Oleh :
Muhammad Erfan
BEKASI, 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia -Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini
tepat pada waktunya yang disusun guna memenuhi syarat untuk mengikuti
olimpiade neurologi yang diadakan oleh Perhimpunan Fisioterapi Neurologi
Indonesia (PFNI) yang berjudul ” PENGARUH LOCOMOTOR EXERCISE
TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DAN KEMAMPUAN
BERJALAN PADA KASUS INCOMPLETE SPINAL CORD INJURY
LEVEL THORACAL ”. Pada kesempatan kali ini, tidak lupa penyusun
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Andy Martahan Andreas Hariandja, Diplt. PT., M.Kes selaku Ketua
Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2. Ibu Ratu karel Lina, SST.Ft, SKM, MPH selaku Ketua Program Studi
Fisioterapi Poltekkes Jakarta III
3. Ibu Nia Kurniawati, SST.Ft, M.Fis selaku dosen Fisioterapi yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini
4. Kedua orang tua penyusun yang telah memberikan doa dan dukungannya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
5. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
RINGKASAN........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1.2 Incomplete Spinal Cord Injury AIS grade C dan AIS grade D...............4
2.1.4 Keseimbangan..........................................................................................6
2.3 Patofisiologi.....................................................................................................15
ii
2.4 Locomotor Exercise.........................................................................................19
3.1 Metode............................................................................................................. 23
4.1 Analisis............................................................................................................ 25
4.2 Sintesis...................................................................................................................................27
BAB V PENUTUP................................................................................................ 28
5.1 Kesimpulan...................................................................................................... 28
5.2 Saran................................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Jalur Asendens dan Desendens di Subtansia Alba Medula Spinalis . 14
Gambar 2.9 Motor assesment form and Sensory assessment form ASIA................17
Gambar 2.10 Spinal Cord Syndrome. Pattern of sensory loss and weakness.........18
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
RINGKASAN
Latar Belakang : Spinal Cord Injury merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada medulla spinalis yang mempengaruhi fungsi sensorik dan motorik, sehingga
dapat menyebabkan kerusakan pada traktus sensorimotor dan percabangan saraf
dari medulla spinalis (Burns et al., 2012). Diperkirakan bahwa ada sekitar 30-40
kasus per 1 juta orang setiap tahun, dengan kematian 6 sampai 8 orang (per 1 juta)
terjadi sebelum rawat inap. Jumlah individu yang hidup dengan SCI adalah antara
183.000 dan 230.000 orang, dengan sekitar 10.000 kasus baru setiap tahun.
(Goodman, Catherine & Fuller, 2009) Metode Locomotor Exercise berfokus pada
aktifitas berbasis terapi dengan menggunakan Manual Facilitation pada
Treadmill. Locomotor Exercise cukup efektif meningkatkan keseimbangan dan
kemampuan berjalan dengan peningkatan yang signifikan pada kasus Incomplete
Spinal Cord Injury dan juga belum diterapkan di Indonesia. Maka dari itu, penulis
tertarik untuk membahas Locomotor Exercise dalam karya tulis ini.
Landasan Teori : Spinal Cord Injury (SCI) adalah kondisi cedera saraf yang
mempengaruhi fungsi motorik, sensorik, dan fungsi otonom, dengan defisit yang
tergantung pada tingkat keparahan. Selain itu, defisit saraf atau disfungsi dapat
sementara atau permanen, lengkap, atau tidak lengkap.(Van Hedel & Dietz, 2010)
Locomotor Exercise adalah intervensi terapeutik yang menghasilkan aktivasi
neuromuskuler pada lesi yang terkena untuk membantu proses perbaikan dari
fungsi motorik dengan tujuan untuk melatih kembali sistem saraf dengan tugas
tertentu. Aktivasi sistem neuromuskuler terjadi selama latihan berulang-ulang dan
progresif dari tugas yang diinginkan "Activity-dependent plasticity" untuk
meningkatkan fungsi reorganisasi dari sistem neuromuskuler. Parameter
pengukuran untuk melihat pengaruh intervensi Locomotor exercise terhadap
keseimbangan dan kemampuan berjalan pada penderita Spinal Cord Injury
inkomplit adalah Berg Balance Scale Score, Six-Minute Walk Test, dan Ten Meter
Walk Test. Pada penelitian dalam jurnal “Balance and Ambulation Improvement
in Individuals with Chronic Incomplete Spinal Cord Injury Using Locomotor
Training-Based Rehabilitation” dengan 196 pasien yang mengalami Incomplete
Spinal Cord Injury sejak Februari 2005-2009 dilakukan Locomotor Exercise yang
melibatkan tiga komponen:
1. 1 Hour step training dengan bantuan body weight support pada treadmill
selama 30 menit. Pada kompenen ini, pasien akan diberikan latihan spesifik
untuk kembali melatih cara berdiri dan berjalan yang sesuai dengan postur dan
kinematik dalam menggunakan body weight support, treadmill, dan manual
facilitation oleh terapis seperti verbal, visual, dan taktil.
2. Overground Assesment Kompenen ini memberikan kesempatan kepada terapis
dan pasien untuk mengetahui seberapa besar beban yang dapat ditopang oleh
Body Weight Support pada saat treadmill terhadap postural dan strategi
vii
mobilitas pasien di atas tanah dan sangat membantu untuk mengatuhui area
yang akan menjadi focus pelatihan selanjutnya.
3. Community Integration. Kompenen ini terdiri dari instruksi dan diskusi
mengenai bagaimana pasien dapat menerapkan prinsip-prinsip Locomotor
Exercise dan mengintegrasikan tujuan terapi ke dalam rutinitas sehari-hari
pasien. (Harkema, Schmidt-Read, Lorenz, Edgerton, & Behrman, 2012)
Metode Penulisan : Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan
metode studi Analisis Deskriptif. Yaitu penulis tidak melakukan penelitian secara
langsung, melainkan data yang dimuat berasal dari jurnal, artikel dan literatur
yang mendukung isi dari penulisan karya tulis ilmiah ini.
Pembahasan : Subjek penelitian yang digunakan pada jurnal Harkema dan
Forrest dengan menggunakan Cohort Study adalah subjek yang mengalami Spinal
Cord Injury dengan AIS grade C dan AIS grade D. Subjek yang diberikan
Locomotor Exercise menunjukkan peningkatan yang dilihat dari pengukuran Berg
Balance Scale, Six-Minute Walk Test, dan Ten-Meter Walk Test setelah dilakukan
Locomotor Exercise. Dalam jurnal yang di bahas oleh penulis dengan judul
“Balance and Ambulation Improvement in Induvidual With Chronic Incomplete
Spinal Cord Injury Using Locomotor Training-Based Rehabilitation” dimana
sebelum dan sesudah dilakukan Locomotor Exercise pada ketiga pengukuran
tersebut terdapat selisih yang signifikan dengan nilai Berg Balance Test (0,91 poin
), six-Minute Walk Test (43 m), Ten-Meters Walk Test (0,20 m/s). Dan dalam
jurnal yang berjudul “Ambulation and Balance Outcomes Measure Different
Aspects of Recovery in Induviduals With Chronic, Incomplete Spinal Cord
Injury” juga terdapat peningkatan kemampuan berjalan pada pengukuran
gabungan dengan nilai Six-Minute Walk Test dan Ten-Meter Walk Test (0,38),
Berg Balance Scale dan Six-Minute Walk Test (0,45), Berg Balance Scale dan
Ten-Meter Walk Test (0,44).
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Diperkirakan bahwa ada sekitar 30-40 kasus per 1 juta orang setiap
tahun, dengan kematian 6 sampai 8 orang (per 1 juta) terjadi sebelum
rawat inap. Jumlah individu yang hidup dengan SCI mungkin adalah
antara 183.000 dan 230.000 orang, dengan sekitar 10.000 kasus baru setiap
tahun.(Goodman, Catherine & Fuller, 2009)
1
Penyebab paling umum terjadinya SCI adalah kecelakaan lalu lintas dan
diikuti oleh jatuh pada populasi orang tua. Kejadian, prevelensi, dan
sebab-akibat SCI berbeda antara Negara berkembang dan Negara maju
serta menunjukkan bahwa pencegahan perlu disesuaikan dengan Negara
masing-masing.(Singh, Tetreault, Kalsi-Ryan, Nouri, & Fehlings, 2014)
2
a. Untuk mengetahui pengaruh Locomotor Exercise terhadap
peningkatan keseimbangan
b. Untuk mengetahui pengaruh Locomotor Exercise terhadap
peningkatan kemampuan berjalan
3. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam
membuat karya tulis ilmiah serta mengetahui metode baru dalam
penanganan kasus Incomplete Spinal Cord Injury Level Thoracal.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Incomplete Spinal Cord Injury AIS grade C dan AIS grade D
4
Lebih dari 50% gerakan otot dapat bergerak melawan gravitasi. (Reeve,
2017)
2. Gaya berat yang berusaha menarik tubuh ke depan dan ke bawah bila
terjadi ketidak seimbangan (imbalance).
5
Pola berjalan dipelajari sebagai gait cycle, yang didefinisikan
sebagai anggota gerak tungkai bawah dari heel-strike hingga heel-strike
kembali. Gait cycle dimulai dengan fase stance yang mana sekitar 60 %
dari initial contact dari tumit. Berikutnya menjadi loading response,
dengan plantar fleksi terjadi pada pergelangan kaki untuk mendapatkan
seluruh kaki di tanah, diikuti oleh mid-stance, di mana berat badan
melewati ke depan kaki stabil sebagai dorsiflexes ankle. Selanjutnya fase
terminal stance dengan tumit tetap berada ditanah dan plantar flexi dalam
fase pre swing menuju ke fase toe-off. Berikutnya adalah fase swing dari
gait cycle yang 40% gerakannya adalah initial swing, kemudian fase mid-
swing dan berakhir pada fase terminal swing.(Gage, James R.; Deluca,
Peter A.; Renshaw, 1995)
2.1.4 Keseimbangan
6
gravity, COG) dipertahankan diatas bidang tumpu (base of support,
BOS).(Carolyn Kisner PT, MS & Lynn Allen Colby PT, 2007)
7
ditimbulkan oleh cedera medulla spinalis. Selain itu, pada bagian ini akan
dibahas pula mengenai anatomi tulang belakang dan sekitarnya dan perfusi
dari medulla spinalis karena cedera pada medulla spinalis umumnya
terasosiasi dengan struktur-struktur yang ada di sekitarnya.
8
Gambar 2.2 Struktur Column Vertebralis (Snell, 2010)
9
Gambar 2.3 Bagian-bagian Column Vertebralis (Snell, 2010)
10
Gambar 2.4 Sendi, Ligament pada Cervical, Thoracal, Lumbar (Snell, 2010)
11
Nervus spinalis diberi nama sesuai bagian dari kolumna vertebralis
tempat keluarnya (Gambar 2.6): terdapat 8 pasang nervus cervicalis (C1-
C8), 12 pasang nervus thoracalis (T1-T12), 5 pasang nervus lumbalis (L1-
L5), 5 pasang nervus sacralis (S1-S5), 1 pasang nervus coccygeus (Co1).
Medulla spinalis itu sendiri memanjang hanya setinggi vertebra lumbalis
pertama atau kedua (sekitar pinggang) sehingga akar-akar saraf yang
memanjang di dalam kanalis vertebralis bawah ini disebut Cauda Equina.
12
(axilla), bagian ekstremitas bawah: L1 (bagian anterior dan medial dari
femoralis), L2 (bagian anterior dari femoralis), L3 (lutut), L4 (medial
malleolus), L5 (dorsum pedis dan jari 1-3), S1 (jari 4-5 dan lateral
malleolus), S3/Co1 (anus). (Francisco de Assis Aquino Gondim, 2015)
Gambar 2.7 Traktus asendens dan desendens di subtansia alba medulla spinalis dalam
potongan melintang. (Sherwood, 2013)
13
Traktus biasanya dinamai berdasarkan asal dan terminal sinyal.
Sebagai contoh, traktus spinoserebelaris ventralis adalah jalur asendens
yang berasal dari medulla spinalis dan berjalan di tepi ventral (ke arah
depan) medulla dengan beberapa sinaps sepanjang perjalanannya sampai
akhirnya berakhir di serebelum. Traktus ini membawa informasi yang
berasal dari reseptor-reseptor regang otot yang telah disalurkan ke medulla
spinalis oleh serat-serat aferen untuk digunakan oleh spinoserebelum.
Sebaliknya, traktus kortikospinalis ventralis adalah jalur desendens yang
berasal dari region motorik korteks serebri, kemudian turun di bagian
ventral medulla spinalis, serta berakhir di medulla spinalis di badan sel
neuron-neuron motorik eferen yang menyarafi otot rangka. (Sherwood,
2013)
Gambar 2.8 Jalur asendens dan desendens di subtansia alba medulla spinalis
(Sherwood, 2013)
14
2.3 Patofisiologi
Sel neuron akan rusak dan gangguan proses intraseluler akan turut
berdampak pada selubung mielin di dekatnya sehingga menipis, transmisi
saraf terganggu, baik karena efek trauma ataupun oleh efek massa akibat
pembengkakan daerah sekitar luka. Kerusakan substansia grisea akan
15
ireversibel pada satu jam pertama setelah trauma, sementara substansia
alba akan mengalami kerusakan pada 72 jam setelah trauma
(Gondowardaja, Purwata, Ppds, Pengajar, & Smf, 2014).
16
Gambar 2.9 Motor assesment form and Sensory assesment form ASIA
(American Spinal Cord Injury Association) (Marino et al., 2003)
Grade Keterangan
A Komplit, tidak ada fungsi sensorik atau motorik pada segmen S4-S5
17
Spinal Cord Injury Syndromes. Pada lesi spinal cord inkomplit dapat
dikenali dengan beberapa sindrom yang telah diidentifikasi. Beberapa sindrom
yang pada spinal cord.(Goodman, Catherine & Fuller, 2009 hal.1503-1504)
Gambar 2.10 Spinal Cord Syndrome. Patterns of sensory loss and weakness. (Sherwood, 2013)
18
2. Anterior cord syndrome. Merupakan salah satu lesi inkomplit yang seringkali
disebabkan flexi cervical dengan karakteristik hilangnya fungsi motorik, nyeri,
dan temperatur pada sisi yang terkena lesi secara bilateral.
3. Central Cord Syndrome. Seringkali disebabkan oleh hiperekstensi pada
regional cervical dengan karakteriktik kerusakan neurologic lebih parah pada
ekstremitas atas dibandingkan ekstremitas bawah.
4. Posterior Cord Syndrome. Sindrom yang sangat langka dengan tetap
mempertahankan fungsi motorik. Pada sindrom ini terjadi hilangnya
propioseptif pada level lesi.
5. Conus Medullaris Syndrome Dan Cauda Equina Syndrom. Sindrom ini
menggambarkan kerusakan pada dasar medulla spinalis dan mengakibatkan
paralysis pada lower limb, bowel refleksif, atau keduanyaLocomotor Exercise
19
Six minute walk test and ten minute walk test. Berdasarkan
American Thoracic Society, Six minute walk test dipilih karena dinilai lebih
mudah untuk dikelola, dapat ditoleransi dengan baik, dan dinilai lebih baik
dalam mencerminkan aktivitas pasien sehari-hari.(Enright, 2003)
1. 1 Hour step training dengan bantuan body weight support pada treadmill
selama 30 menit
20
Pada komponen ini, pasien akan diberikan latihan spesifik untuk
kembali melatih cara berdiri dan berjalan yang sesuai dengan postur dan
kinematik dalam menggunakan body weight support, treadmill, dan
manual facilitation oleh terapis seperti verbal, visual, dan taktil.
2. Overground Assesment
3. Community Integration
21
Gambar 2.11 Locomotor Exercise (Harkema, Schmidt-Read, Behrman, et al., 2012)
22
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Metode
23
10. Mencari berbagai literatur yang mendukung untuk kelengkapan karya
tulis ilmiah ini
11. Kemudian Penulis menyusun karya tulis ilmiah sesuai dengan literatur-
literatur yang relevan terhadap pembahasan karya tulis ilmiah.
24
BAB IV
4.1 Analisis
Full sample
Pengukuran Evaluasi
Mean Median
Initial 20 17.7
Berg Balance Scale
Final 29.1 20.6
Initial 91 116
Six-Minute Walk Test (m)
Final 154 148
Initial 0.31 0.41
Ten-Meter Walk Test (m/s)
Final 0.51 0.5
Skor Berg Balance Walk Test meningkat secara signifikan dengan rata-
rata 9.6 poin ( P<.001). Six Minute Walk Test dan Ten-Meter Walk Tes
mengalami peningkatan rata-rata 63m dan 0.20 m/s.
25
Berdasarkan jurnal kedua yang berjudul “Ambulation and Balance
Outcomes Measure Different Aspects of Recovery in Induviduals With
Chronic, Incomplete Spinal Cord Injury” dalam penelitian yang dilakukan
pada 182 pasien sejak Februari 2007-2009. Dosis yang diberikan 3-5
hari/minggu dan 1 jam di tiap sesinya. Pasien menggunakan alat ukur Six-
Minutes Walk Test dan Ten-Meter Walk Test, Berg Balance Scale, Modified
Functional Reach, dan Neuromuscular Recovery Scale.
Kemampuan
Pengukuran Gabungan Peningkatan
Awal
Six-Minute Walk Test, Ten-Meter 0.94 0.56
Walk Test
Berg Balance Scale, Six-Minute Walk 0.83 0.38
test
Berg Balance Scale, Ten-Meter Walk 0.85 0.41
Test
26
4.2 Sintesis
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, Locomotor Exercise cukup efektif
untuk dilakukan pada penderita Incomplete Spinal Cord Injury Level Thoracal
dengan AIS grade C dan AIS grade D. Locomotor Exercise sebagai aktifitas
berbasis terapi juga cukup mudah dilakukan, ini terbukti bisa menjadi latihan
yang digunakan untuk menambah peningkatan keseimbangan dan kemampuan
berjalan secara signifikan dan dapat diperkenalkan dan diaplikasikan di
Indonesia.
28
DAFTAR PUSTAKA
Carolyn Kisner PT, MS & Lynn Allen Colby PT, M. (2007). Therapeutic
Exercise Foundations and Techniques, 6th Edition. (M. M. Biblis, Ed.)
(Sixth). Philadelphia, PA 19103: F. A. Davis Company. Retrieved from
www.fadavis.com
Cain, A. (n.d.). Gait in prosthetic rehabilitation . Retrieved March 20, 2017, from
Physiopedia: http://www.physio-pedia.com/Gait_in_prosthetic_rehabilitation
Enright, P. L. (2003). The Six-Minute Walk Test. Respiratory Care, 48(8), 783–
785.
Forrest, G. F., Lorenz, D. J., Hutchinson, K., Vanhiel, L. R., Basso, D. M., Datta,
S., … Harkema, S. J. (2012). Ambulation and balance outcomes measure
different aspects of recovery in individuals with chronic, incomplete spinal
cord injury. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 93(9), 1553–
1564. https://doi.org/10.1016/j.apmr.2011.08.051
Gage, James R.; Deluca, Peter A.; Renshaw, T. S. (1995). Gait Analysis :
Principles and Applications. THE JOURNAL OF BONE AND JOINT
SURGERY, 77 A(10 october), 1607–1623.
29
Gondowardaja, Y. et al., 2014. Trauma Medula Spinalis : Patobiologi dan
Tata Laksana Medikamentosa. , 41(8), pp.567–571.
Harkema, S. J., Schmidt-Read, M., Lorenz, D. J., Edgerton, V. R., & Behrman, A.
L. (2012). Balance and ambulation improvements in individuals with chronic
incomplete spinal cord injury using locomotor trainingbased rehabilitation.
Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 93(9), 1508–1517.
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2011.01.024
Harkema, S. J., Schmidt-Read, M., Behrman, A. L., Bratta, A., Sisto, S. A., &
Edgerton, V. R. (2012). Establishing the neurorecovery network: Multisite
rehabilitation centers that provide activity-based therapies and assessments
for neurologic disorders. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation,
93(9), 1498–1507. https://doi.org/10.1016/j.apmr.2011.01.023
Loretz, L. (2005). System Specific Assesment Tools. In Primary Cares Tools for
Clinician (p. 423). USA: Mosby.
Marino, R., Barros, T., Biering-Sorensen, F., Burns, S., Donovan, W., & Graves,
D. (2003). American Spinal Injury Association. International Standards for
Neurological Classification of Spinal Cord Injury. J Spinal Cord Med,
26(November). https://doi.org/10.1080/10790268.2003.11754575
30
Muryono, S. (2001). Anatomi Fungsional Sistem Lokomasi. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
N., G.-T., M., S., Gomara-Toldra, N., Sliwinski, M., Dijkers, M. P., Gómara-
Toldrà, N., … Dijkers, M. P. (2014). Physical therapy after spinal cord
injury: a systematic review of treatments focused on participation. The
Journal of Spinal Cord Medicine, 37(4), 371–379.
https://doi.org/10.1179/2045772314Y.0000000194
Reeve, C. &. (2017). ASIA/ISCoS Exam and Grade. Retrieved March 26, 2017,
from Understanding Spinal Cord Injury:
http://www.spinalinjury101.org/details/asia-iscos
Singh, A., Tetreault, L., Kalsi-Ryan, S., Nouri, A., & Fehlings, M. G. (2014).
Global Prevalence and incidence of traumatic spinal cord injury. Clinical
Epidemiology, 6, 309–331. https://doi.org/10.2147/CLEP.S68889
31
Lampiran 1
IDENTITAS
NIM : P3.73.26.1.15.007
Emai : aufahaqisabila@gmail.com
No.telepon/ HP : 089657963887
RIWAYAT PENDIDIKAN
32
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
NIM : P3.73.26.1.15.034
Emai : muhammad.erfan08@gmail.com
No.telepon/ HP : 087843911300
RIWAYAT PENDIDIKAN
33
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
NIM : P3.73.26.1.15.050
Email : nabila.zhaza@gmail.com
No.telepon/ HP : 085215438876
RIWAYAT PENDIDIKAN
34