Anda di halaman 1dari 42

BANK SENTRAL

DI BERBAGAI NEGARA

BAB II
TABLE OF CONTENTS

01 02
EVOLUSI FUNGSI DAN
FUNGSI BANK SENTRAL KELEMBAGAAN BANK
SENTRAL

03 04
PERKEMBANGAN BANK
EVOLUSI
SENTRAL DI BEBERAPA
BANK INDONESIA
NEGARA
01
FUNGSI
BANK
SENTRAL
FUNGSI BANK SENTRAL
• Tujuan bank sentral di dunia berevolusi dari mempunyai tujuan jamak (multiple objective) menjadi
tujuan tunggal (single objective). Menurut Chandavarkar (1996), beberapa tujuan kebijakan bank
sentral:
1) Menjaga kestabilan harga dan nilai tukar.
2) Menjaga kesinambungan neraca pembayaran.
3) Mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
4) Menciptakan kesempatan kerja dan kesejahteraan umum.
• Namun, dalam pelaksanaannya tidak jarang ditemukan adanya benturan kepentingan (conflict of
interest) antar tujuan tersebut, misalnya mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
mengakibatkan inflasi yang tinggi. Benturan kepentingan tersebut mendorong bank sentral
mengubah tujuannya menjadi tujuan tunggal.
• Misalnya bank sentral Inggris (Bank of England) dan bank sentral Jerman (Bundesbank)
mempunyai tujuan tunggal berupa menjaga inflasi yang rendah.
FUNGSI BANK SENTRAL
• Dari aspek kelembagaan, bank sentral berevolusi dari yang sebelumnya sebagai bagian dari
Pemerintahan berubah menjadi bank sentral yang independen.
• Sebagai bagian dari Pemerintah: bank sentral banyak berfungsi sebagai salah satu sumber
pembiayaan defisit fiskal Pemerintah sehingga mengakibatkan tingginya laju inflasi dan tidak
jarang mengakibatkan hyper inflation di suatu negara. Inflasi yang tinggi telah mengakibatkan
penurunan tajam daya beli masyarakat dan bahkan dapat mendorong kelesuan ekonomi atau
resesi ekonomi.
• Pemberian independensi kepada bank sentral baik dari sisi kelembagaan maupun instrumen
kebijakan dapat mendorong bank sentral lebih fokus kepada tujuannya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pengendalian inflasi yang rendah.
FUNGSI BANK SENTRAL
• Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Bank
Indonesia masih menjadi bagian dari Pemerintah, namun tidak lagi mempunyai peran ganda
sebagai bank komersial.
• Tujuan Bank Indonesia juga menjadi lebih fokus, yaitu:
1) Mengatur, menjaga dan memelihara stabilitas nilai rupiah.
2) Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan.
3) Memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Pada era ini, Bank Indonesia berperan sebagai agen pembangunan, kasir Pemerintah, dan
bankir bank.

• Dalam perkembangannya, kebijakan-kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai satu tujuan


sering bertentangan dengan tujuan lain, terlebih setelah krisis yang melanda Indonesia pada
tahun 1997-1998.
FUNGSI BANK SENTRAL
• Untuk mengatasi masalah itu, terbitlah undang-undang baru yaitu UU No.23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia yang mengubah tujuan Bank Indonesia yang semula beragam
(multiple objectives) menjadi tujuan tunggal (single objectives). Berdasarkan undang-undang ini,
Bank Indonesia fokus pada tujuan tunggal untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah.
• Kebijakan moneter Bank Indonesia tidak lagi secara langsung bertujuan meningkatkan
kapasitas output perekonomian, tetapi bertujuan mencapai stabilitas nilai rupiah melalui
pengendalian moneter dengan cara sebagai berikut:
1) Melakukan operasi pasar terbuka.
2) Menetapkan tingkat diskonto.
3) Menetapkan cadangan wajib minimum.
4) Mengatur ketentuan dan pembiayaan demi mencapai dan memelihara stabilitas nilai
rupiah.
FUNGSI BANK SENTRAL
• Dalam melaksanakan tugas kebijakan moneter, Bank Indonesia memantau perkembangan dan
kecenderungan berbagai variabel ekonomi makro, moneter, dan keuangan. Dalam hal ini, Bank
Indonesia bertugas untuk:
1) Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan jumlah uang
beredar dan atau suku bunga.
2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
3) Mengatur dan mengawasi perbankan.
• Selanjutnya, tugas pengaturan dan pengawasan perbankan telah resmi beralih ke Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) terhitung sejak 31 Desember 2013 sesuai UU No.21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Undang-undang tersebut mengatur pengawasan terhadap
individual bank (mikroprudensial).
• Namun BI masih tetap melakukan pengawasan makroprudensial yaitu pengawasan industri
perbankan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Hal ini dilakukan melalui
pengawasan (surveillance) terhadap bank-bank yang mempunyai risiko sistemik.
02
EVOLUSI FUNGSI
DAN
KELEMBAGAAN
BANK SENTRAL
EVOLUSI FUNGSI DAN KELEMBAGAAN
BANK SENTRAL
• Awalnya beberapa negara sudah mengenal sistem perbankan, namun saat itu belum merasa
perlu memiliki bank sentral karena aktivitas penyimpanan dana dan kredit masih sangat
terbatas.
• Namun pada saat itu di beberapa negara, khususnya di Eropa, alat produksi semakin
berkembang sehingga mendorong aktivitas perdagangan yang menyebabkan sistem
perbankan mengalami perkembangan yang pesat. Maka dari itu dibutuhankan suatu lembaga
sebagai stabilisator perekonomian yang dalam hal ini adalah bank sentral.
• Pada dasarnya bank sentral dibentuk untuk mencapai tujuan sosial ekonomi tertentu yang
menyangkut kepentingan nasional atau kesejahteraan umum, seperti stabilitas harga dan
perkembangan ekonomi. Di sisi lain, dalam suatu sistem perbankan, ketiadaan koordinator dan
regulator yang tidak berpihak akan mengakibatkan bank-bank tidak dapat melaksanakan
operasinya secara efisien.
EVOLUSI FUNGSI DAN KELEMBAGAAN
BANK SENTRAL
Keberagaman tugas dan fungsi bank sentral memunculkan banyak paradigma bagi masyarakat
sehingga melahirkan beberapa pendapat dari para ahli dalam mendefinisikan bank sentral,
beberapa di antaranya ialah:
1) Singleton (2011)
Bank sentral adalah bank yang memegang simpanan bank lain dan menggunakannya untuk
settlement pembayaran antarbank.
2) Hawke (1973)
Bank sentral merupakan sebuah organisasi yang berdiri di antara Pemerintah dan
perbankan.
3) Kisch dan Elkin (1932)
Bank sentral adalah bagian dari kebijakan publik dan bukan merupakan instrumen dari
kepentingan pribadi. Bank sentral menerapkan (dan kadang membantu memformulasikan)
kebijakan publik pada sektor perbankan guna memengaruhi variabel ekonomi.
EVOLUSI FUNGSI DAN
KELEMBAGAAN BANK SENTRAL
Kegiatan bank sentral menurut Singleton et al (2006):
▪ Bank sentral menerbitkan uang (dalam bentuk uang kertas dan logam) untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (fungsi moneter dan sistem pembayaran).
▪ Bank sentral menerapkan dan memformulasikan kebijakan moneter (fungsi moneter).
▪ Bank sentral menjalankan tugas sebagai bank dan lembaga pelayanan bagi Pemerintah, dan
terkadang mengelola utang luar negeri (hubungan dengan Pemerintah).
▪ Bank sentral menyimpan cadangan/simpanan bank umum dan membantu settlement keuangan
antarbank (fungsi banker's bank).
▪ Bank sentral memelihara dan mempertahankan kekuatan sistem keuangan, dan pada saat
tertentu bertindak sebagai lender of the last resort serta bertugas mengawasi perbankan (fungsi
bankers' bank dan keuangan).
▪ Bank sentral menjalankan kebijakan Pemerintah dalam menjagastabilitas nilai tukar dan
memelihara serta mengelola cadangan devisa (fungsi moneter).
EVOLUSI FUNGSI DAN
KELEMBAGAAN BANK SENTRAL
Kegiatan bank sentral menurut Singleton et al (2006):
▪ Bank sentral turut mendorong pembangunan ekonomi (fungsi agent of development).
▪ Bank sentral memberi saran kepada Pemerintah menyangkutkebijakan ekonomi (hubungan
dengan Pemerintah).
▪ Bank sentral turut serta dalam perjanjian kerja sama moneter internasional (hubungan dengan
Pemerintah).
▪ Bank sentral adalah bank yang memegang simpanan bank lain dan menggunakannya untuk
settlement pembayaran antarbank (sistem pembayaran).
EVOLUSI FUNGSI DAN
KELEMBAGAAN BANK SENTRAL
Tujuh area utama tugas bank sentral menurut McKinley dan Banaian (2005):
a. Pengendalian kebijakan moneter.
b. Pengelolaan nilai tukar dan cadangan devisa.
c. Agen fiscal.
d. Sebagai lender of last resort.
e. Mengawasi dan mengatur perbankan.
f. Mengelola sistem pembayaran.
g. Mengelola dan memelihara mata uang.
4) Charles Goodhart (1991)
Posisi bank sentral yang berada di tengah-tengah dalam sebuah sistem keuangan karena bank
sentral memiliki kekuatan politik sebagai bank Pemerintah. Kekuasaan yang dimiliki bank
sentral biasanya sangat besar, khususnya dalam menyediakan uang dalam jumlah besar sehingga
bank sentral dapat menyediakan likuiditas ekstra pada saat bank umum mengalami kesulitan.
EVOLUSI FUNGSI DAN
KELEMBAGAAN BANK SENTRAL
• 1668: Evolusi fungsi bank sentral dimulai ketika adanya pendirian Sveriges Risk Bank tahun
1668 di Swedia dan Bank of England tahun 1694 di Inggris yang merupakan cikal bakal bank
sentral modern.
• Sebelum adanya bank sentral, bank komersial sekaligus berfungsi sebaga bank sirkulasi dan
bankers' bank melalui mekanisme sebagai lender of the last resort. Bank komersial pada saat itu
juga melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pembuat kebijakan moneter, perbankan, dan
sistem pembayaran secara terbatas.
• Seiring dengan perkembangan yang ada, bank sentral kemudian muncul dengan beberapa
peran dan fungsi kebanksentralan yang sebelumnya dilakukan oleh bank komersial, yaitu
sebagai pembuat kebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.
• Meskipun berstatus sebagai regulator, bank sentral pada saat itu terkadang masih
menjalankan fungsinya sebagai bank komersial. Bank sentral masih merupakan bagian dari
Pemerintah dan melakukan kegiatan pembiayaan fiskal dan program Pemerintah. Tujuan
didirikannya bank sentral saat itu adalah untuk mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas kurs,
mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, serta ikut menyehatkan neraca
pembayaran.
EVOLUSI FUNGSI DAN
KELEMBAGAAN BANK SENTRAL
• Saat ini, pemisahan antara bank komersial dan bank sentral menjadi semakin jelas. Bank sentral
memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas harga dalam pertumbuhan ekonomi.
• Tugas bank sentral pada saat ini lebih terkonsentrasi pada tiga fokus utama yaitu dalam
kebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.
• Bank sentral juga merupakan bagian yang terpisah dari Pemerintah dan berdiri secara
independen dalam hal koordinasi yang diiringi dengan penguatan pelaksanaan prinsip
akuntabilitas dan transparansi.
03
PERKEMBANGAN
BANK SENTRAL
DI BEBERAPA
NEGARA
PERKEMBANGAN BANK SENTRAL DI BEBERAPA NEGARA
Bank of England (BoE)
• BoE didirikan pada tahun 1694.
• Awalnya didirikan sebagai bank komersial yang kemudian dinasionalisasi menjadi bank sentral.
Sejak April 2013, kewenangan BoE diperluas dengan berdirinya Prudential Regulatory Authority
(PRA).
• PRA adalah badan pengawas jasa keuangan Inggris Raya, yang dibentuk sebagai pengganti dari
Financial Services Authority (FSA) atau Otoritas Jasa Keuangan Inggris Raya.
• FSA didirikan sebagai perusahaan terbatas yang sepenuhnya dimiliki oleh BoE.
• PRA bertanggung jawab atas penetapan regulasi dan pengawasan yang berhati- hati terhadap
perbankan, building societies, credit unions, asuransi dan perusahaan investasi besar. PRA
menetapkan regulasi dan mengawasi lembaga keuangan di tingkat perusahaan secara individu.
PERKEMBANGAN BANK SENTRAL DI BEBERAPA NEGARA

Federal Reserve Banks (The Fed) Amerika


• The Fed dibentuk tahun 1913 setelah Kongres menyetujui The Federal Reserve Act.
• The Fed semula merupakan bank bentukan Pemerintah, dan dikontrol oleh Pemerintah, lalu
menjadi lembaga independen pada tahun 1951 setelah berakhirnya Depresi Besar (The Great
Depression) dan Perang Dunia II.
• Namun independensinya dipertanggungjawabkan dengan cara melaporkan kegiatannya secara
rutin kepada senat dan parlemen.
PERKEMBANGAN BANK SENTRAL DI BEBERAPA NEGARA

Hong Kong Monetary Authority (HKMA)


• HKMA didirikan pada tahun 1993.
• Merupakan penggabungan badan pengelola pertukaran mata uang dan badan pengawasan
perbankan.
• Dalam pelaksanaan tugasnya, HKMA memberikan laporan kepada Menteri Keuangan. HKMA
merupakan lembaga Pemerintah yang diberi otoritas untuk memelihara kestabilan moneter
dan perbankan.
PERKEMBANGAN BANK SENTRAL DI BEBERAPA NEGARA

Monetary Authority of Singapore (MAS)


• Didirikan pada 1 Januari 1971.
• Pembentukan MAS dilatarbelakangi oleh pesatnya perkembangan sektor keuangan di
Singapura yang menjadi salah satu pusat keuangan di kawasan Asia.
• MAS merupakan lembaga yang memegang mandat penuh untuk melaksanakan fungsi bank
sentral yang bertugas mengatur dan mengawasi lembaga keuangan serta menetapkan
kebijakan moneter.
• Sebelum dibentuknya MAS, fungsi moneter dilakukan oleh Kementerian Keuangan.
PERKEMBANGAN BANK SENTRAL DI BEBERAPA NEGARA
European Central Bank (ECB)
• Berdiri pada 1 Juni 1998.
• Dua tugas utama ECB yaitu menjaga nilai tukar mata uang Euro dan menjaga kestabilan harga
di Eurozone.
• Eurozone terdiri dari 17 negara yang sejak tahun 1999 sepakat untuk menggunakan mata uang
tunggal, Euro, dan membangun sistem bank sentral yang dinamakan Eurosystem.
• ECB merupakan bank sentral kawasan yang independen baik secara politik maupun keuangan.
ECB tidak dapat diintervensi oleh Pemerintah negara yang tergabung dalam Eurosystem.
• Anggaran operasional ECB berasal dari iuran anggot namun ECB memiliki otonomi untuk
mengelola anggaran tersebut.
PERKEMBANGAN BANK SENTRAL DI BEBERAPA NEGARA
Bank Negara Malaysia (BNM)
• BNM dibentuk pada 26 Januari 1959 melalui Central Bank of Malaysia Act 1958 (CBA 1958).
• CBA 1958 ini kemudian diganti dengan CBA 2009 yang berlaku efektif pada 25 November
2009. Menurut undang-undang ini, BNM merupakan sebuah badan hukum di bawah
Pemerintah Malaysia dan dipimpin oleh seorang gubernur yang bertanggung jawab dan
melaporkan kegiatannya kepada Menteri Keuangan.
• Menurut CBA 2009, BNM menetapkan kebijakan moneter secara independen melalui Komite
Kebijakan Moneter.
• BNM memiliki kewenangan memberikan izin bank konvensional dan bank syariah untuk
beroperasi secara paralel di Malaysia.
• Peran-peran BNM lainnya: sebagai pembuat kebijakan moneter dalam rangka menjaga
stabilitas nilai tukar ringgit dan menjaga inflasi agar tetap rendah dan stabil; bertanggung
jawab atas kestabilan sistem keuangan; berperan dalam membangun infrastruktur sistem
keuangan, mempromosikan inklusi keuangan agar meningkatkan akses masyarakat terhadap
jasa keuangan; dan berperan sebagai bankir dan penasihat Pemerintah khususnya dalam
pengelolaan ekonomi makro dan pengaturan utang Pemerintah.
PERKEMBANGAN BANK SENTRAL DI BEBERAPA NEGARA
Bank of Thailand (BoT)
• Cikal bakal berdirinya bank sentral di Thailand diawali dengan terbentuknya Thai National
Banking Bureau pada 1940 dan baru ditetapkan menjadi bank sentral Thailand dengan nama
Bank of Thailand (BoT) pada 1942.
• Sejak itu, seluruh tanggung jawab Thai National Banking Bureau dialihkan kepada BoT.
• Beberapa peran dan tanggung jawab BoT, yaitu
a. Mencetak dan menerbitkan uang kertas (banknotes) dan surat-surat berharga lainnya.
b. Menjaga stabilitas moneter dan merumuskan kebijakan moneter.
c. Mengelola aset-aset BoT dengan memperhatikan risiko-risiko terkait keamanan,
likuiditas, tingkat pengembalian atas aset (return on assets), dan manajemen.
d. Menyediakan fasilitas perbankan bagi Pemerintah dan sebagai registrar surat utang
Pemerintah.
e. Menyediakan fasilitas perbankan bagi lembaga keuangan.
f. Membangun dan mendukung pengembangan sistem pembayaran.
g. Mengawasi dan memeriksa lembaga keuangan.
h. Mengelola nilai devisa negara sesuai dengan sistem devisa yang dianut dan mengelola
aset dalam bentuk cadangan mata uang yang sesuai dengan UU Mata Uang.
i. Mengendalikan lalu lintas devisa sesuai dengan undang-undang pengendalian devisa.
PERKEMBANGAN BANK SENTRAL DI BEBERAPA NEGARA
Banko Sentral Ng Philipinas (BSP)
• BSP didirikan pada 3 Juli 1993 sesuai dengan Konstitusi Philipina tahun 1987 dan
Undang-Undang Bank Sentral Baru tahun 1993.
• Berdasarkan undang-undang tersebut, BSP merupakan otoritas moneter negara Filipina.
• Tujuan utama BSP: mempertahankan stabilitas harga yang kondusif untuk menyeimbangkan
dan mempertahankan stabilitas moneter dan nilai tukar mata uang peso.
• Fungsi-fungsi BSP:
a. Pengelola likuiditas (supply uang) untuk mempertahankan stabilitas harga.
b. Penerbit uang kertas.
c. Lender of the last resort bagi bank dan lembaga keuangan untuk tujuan likuiditas.
d. Pengawas lembaga keuangan.
e. Pengelola cadangan devisa.
f. Pembuat kebijakan nilai tukar.
g. Bankir dan penasihat keuangan Pemerintah.
PERKEMBANGAN BANK SENTRAL DI BEBERAPA NEGARA
Bank of Japan (BoJ)
• BoJ didirikan pada tahun 1882 dengan status badan khusus non Pemerintah yang bertanggung
jawab kepada Menteri Keuangan.
• Tugas-tugas pokok BoJ: melaksanakan fungsi otoritas moneter, mengawasi dan membina
perbankan, menjaga kestabilan sistem keuangan, dan menyediakan jasa keuangan tertentu.
• BoJ dipimpin oleh seorang gubernur dan dua deputi gubernur yang diangkat oleh kabinet
dengan masa jabatan tujuh tahun.
04
EVOLUSI
BANK
INDONESIA
EVOLUSI BANK INDONESIA
❑ Pendirian De Javasche Bank NV merupakan cikal bakal dimulainya evolusi kelembagaan bank sentral
di Indonesia yang semula hanya sebagai bank sirkulasi.
❑ 1828: De Javasche Bank NV (Naamlose Vennoostchap') pertama kali memperoleh hak octrooi (hak
untuk mencetak dan mengedarkan uang) dari Pemerintahan Hindia Belanda.
❑ 1 Januari 1828 sampai dengan 31 Maret 1921: De Javasche Bank bertugas sebagai bank sirkulasi
Gulden untuk wilayah Hindia Belanda. Dalam kurun waktu tersebut tercatat tujuh kali perpanjangan
hak octrooi yang diberikan kepada De Javasche Bank meski pada awalnya hak tersebut hanya
diberikan selama sepuluh tahun terhitung dari 1 Januari 1828 sampai dengan 31 Desember 1837.
❑ 1922: Pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Javasche Bank (De Javasche Bank Wet)
yang memberikan perluasan fungsi De Javasche Bank dan sekaligus memperpanjang pemberian hak
octrooi.
▪ Perluasan fungsi tersebut antara lain dalam hal mengeluarkan uang kertas, memberikan
layanan jasa bank (pengiriman uang, rekening giro/deposito, negosiasi wesel luar negeri,
kredit, diskonto wesel luar negeri), menjadi kasir Pemerintah dan memberikan kredit kepada
Pemerintah, menyelenggarakan kliring antarbank, dan melaksanakan pengawasan bank.
▪ Meskipun pada saat itu diberikan perluasan fungsi dan tugasnya, fungsi utama sebagai
otoritas moneter tetap berada di Sentral Belanda.
EVOLUSI BANK INDONESIA
❑ 6 Desember 1951: Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang
Nasionalisasi De Javasche Bank yang dilanjutkan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 11
tahun 1953 tentang Pokok-Pokok Bank Indonesia sebagai pengganti Javasche Bank Wet tahun 1922.
▪ Hal itu menandai lahirnya bank sentral di Indonesia yaitu Bank Indonesia. Undang-undang
tersebut memberikan tugas kepada Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah,
mengedarkan uang, serta memajukan dan mengawasi urusan kredit dan bank.
▪ Berlakunya Undang-undang 1953 menyebabkan Bank Indonesia memiliki peran ganda, yaitu
sebagai bank sentral dan bank komersial sekaligus.
▪ Namun dalam perkembangan selanjutnya, kondisi ini dirasakan kurang sehat bagi
perkembangan perekonomian di Indonesia. Di satu pihak, sebagai bank sentral, Bank Indonesia
berfungsi sebagai regulator yang mengatur dan menetapkan kebijakan di bidang moneter dan
perbankan.
▪ Di pihak lain, sebagai bank komersial, Bank Indonesia merupakan bagian dari pelaku di bidang
perbankan yang harus mengikut dan menjalankan aturan-aturan perbankan yang dibuatnya
sendiri.
❑ 1968: Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1968 tentang
Bank Indonesia yang menegaskan penghapusan fungsi bank komersial dalam Bank Indonesia. Bank
Indonesia tidak lagi menerima simpanan masyarakat dan menyalurkan kredit komersial, namun
berperan sebagai agen pembangunan dan pemegang kas negara.
EVOLUSI BANK INDONESIA
❑ Seiring dengan kebutuhan untuk memiliki bank sentral yang independen dan berfokus pada upaya
memelihara stabilitas nilai rupiah, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia. Undang-undang ini menjadi tonggak sejarah dihapusnya peran Bank
Indonesia sebagai agen pembangunan yang sering dirasakan bertentangan dengan tugas sebagai
penjaga stabilitas nilai rupiah. Di dalam undang-undang ini tercantum independensi bank sentral dan
penetapan tujuan tunggal Bank Indonesia.
❑ Dengan berlakunya undang-undang tersebut, Bank Indonesia diposisikan sebagai lembaga negara
yang independen, tidak lagi sebagai bagian dari Pemerintah, dan memiliki tujuan tunggal yaitu untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
❑ Evolusi Bank Indonesia terus terjadi dari segi tujuan, fungsi, dan kelembagaannya. Kedudukan bank
sentral sebagai otoritas moneter dikuatkan dalam Pasal 24d UUD 1945 yang telah diamandemen.
Dalam pasal itu ditegaskan adanya bank sentral yang dimiliki negara di mana susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.
❑ Hal tersebut kemudian disempurnakan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 3 tahun 2004 yang
merupakan hasil amandemen atas UU No. 23/1999. Undang-undang hasil amandemen tersebut
antara lain memberikan penegasan mengenai kedudukan bank sentral yang independen,
penyempurnaan cakupan tugas dan wewenang Bank Indonesia, serta penataan fungsi pengawasan
terhadap operasional Bank Indonesia.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Ditinjau dari periodisasi waktunya, evolusi bank sentral di Indonesia dari sejak berdirinya
hingga saat ini dapat dibagi menjadi empat periode, yaitu periode 1945-1952, 1953-1967,
1968-1998, dan 1999-sekarang, Evolusi yang terjadi meliputi status, landasan hukum, peran,
dan peristiwa penting yang menunjukkan adanya perkembangan progresif seiring dengan
perkembangan zaman.
• Pada periode 1945-1952 bank sentral belum terbentuk secara formal. Pada awal
kemerdekaan, mata uang Hindia Belanda (yang diterbitkan oleh De Javasche Bank) dan Jepang
masih digunakan dalam kegiatan transaksi masyarakat.
• Setelah berdirinya BNI pada 1946, Pemerintah menugaskan BNI dan Bank Rakyat Indonesia
(BRI), yang berdiri sejak 1895, untuk menjadi bank sirkulasi yang menerbitkan dan
mengedarkan Oeang Republik Indonesia (ORI). Dengan demikian, ORI menggantikan peran
mata uang Hindia Belanda dan Jepang sebagai alat pembayaran resmi di Indonesia.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Namun, sesuai dengan amanat Pasal 23 UUD 1945, Indonesia perlu membentuk sebuah bank
sentral yang disebut Bank Indonesia yang mengeluarkan dan mengatur uang kertas. Untuk itu,
Pemerintah kemudian menasionalisasi sebuah bank komersial milik Pemerintah Belanda, De
Javasche Bank (DJB) pada 1951 yang menjadi cikal bakal bank sentral Indonesia.
• Seiring dengan hal itu, DJB diberikan mandat oleh Pemerintah Repubik Indonesia Serikat (RIS)
untuk menjadi bank sentral dan sekaligus bank sirkulasi di Indonesia menggantikan peran BNI
dan BRI. Maka, DJB menerbitkan mata uang baru, uang DJB, yang menggantikan keberadaan
ORI.
• Sebelum tahun 1951, akibat dari dinamika politik yang mendominasi dinamika perekonomian
pada era itu, pencetakan uang menjadi tidak terkendali (berlebihan). Kondisi ini kemudian
menyebabkan hiperinflasi dalam perekonomian Indonesia. Untuk mengendalikan hiperinflasi
itu, pada 1950 Pemerintah mengambil kebijakan moneter dengan cara memotong nilai uang
(sanering) menjadi hanya separuhnya. Peristiwa itu dikenal sebagai kebijakan 'Gunting
Sjafruddin' sesuai dengan nama Menteri Keuangan yang memutuskan kebijakan itu, yaitu
Sjafruddin Prawiranegara.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Periode kedua terjadi dalam kurun waktu tahun 1953-1967 yang ditandai dengan berdirinya
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1953.
• Bank Indonesia masih melaksanakan fungsinya sebagai bank komersial dan melakukan
pengawasan bank. Bank Indonesia menjadi bagian dari Pemerintah yang diminta untuk
membiayai proyek-proyek Pemerintah dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Dewan
Moneter.
• Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter, pengedaran uang, dan sistem
pembayaran. Peran Bank Indonesia saat itu adalah sebagai agen pembangunan, kasir
Pemerintah, dan bankers' bank.
• Pada masa itu, Bank Indonesia juga melakukan pencetakan uang untuk mengurangi defisit
fiskal yang kemudian berujung pada terulangnya kebijakan sanering pada tahun 1959 dan
terjadinya hiperinflasi pada 1965-1968.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Periode ketiga yang berlangsung pada 1968-1998 tidak memberikan perubahan yang terlalu
signifikan terhadap status Bank Indonesia sebagai bank sentral. Bank Indonesia tetap menjadi
bagian dari Pemerintah, Dewan Moneter tidak hanya memberikan arah kebijakan tetapi juga
ikut berperan serta dalam menentukan kebijakan moneter itu sendiri.
• Awal dari periode ini ditandai dengan mulai diberlakukannya Undang- Undang Nomor 13
tahun 1968 tentang Bank Sentral. Menurut undang-undang itu, Bank Indonesia masih menjadi
bagian dari Pemerintah dan berkedudukan setingkat kementerian negara.
• Bank Indonesia menjalankan perannya sebagai otoritas moneter, mengawasi perbankan,
sebagai kasir Pemerintah, dan melaksanakan fungsi pengedaran uang.Selain itu, Bank
Indonesia juga mendapat tugas tambahan untuk menjaga stabilitas nilai rupiah serta
mendorong produksi dan kesempatan kerja. Dengan demikian, Bank Indonesia masih berperan
sebagai agen pembangunan dan bankers' bank, tetapi peran sebagai bank komersial telah
dihapuskan.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Meskipun secara normatif tidak terdapat perubahan yang berarti mengenai peran dan fungsi
Bank Indonesia sebagai bank sentral, namun beberapa peristiwa ekonomi dan kebijakan
moneter penting banyak dilakukan Pemerintah pada periode ini.
• Setelah mengalami kondisi hiperinflasi pada periode sebelumnya, dalam rentang waktu
1968-1972 Pemerintah mengarahkan kebijakannya untuk melakukan stabilisasi dan
rehabilitasi ekonomi.
• Kebijakan moneter difokuskan pada pengendalian inflasi. Pencetakan uang untuk membiayai
defisit anggaran dihentikan sama sekali. Koordinasi kebijakan fiskal-moneter juga ditingkatkan
sehingga kondisi perekonomian nasional secara berangsur-angsur mulai tertata kembali dan
mengalami pemulihan yang signifikan. Hal itu tidak terlepas dari peran Dewan Moneter yang
merumuskan kebijakan moneter Pemerintah, untuk kemudian dilaksanakan oleh Bank
Indonesia.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Selanjutnya, pada periode 1973-1982 merupakan masa-masa emas dalam perekonomian Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh penerimaan negara dari hasil penjualan minyak bumi karena
pada awal dekade 1970-an ditemukan ladang-ladang minyak baru secara signifikan. Pengeluaran rutin
dan pembangunan oleh Pemerintah meningkat pesat sehingga mendorong kegiatan ekonomi riil.
• Sayangnya, penerimaan devisa dari hasil minyak itu menyebabkan ekspansi jumlah uang primer (MO)
menjadi berlebihan. Kondisi itu mengharuskan Bank Indonesia melakukan penyerapan ekspansi
moneter dari sisi fiskal tersebut guna meredam tekanan inflasi.
• Kebijakan moneter yang diambil adalah dengan menerapkan 'kredit selektif' yang diluncurkan pada
1974 dan menaikkan reserve requirement (RR) atau Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan hingga
30% untuk mengendalikan jumlah uang beredar yang berlebihan.
• Melalui kebijakan kredit selektif, Bank Indonesia mengatur dan menetapkan besarnya ekspansi kredit
bank dengan menetapkan pagu (plafon) kredit individual bank setiap tahunnya.
• Namun, kebijakan-kebijakan tersebut lambat laun membuat sektor perbankan menjadi kurang
bergairah karena kelangkaan sumber dana dan penyaluran kredit yang sangat dibatasi. Untuk
mengatasi hal itu, pada 1978 Bank Indonesia menurunkan kembali RR perbankan dari 30% menjadi
15% agar perbankan kembali memiliki sumber dana yang dapat digunakan untuk mendorong
pemberian kredit kepada sektor swasta.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Awal decade 1980-an: harga minyak merosot karena permintaan minyak menurun tajam karena resesi
ekonomi dunia. Kondisi ini menyebabkan penerimaan negara untuk membiayai belanja negara
semakin terbatas sehingga peran sektor swasta dalam kehidupan ekonomi perlu ditingkatkan.
• 1983-1997: Pemerintah banyak melakukan upaya-upaya pelonggaran kebijakan melalui deregulasi,
debirokratisasi, dan liberalisasi ekonomi. Kebijakan-kebijakan pada periode ini dituangkan dalam
bentuk paket-paket kebijakan karena menyangkut upaya sinkronisas dan penyempurnaan beberapa
kebijakan sekaligus.
• Paket Kebijakan Juni 1983 (Pakjun '83) menandai era liberalisasi sektor perbankan dan keuangan
dengan salah satu kebijakannya adalah mengganti kebijakan moneter langsung melalui "kredit selektif
(selective credit policy) menjadi kebijakan moneter tidak langsung melalui operasi pasar terbuka (OPT).
Sehingga, kebijakan moneter tidak lagi diarahkan untuk langsung memengaruhi kondisi neraca bank,
tetapi diarahkan pada pengendalian likuiditas di pasar uang antarbank (PUAB).
• 1984: Bank Indonesia kemudian menerbitkan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) sebagai instrumen
utama pengendalian likuiditas di PUAB melalui mekanisme lelang mingguan dan ditambah dengan
instrumen intervensi harian di pasar rupiah untuk jangka waktu 1 s.d. 7 hari.
• Sebagai hasil dari Pakjun '83, jumlah bank, mobilisasi dana, bentuk kredit, jenis pembiayaan, volume
transaksi, dan jenis produk keuangan meningkat secara signifikan setelah diberlakukannya paket
kebijakan ini.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88): Ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi
dalam negeri, khususnya sektor swasta, dalam menghadapi persaingan global.
• Pakto '88 merupakan paket penyempurnaan kebijakan di bidang keuangan, moneter, dan
perbankan Pemerintah menghendaki mobilisasi dana masyarakat melalui perbankan dapat
dilakukan dengan lebih mudah sehingga mampu menyediakan sumber-sumber pembiayaan
yang memadai bagi dunia usaha, khususnya sektor swasta, untuk berkembang cepat.
• Oleh karena itu, di dalam Pakto 88 terdapat kebijakan penurunan RR dari 15% menjadi 2%
untuk mendorong ketersediaan dana pembiayaan yang semakin besar dari perbankan. Selain
itu, Pemerintah juga melonggarkan izin pendirian bank sehingga jumlah bank meningkat pesat.
• Operasi dan produk-produk perbankan makin beragam, seperti munculnyaPaket-paket
kebijakan tersebut membawa dampak yang signifikan bagi perkembangan sektor jasa
keuangan di Indonesia. certificate of deposits (CDs), commercial papers (CPs), promissory
notes, dan berkembangnya penggunaan ATM.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Produk-produk pasar modal juga berkembang pesat baik dalam bentuk, volume transaksi, maupun
jenis surat-surat berharga yang diperdagangkan.
• Selain itu, liberalisasi sektor keuangan menyebabkan aliran dana dari luar negeri, khususnya pinjaman
luar negeri swasta jangka pendek, semakin besar dan pesat. Sayangnya, pinjaman ini tidak dilindungi
dari risiko nilai tukar dan dimanfaatkan untuk membiayai proyek-proyek jangka panjang dan tidak
menghasilkan devisa. Akibatnya, jumlah uang beredar (M1 dan M2) tumbuh sangat cepat dan semakin
sulit dikendalikan.
• Hal ini terjadi karena adanya decoupling (pemisahan) antara sektor keuangan dan sektor riil sebagai
akibat dari pertumbuhan di sektor keuangan yang seringkali tidak terkait dengan perkembangan di
sektor riil.
• Jumlah uang beredar yang meningkat pesat membuat Bank Indonesia harus menyerapnya dalam
jumlah yang besar sehingga mendorong suku bunga naik. Suku bunga yang tinggi akhirnya semakin
menarik aliran modal masuk dari luar negeri, khususnya yang ditempatkan dalam bentuk surat-surat
berharga berjangka pendek.
• Di sisi lain, penerapan prinsip good corporate governance tidak dijalankan dengan baik, seperti tidak
dilakukannya lindung nilai atas pinjaman luar negeri yang dilakukan sektor swasta. Kondisi inilah yang
kemudian menjadi salah satu penyebab utama krisis ekonomi tahun 1997.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Spekulasi terhadap mata uang baht Thailand pada April 1997 segera menjalar ke rupiah
(contagion effect) pada Juni 1997 sehingga investor asing menarik dananya secara tiba-tiba. Hal
itu menimbulkan kepanikan di pasar valuta asing sehingga terjadi aksi borong devisa yang
menyebabkan rupiah merosot tajam dalam waktu singkat. Kondisi ini menyebabkan banyak
bank mengalami krisis kepercayaan.
• Akibatnya, masyarakat melakukan bank run atas dana mereka di perbankan. Bank-bank
kemudian tidak hanya mengalami kesulitan likuiditas, tetapi beberapa di antaranya juga
mengalami insolvensi sehingga akhirnya terpaksa ditutup.
• Bank Indonesia, atas persetujuan Pemerintah, akhirnya memberikan bantuan likuiditas kepada
bank-bank tersebut, yang dikenal kemudian sebagai Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
• Dikeluarkannya kebijakan BLBI dan perubahan menuju era reformasi ikut mewarnai bentuk
pelaksanaan tugas dan fungsi Bank Indonesia sebagai bank sentral selanjutnya. Hal ini terjadi
karena pada saat itu juga terjadi konflik antara mencapai tujuan menjaga stabilitas harga dan
kurs rupiah dan tujuan ekonomi lainnya.
EVOLUSI BANK INDONESIA
• 1999: Bank Indonesia secara resmi dinyatakan sebagai bank sentral yang independen dan
terlepas dari Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999.
• Bank Indonesia berkedudukan sebagai lembaga negara yang independen yang berada di luar
Pemerintah, dengan diberikan wewenang untuk mengatur dan menerbitkan peraturan. Hal ini
tidak terlepas dari adanya situasi dan kondisi pascareformasi yang mengubah tatanan di bidang
politik dan hukum yang cukup mendasar. Lingkungan sosial dan politik yang berubah cepat
turut mendorong ditetapkannya Bank Indonesia sebagai bank sentral yang independen.
• Amandemen dari Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 terjadi pertama kali pada tahun 2004
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 3 tahun 2004. Dalam undang-undang tersebut
diberikan penguatan mengenai akuntabilitas, transparansi, dan kredibilitas Bank Indonesia
yang ditandai dengan adanya pembentukan Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI). Fungsi
Bank Indonesia sebagai Lender of the Last Resort juga dijabarkan dalam undang-undang ini
yang juga mengatur mengenai fasilitas pembiayaan darurat (FPD).
EVOLUSI BANK INDONESIA
• Pada periode ini kembali terjadi krisis keuangan yang dialami oleh beberapa negara. Kemudian pada
tahun 2008 terjadi perubahan kembali terhadap undang-undang Bank Indonesia dengan
dikeluarkannya Peraturan Pengganti Undang- Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang- Undang (PERPU) Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
• Hal ini dianggap perlu sebagai respons untuk membendung dampak krisis keuangan global, menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bagi
bank, serta mengubah ketentuan kriteria agunan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP).
• Babak baru dari kedudukan Bank Indonesia sebagai bank sentral mulai terjadi ketika terbit
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009 yang menegaskan Bank Indonesia berkedudukan sebagai
lembaga yang independen, memiliki otonomi penuh dalam merumuskan serta melaksanakan tugasnya
seperti yang termaktub dalam undang-undang.
• Namun sejak 1 Januari 2014, tugas pengaturan dan pengawasan bank secara individual oleh Bank
Indonesia beralih pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dilatarbelakangi oleh munculnya krisis
ekonomi yang bersumber dari kegagalan pada sistem keuangan. Namun, sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang OJK, Bank Indonesia mendapat mandat baru untuk
menjaga stabilitas sistem keuangan melalui penetapan kebijakan makroprudensial.

Anda mungkin juga menyukai