteogenik; yaitu periosteum dan
endosteum.8
21
Gambar 2.6
Osteoblas dan osteosit
2) Osteosit
Osteosit berasal dari osteoblas yang terbenam dalam
produk sekresinya sendiri, dan terselubung dalam ruang yang
disebut lakuna. Inti selnya gepeng dan sitoplasmanya miskin
organel. Pada transisi menjadi osteosit, osteoblas menjulurkan
banyak tonjolan sitoplasma menjadi prosesus-prosesus yang
berfungsi untuk transpor pertukaran molekul dan nutrisi antar
sel. Osteosit dengan prosesusnya ini menempati lakuna dan
kanalikuli yang menyebar. Sel osteosit secara aktif
mempertahankan matriks tulang.8
Gambar 2.7
Osteosit dalam lakuna dengan prosesus sitoplasma
22
3) Osteoklas
Osteoklas merupakan hasil fusi dari beberapa sel dari
sumsum tulang sehingga berinti banyak. Osteoklas terdapat di
lekukan pada area tulang yang mengalami reabsorpsi, lekukan
ini bernama lakuna Howship.8
Osteoklas menyekresi kolagenase dan enzim lain dan
proton pompa yang menciptakan lingkungan asam untuk
melarutkan hidroksiapatit dan pencernaan kolagen setempat.
Aktivitas osteoklas dalam proses remodelling tulang
dipengaruhi oleh interaksinya dengan osteoblas.8
Gambar 2.8
Aktivitas osteoklas
4) Sel Osteoprogenitor
Sel berbentuk silindris dengan inti oval dan pucat yang
terletak pada lapisan selular periosteum, melapisi saluran
Havers, dan terdapat pula di endosteum. Sel ini berasal dari
jaringan mesenkim embrionik. Sel osteoprogenitor dapat
berproliferasi dan berdifferensiasi menjadi osteoblas dan pada
tekanan oksigen rendah dapat menjadi kondroblas.8
5) Matriks tulang
Matriks tulang terdiri dari material organik dan
anorganik. Material anorganik (sekitar 50% dari berat kering
matriks tulang) terdiri dari hidroksipatit [Ca 10(PO4)6(OH)2],
bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan natrium. CaPO 4
23
amorf juga banyak ditemukan. Material organik terdiri dari
kolagen tipe I dan substansi dasar yang mengandung agregat
proteoglikan dan beberapa glikoprotein multiadhesif spesifik
termasuk osteonektin, glikoprotein pengikat-kalsium,
terutama osteokalsin dan fosfatase. Gabungan mineral dengan
serat kolagen memberi sifat keras dan ketahanan pada jaringan
tulang.8
6) Jaringan pembungkus tulang
a) Periosteum
Periosteum merupakan jaringan yang
membungkus bagian luar dari tulang. Periosteum terdiri
dari lapisan luar berkas kolagen dan fibroblas. Berkas
serat kolagen memasuki matriks tulang dan mrngikat
periosteum pada pada tulang. Lapisan dalam periosteum
mengandung sel punca, yaitu sel osteoprogenitor yang
berpotensi bermitosis dan berkembang menjadi
osteoblas.8
b) Endosteum
Endosteum melapisi rongga dalam tulang.
Endosteum merupakan selapis sel yang sangat tipis,
berisi osteoblas dan osteoprogenitor gepeng.8
7) Tulang Rawan
a) Tulang rawan elastin
Tulang rawan elastin pada dasarnya sangat serupa
dengan tulang rawan hialin, kecuali banyaknya
kandungan serat elastin halus, selain serabut kolagen
tipe II. Tulang rawan elastin segar memiliki warna
kekuningan karena adanya elastin dalam serat elastin.8
Tulang rawan elastis sering ditemukan menyatu
dengan tulang rawan hialin secara berangsuran. Seperti
tulang rawan hialin, tulang rawan elastin memiliki
perikondrium. Tulang rawan elastis ditemukan dalam
aurikula telinga, dinding liang telinga luar, tuba
auditorius, epiglotis dan cartilago cuneiformis di laring. 8
24
Gambar 2.9
Tulang Rawan Elastin
b) Tulang rawan hialin
Tulang rawan hialin adalah bentuk tulang rawan
yang paling umum dijumpai dan paling banyak
dipelajari dari ketiga bentuk. Tulang rawan hialin segar
berwarna putih kebiruan dan bening. Pada embrio,
tulang rawan berfungsi sebagai kerangka sementara,
sampai tulang ini berangsur diganti oleh tulang sejati.
Pada mamalia dewasa, tulang rawan hialin terdapat pada
permukaan sendi di sendi yang dapat bergerak, di
dinding saluran napas yang besar (hidung,
laring,trakea,brokus), diujung ventral tulang rusuk
tempat persendian rusuk dengan sternum dan di lempeng
epifisis, yang berperan bagi pertumbuhan memanjang di
tulang. Tulang rawan hialin terutama mengandung
kolagen tipe II, meskipun sejumlah kecil kolagen tipe VI
dan IX juga ditemukan.8
25
Gambar 2.10
Tulang Rawan Hialin
c) Tulang Fibrokartilago
Lokasi yang sering ditemukan tulang rawan jenis
ini adalah diskus intervertebralis dan dipersendian
lainnya seperti lutut, mandibula, dan stetnoclavicular.
Sifatnya yaitu kuat terhadap tekanan, lama kerja yang
baik dan kekuatan yang besar. Berkembang dari
jaringan ikat yang kaya fibroblas. Tulang rawan jenis ini
tidak memilki perikondrium. Matriks ekstraseluler
tersusun dari kolagen tipe I.8
Gambar 2.11
Tulang Rawan Fibrokartilago
2.2 Mekanisme nyeri otot
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan nyeri seperti dosis latihan dan
intensitas. Pada beberapa kasus, nyeri terjadi karena adanya aktivitas otot yang berlebihan
26
dan melampaui batas serta gerakan yang salah . Faktor yang lain adalah kekakuan otot,
kecepatan kontraksi, kelelahan otot, dan sudut pada saat akan melakukan gerakan.9
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan otot dapat menyebabkan DOMS.
Pada pemeriksaan biopsi, kerusakan otot yang terjadi pada sarkolema yang pecah
memungkinkan isi sel meresap antara serat otot lainnya. Kerusakan filamen kontraktil
aktin dan miosin serta kerusakan Z line merupakan bagian dari terjadinya kerusakan
struktural sel. Terjadinya respon inflamasi merupakan respon terhadap cedera pada sistem
kekebalan tubuh. Kerusakan struktural akut pada jaringan otot dapat memulai terjadinya
DOMS dan dapat mengarah terjadinya nekrosis memuncak sekitar 48 jam setelah latihan.
Isi intraseluler dan efek respon imun kemudian terakumulasi di luar sel, merangsang
ujung saraf dari otot. 9
Pada penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kontraksi eccentric paling
banyak memicu DOMS karena kontraksi otot harus memanjang dan memendek dengan
kuat sehingga banyak asam laktat yang terbentuk. Sistem energi yang digunakan meliputi
sistem energi aerobik dan sistem energi anaerobik. Kecenderungan sistem energi
anaerobik dapat membentuk asam laktat yang cepat dan memicu timbulnya DOMS.
Sistem energi aerobik lebih cenderung pada durasi yang lama sehingga membuat kondisi
otot kelelahan dan memicu terjadinya DOMS.9
27
agar aktivitas kontraktil dapat berlanjut, ATP harus terus-menerus tersedia. Di jaringan
otot persediaan ATP yang dapat segera digunakan berjumlah terbatas, tetapi terdapat tiga
jalur yang rnemberikan tambahan ATP sesuai kebutuhan selama kontraksi otot: (1)
transfer fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat ke ADP, (2) fosforilasi oksidatif (sistem
transpor elektron dan kemiosmosis), dan (3) glikolisis. 2
kreatin kinase
Kreatin fosfat + ADP ↔ kreatin + ATP
28
(atau kurang) olahraga. Sebagian atlet berharap memperoleh keunggulan
kompetitif dengan menelan suplemen kreatin untuk mendorong kinerja mereka
dalam aktivitas berintensitas tinggi jangka pendek yang berlangsung kurang dari
semenit. (Secara alami kita memperoleh kreatin dari makanan, terutama daging).
Pemberian kreatin tambahan bagi otot menyebabkan simpanan Kreatin fosfat
bertambah yaitu, peningkatan simpanan energi yang dapat diubah menjadi
peningkatan kinerja aktivitas yang memerlukan letupan energi singkat. Namun,
suplemen kreatin harus digunakan secara hati-hati karena efek jangka
panjangnya pada kesehatan belum diketahui. Simpanan kreatin tambahan tidak
bermanfaat pada aktivitas yang memerlukan waktu lama dan mengandalkan
mekanisme-mekanisme pemasok energi jangka panjang.2
2.3.3 Glikolisis
Terdapat pembatasan respiratorik dan kardio-vaskular mengenai berapa
banyak O2 yang dapat disalurkan ke otot (yaitu, paru dan jantung dapat
menyerap dan menyalurkan sejumlah tertentu O2 ke otot yang sedang bekerja).
29
Selain itu, pada kontraksi hampir maksimal, kontraksi yang kuat menekan
pembuluh darah yang berjalan melintasi otot hingga hampir tertutup
sehingga ketersediaan O2 di serat otot menjadi sangat terbatas. Bahkan jika
O2 tersedia, sistem fosforilasi oksidatif yang relatif lambat mungkin tidak
mampu menghasilkan ATP dengan cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan
otot sewaktu aktivitas berat. Konsumsi energi otot rangka dapat meningkat
hingga 100 kali lipat ketika beralih dari keadaan istirahat ke olahraga dengan
intensitas tinggi. Jika penyaluran O2 atau fosforilasi oksidatif tidak dapat
mengimbangi kebutuhan akan pembentukan ATP seiring dengan
meningkatnya intensitas olahraga, serat-serat otot akan semakin
mengandalkan glikolisis untuk menghasilkan ATP.2
Reaksi-reaksi kimiawi pada glikolisis menghasilkan produk-produk yang
akhirnya masuk ke jalur fosforilasi oksidatif, tetapi glikolisis juga dapat
berlangsung tanpa produk-produknya diproses lebih lanjut oleh fosforilasi
oksidatif. Selama glikolisis, satu molekul glukosa diuraikan menjadi dua
molekul piruvat, menghasilkan dua molekul ATP dalam prosesnya. Piruvat
dapat diuraikan lebih lanjut oleh fosforilasi oksidatif untuk mengekstraksi lebih
banyak energi. Namun, glikolisis saja memiliki dua keunggulan dibandingkan
jalur fosforilasi oksidatif: (1) glikolisis dapat membentuk ATP tanpa keberadaan
O2 (bekerja secara anaerob, yaitu "tanpa O2"), dan (2) jalur ini dapat
berlangsung lebih cepat daripada fosforilasi oksidatif. Meksipun glikolisis
mengekstraksi lebih sedikit molekul ATP dari setiap molekul yang diproses,
reaksi ini (karena kecepatannya) dapat menghasilkan ATP dengan laju yang
lebih besar daripada fosforilasi oksidatif selama ada glukosa. Aktivitas yang
dapat ditunjang dengan cara ini adalah olahraga intensitas tinggi atau anaerobik. 2
30
terbatas dalam bentuk glikogen, tetapi glikolisis anaerob cepat menguras
simpanan glikogen otot ini. Kedua, ketika produk akhir glikolisis anaerob,
piruvat, tidak dapat diproses lebih lanjut oleh jalur fosforilasi oksidatif, molekul
ini diubah menjadi laktat. Akumulasi laktat diperkirakan berperan menimbulkan
nyeri otot yang dirasakan ketika seseorang melakukan olahraga berat. (Namun,
nyeri dan kekakuan yang terjadi sehari setelah seseorang melakukan latihan yang
tidak biasa mungkin disebabkan oleh kerusakan struktural reversibel.) Selain itu,
laktat (asam laktat) yang diserap oleh darah menimbulkan asidosis metabolik
yang menyertai olahraga berat. Karena itu, olahraga anaerob intensitas berat
dapat dipertahankan hanya dalam waktu singkat, berbeda dari kemampuan tubuh
melakukan aktivitas aerobik tipe-daya tahan yang dapat berlangsung lama.2
31
2) Panjang awal otot, yaitu panjang otot sebelum dirangsang. Panjang otot pada
waktu istirahat merupakan panjang otot yang dapat menghasilkan kontraksi
maksimal otot, karena bila panjang otot sebelum kontraksi lebih kecil atau
lebih besar dari panjang saat istirahat akan menghasilkan kekuatan kontraksi
yang lebih rendah. Hal ini dapat diterangkan dengan jumlah kepala myosin
yang dapat mengadakan hubungan dengan aktin. 11
3) Kecepatan pemendekan otot yang sangat dipengaruhi oleh beban yang
diberikan terhadap otot. Otot akan mengkerut cepat jika beban minimal dan
kecepatannya akan berkurang dengan beban yang lebih tinggi. 11
4) Pengaturan kekuatan kerutan, yaitu tergantung dari jumlah motor unit yang
aktif dan frekuensi peransangan. Makin banyak motor unit yang aktif makin
besar kekuatan ototnya dan makin tinggi frekuensi peransangan masing-
masing motor unit makin tinggi ketegangan otot.11
5) Suhu, reaksi kimia pada proses metabolism atau proses kontrasi sel otot
merupakan aktifitas enzim yang dipengaruhi oleh suhu. Peningkatan suhu
pada batas tertentu akan mempercepat proses enzimatik dalam tubuh,
sehingga kecepatan dan kekuatan kontraksi otot akan meningkat pula.
Peningkatan suhu yang lebih tinggi akan menurunkan kecepatan dan
kekuatan kontraksi, akibatnya terjadi denaturasi protein. Suhu rendah akan
menurunkan kecepatan dan kekuatan kontraksi sesuai dengan tingkat
penurunan metabolisme dalam otot. Suhu optimum untuk kontraksi otot
adalah 37-400C.11
6) Rangsangan listrik, otot dan saraf memiliki rangsangan listrik yang
merupakan kemampuan untuk menanggapi rangsangan tertentu dengan
menghasilkan listrik sinyal yang disebut potensial aksi (impuls). Potensi aksi
di otot disebut sebagai potensial aksi otot. Untuk sel otot, dua jenis pemicu
rangsangan utama potensial aksi. Salah satunya adalah sinyal listrik
autorhythmic timbul di jaringan otot itu sendiri, seperti pada alat pacu jantung.
Yang lainnya adalah rangsangan kimia, seperti neurotransmitter dilepaskan
oleh neuron, hormon yang didistribusikan oleh darah, atau bahkan perubahan
pH lokal.7
7) Kontraktilitas adalah kemampuan jaringan otot untuk berkontraksi secara
paksa ketika dirangsang oleh potensial aksi. Ketika otot rangka berkontraksi
akan menghasilkan ketegangan (kekuatan kontraksi) saat menarik pada
32
attachment points. Di beberapa kontraksi otot, otot meningkatkan ketegangan
(kekuatan kontraksi) tetapi tidak memendek. Contohnya adalah memegang
buku dengan tangan terulur. Dalam kontraksi otot lainnya, tegangan yang
dihasilkan cukup besar untuk mengatasi beban (hambatan) dari objek yang
dipindahkan sehingga otot lebih pendek dan gerakan terjadi. Contohnya
adalah mengangkat buku dari meja.7
8) Extensibility adalah kemampuan jaringan otot untuk meregang, dalam batas,
tanpa rusak. jaringan ikat di dalam otot membatasi jangkauan perpanjangan
otot dan membuatnya dalam rentang kontraktil sel otot. Biasanya, otot polos
memiliki ekstensibilitas paling baik Misalnya, setiap kali perut Anda penuh
dengan makanan, otot polos di dinding meregang. Otot jantung juga
diregangkan setiap kali jantung dipenuhi darah.12
9) Elastisitas adalah kemampuan jaringan otot kembali ke panjang dan bentuk
aslinya setelah kontraksi atau perpanjangan.7
33
konsumsi oksigen lebih sedikit dan memproduksi asam laktat yang
kurang daripada berlari di puncak, namun menghasilkan DOMS
yang lebih besar daripada berlari di puncak.13
Meskipun asam laktat dapat menyebabkan nyeri akut yang
berhubungan dengan kelelahan setelah latihan intensif, tidak ada
bukti yang mampu menjelaskan bagaimana asam laktat diperduksi
selama latihan dan menyebabkan munculnua DOMS 24 sampai 48
jam setelahnya.13
34
2.6.2.5 Teori inflamasi
Ada beberapa bukti bahwa DOMS disebabkan inflamais.
Gambaran mikroskopis setelah penggunaan berlebihan otot
menunjukkan pola perubaha ultrastruktural, diikuti respon inflamasi
dan regenerasi.13
2.6.3 Gejala
DOMS menimbulkan kekakuan, bengkak, penurunan kekuatan dan nyeri
pada otot. DOMS disadari dengan adanya rasa nyeri yang didapati 12-24 jam
setelah olahraga dan memuncak dalam waktu 24-48 jam setelah olahraga.14 Rasa
nyeri akan mencapai puncaknya sekitar 48 jam setelah kejadian cedera. 15 DOMS
menimbulkan gejala nyeri otot serta berkurangnya kekuatan dan cakupan gerak
otot.16
2.6.4.1 Cryotherapy
Perawatan awal yang direkomendasikan untuk cedera jaringan
lunak traumatis adalah R.I.C.E (rest, ice, compression and elevation).
Aplikasi dangkal hasil es dalam perubahan suhu kulit, subkutan,
intramuskuler dan sendi. Penurunan suhu jaringan merangsang
reseptor kulit untuk merangsang serat adrenergik simpatis
menyebabkan konstriksi arteriol lokal dan venula. Hal ini
menghasilkan pengurangan pembengkakan dan penurunan laju
metabolisme yang pada gilirannya mengurangi respon inflamasi,
permeabilitas pembuluh darah dan pembentukan edema. Namun,
penelitian sampai saat ini telah menunjukkan sedikit atau tidak ada
redaman dari besarnya nyeri otot atau fasilitasi pemulihannya
mengikuti penerapan cryotherapy.
35
signifikan dalam nyeri otot, torsi isometrik, torsi isokinetik atau
volume ekstremitas antara lengan eksperimental dan kelompok
kontrol pada awal atau setelah pencelupan es. Demikian pula, tidak
ada perbedaan-ences dalam persepsi nyeri otot dilaporkan mengikuti
penelitian menggunakan aplikasi pemijatan es tunggal durasi 15
menit baik immed-iately, 24 jam atau 48 jam setelah latihan, 20
menit du-ransum segera pasca-latihan atau mengikuti perendaman
ekstremitas eksperimental dalam mandi es 25 menit sebelum latihan.
2.6.4.2 Stretching
Peregangan statis, sebelum atau sesudah latihan, telah
direkomendasikan sebagai ukuran pencegahan DOMS karena
dianggap dapat meredakan kejang otot yang dijelaskan dalam teori
spasme otot de Vries. Bob-bert et al. kemudian mengusulkan bahwa
statis peregangan otot-otot yang sakit pasca-olahraga juga bisa
memaksa penyebaran edema yang terakumulasi berikut kerusakan
jaringan. Peregangan berulang dan berlangsung mengurangi
ketegangan pada unit tendon otot pada panjang yang diberikan.
Perilaku visko-elastik dari unit tendon otot menyiratkan kombinasi
36
sifat kental, di mana deformasi bergantung pada kecepatan, dan sifat
elastis, di mana deformasi bergantung pada beban. Bahan visco-
elastis ketika dipegang pada tegangan yang sama akan bertambah
panjang dari waktu ke waktu (creep). Sebagai alternatif, jika bahan
visco-elastis diregangkan dengan panjang yang baru dan dipegang
konstan, itu akan menurunkan tegangan seiring waktu (stres-
relaksasi). Perilaku visko-elastis ini dapat bermanfaat dalam latihan
eccen-tric sebagai penurunan produksi kekuatan pada perpanjangan
yang diberikan dapat menyebabkan penurunan tingkat kerusakan
pada jaringan ikat dan otot. Karena kerusakan otot juga terjadi pada
tingkat kritis dan tingkat ketegangan selama peregangan,
peningkatan fleksibilitas juga dapat mencegah cedera yang diinduksi
peregangan. Ini adalah signifikansi partikular untuk dua-sendi otot
yang sub-jected ke tingkat yang lebih besar peregangan dari satu
sendi otot. Salah satu penjelasannya adalah bahwa penelitian yang
menggunakan peregangan kurang dari 30 detik mungkin dibatasi
oleh respon refleks peregangan. Ketika sebuah mus-cle direntangkan,
spindel otot juga direntangkan, menyebabkan impuls sensoris untuk
dikirim ke sumsum tulang belakang untuk menunjukkan bahwa otot
sedang direntangkan. Dorongan eferen pada gilirannya dikirim
kembali ke otot dari sumsum tulang belakang menyebabkan otot
berkontraksi. Jika peregangan berlanjut untuk setidaknya 6sec,
organ tendon Golgi mengirim impuls sensorik ke sumsum tulang
belakang menyebabkan relaksasi refleks otot antagonis. Relaksasi
refleks ini memungkinkan otot agonis meregangkan melalui
relaksasi, mengurangi risiko kerusakan pada otot.
2.6.4.3 Massage
Masuknya ion kalsium ke dalam serat otot dan gangguan
selanjutnya dari homeo-stasis kalsium setelah latihan eksentrik dapat
disimpan kembali dengan meningkatkan jumlah aliran darah
teroksigenasi ke area cedera. Telah dikemukakan bahwa aliran darah
yang meningkat selama pijatan yang kuat menghambat marginasi
neutrofil dan mengurangi produksi prostaglandin berikutnya,
sehingga mengurangi kerusakan lebih lanjut yang terkait dengan
37
proses inflamasi. Peningkatan pengiriman oksigen juga
mengembalikan regenerasi mitokondria ATP dan transpor aktif
kalsium kembali ke retikulum sarkoplasma. Namun, penelitian yang
telah meneliti efek pemijatan pada aliran darah lokal telah
menunjukkan hasil yang bervariasi. Peningkatan aliran darah
melalui tempat tidur pembuluh darah selama pijat dilaporkan oleh
beberapa peneliti. Converse-ly Tiidus melaporkan tidak ada
perbedaan dalam aliran darah arteri atau vena selama effleurage
(membelai) mas-sage dari quadriceps. Studi yang meneliti efek pijat
pada persepsi DOM juga bervariasi. Tidak ada perbedaan dalam
tingkat nyeri atau defi-cits paksatelah dilaporkan antara ekstremitas
atau ekstremitas yang dipijat dengan menggunakan petrissage
(kneading), atau kombinasi pijatan effleurage dan petrissage (2
menit). effleurage, 5 menit petrissage dan effleurage 1 menit) setelah
latihan intensitas tinggi.
2.6.4.4 Compression
Kraemer et al. melaporkan bahwa penekanan terus menerus
merupakan intervensi terapeutik yang efektif dalam mengobati nyeri
otot yang dipicu oleh latihan eksentrik. Lima belas laki-laki yang
sehat dan tidak memiliki kekuatan dilatih secara acak ditempatkan
dalam kelompok kontrol atau kelompok lengan kompresi kontinyu.
Dua set 50 ikal lengan pada 1 repetisi maksimum (RM) fleksi siku
pada 60 derajat / detik telah selesai. Lengan kompresi mencegah
hilangnya ekstensi siku, menurunkan persepsi kesakitan partisipan,
mengurangi pembengkakan dan mendorong pemulihan produksi
kekuatan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi
manfaat awal kompresi untuk mengurangi gejala DOMS.
38
banyak mitokondria besar, serat SO menghasilkan ATP terutama oleh respirasi
aerobik, itulah sebabnya mereka disebut serabut oksidatif. Serat-serat ini
dikatakan "lambat" karena ATPase di kepala myosin menghidrolisis ATP relatif
lambat dan Siklus kontraksi berlangsung pada kecepatan yang lebih lambat
dibandingkan dengan serat “cepat”. Akibatnya, serat SO memiliki kecepatan
kontraksi yang lambat. Otot ini memakan waktu lebih lama untuk mencapai
ketegangan puncak. Namun, serat yang lambat sangat tahan kelelahan dan
mampu kontraksi berkelanjutan selama berjam-jam. Serat-serat ini diadaptasi
untuk menjaga postur dan untuk aerobik, daya tahan tipe kegiatan seperti lari
maraton.7
39
ukuran, kekuatan, dan kandungan glikogen serat glikolitik cepat. Hasil
keseluruhan adalah pembesaran otot karena hipertrofi dari serat FG.7
Adaptasi otot ditentukan oleh aktivitas fisik apa yang dilakukan oleh
seseorang. Pada awalnya Rasio relatif serat fast glycolytic (FG) dan serat slow
oxidative (SO) di setiap otot ditentukan secara genetis dan membuat perbedaan
setiap individu dalam kinerja fisik. Orang dengan proporsi serat FG yang lebih
tinggi sering unggul dalam kegiatan yang membutuhkan periode aktivitas yang
intens, seperti angkat berat atau sprint. Orang dengan persentase lebih tinggi
Serat SO lebih baik pada aktivitas yang membutuhkan daya tahan, seperti lari
jarak jauh.7
40
lebih besar, meningkatkan jangkauan gerak sendi. Ketika otot rileks secara fisik
direntangkan, kemampuannya untuk memperpanjang dibatasi oleh struktur
jaringan ikat, seperti fasciae. Peregangan teratur secara bertahap memperpanjang
struktur ini, tetapi prosesnya terjadi sangat lambat. Untuk melihat peningkatan
fleksibilitas, peregangan latihan harus dilakukan secara teratur setiap hari, jika
memungkinkan untuk berminggu-minggu.7
Gambar 2.12
Latihan Jumping Jack
Pada saat melakukan kontraksi eccentric dan consentric otot beradaptasi
untuk memanjang dan memendek. Otot yang beperan:3
41
1) M. Gastrocnemius
2) M. Deltoideus
Otot deltoideus adalah otot yang membentuk struktur bulat
pada bahu manusia. Dinamakan deltoideus, sebab bentuknya mirip
seperti alfabet Yunani Delta (segitiga).
Serat anterior memungkinkan gerak abduksi bahu saat bahu
diputar. Sisi anterior deltoideus termasuk lemah namun
membantu otot pectoralis mayor pada gerakan fleksi bahu. Serat
posterior memungkinkan gerak ekstensi membantu otot latissimus
dorsi. Bagian posterior ini merupakan hiperekstensor utama bahu.
42
perubahan-perubahan berupa penurunan tahanan vaskuler (vascular
resistance) untuk mengimbangi peningkatan perfusi otot, dan
peningkatan cardiac output untuk meningkatkan ambilan oksigen.
Yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan arteri rata-rata.20
1) Respon kardiovaskuler pada latihan dinamik dan static sangat
berbeda
Pada latihan static (high intensity, strength, exercise, dan
latihan yang membatasi kontraksi otot seperti angkat berat atau
latihan isometric) didapatkan hasil sedikit peningkatan
ambilan oksigen, cardiac output, dan stroke volume daripada
latihan dinamik. Tetapi pada latihan static lebih meningkatkan
tekanan darah dan tekanan rata-rata arteri.
Latihan endurance (aerobic) menyebabkan banyak
perubahan adaptasi pada sistem kardiovaskuler. Latihan
aerobic (daya tahan) ini sangat baik untuk meningkatkan
kapasitas sistem kardiovaskular.20
2) Peningkatan Ukuran Jantung (Heart Size)
Ukuran jantung pada atlit pada umumnya lebih besar
bila dibandingkan dengan bukan atlet. Pada atlet untuk
olahraga ketahanan (endurance/aerobic) maka peningkatan
ukuran jantung disebabkan peningkatan volume
ventrikeltanpa peningkatan tebal otot. Sedangkanpada atlet
untuk gerakan-gerakan cepat. Ukuran jantung pada atlit pada
umumnya lebih besar bila dibandingkan dengan bukan atlet.
Pada atlet untuk olahraga ketahanan (endurance/aerobic) maka
peningkatan ukuran jantung disebabkan peningkatan volume
ventrikel tanpa peningkatan tebal otot. Sedangkan pada atlet
untuk gerakan-gerakan cepat (non endurance/anaerobic)
seperti lari cepat, gulat, dan lain-lainnya maka peningkatan
ukuran disebabkan oleh penebalan dinding ventrikel dengan
tanpa peningkatan volume ventrikel.Bersamaan dengan
peningkatan ukuran jantung, juga didapatkan peningkatan
jumlah kapiler.20
43
3) Penurunan Frekuensi Jantung/Denyut Nadi (Bradikardi)
Dengan penurunan frekuensi jantung, maka jantung
mempunyai cadangan denyut jantung (Heart Rate
Reserve/HRR) yang lebih tinggi. Penurunan frekuensi jantung
ini disebabkan oleh peningkatan tonus saraf Parasimpatis,
penurunan saraf Parasimpatis, penurunan saraf simpatis atau
kombinasi. Juga terjadi penurunan dari frekuensi pengeluaran
impuls dari paru jantung. Dengan perubahan volume, maka isi
sekuncup (stroke volume) menjadi lebih besar dan bila
cadangan denyut jantung meningkat hasilnya curah jantung
(cardiac output) akan menjadi lebih tinggi dan dengan begitu
pengangkutan oksigen menjadi lebih tinggi lagi.20
4) Peningkatan Volume Darah Dan Hemoglobin
Kemampuan mengangkut oksigen tergantung dari
jumlah hemoglobin dan jumlah darah. Apabila hemoglobin
meningkat, maka kemampuan mengikat oksigen juga
meningkat. Namun peningkatan hemoglobin akan
menyebabkan viskositas darah meningkat sehingga akan
menyebabkan meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah
yang berakibat kapasitas mengangkut oksigen justru
menurun.Yang mengikat bukanlah jumlah Hb/100 cc darah,
tetapi jumlah Hb total.20
5) Peningkatan jumlah Hb total
Ini disebabkan karena peningkatan volume darah
sesudah latihan yang cukup lama, maka jumlah darah
meningkat dari 5L menjadi 6L.20
6) Peningkatan Stroke Volume
Akibat dari pembesaran otot jantung akan menyebabkan
volume darah meningkat, maka dengan demikian jantung
dapat menampung darah lebih banyak, dan dengan sendirinya
stroke volume pada waktu istirahat menjadi lebih besar.
Karena stoke volume pada waktu istirahat menjadi lebih besar,
maka hal ini memungkinkan jantung memompa darah dalam
jumlah yang sama setiap menit dengan denyutan lebih sedikit.
44
Jantung atlet endurance memiliki stroke volume jauh lebih
besar daripada orang yang tidak terlatih dengan umur yang
sama. Baik pada waktu istirahat maupun pada waktu latihan.
Latihan daya tahan ini meningkatkan stroke volume saat
istirahat, selama latihan sub maksimal dan latihan maximal.20
7) Cardiac Output
Ada tendensi cardiac output tidak mengalami perubahan
saat istirahat dan kerja yang sub maximal, tetapi sangat
meningkat pada kerja yang maksimal.Cardiac output pada
waktu istirahat lebih kurang antara 4-6 liter pemenit, dan
maksimumnya sekitar 20-30 liter per menit. Pada orang
normal dan betul-betul terlatih dapat mencapai 40 liter per
menit.20
8) Peningkatan Jumlah Kapiler
Latihan endurance yang lama untuk suatu kompetisi
menyebabkan pembesaran otot rangka, yang diikuti
olehmeningkatnya pembuluh darah kapiler pada otot tersebut.
Pembuluh darah kapiler pada otot bertambah banyak, sehingga
memungkinkan difusi oksigen di dalam otot dapat lebih
mudah, akibatnya mempunyai kemampuan untuk mengangkut
dan mempergunakan oksigen lebih besar daripada orang yang
tidak terlatih. Karena itu dapat mengkonsumsi oksigen lebih
banyak per-unit massa otot, dan dapat bekerja lebih tahan
lama.20
9) Tekanan Darah
Pada waktu istirahat, tekanan yang normal adalah 120
mmHg sistolik dan 80 mmHg diastolik (120/80). Selama
melakukan olahraga, tekanan sistolik naik secara cepat dan
kadang-kadang dapat mencapai 200 atau 250 mmHg (respon
akut). Sedangkan tekanan diastolik perubahannya hanya
sedikit.20
2.10 Strength
Strength atau kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang
diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan salah satu
45
unsur kondisi fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat membantu
meningkatkan komponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan.
Adapun dalam periodesasi latihan strength terdiri:20
1) Fase Adaptasi Anatomi
Tujuannya untuk melibatkan sejumlah kelompok otot, Untuk mempersiapkan
otot-otot, ligamen, tendon, dan persambungan / persendian , Untuk
mempertahankan fase latihan yang lama. Keseimbangan kerja pada flexors dan
extensors masing-masing sambungan, Keseimbangan dua sisi tubuh, secara khusus
bahu dan lengan, Kompensasi kinerja pada otot-otot antagonis, Penguatan pada
otot-otot peseimbang (stabilizer)
2) Fase maximum strength
3) fase conversion
4) Fase maintenance
5) Fase transition
Otot rangka tergolong jaringan yang purna-kembang artinya sudah tidak berubah
lagi, sel-selnya tidak membelah lagi untuk memperbanyak diri. Contoh lain dari jaringan
tubuh kita yang juga purnakembang ialah jaringan otak. Setelah lahir, jaringan otak tidak
bertambah lagi jumlah selnya selain menyesuaikan dengan bertambah besarnya badan
kita. Demikian pula jaringan otot rangka. Namun, ternyata jaringan otot rangka memiliki
keistimewaan. Sekalipun sel-selnya sudah tidak dapat membelah lagi untuk
memperbanyak diri, melalui cara yang unik serat otot yang rusak dapat diganti dengan
serat baru sehingga pulih-asal seperti sediakala. Artinya jaringan otot dapat
„beregenerasi‟ sampai batas tertentu.21
Melalui latihan, ukuran serat otot bertambah besar (hipertrofi otot), dengan
demikian diameter otot menjadi besar. Jadi ketahanan dan kekuatan otot bertambah baik,
sehingga otot akan dapat melindungi sendi terhadap cedera yang disebabkan oleh beban
tambahan yang mendadak dari luar. Pada dasarnya perubahan yang terjadi pada latihan
adalah bertambahnya jumlah pembuluh darah, diameter serat otot, dan organel intrasel.
Bertambahnya kekuatan otot yang diperoleh melalui latihan tidak dapat diperoleh begitu
saja. Memerlukan waktu latihan rutin selama dua bulan barulah akan didapat peningkatan
yang bermakna. Peningkatan kekuatan ini harus dipelihara terus sebab peningkatan yang
telah dicapai dalam waktu dua bulan itu akan hilang sama sekali jika tidak berlatih selama
lima bulan berikutnya.Tubuh cepat menyesuaikan diri dengan kebutuhan jasmani. Bila
kebutuhan berkurang maka massa otot akan berkurang (atrofi otot), dan volume darah
46
yang mengalir ke otot juga berkurang. Akibatnya efisiensi pengangkutan oksigen dari
paru ke jaringan juga menurun dan akhirnya pasokan energi ke ototpun ikut menurun. 22
Kemudian menurut Bowers dan Fox terdapat empat prinsip dasar tentang latihan
beban, yaitu:20
1) Prinsip beban berlebih (Over Load Principle)
Hal ini bertujuan untuk mengadaptasikan fungsional tubuh, sehingga
dapat meningkatkan kekuatan otot. Penerapan sistem peningkatan beban yang
terus menerus, hal ini disebut dengan istilah progressive overloading.
Penerapan sistem overload jangan terlalu berat yang diperkirakan tidak
mungkin dapat diatasi oleh atlet, sebab dapat merusak sistem faal tubuh.
Dalam peningkatan beban terdapat beberapa variasi yang dipergunakan.
2) Prinsip Peningkatan secara bertahap (progresif principle)
Bila atlet telah kuat, beban yang berat akan terasa ringan. Pembebanan
terhadap otot yang bekerja harus ditambah secara bertahap selama
pelaksanaan program latihan beban. Yang menjadi dasar kapan beban itu
ditambah adalah dengan menghitung jumlah repetisi/angkatan yang dapat
dilakukan sebelum datangnya kelelahan.
3) Prinsip pengaturan latihan
a) otot dapat diberi beban lebih sedikit diatas kemampuannya,
b) beban harus ditingkatkan secara bertahap selama program berlangsung,
c) Kelompok otot besar harus dilatih terlebih dahulu sebelum otot kecil
atau sebaliknya. Dua jenis otot yang melibatkan kerja otot yang sama
jangan dilakukan berurutan,
d) bentuk latihan beban harus disesuaikan dengan karakteristik cabang
olahraga yang diharapkan dan harus melibatkan otot-otot yang
diperlukan.
4) Prinsip Kekhususan
Membuat program latihan beban harus didesain secara khusus, yaitu
dengan mengikuti pola keterampilan gerak yang spesifik agar pengembangan
daya ledak otot akan diikuti dengan pola gerakan yang sudah mengarah pada
keterampilan yang spesifik tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang spesifik,
program latihan beban harus disesuaikan dengan karakteristik cabang
olahraga dan tujuan yang akan dicapai.
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perbedaan reaksi otot pada mahasiswa yang melakukan olahraga rutin dan tidak
rutin disebabkan oleh Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS).
48
DAFTAR PUSTAKA
49
16. Mizuno S, Morii I, Tsuchiya Y, Goto K. Wearing Compression Garment after Endurance
Exercise Promotes Recovery of Exercise Performance. Int J Sports Med. Oct; 37(11):870-7;
2016
17. Fletcher G.F, Balady G. Exercise Standards, A statement For Healthcare Professionals From
The American Heart Association, Article of Circulation. American Heart Association, Inc;
1995
18. Abdullah, A., dan A. Manadji. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Proyek Pengembangan dan
Peningkatan Mutu Dan Tenaga Kependidikan. Dirjen Dikti, Depdiknas; 1994
19. Charoenpanich N, Boonsinsukh R, Sirisup S, Saengsirisuwan V. Principal component
analysis identifies major muscles recruited during elite vertical jump. ScienceAsia; 2013.
20. Fox E.L., Bowers R.W., Foss M.L. The Physiological Basis for Exercise and Sport. 5th.
Ed.Boston-USA. WCB/McGraw- Hill; 1993
21. Cormack DH. Muscle Tissue. Ham‟s Histology (Ninth Edition). Sydney: J.B. Lippincott
Company, p. 389-422. 1987
22. Marini M, Veicsteinas A. The exercised skeletal muscle: a review. European Journal
Translational Myology. 20(3):105-20; 2010
50