Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Ikhbar Hadian

NIM : 20200060082

Kelas : DKV20B

Sesi 4

Topik : THAHARAH, SHALAT, PUASA, HAJI DAN UMRAH

Pemateri : Anisah Fauziah Mutmainah

Diskusi : Pada kesempatan kali ini saya akan memberi resume kelompok 4 dengan topik Thaharah,
shalat, puasa, haji, dan umrah. Para audience memberikan pertanyaan yang sesuai dengan isi topik yang
sedang dibahas.

Pertanyaan pertama ditanyakan oleh Sylvia : “yang saya baca ada yang namanya thaharah maknawiyah
yang berarti membersihkan diri dari segala penyakit hati. nah pertanyaannya ialah bagaimana cara
mensucikan diri kita dari penyakit hati?”. Lalu Anisah menjawab : “Cara mensucikan diri kita dari
penyakit hati alias kotoran batin ialah dengan melakukan taubat nasuha.

Pertanyaan kedua ditanyakan oleh Syifa : “Bagaimana cara mensucikan barang elektronik atau benda
lainnya yang terkena najis?”. Lalu Anisah menjawab : “(1) Menurut madzhab Hanafiy : Benda yang
terkena najis bisa suci sebab keringnya dari sinar matahari atau hawa panas lainya itu terkhusus pada
tanah bumi yang terkena najis dan benda yang menetap pada bumi contoh pohon dan lainnya. Namun
apabila najisnya berada pada benda padat yang tanpa pori-pori (seperti pedang, kaca,cermin dan benda
lainnya termasuk benda elektronik), maka benda itu bisa disucikan dengan mengusapnya hingga
menghilangkan bekas najisnya.

(2) Menurut Syafiiyyah : Untuk bersuci dari hadats dan najis hanya bisa menggunakan air mutlaq. Jadi
tidak bisa mensucikan najis dengan selain air mutlaq ( contoh debu, batu, perabot menyamak, matahari,
angin, api dan lainnya) - Kitab Fiqih Empat Madzhab.”

Pertanyaan ketiga ditanyakan oleh ilyas : “bagaimana hukumnya orang yang wudhunya batal ditengah
tengah atau diakhir pembacaan dzikir?’’. Lalu Anisah menjawab : “Seorang pembaca wirid, wadzifah
atau hailalah, yang wudlunya batal sebelum menyelesaikan bacaannya. Maka, bacaannya batal dan
wajib mengulangi dari pertama. Karena Suci ( dari hadas dan najis ) itu termasuk salah satu syarat sah
membaca wirid, wadzifah dan hailalah”.

Pertanyaan keempat ditanyakan oleh Rafli: “soal tanggapan kamu mengenai masih banyaknya orang
orang yang menganggap tidak boleh tayamum dalam keadaan safar (perjalanan) kecuali tidak ada air?”.
Lalu Anisah menjawab : “Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 6 yaitu
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau berhubungan
badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan permukaan
bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”Pertanyaan kelima
ditanyakan oleh ilyas : “Apa tanda tanda keesaan Allah SWT?”. Lalu Anisah menjawab : ” salah satunya
keesaan allah SWT yaitu adanya langit beserta isinya”.
Pertanyaan keenam ditanyakan oleh ikhbar : “mengapa membersihkan najis mugholadoh harus
memakai tanah 7x? apakah tidak cukup hanya menggunakan air saja?”. Lalu Anisah menjawab : Alasan
Mensucikan Najis Mughaladhah Salah Satunya Menggunakan Tanah. Hadis ini mengandung prinsip
penyembuhan yang diakui secara modern. Terbukti secara ilmiah bahwa tanah adalah antiseptik yang
baik dan dapat membunuh kuman karena tanah mengandung unsur-unsur antara tetracycline dan
tetarolit.”

Pertanyaan ketujuh ditanyakan oleh Silvi : “bagaimana cara kita mengetahui debu/pasir/tanah yang di
perbolehkan untuk di gunakan tayamum?”. Lalu Anisah menjawab : “Para ulama sebenarnya tidak
membatasi secara khusus debu yang dapat digunakan untuk tayamum dalam kategori tertentu. Asalkan
debu tersebut suci, dapat berhambur di udara, dan bukan debu bekas tayamum (musta'mal).”.

Pertanyaan kedelapan ditanyakan oleh Thoriq : “Saya ingin bertanya mengenai sunnat mu'akkad dan
sunnat goer mu'akkad, apa penjelasan mengenai kedua ini?” Lalu Anisah menjawab : “Salat sunah
muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib),
seperti salat dua hari raya muslim dan salat tarawih. Sedangkan salat sunah ghairu muakkad adalah salat
sunah yang dianjurkan tanpa anjuran dengan penekanan yang kuat.’’

Pertanyaan kesembilan sekaligus teralhir ditanyakan oleh Siti nurhayati : “wajib melaksanakan ibadah
haji itu sebanyak berapa kali?” Lalu Anisah menjawab : “kewajiban wajib bagi umat Islam yang harus
dilakukan setidaknya sekali seumur hidup mereka oleh semua orang Muslim dewasa yang secara fisik
dan finansial mampu melakukan perjalanan’’

Diskusi selesai dan Anisah sebagai pemateri menutup sesi diskusi.

Simpulan : sesi diskusi di sesi 4 ini berjalan baik dimulai dengan Anisah sebagai pemateri memposting
PDF dan PPT dengan topik Thaharah, shalat, puasa, haji, dan umrah pada Kamis, 13 Oktober 2022 dan
diakhiri dengan sesi tanya jawab

Kesimpulan materi : Ibadah adalah segala kegiatan yang semua ketentuannya telah ditetapkan oleh nash
di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan tidak menerima perubahan ataupun pengurangan. Ibadah dibagi
menjadi dua, yaitu ibadah umum yaitu segala perbuatan terpuji yang dilakukan hanya karena Allah, dan
ibadah khusus yang ketentuannya telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ibadah khusus terdiri
dari thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji.

Thaharah adalah menghilangkan najis atau hadats yang menjadi kendala bagi ibadah tertentu. Kita
dapat menghilangkan hadats dengan berwudhu dan mandi atau tayamum jika tidak terdapat air. Shalat
adalah satu bentuk ibadah yang dimanifestasikan dalam melaksanakan perbuatan-perbuatan dan
ucapan-ucapan tertentu serta dengan syarat-syarat tertentu pula yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam. Zakat adalah satu bentuk ibadah yang dimanifestasikan dalam melaksanakan
perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan tertentu serta dengan syarat-syarat tertentu pula. Puasa
adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan pada siang hari, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Haji adalah berkunjung
ke Baitullah untuk melaksanakan Thawaf, Sa’i dan Tahallul dalam waktu yang tidak ditentukan, untuk
mencari keridhaan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai