Konseling keluarga menurut Golden dan Sherwood (dalam Latipun, 2001) konseling keluarga merupakan rancangan konseling yang difokuskan pada permasalahan keluarga agar konseli dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai untuk memecahkan permasalahannya. Disini konselor percaya bahwa permasalahan tersebut tidak hanya muncul akibat dari diri individu itu sendiri, akan tetapi lingkungan lain termasuk keluarga juga dapat mempengaruhinya oleh karna itu diharapkan keluarga juga ikut andil dapat memberikan efek untuk konseli. B. Tujuan Konseling Keluarga Menurut Bowen (Latipun, 2008) Tujuan konseling keluarga adalah untuk membantu klien (keluarga) mencapai kepribadian sebagai dirinya yang berbeda dari sistem keluarga, yang berkaitan dengan pandangannya terhadap masalah keluarga. Hal ini berkaitan dengan hilangnya kebebasan keluarga sebagai akibat dari aturan dan kekuasaan keluarga. Pada tujuan umumnya konseling keluarga bertujuan untuk salng memahami secara emsional bahwa keluarga merupakan keterkaitan penuh diantara anggotanya. Adapun tujuan khususnya adalah menumbuhkan sikap toleransi dan saling support antar anggota keluarga. C. Langkah-langkah Konseling Keluarga Menurut (Rahayu, 2017) 1) Konselor dan konseli mendefinisikan permasalahan 2) Konseli mengutamakan perubahan yang dikehendaki sebagai simpulan konseling 3) Konselor dan konseli berdiskusi untuk rasionalisasi tujuan yang dimaksud 4) Konselor dan konseli memutuskan teknik mana yang akan digunakan dan, berdasarkan tujuan yang diinginkan, memutuskan apakah akan melanjutkan konseling. 5) Menetapkan dan mengimplementasikan teknik yang akan digunakan 6) Mengevaluasi apakah teknik yang diterapkan sudah mencapai tujuan konseling 7) Menganalisis feedback untuk meningkatkan proses konseling D. Teknik Konseling Keluarga 1) Experiential Family Therapy (EFT). Tidak berfokus pada teori tertentu, tetapi pada hubungan potensial yang dapat dikembangkan oleh konselor untuk membantu anggota keluarga mendapatkan wawasan baru tentang keluarganya (Evans et al., 2012). 2) Structural Family Therapy (SFT). Konselor membantu keluarga untuk lebih berfokus pada hakikat dan konteks dari persoalan yang dihadapi dibandingkan persoalan itu sendiri. Konselor dalam hal ini akan berusaha mewujudkan perubahan (Evans dkk., 2012). 3) Cognitive Behavior Therapy (CBT). Bertujuan untuk mengubah cara individu berpikir dan bertindak dengan mengubah kesadaran mereka. 4) Multi-Systemic Therapy (MST). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesempatan bagi keluarga yang terlibat untuk menemukan solusi yang mereka butuhkan 5) Family Problem Solving. Yang didasarkan pada model pemecahan masalah banyak digunakan dalam pengabdian masyarakat. 6) Solution Focused Brief Therapy (SFBT). Kunci dalam model ini identifikasi masalah dan motivasi, pertanyaan, kemungkinan dan harapan, formasi tujuan, eksepsi dan coping, kepercayaan diri dan kekuatan, serta feedback (Evans dkk., 2012) 7) Narrative Therapy (NT). Dengan menemukan cara untuk membantu orang memeriksa ulang narasi atau kisah hidup mereka dalam percakapan (Evans et al., 2012) Referensi : Laela, F. N. (2017). Bimbingan konseling keluarga dan remaja edisi revisi.
Rahayu, S. M. (2017). Konseling keluarga dengan pendekatan behavioral: Strategi
mewujudkan keharmonisan dalam keluarga. In Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Bimbingan Dan Konseling 2017 (pp. 264-272).
Ulfiah, U. (2021). Konseling Keluarga untuk Meningkatkan Ketahanan Keluarga. Psympathic :
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu