Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH AGAMA ISLAM

TAYAMUM

DOSEN PENGAMPUH : Muh.Ggitosaroso

DI SUSUN OLEH :Kelompok 3

Sumiti

Masithah

Asri

Friska yuniarti

Fungky wijiarti

Anggi prasetio

Muhammad farizqo izmi

POLTEKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN D IV KESEHATAN LINGKUNGAN
2013 -2014
A.Pengertian tayamum

Kami mulai pembahasan ini dengan mengemukakan pengertian tayammum. Tayammum secara
bahasa diartikan sebagai Al Qosdu (‫ )الَقْص ُد‬yang berarti maksud. Sedangkan secara istilah dalam
syari’at adalah sebuah peribadatan kepada Allah berupa mengusap wajah dan kedua tangan
dengan menggunakan sho’id yang bersih]. Sho’id adalah seluruh permukaan bumi yang dapat
digunakan untuk bertayammum baik yang terdapat tanah di atasnya ataupun tidak.

Dalil Tayamum:

“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau
berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu”. (QS. Al Maidah [5] : 6).

“Dijadikan bagi kita tanahnya untuk bersuci.” (HR. Muslim no. 522)

B.Berikut ini sejumlah situasi dimana tayamum diperbolehkan:

1. Melakukan perjalanan jauh


2. Jumlah air tidak mencukupi untuk kebutuhan, misalnya untuk minum
3. Suhu air yang tak mendukung, misalnya terlalu dingin
4. Tidak menemukan air setelah mencarinya
5. Letak air terlalu jauh
6. Sumber air terkandung zat yang membahayakan
7. Sakit dan tak boleh terkena air

C.Media yang dapat dijadikan tayamum:

Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang bersih
baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering. Hal ini berdasarkan
hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu
‘anhu di atas dan secara khusus,

‫ُج ِع َلِت اَألْر ُض ُك ُّلَها ِلى َو ُألَّمِتى َم ْس ِج دًا َو َطُهورًا‬


“Dijadikan (permukaan, pent.) bumi seluruhnya bagiku (Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam) dan
ummatku sebagai tempat untuk sujud dan sesuatu yang digunakan untuk bersuci”

“D.Syarat sah tayamum:

1. Telah masuk waktu sholat


2. Menggunakan tanah bersih, debu bersih atau pasir halus (bersih)
3. Syarat untuk melakukan tayamum terpenuhi
4. Sudah berusaha mencari air
5. Tidak haid/nifas bagi perempuan
6. Hilangkan terlebih dahulu najis yang melekat

E.Tata Cara Tayamum (Prakteknya):

Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku
mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah
sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal
tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan, “Sesungguhnya
cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Seraya beliau memukulkan telapak tangannya ke
permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak
tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya
dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. (HR.
Bukhori no. 347, Muslim no. 368)

1. Temukan sepotong tanah yang bebas dari najis. Ini bisa berupa permukaan alam seperti batu,
pasir atau debu
2. Mengucapkan basmalah
3. Niat untuk melakukan tayamum

Nawwaitul tayamuma liistibehati solati fardu lilahitaala


Niat : aku berniat tayamum untuk dapat mengerjakan solat fardu karna allah

4. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian
meniupnya.
5. Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
6. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.

 Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja
atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu.
 Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk
hadats kecil.
 Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum.

F.Pembatal Tayamum:

Pembatal tayamum sama dengan pembatal wudhu. Selain itu tayamum tidak diperbolehkan lagi
bila telah ditemukan air/memiliki kemampuan bersuci dengan air.

Namun ibadah sebelumnya dimana ia bertayamum, tetap sah dan tak perlu diulang.

Dua orang lelaki keluar untuk safar. Kemudian tibalah waktu shalat dan tidak ada air di sekitar
mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan bumi yang suci lalu keduanya
shalat. Setelah itu keduanya menemukan air sedangkan saat itu masih dalam waktu yang
dibolehkan shalat yang telah mereka kerjakan tadi. Lalu salah seorang dari mereka berwudhu
dan mengulangi shalat sedangkan yang lainnya tidak mengulangi shalatnya. Keduanya lalu
menemui Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka
beliau shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan kepada orang yang tidak mengulang
shalatnya, “Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah dan kamu telah mendapatkan
pahala shalatmu”. Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya, “Untukmu dua
pahala" [HR. Abu Dawud no. 338, An Nasa’i no. 433. Dinyatakan shohih oleh Al Albani
dalam Shohihul Jami’ no. 3861.]

Anda mungkin juga menyukai