Anda di halaman 1dari 5

AL - BAYAN

BULETIN UNTUK ISLAM


RAHMATAN LIL ‘ALAMIN

Edisi ke-12 – Agustus 2017

Santun Berdakwah, Istiqamah Beribadah online: pcnukotabogor.or.id


E-mail: buletinnubogor@gmail.com

\
KEALIMAN SYEKH MUHAMMAD AHYAD BOGOR
BERGEMA DI MASJIDIL HARAM
Muhammad Ahyad Al-Bughuri lahir memerintahkan anaknya untuk
di Bogor, Jawa Barat pada malam mengkaji pelajaran umum supaya
Rabu tanggal 21 Ramadhan 1302 antara ilmu agama dan umum dapat
(1884). Ia adalah putra dari Kiai selaras dan seimbang. Mulanya
Muhammad Idris ibn Abi Bakar bin Ahyad menerima didikan ilmu agama
Tubagus Mustofa al-Bakri al-Bughuri. dari ayahnya dan ulama-ulama yang
dikenal sebagai ulama yang multi ada di daerahnya. Dasar-dasar ilmu
dalam menguasai berbagai disiplin agama Islam seperti membaca Al-
keilmuan. Meskipun sudah diangkat Qur’an, Nahwu, Sharaf, Fiqih, Hadist,
menjadi pengajar di Masjidil Haram, dan lain-lain dikuasainya dengan
Ahyad masih mengaji kepada baik. Metode menghafal, sorogon, dan
Masyayikh Haramain, khususnya bandongan selalu menjadi makanan
Syekh Muhtar ibn Atharid al-Bughuri. keseharian Ahyad ketika masih dalam
Ketika Syekh Mukhtar wafat, Ahyad prosesi belajar di kampung
diminta untuk menggantikan halamannya.
posisinya dalam mengajar berbagai
disiplin keilmuan di Masjidil Haram. Kemudian Kiai Idris memasukkan
Halaqahnya terbilang besar. Ada Ahyad di Volk School hingga tamat di
sekitar 300 thalabah yang setia Meer Uietgebreid Leger Orderwijs
mendengarkan butiran ilmu darinya. (MULO), yakni sekolah yang
Selain mengajar di Masjidil Haram, jenjangnya setingkat dengan SMP. Di
Ahyad juga mengajar di Masjid an- sekolah buatan Belanda ini, Ahyad
Nabawi dan memimpin majlis dzikir dapat menguasai bahasa Belanda,
di Makkah. Matematika, Biografi, dan ilmu umum
lainnya.
Muhammad Ahyad dalam
mendidikan putra-putrinya, Kiai Idris Pada tahun 1899, saat umur Ahyad 15
mengutamakan pengajaran agama tahun, ia berangkat ke Haramain
dibanding dengan yang lainnya. untuk mematangkan keilmuannya
Ketika sendi-sendi ajaran Islam sudah kepada ulama yang menggelar
tertanam baik, maka Kiai Idris halaqah di Masjidil Haram. Rihlah ini
AL
AL -- BAYAN
BAYAN BULETIN UNTUK ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN Hal 2

sudah menjadi idamannya sejak kecil, Ahmad Muhammad bin Ahmad


sebab ayahnya sering bercerita Ridwan al-Madani), dan Syekh
tentang kelebihan belajar di Haramain Muhammad Abdul Hayyi al-Kittani.
dibanding dengan yang lainnya. Kepada ulama Haramain ini, terlebih
Terlebih di sana, sang ayah Syekh Mukhar yang menjadi umdah-
mempunyai sahabat yang menjadi nya (guru sandaran utamanya),
pengajar di Masjidil Haram, yaitu Ahyad mendalami ilmu Fiqih Syafii,
Syekh Mukhtar ibn Atharid al- Tafsir, Hadist, Ushul, Faraidh, Falak,
Bughuri. Kegiatan belajar mengajar di Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan Arûdh.
Haramain sangat berbeda jauh jika Jika sudah menghatamkan satu
dibandingkan dengan yang ada di disiplin ilmu dari awal hingga akhir,
Hindia Belanda (Indonesia). Kompeni maka Syekh Mukhtar akan
selalu mengawasi setiap kegiatan membacakan sanad atau silsilah
agama Islam yang dianggapnya keilmuan kitab tersebut kepada santri-
berbahaya semenjak terjadinya santrinya termasuk Ahyad.
perlawanan para Kiai Banten pada
1888 yang dikenal dengan Dengan penuh ketekunan dan
pemberontakan Cilegon. kesungguhan, Ahyad mempelajari
Pemberontakan ini terjadi sebab apa yang transmisikan oleh
kompeni telah menghina sebagian Masyayikh Haramain. Ia kelihatan
ajaran Islam dan kelakuannya yang lebih menonjol dibandingkan dengan
selalu menyengsarakan rakyat. yang lainnya. Karena kealiman yang
tersemat dalam dirinya, Syekh
Setibanya di Haramain, Ahyad ikut Mukhtar mengusulkan kepada
bergabung dengan halaqah Masyayikh Masjidil Haram agar
Masyayikh Haramain, baik yang ada mengikut sertakan Ahyad dalam
di Masjidil Haram, Masjid an-Nabawi, mengajar di tempat yang penuh
dan di kediaman mereka. Di antara dengan keberkahan tersebut. Usulan
guru Ahyad ketika belajar di tersebut diterima. Akhirnya Ahyad
Haramain adalah Syekh Muhtar ibn diberi amanah untuk ikut mengajar di
Atharid al-Bughuri, Syekh Baqir ibn Masjidil Haram pada 1346 H (1927),
Muhammad Nur al-Jukjawi, Syekh tepatnya di Bab al-Nabi Muhammad
Ahmad Sanusi, Syekh Ahmad SAW Adapun waktunya adalah
Muhammad bin Ahmad Ridwan al- sebelum shalat Dzuhur, sesudah
Madani, Syekh Abbas bin Muhammad shalat Shubuh, sesudah shalat Magrib,
bin Ahmad Ridwan (putra Syekh dan sesudah shalat Isya. Untuk materi
AL
AL -- BAYAN
BAYAN BULETIN UNTUK ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN Hal 3

yang diajarkan adalah bermula Saat mengajar santri-santrinya, Ahyad


tentang seputar Faraidh dan Fiqih sering mempraktikkan sebagian
asy-Syafii. amalan ibadah yang perlu untuk
dipraktikkan, seperti tayamum, maka
Meskipun Ahyad sudah diangkat Ahyad mengambil debu suci untuk
menjadi pengajar di Masjidil Haram, bertayamum yang dikerjakan di
ia tetap sering mendatangi halaqah hadapan santri-santrinya yang sesusai
Masyayikh Haramain, terlebih Syekh dengan apa yang ia pelajari dari guru-
Mukhtar hingga akhir hayatnya gurunya hingga sanadnya muttasil
(1930). Ketika Syekh Mukhar wafat, Hal 3
sampai Rasulullah SAW. Praktikum
maka Ahyad diamanahi untuk juga dilakukan Ahyad ketika
menggantikan posisinya sebagai mengajar Falak dengan pedoman
pengajar di Masjidil Haram yang kitab karya Syekh Mukhtar yang
mempunyai tanggung jawab banyak berjudul al-Rubu’ al-Mujayyab.
dalam mengajar berbagai disiplin Metode mengajar Ahyad ini, yakni
ilmu, sebab ia adalah Masyayikh teori dan praktikum telah diwarisi
Haramain yang halaqahnya paling oleh santri-santrinya, salah satunya
ramai dihadiri di Masjidil Haram, adalah Syekh Yasin ibn Isa al-Fadani
yaitu ada sekitar 400 thalabah dari yang sering mengajak santrinya untuk
penjuru dunia, khususnya kalangan mengamati bintang-bintang di padang
Jawah (Asia Tenggara/ Melayu). pasir ketika matahari tenggelam
hingga waktu fajar menyongsong.
Halaqah Ahyad meskipun tidak Dikenalkanlah nama-nama bintang
seramai dengan halaqah Syekh dan planet satu persatu dan tanda-
Mukhtar, namun terbilang besar tanda yang melekat padanya.
sebab dihadiri sekitar 300 thalabah. Di
antara santrinya yang menjadi ulama Mengenai sumbangsih Ahyad dalam
besar adalah Syaik Husein al- mengajar ilmu di Masjidil Haram,
Palimbani, Syekh Abdul Qodir ibn Syekh Yasin al-Fadani berkata, “Kitab-
Muthalib al-Mindili, Syekh Sodiq ibn kitab yang diajarkan oleh Syekh
Muhammad al-Jawi, Syekh Zakaria Muhammad Ahyad Al-Bughuri di
Bela, Syekh Yasin ibn Isa al-Fadani, Masjidil Haram seperti halnya Jâmi al-
Sayyid Muhsin ibn Ali al-Musawa, Tirmidzî, Iqna’ li al-Khatîb al-Syarbinî,
Sayyid Hamid ibn Alawi al-Kaff, Umdatu al-Abrâr fi al-Manâsiki al-
Syekh Zain ibn Abdullah al-Baweani, Hajji wa al-Umrah, Syarah ibn Aqîl ala
dan Syekh Abdul Karim al-Banjari. al-Fiyah ibn Malik, Mandzumâtu al-
AL
AL -- BAYAN
BAYAN BULETIN UNTUK ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN Hal 4

Qawâ’idu al-Fiqhiyyah, al-Mawâhibu Ketika membina rumah tangga


al-Staniyyah Syarh Mandzumâtu al- dengan putri Syekh Mukhtar, Ahyad
Qawâ’idu al-Fiqhiyyah, dan Risâlah dikarunia keturunan 7, di antaranya
Adab wa al-Bahats.” adalah Muhammad Thayyib, Idris,
Sa’dullah, dan Abdullah.
Gema kealiman Ahyad yang menjadi
bahan pembicaraan ahlu al-ilmi di Kitab karangan beliau antara lain,
kalangan ulama dan thalabah Makkah Ta’lîqat alâ Kitab Jâmi al-Tirmidzî,
terdengar hingga ke Madinah al- Hasiyah alâ al-Kitab Umdati al-Abrâr fi
Munawarah, tempat yang pernah Manâsiki al-Hajji wa al-I’timâr li Sayyid
disinggahinya dalam menuntut ilmu Ali al-Wanâ’i, Ta’liqatu ala Nadzmi al-
kepada ulama terkemuka di sana, Qawâ’idi al-Fiqhiyyati, dan Tsabat bi
yaitu Syekh Abbas bin Muhammad Asânidihi. Karya-karya ini dan
bin Ahmad Ridwan al-Madani dan beberapa kitab koleksi pribadinya,
Syekh Ahmad Muhammad bin banyak yang diwakafkan di Madrasah
Ahmad Ridwan al-Madani. Oleh sang Dar al-Ulum supaya bisa bermanfaat
guru yang merupakan ulama lebih luas.
terhormat di Madinah, Ahyad diminta
untuk ikut serta mengajar di Masjid Dalam kesehariannya, Ahyad sering
an-Nabawi. Dengan penuh ketaatan, menggunakan waktunya untuk
Ahyad menjalankan titah yang kemanfaatan, seperti mengajar,
diperintahkan gurunya. belajar, beribadah, dan mengarang
sebuah kitab. Aktifitas mulianya ini
Ahyad selama berkiprah di Haramain dijalani hingga ia kembali ke
tidak hanya mengajar, tetapi ia juga Rahmatullah pada malam Sabtu
aktif memimpin majlis dzikir dan tanggal 9 bulan Shafar 1372 (1952)
menyampaikan mawaid yang dengan usia kurang lebih 70 tahun. Ia
dahulunya dipimpin oleh gurunya, dimakamkan di Ma’la. Wallâhu a‘lam
Syekh Mukhtar Atharid. Majlis dzikir Sumber:
peninggalan Syekh Mukhtar ini http://www.nu.or.id/post/read/80586/
jamaahnya mayoritas mengikuti kealiman-syekh-muhammad-ahyad-
tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah. bogor-bergema-di-masjidil-haram-
Ahyad menerima baiatan tarekat ***
tersebut dari Syekh Mukhtar dan ia
juga diangkat menjadi khalifahnya
(penggantinya).
AL
AL -- BAYAN
BAYAN BULETIN UNTUK ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN Hal 5

AGENDA NASEHAT ULAMA

LAILATUL IJTIMA’ (LI) MWC NU “Agama dan Nasionalisme adalah dua


Bogor Utara. Hari Rabu, 30 Agustus kutub yang tidak berseberangan.
2017. Pukul 19.30 – 22.00 WIB. Tempat Nasionalisme adalah bagian dari
kediaman Ajengan Ibrahim (Ranting agama dan keduanya saling
NU Ciparigi) menguatkan”
(KH. Hasyim Asy'ari - Pahlawan Nasional,
Pendiri Nahdlatul Ulama)

Pelindung : KH. Fuad Fithrie Fachrurrozie, Dr. Ir. H. Ifan Haryanto MSc, Dr. Aji Hermawan, Drs. Adnan Anwar,
Dr. M Zahrul Muttaqin, Dr. Jaenal Effendi| Pimred : Muhammad Anwar Sadat, S.H | Redaktur : Muhamad
Ichsan Maulana| Keuangan : Ahmad Nurdianto | Distribusi: Ust. Abdul Aziz : 081286272521 (Tanah Sareal),
Gus Farid Almuhayat : 081272861959 (Bogor Utara), Ust. Thohir: 085813800010 (Bogor Tengah), Ust.
Marhoni :087870804256 (Bogor Timur), Ust. Misbah: 085885760764 (Bogor Selatan)| Pembiayaan:
Lakpesdam, PCNU, Sponsorship, Iklan, E-mail : albayan@pcnukotabogor.co.id Contact Person: Ichsan
(087720775172), Pemasangan Iklan : Anwar (081318601960) Alamat Redaksi : Kantor PCNU Kota Bogor Jl.
Sempur Kaler II NO. 7 RT. 05/01 Kel. Sempur Kec. Bogor Tengah Kota Bogor, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai