Anda di halaman 1dari 3

Salma Nur Maulida | 2100593 | BK A 2021

A. Pengertian Konseling Keluarga


Konseling keluarga menurut Golden dan Sherwood (dalam Latipun, 2001)
konseling keluarga merupakan rancangan konseling yang difokuskan pada
permasalahan keluarga agar konseli dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai
untuk memecahkan permasalahannya. Disini konselor percaya bahwa
permasalahan tersebut tidak hanya muncul akibat dari diri individu itu sendiri,
akan tetapi lingkungan lain termasuk keluarga juga dapat mempengaruhinya oleh
karna itu diharapkan keluarga juga ikut andil dapat memberikan efek untuk
konseli.
B. Tujuan Konseling Keluarga
Menurut Bowen (Latipun, 2008) Tujuan konseling keluarga adalah untuk
membantu klien (keluarga) mencapai kepribadian sebagai dirinya yang berbeda
dari sistem keluarga, yang berkaitan dengan pandangannya terhadap masalah
keluarga. Hal ini berkaitan dengan hilangnya kebebasan keluarga sebagai akibat
dari aturan dan kekuasaan keluarga. Pada tujuan umumnya konseling keluarga
bertujuan untuk salng memahami secara emsional bahwa keluarga merupakan
keterkaitan penuh diantara anggotanya. Adapun tujuan khususnya adalah
menumbuhkan sikap toleransi dan saling support antar anggota keluarga.
C. Langkah-langkah Konseling Keluarga
Menurut (Rahayu, 2017)
1) Konselor dan konseli mendefinisikan permasalahan
2) Konseli mengutamakan perubahan yang dikehendaki sebagai simpulan
konseling
3) Konselor dan konseli berdiskusi untuk rasionalisasi tujuan yang dimaksud
4) Konselor dan konseli memutuskan teknik mana yang akan digunakan dan,
berdasarkan tujuan yang diinginkan, memutuskan apakah akan
melanjutkan konseling.
5) Menetapkan dan mengimplementasikan teknik yang akan digunakan
6) Mengevaluasi apakah teknik yang diterapkan sudah mencapai tujuan
konseling
7) Menganalisis feedback untuk meningkatkan proses konseling
D. Teknik Konseling Keluarga
1) Experiential Family Therapy (EFT). Tidak berfokus pada teori tertentu,
tetapi pada hubungan potensial yang dapat dikembangkan oleh konselor
untuk membantu anggota keluarga mendapatkan wawasan baru tentang
keluarganya (Evans et al., 2012).
2) Structural Family Therapy (SFT). Konselor membantu keluarga untuk
lebih berfokus pada hakikat dan konteks dari persoalan yang dihadapi
dibandingkan persoalan itu sendiri. Konselor dalam hal ini akan berusaha
mewujudkan perubahan (Evans dkk., 2012).
3) Cognitive Behavior Therapy (CBT). Bertujuan untuk mengubah cara
individu berpikir dan bertindak dengan mengubah kesadaran mereka.
4) Multi-Systemic Therapy (MST). Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesempatan bagi keluarga yang terlibat untuk menemukan solusi yang
mereka butuhkan
5) Family Problem Solving. Yang didasarkan pada model pemecahan
masalah banyak digunakan dalam pengabdian masyarakat.
6) Solution Focused Brief Therapy (SFBT). Kunci dalam model ini
identifikasi masalah dan motivasi, pertanyaan, kemungkinan dan harapan,
formasi tujuan, eksepsi dan coping, kepercayaan diri dan kekuatan, serta
feedback (Evans dkk., 2012)
7) Narrative Therapy (NT). Dengan menemukan cara untuk membantu orang
memeriksa ulang narasi atau kisah hidup mereka dalam percakapan
(Evans et al., 2012)
Referensi :
Laela, F. N. (2017). Bimbingan konseling keluarga dan remaja edisi revisi.

Rahayu, S. M. (2017). Konseling keluarga dengan pendekatan behavioral: Strategi


mewujudkan keharmonisan dalam keluarga. In Proceeding Seminar Dan Lokakarya
Nasional Bimbingan Dan Konseling 2017 (pp. 264-272).

Ulfiah, U. (2021). Konseling Keluarga untuk Meningkatkan Ketahanan Keluarga. Psympathic :


Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(1), 69–86. https://doi.org/10.15575/psy.v8i1.12839

Anda mungkin juga menyukai