Anda di halaman 1dari 3

BAB RINGKASAN

Supervisi dan Konsultasi Sebaya


Dalam bagian ini dibahas mengenai kesamaan konsultasi Sebaya dan Pengawasan
Sebaya. Proses di mana rekan kerja bekerja bersama untuk keuntungan bersama yang
juga sering disebut sebagai pengawasan sejawat lebih tepatnya, proses ini dapat
dijelaskan sebagai konsultasi dengan kolega sejawat, di mana yang paling penting
adalah memberikan umpan balik yang kritis dan dukungan, sementara penilaian
ditunda. Jika seorang terapis memiliki hak untuk menerima atau menolak saran dari
orang lain, maka model ini lebih sesuai dengan konsep konsultasi daripada
pengawasan. Dalam konteks ini, istilah "pengawasan teman sebaya" dan "konsultasi
teman sebaya" akan digunakan secara bergantian untuk menggambarkan bahwa tidak
ada hubungan hierarkis antara pengawas dan yang sedang diawasi. Dengan kata lain,
tidak ada kekuasaan atau tujuan untuk mengevaluasi satu sama lain dalam hubungan
ini.

Adapun model dari pengawasan oleh rekan sebaya dapat mengambil berbagai bentuk
yang beragam. Sebagai contoh, ada pasangan praktisi yang secara rutin bertemu, di
mana mereka saling bergantian dalam peran yang berbeda. Pada satu waktu, satu
orang bertindak sebagai pengawas, sementara yang lain menjadi supervisee, dan
kemudian mereka menukar peran pada sesi berikutnya atau minggu selanjutnya.
Namun, penting untuk mencatat bahwa dalam salah satu sesi, fokusnya tetap pada
penanganan klien. Dalam proses ini, keduanya belajar secara terbuka untuk
mengawasi dan memberikan saran satu sama lain, sehingga keduanya mendapat
manfaat dari pengalaman tersebut secara bersamaan. Bentuk lain yang umum
digunakan adalah penggunaan triad, di mana ada yang berperan sebagai pengawas,
ada yang menjadi supervisee, dan ada yang menjadi pengamat. Peran ini dapat
bergantian dalam sesi atau dari satu sesi ke sesi berikutnya. Contoh bentuk lain, di
mana salah satu dari triad tersebut menjadi supervisee dalam suatu sesi tertentu,
kemudian yang berperan sebagai pengawas dan pengamat memberikan umpan balik
setelah empat puluh menit, sebelum peran supervisee dan pengamat bertukar dan
prosesnya diulang. Ada juga Model Supervisi Sebaya Terstruktur (Structured Peer
Supervision Model atau SPSM) yang mana dalam Model Konsultasi Sejawat
Terstruktur (SPCM), rekan kerja bekerja sama dalam program rutin untuk
memberikan konsultasi satu sama lain, seringkali dengan jadwal mingguan atau dua
mingguan. SPCM mencakup berbagai aktivitas seperti menetapkan tujuan, meninjau
rekaman, dan berkonsultasi tentang kasus-kasus konseling. Namun, perbedaannya
adalah bahwa fokus utama SPCM adalah membantu satu sama lain mencapai tujuan
yang telah mereka tetapkan sendiri, bukan untuk mengevaluasi kinerja konseling
masing-masing individu. Kegiatan tambahan dalam SPCM mencakup diskusi tentang
orientasi teori konseling, eksplorasi pendekatan individu dalam bekerja dengan klien,
dan pemecahan masalah konseling yang relevan. SPCM memberikan struktur yang
jelas dan rinci yang membimbing konselor melalui proses konsultasi rekan sejawat.
Struktur ini dirancang untuk menjaga agar rekan sejawat fokus pada tugas konsultasi
tertentu, sambil memberikan fleksibilitas untuk penyesuaian sesuai dengan kebutuhan
dan gaya individu. Ada bukti empiris yang berkembang yang mendukung manfaat
potensial dari konsultasi rekan sejawat. Saat konselor mengembangkan keterampilan
dan pengalaman, mereka dapat menghasilkan hasil yang positif dalam praktik
konseling mereka.

Adapun kelebihan dan manfaat Keunggulan dari model supervisi sebaya ini meliputi
pemanfaatan sumber daya yang tersedia, penunjukan rekan sejawat sebagai contoh
yang diikuti, dan komitmen individu untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Pengalaman konsultasi atau pengawasan oleh rekan sebaya dapat
memberikan sejumlah manfaat bagi konselor, manfaat-manfaat tersebut meliputi
adanya saling memberikan dan menerima manfaat dalam pengalaman pengawasan
rekan sejawat, kemampuan untuk memilih rekan sejawat yang sesuai dengan tujuan
pribadi dalam proses pengawasan, mengurangi ketergantungan pada pengawas yang
dianggap sebagai ahli, peningkatan keterampilan dan tanggung jawab dalam menilai
keterampilan mereka sendiri dan rekan-rekan mereka, serta mengembangkan
pertumbuhan profesional mereka sendiri, meningkatkan kepercayaan diri, pengarahan
diri sendiri, dan kemandirian serta pengembangan keterampilan dalam konsultasi dan
pengawasan.

BAB ANALISIS
Supervisi dan Konsultasi Sebaya
Supervisi sebaya, juga dikenal sebagai supervisi kelompok atau pendampingan oleh
teman sebaya, merupakan suatu strategi supervisi yang dapat membantu guru BK
dalam meningkatkan profesionalisme mereka. Supervisi sebaya adalah bentuk
dukungan yang diberikan oleh rekan-rekan guru melalui proses supervisi klinis
(seperti yang dijelaskan oleh Glickman, 2009: 321). Penggunaan strategi supervisi
teman sebaya ini sesuai dengan prinsip pendidikan orang dewasa (andragogi), dengan
dasar asumsi bahwa orang dewasa memiliki tingkat kemandirian yang lebih tinggi
secara psikologis (seperti yang diungkapkan oleh Chaniago, 2016: 2). Pilihan untuk
menggunakan supervisi sebaya sebagai tindakan eksperimental dipandang sebagai
pilihan yang lebih fleksibel dan mudah untuk diterapkan, seperti yang disarankan
oleh Pahlevie (2014).

Menerapkan teknik supervisi sebaya sesuai dengan prinsip metode pengajaran yang
menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu rekan-
rekannya dalam proses belajar, tanpa harus memiliki kewenangan untuk menilai
kinerja guru yang mereka bantu. Pendekatan ini memiliki nilai tambah yang
signifikan dalam berbagi pengalaman antara guru-guru seprofesi di bidang mereka.
Dalam proses ini, mereka akan menerima wawasan dan saran dari rekan-rekan
mereka, terutama ketika materi yang diajarkan tergolong sulit. Pendekatan ini dapat
dijalankan secara efektif dalam forum berkumpul guru (KKG) atau kelompok mata
pelajaran dan mata pelajaran (MGMP) yang diadakan secara rutin setiap minggu.

Ragam latar belakang guru BK, termasuk usia, pengalaman, dan status sekolah,
membuka peluang bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman, meningkatkan
pemahaman ilmiah dan praktek, serta membentuk proses bimbingan sebaya dalam
bentuk supervisi sebaya. Kegiatan supervisi oleh teman sebaya ini dilakukan melalui
pertemuan berkala MGBK yang menitikberatkan pada peningkatan kompetensi
profesional guru BK.

Referensi:
Chaniago, B. (2016). Pendampingan Teman Sebaya: Strategi Pembinaan Guru BK
Menyusun ProgramLayanan BK Di Sekolah. ANALITIKA, 8(1).
Glickman, C. D. (2009). The BasicGuide To Supervision and Instructional
Leadership. Allyn & Bacon
Pahlevie, E. D. (2014).Model Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri Guru
Dan Penilaian Rekan Sejawat.Educational Management, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai