Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andi Nurtasya Ekasari

NIM : 210404502070
Kelas : BK-4D
Mata Kuliah : Manajemen dan Evaluasi BK
Subjek : Tugas 5 - perbedaan model supervisi BK

PERBEDAAN MACAM-MACAM MODEL SUPERVISI BK

No Model Penjelasan
1 Model Psikodinamik Model Psikodinamik adalah model supervise yang
berfokus pada "proses" dan resistance di kedua
konseling dan hubungan pengawasan dapat
memperkaya pemahaman tentang anak serta
hubungan supervisee sendiri dengan staf dan
supervisor. Dengan model ini, penekanan
ditempatkan pada dinamika supervisi, seperti
resistensi,cara mereka bereaksi terhadap klien, dan
reaksi klien (transferensi) terhadap terapis. Model
psikoanalitik menawarkan perspektif terkaya untuk
memahami implikasi dari transferensi dan
kontratransferensi.Dengan model pengawasan ini,
banyak penekanan diberikan untuk memahami
bagaimanareaksi klien-konselor mempengaruhi
jalannya terapi.
2 Model cognitif Behavioral Model ini ialah model yang ditujukan untuk
membangun serangkaian kondisi yang akan
membantu supervisee (konselor) mengadopsi filosofi
tertentu perilaku dan perubahan perilaku. Jadi,
supervisor harus membantu supervisi dalam mampu
fungsional menganalisis masalah konseli
menerapkan prinsip□prinsip perilaku untuk masalah
tersebut, dan memberikan secara teoritis didorong
alasan untuk bagaimana pengobatan isu-isu tersebut
akan terjadi dengan menggunakan prinsip-prinsip
ini.
3 Pendekatan Sistem Dalam model ini, supervisor dan supervisee terlibat
dalam proses berulang-ulang, bersama-sama
mengembangkan fokus arah, tahapan untuk
kemajuan, dan kerangka waktu untuk pencapaian
tujuan. Penggabungan model sistem membawa ke
dalam kesadaran kompleksitas interaksi dan
kerangka kerja yang lebih luas di mana konselor
sekolah harus bekerja, dan menekankan
kompleksitas fungsi konselor sekolah yang
memperluas identitas profesional siswa. Adapun
beberapa langkah-langkah dalam supervisi BK yang
mennggunakan pendektanan sistem antara lain : 1)
pengindentifikasian dan pemetaan sistem, 2) analisis
hubungann dan interaksi, 3) pemahaman konteks dan
lingkungan, 4) pengamatan sistemik, 5) intervensi
dan pembinaan sistemik, dan 6) evaluasi dan
pemantauan.
4 Model Perkembangan Worthington (1987) mencatat bahwa perilaku
supervisor perubahan seperti pengalaman supervisi
berkesinambungan, sehingga menciptakan
perubahan yang dinamis dalam pengalaman
pengawasan. Stoltenberg dan Delworth (1987)
menyoroti sembilan area pertumbuhan utama dalam
pengalaman pengawasan:
1) Intervensi
2) Keterampilan kompetensi
3) Teknik Penilaian
4) Penilaian Interpersonal
5) konseptualisasi konseli
6) Perbedaan individu
7) Orientasi Teoritis
8) Tujuan penyembuhan dan rencana
9) Etika Profesional
Model ini adalah model supervisi dimana
pengalaman konselor sangat berpengaruh terhadap
jalannya proses supervisi tersebut. Jadi, bagaimana
proses/langkah-langkah dalam model ini bergantung
pada sejauh mana pengalaman yang supervisee
(konselor) tersebut alami dalam menyelesaikan
masalah siswa.
5 Model Terpadu Model ini menekankan pada 3 fokus keterampilan,
yaitu proses, konseptualisasi dan personalisasi.
Sesekali supervisor bisa tampil langsung selayaknya
guru yang memberi pengajaran atau informasi
kepada kliennya, sesekali supervisor dapat bertindak
sebagai konselor Ketika harus melakukan Tindakan
konseling atau kepenasehatan khusus atas relasi
hubungan selayaknya sejawat, co-terapis, atau
memerankan diri sebagai konsultan
6 Model Postmodern Dalam konteks supervisi bimbingan dan konseling,
Supervision pendekatan postmodern mengakui bahwa tidak ada
satu metode atau teori tunggal yang cocok untuk
semua situasi. Sebaliknya, pendekatan ini
menghargai keragaman teori dan metode serta
kebutuhan unik klien dan supervisor. Postmodern
supervision bertujuan untuk menciptakan ruang yang
aman bagi supervisor dan supervisee untuk
menjelajahi berbagai perspektif, pengalaman, dan
kebenaran yang konstruksi sosial. Pendekatan
postmodern supervision dalam bidang bimbingan
dan konseling menekankan pentingnya fleksibilitas,
responsivitas terhadap kebutuhan klien, dan
pengakuan akan keberagaman dan kompleksitas
manusia.
7 Model Multicultural Model supervisi ini menekankan pada aspek
Supervision menyadari akan perbedaan budaya yang dapat
muncul antara supervisor dan supervisee yang dapat
berpengaruh terhadap kegiatan supervisi. Seorang
supervisor perlu menyadari tentang bias persepsi
yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan supervisi.
Supervisor seyogyanya reaktif terhadap keragaman
budaya dalam melaksanakan kegiatan supervisi yang
ditunjukkan melalui pengakuan perbedaan budaya
antara supervisor dan supervisee, memahami
kekuatan perbedaan dan memulai diskusi mengenai
keragaman. Supervisor juga mesti menyadari
hambatan dalam supervisi multikultural, diantaranya
yaitu: bias persepsi dan kurangnya pelatihan supervisi

Anda mungkin juga menyukai