Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

EKSPOR IMPOR DAN KETENTUAN


PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA

Disusun oleh :
KELOMPOK 8

NAMA NIM
1. HARTONO 2108100123
2. TAUFAN FIRDIANYAH 2108100128
3. IWAN BUDI RIWAYANTO 2180100130
4. FEBRY AGIL SANTOSO 2108100186

STIEKN JAYA NEGARA


MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor
impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari
membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-
negara yang berbeda. Dan transaksi ekspor impor itu sendiri memiliki syarat sendiri
yang harus dipatuhi oleh semua pelaksana kegiatan ini. Kegiatan ini juga sangat
bermanfaat bagi semua pelaksana langsung maupun masyarakat dan Negara. Bahkan
secara khusus kegiatan ini memiliki lembaga yang membantu agar berjalan lancarnya
kegiatan ini.
Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut dan darat ini
tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara pengusaha- pengusaha yang
mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat dan cara yang berbeda-beda.
Bagi perkembangan perekonomian Indonesia, transaksi ekspor impor ini pun
merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang paling penting. Dalam situasi
perekonomian dunia yang masih belum menggembirakan saat ini berbagai usaha telah
dilaksanakan pemerintah Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan pencarian
sumber-sumber devisa yang antara lain adalah meningkatkan transaksi- transaksi ekspor
dan menekan pengeluaran-pengeluaran devisa dengan cara membatasi aktivitas-
aktivitas impor.
Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah Negara
yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka hubungan
dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam satu wilayah negara
saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain, tidak terkecuali Indonesia.
Bahkan hubungan-hubungan dagang tersebut semakin beraneka ragam, termasuk cara
pembayarannya. Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu
Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling
mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam,
iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut
menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan,
kualitas dan kuantitas produk. Secara langsung atau tidak langsung membutuhkan
pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya.
Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan
perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara tersebut.

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian ekspor dan impor serta pabean?
2. Apa penyebab atau latar belakang dilaksanakannya kegiatan impor?
3. Apa saj akah produk ekspor - impor Indonesia?
4. Apakah syarat dan ketentuan dari kegiatan ekspor - impor?
5. Bagaimana prosedur ekspor impor di Indonesia?
6. Bagaimana cara pembayaran ekspor impor?
7. Apakah manfaat ekspor - impor?
8. Lembaga apa yang terlibat dalam proses ekspor - impor?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian ekspor dan impor serta pabean
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang dilaksanakannya kegiatan
impor
3. Untuk mengetahui produk-produk ekspor-impor Indonesia
4. Untuk mengetahui syarat - syarat dan ketentuan kegiatan ekspor dan impor
5. Untuk mengetahui prosedur ekspor impor di Indonesia
6. Untuk mengetahui cara pembayaran ekspor impor
7. Untuk mengetahui manfaat ekspor dan impor
8. Untuk mengetahui lembaga yang terlibat dalam proses ekspor dan impor
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
2.1.1 Pengertian Ekspor - Impor
Yang dimaksud dengan kegiatan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang
dari daerah Pabean. Sedangkan yang dimaksud dengan eksportir adalah
perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor.
Kegiatan impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.
Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan impor tersebut disebut
dengan Importir.
Transaksi ekspor-impor dapat dilakukan apabila ada hubungan politik
(hubungan diplomatik) diantara dua negara baik bilateral maupun multilateral.
2.1.2 Pengertian Pabean
Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona
Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-
Undang ini (UU nomer 17 tahun 2006 tentang perubahan atas UU nomer 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan). Kawasan pabean adalah kawasan dengan
batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang
ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah
pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di
bidang kepabeanan dan cukai.
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas
lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea
masuk dan bea keluar.
2.1.3 Pengertian Perdagangan Internasional
Kegiatan Ekspor Impor ini masuk dalam kegiatan perdagangan internasional.
Adapun pengertian dari perdagangan internasional menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
a. OP. Simorangkir
“Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilaksanakan para
pedagang antar negara yang berbeda, mengakibatkan timbulnya akan
valuta asing yang mempengaruhi neraca perdagangan negara yang
bersangkutan”
b. Amir M.S
“Perdagangan luar negeri berarti perdagangan barang dari suatu negeri ke
lain negeri di luar batas Negara”
c. The Body Of Rules Governing commercial relationship of private law
nature involving different countries
“Keseluruhan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan-hubungan dagang
yang bersifat Hukum Perdata dan mencakup berbagai Negara”
d. Sekjen PBB
Menurut Resolusi Sidang Umum No.2102/XX/ tertanggal 20 Desember
1965, yang diartikan dengan Hukum Dagang Internasional (International
Trade Law) adalah perdagangan internasional tidak jauh berbeda dengan
perdagangan dalam negeri, hanya saja perdagangan internasional lebih
rumit sehingga membutuhkan keahlian khusus untuk menanganinya,
disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan
(geopolitik)
2. Barang yang harus dikirim atau diangkut dari suatu Negara ke
Negara lain melalui bermacam-macam peraturan seperti peraturan
pabean yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan oleh
masing- masing pemerintah
3. Antara satu Negara dengan Negara lainnya tidak jarang terdapat
perbedaan dalam bahasa, mata uang, takaran hukum dan
kebiasaan dalam perdagangan dan lain-lain.
Yang termasuk dalam bidang perdagangan internasional antara lain adalah:
a. Jual beli Internasional :
1. Mengenai pembentukan kontrak-kontrak
2. Mengenai perjanjian-perjanjian keagenan
3. Mengenai jual beli secara eksklusif.
b. Surat-surat berharga (negotiable Instrument) dan kredit dagang oleh
pihak Bank
c. Hukum Berkenaan dengan diadakannya kegiatan-kegiatan dagang di
bidang Hukum Dagang
d. Asuransi
e. Pengangkutan atau Transport Barang, antara lain :
1. Pengangkutan barang melalui laut
2. Pengangkutan barang melalui udara
3. Pengangkutan barang melalui j alanan
4. Pengangkutan barang melalui kereta api
5. Pengangkutan barang melalui perairan di dalam negeri.
f. Hukum dagang milik perindustrian dan hak cipta
g. Arbitrase perdagangan

2.2 LATAR BELAKANG KEGIATAN EKSPOR - IMPOR


Secara umum kegiatan ekspor impor terjadi karena adanya hal-hal berikut:
1. Perbedaan Hasil Produksi
Tiap-tiap negara mempunyai kekayaan alam, modal, teknologi, dan
kebudayaan yang berbeda. Oleh karena itu, tiap-tiap negara mempunyai
hasil produksi yang berbeda-beda. Ada negara yang dapat memproduksi
suatu barang atau jasa yang melimpah, sementara ada negara yang
kekurangan hasil produksi barang atau jasa tersebut tetapi memiliki
barang atau jasa lainnya. Contoh Indonesia banyak menghasilkan
produksi pertanian, Korea dan Jepang banyak menghasilkan barang-
barang elektronik.
2. Perbedaan Harga Barang
Harga suatu barang di tiap-tiap negara berbeda. Perbedaan harga inilah
yang mendorong adanya perdagangan internasional. Misalnya, harga
komputer di Korea Selatan dan di Jepang lebih murah daripada harga di
Indonesia mendorong orang Indonesia membeli komputer tersebut di
Korea atau Jepang untuk dijual di Indonesia. Mereka melakukan
perdagangan karena memperoleh keuntungan sebagai akibat dan adanya
perbedaan harga jual dan harga beli.
3. Adanya Keinginan untuk Meningkatkan Produktivitas
Tiap-tiap negara mempunyai kebutuhan akan barang yang beraneka
ragam. Namun secara ekonomi, tiap negara lebih baik memproduksi
beberapa macam barang saja kemudian melakukan perdagangan
internasional. Dengan spesialisasi ini produktivitas tiap negara menjadi
lebih tinggi.
Dan adapun latar belakang atau penyebab kegiatan impor di Indonesia adalah:
1. High Demand Less Supply
Jumlah permintaan yang lebih dari persediaan menyebabkan Indonesia
melakukan impor untuk memenuhi kuota dalam negeri. Sehingga tidak
terjadi lonjakan harga.
Sebagai contoh, setiap tahunnya konsumsi beras di Indonesia mengalami
kenaikan, ini terjadi karena penduduk Indonesia semakin bertambah dan
masyarakat Indonesia masih menjadikan beras sebagai bahan makanan
pokok (utama). Hal ini mendorong adanya kegiatan impor. Jika tidak
mengimpor maka akan terjadi kenaikan harga beras dalam negeri karena
jumlah permintaan lebih tinggi dari persediaan beras yang ada. Dan
dengan kegiatan impor dapat memenuhi kuota beras dalam negeri.
2. Peralihan Fungsi Lahan
Peralihan fungsi lahan dapat menyebabkan produktivitas barang
menurun. Contohnya banyak lahan pertanian yang dialihkan untuk sektor
bisnis yang lain seperti hunian, departemen store dan lain sebagainya.
Hal ini menurunkan produktivitas beras di Indonesia.
3. Faktor Alam
Faktor alam yang tak menentu mempengaruhi produktivitas barang yang
ada di dalam negeri. Contohnya faktor alam yang tak menentu juga
mempengaruhi produktivitas beras. Hama yang menyerang, iklim yang
tak menentu dan berbagai faktor alam lainnya menurunkan produktivitas
beras di dalam negeri.
2.3 PRODUK EKSPOR-IMPOR INDONESIA
Sebelum membahas mengenai produk ekspor dan impor Indonesia, ada hal yang
harus dipahami lebih lanjut yaitu mengenai jenis dan kriteria barang. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Ada tiga kriteria barang, yaitu:
Barang dilarang seperti narkotika, bahan peledak, senjata api dan amunisi
Barang diawasi/diatur peredarannya seperti kebutuhan pokok
Barang dibebaskan seperti alat-alat tulis
b. Ada dua jenis barang, yaitu:
1. Barang bawaan
2. Barang dagangan
Dan secara umum produk ekspor dan impor dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Minyak bumi dan gas alam (migas)
Barang-barang yang termasuk migas antara lain; minyak tanah, bensin,
solar dan elpiji
2. Non migas
Barang-barang yang termasuk non migas yaitu:
a. Hasil pertanian dan perkebunan (karet, kopi)
b. Hasil laut (ikan dan kerang)
c. Hasil industri (kayu lapis, minyak kelapa sawit, pupuk, kertas
dan bahan kimia)
d. Hasil tambang non migas (bijih nikel, bijih tembaga dan batu
bara)
Berikut adalah produk ekspor dan impor Indonesia:
1. Produk Ekspor Indonesia
Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan,
hasil perikanan, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga
jasa.
a. Hasil Pertanian
Contoh karet, kopi kelapa sawit, cengkeh, teh, lada, kina, tembakau
dan cokelat.
b. Hasil Hutan
Contoh kayu dan rotan. Ekspor kayu atau rotan tidak boleh dalam
bentuk kayu gelondongan atau bahan mentah, namun dalam bentuk
barang setengah jadi maupun barang jadi, seperti mebel.
c. Hasil Perikanan
Hasil perikanan yang banyak di ekspor merupakan hasil dari laut.
Produk ekspor hasil perikanan, antara lain ikan tuna, cakalang,
udang dan bandeng.
d. Hasil Pertambangan
Contoh barang tambang yang di ekspor timah, alumunium, batu
bara tembaga dan emas.
e. Hasil Industri
Contoh semen, pupuk, tekstil, dan pakaian jadi.
f. Jasa
Dalam bidang jasa, Indonesia mengirim tenaga kerja keluar negeri
antara lain ke Malaysia dan negara-negara Timur Tengah.
Tidak semua barang boleh di ekspor, beberapa barang yang dilarang
diekspor diantaranya adalah:
a. Ikan dalam keadaan hidup : Ikan dan anak ikan Arwana jenis
Sclerophages Formosus, Benih ikan Sidat (Anguila SPP) dibawah
ukuran 5 mm, Ikan hias air tawar jenis Botia macracanthus ukuran
15 cm keatas, Udang galah air tawar dibawah ukuran 8 cm, Induk
dan calon induk Udang Penaeidae, Karet bongkah.
b. Barang kuno yang bernilai kebudayaan (benda cagar budaya);
c. Binatang liar dan tumbuhan alam yang dilindungi yang termasuk
dalam Appendix 1 dan 3 CITES.
d. Bahan-bahan remiling : Slabs, Lumps, Scraps, Karet Tanah,
Unsmoked Shets, Blanked sheets, Smoked lebih rendah dari
kualitas IV, Remilled 4, Cutting C, Blanked D. off, Kulit mentah,
pickled dan wet blue dari binatang melata (kecuali kulit buaya
dalam benuk wet blue).
2. Produk Impor Indonesia
Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku dan bahan
penolong serta bahan modal. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai
produk impor Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan,
minuman, susu, mentega, beras, dan daging.
b. Bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang
diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku
maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-
obatan dan kendaraan bermotor.
c. Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha
seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-
alat berat.
d. Produk impor indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain,
beras, terigu, kacang kedelai dan buah-buahan.
e. Produk impor Indonesia yang berupa hasil peternakan antara lain
daging dan susu.
f. Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara
lain adalah minyak bumi dan gas.
g. Produk impor Indonesia yang berupa barang industri antara lain
adalah barang-barang elektronik, bahan kimia, kendaraan. Dalam
bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.

2.4 SYARAT MENJADI EKSPORTIR DAN IMPORTIR


Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa dalam perdagangan
internasional ada beberapa kelompok pelaksana yang tercakup dalam
perdagangan tersebut dan diantara kelompok ini terdapat kelompok eksportir dan
importir. Importir adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan
dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean
Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.
Untuk menjadi eksportir maupun importir ini ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi guna kelancaran perdagangan tersebut. Adapun persyaratan yang
harus dipenuhi antara lain:
1. Harus merupakan badan hukum (PT, CV, FA, PN, PERUM dan
sebagainya)
2. Eksportir harus memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau
mendapat izin usaha dari Departemen Teknis / Lembaga Pemerintah non
Departemen atau merupakan Eksportir Terdaftar (ET) bagi eksportir
yang telah memperoleh pengalaman sebagai Eksportir Terdaftar. Dalam
tahun sebelum Pakto, perusahaan ekspor impor diharuskan memiliki izin
ekspor dan impor dalam bentuk kartu pengenal, yaitu: Angka Pengenal
Ekspor (APE) atau Angka Pengenal Ekspor Sementara (APES) bagi
eksportir, dan Angka Pengenal Impor (API) atau Angka Pengenal Impor
Sementara (APIS) bagi importer, dan khusus untuk ekspor impor dalam
rangka PMA atau PMDN memerlukan APET (Angka Pengenal Ekspor
Terbatas) dan APIT (Angka Pengenal Impor Terbatas) yang syarat
pemilikannya ditentukan oleh instansi yang berwenang.
3. Importir harus memiliki Angka Pengenal Importir Sementara (APIS) atau
Angka Pengenal Importir (API) dan Angka Pengenal Importir Terbatas
(APIT)
Patut dicatat bahwa kemudahan persyaratan bagi eksportir tersebut di atas yang
hanya memerlukan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai pengganti
Angka Pengenal Eksportir Sementara (APES) atau Angka Ibid, Pengenal
Eksportir (APE) atau Angka Pengenal Eksportir Terbatas (APET) adalah dalam
rangka usaha diregulasi untuk peningkatan usaha Ekspor. Dengan demikian
setiap orang dapat melakukan kegiatan ekspor asal ada Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), kecuali untuk barang-barang yang kena kuota antara lain
tekstil dan kopi.
Khusus dalam impor untuk mendapatkan Angka Pengenal Importir (API) atau
Angka Pengenal Importir Sementara (APIS), perusahaan harus mengajukan
permohonan dengan mengisi Daftar Isian Permohonan pada Kantor Wilayah
Departemen Perdagangan Persyaratan untuk memperoleh Angka Pengenal
Importir Sementara (APIS) tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Perusahaan Besar dan
Menengah
2. Memiliki kemampuan dan keahlian yang lazim diperlukan untuk
melaksanakan perdagangan impor
3. Memiliki referensi bank devisa Selanjutnya, persyaratan yang harus
dipenuhi pemilik APIS untuk memperoleh API adalah sebagai berikut:
a. Telah melaksanakan impor sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dan
telah mencapai nilai US $ 100.000
b. Tidak pernah membatalkan / ingkar kontrak impor kecuali karena
keadaan memaksa yang diluar kemampuan (Force Majeur). Jadi
dengan demikian persyaratan-persyaratan tersebut diatas haruslah
dipenuhi oleh seorang eksportir maupun importer
2.5 CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI EKSPOR IMPOR
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 PP No. 1 Tahun 1982 Jo. SK Menteri
Perdagangan dan Koperasi No. 27/1/1982. Tata cara pembayaran dalam
transaksi ekspor impor dapat dilaksanakan dengan :
1. Pembayaran dimuka (Advance Payment)
2. Perhitungan kemudian (Open Account)
3. Wesel Inkaso (Collection Draft)
4. Konsinyasi (Consigment)
5. Letter Of Credit (L/C)
6. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai
dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Adapun penjelasan mengenai cara pembayaran kegiatan ekspor impor diatas
adalah sebagai berikut:
1. Advance Payment
Advance Payment adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh
pembeli kepada penjual sebelum barang dikirim. Bank tidak bertanggung
jawab dalam transaksi ini, melainkan Bank hanya diminta jasanya oleh
pembeli kepada penjual. Besar uang muka tergantung dari sales kontrak
misal 20%, 40 %, atau 100%. Transaksi ini dilakukan karena barganing
position penjual lebih kuat. Resiko dalam transaksi ini ditanggung oleh
pembeli.
2. Open Account
Open Account adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh
pembeli kepada penjual setelah barang dikirim oleh penjual. Bank tidak
bertanggung jawab dalam transaksi ini, melainkan bank hanya diminta
jasanya oleh pembeli untuk mengirim uang kepada penjual. Transaksi ini
dilakukan karena barganing position pembeli lebih kuat. Resiko dalam
transaksi ini ditanggung oleh penjual.
3. Consignment
Consignment adalah suatu bentuk pembayaran, dimana barang dikirim
dan dititipkan kepada Agent penjual yang nantinya barang tersebut akan
dijual kepada pembeli. Bank tidak bertanggung jawab atas transaksi ini,
melainkan Bank hanya diminta jasanya oleh Agent untuk mengirimkan
uang kepada penjual. Resiko dalam transaksi ini ditanggung oleh penjual
yaitu Bila barang tidak laku dijual atau barang sudah laku dijual namun
uangnya tidak diserahkan kepada penjual.
4. Collection
Collection adalah suatu transaksi dagang yang telah disepakati oleh
penjual dan pembeli, dalam hal mana penagihan pembayaran /
pengiriman dokumen melalui jasa Bank. Bank hanya sebagai perantara
tidak menjamin pembayaran atas transaksi ini. Dokumen dikirim melalui
bank dan di dalam Penyerahan Dokumen ke Importir dibedakan menjadi
dua yaitu :
a. Documents Against Payment (D/P) : Documents akan diserahkan
ke importir, bila importir telah melunasinya / membayar.
b. Documents Against Acceptance (D/A) : Documents akan
diserahkan ke importir, bila importir telah melakukan akseptasi.
5. Letter of Credit (L/C)
Letter of Credit adalah surat jaminan pembayaran dari opening bank
kepada pihak eksportir, selama eksportir menyerahkan dokumen sesuai
dengan syarat & kondisi L/C. Perjanjian tertulis dari sebuah bank devisa,
atas permintaan importir (pemohon LC) untuk melakukan pembayaran
kepada eksportir setelah adanya penyerahan dokumen-dokumen sesuai
dengan yang tercantum dalam L/C terpenuhi. Cara pembayaran ini paling
aman karena mengedepankan kepentingan kedua belah pihak, namun
perlu diingat transaksi L/C hanya berkepentingan terhadap dokumen-
dokumen saja, tanpa melibatkan kondisi barang.
6. Cara pembayaran lain-lain
a. Barter
Pembayaran harga barang yang diimpor dibayar dengan barang
yang diekspor yang nilainya sama.
b. Barter Konsinyasi
Nilai barang ekspor mungkin lebih tinggi dari barang impor
sehingga selisih harga harus dibayar oleh importer dengan cara
transfer.
c. Advance payment kurang dari 100%
Pembayaran dimuka bukan dari seluruh barang yang diekspor,
tetap 25 sampai dengan 95% dari harga barang yang diekspor.
Sisanya ditagih dengan “collection”.
d. Pembayaran secara tunai
Pembayaran langsung tunai (cash) oleh importer kepada eksportir
dan biasanya pembeli mempunyai perwakilan/agen di tempat
eksportir.
Dengan demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan transaksi
perdagangan ekspor impor dalam melaksanakan pembayaran dapat memilih
salah satu cara pembayaran yang ada yang dipandang sesuai dan memberikan
banyak keuntungan bagi perusahaan yang dipimpinnya. Pada dasarnya
pemerintah tidak akan membatasi penggunaan cara pembayaran yang lain
berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan memberikan kelonggaran-
kelonggaran agar frekuensi kegiatan perdagangan internasional khususnya
ekspor non migas semakin meningkat untuk menambah devisa negara dan
berguna bagi jalannya pembangunan nasional.
Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan utama adanya kebijaksanaan untuk
membaskan penggunaan cara-cara pembayaran yang digunakan dalam kegiatan
perdagangan internasional.
2.6 PROSEDUR EKSPOR IMPOR DI INDONESIA
2.6.1 Prosedur Ekspor
Untuk melakukan ekspor, harus melalui urutan-urutan sebagai berikut:
a) Korespondensi, yaitu eksportir melakukan korespondensi dengan
importir di luar negeri untuk menawarkan komoditas yang
maudijual.
b) Pembuatan Kontrak Dagang, setelah importir setuju dengan semua
kondisi yang ditawarkan oleh eksportir, kontrak dagang segera
dibuat.
c) Penerbitan Letter of Credit (L/C), importir membuka L/C melalui
bank koresponden di negaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke
bank devisa yang ditunjuk eksportir di Indonesia.
d) Mempersiapkan barang ekspor, dengan diterimanya L/C, eksportir
segera mempersiapkan barang yang dipesan importir.
e) Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), pendaftaran
dilakukan ke bank devisa dengan melampirkan keterangan sanggup
membayar apabila barang ekspornya terkena pajak ekspor.
f) Pemesanan ruang kapal, dilakukan eksportir ke Perusahaan.
Pelayaran Samudera atau perusahaan penerbangan.
g) Pengiriman barang ke pelabuhan. Tahapan ini dapat dilakukan oleh
eksportir sendiri melalui perusahaan jasa pengiriman barang.
h) Pemeriksaan Bea Cukai, pihak Bea Cukai akan memeriksa barang-
barang yang akan di ekspor beserta dokumennya. Setelah itu ia
akan mendatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada
PEB.
i) Pemuatan barang ke kapal. Setelah PEB ditandatangani oleh pihak
Bea Cukai, barang bisa dimuat ke kapal. Kemudian pihak
pelayaran akan memberikan B/L kepada Eksportir.
j) Surat Keterangan Asal Barang (SKA), surat ini bisa diperoleh dari
Kanwil Depperindag atau kantor Depperindag setempat. Pencairan
L/C, apabila barang sudah dikapalkan, eksportir bisamencairkan
L/C ke bank dengan menyerahkan syarat B/L, faktur, packing list.
k) Pengiriman barang ke importir.
2.6.2 Prosedur Impor
Adapun penjelasan prosedur umum proses impor di Indonesia melalui
portal INSW adalah sebagai berikut :
1. Importir mencari supplier barang sesuai dengan yang akan diimpor.
2. Setelah terjadi kesepakatan harga, importir membuka L/C di bank
devisa dengan melampirkan PO mengenai barang-barang yang mau
diimpor; kemudian antar Bank ke Bank Luar Negeri untuk
menghubungi Supplier dan terjadi perjanjian sesuai dengan
perjanjian isi L/C yang disepakati kedua belah pihak.
3. Barang-barang dari Supplier siap untuk dikirim ke pelabuhan
pemuatan untuk diajukan.
4. Supplier mengirim faks ke Importer document B/L, Inv, Packing
List dan beberapa dokumen lain jika disyaratkan (Serifikat
karantina, Form E, Form D, dsb)
5. Original dokumen dikirim via Bank / original kedua ke importir
6. Pembuatan/ pengisian dokumen PIB (Pengajuan Impor Barang).
Jika importir mempunyai Modul PIB dan EDI System sendiri maka
importir bisa melakukan penginputan dan pengiriman PIB sendiri.
Akan tetapi jika tidak mempunyai maka bisa menghubungi pihak
PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) untuk proses input
dan pengiriman PIB nya.
7. Dari PIB yang telah dibuat, akan diketahui berapa Bea masuk, PPH
dan pajak yang lain yang akan dibayar. Selain itu Importir juga
harus mencantumkan dokumen kelengkapan yang diperlukan di
dalam PIB.
8. Importir membayar ke bank devisa sebesar pajak yang akan
dibayar ditambah biaya PNBP
9. Bank melakukan pengiriman data ke Sistem Komputer Pelayanan
(SKP) Bea dan Cukai secara online melalui media Pertukaran Data
Elektronik (PDE)
10. Importir mengirimkan data Pemberitahuan Impor Barang (PIB) ke
Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai secara online
melalui media Pertukaran Data Elektronik (PDE)
11. Data PIB terlebih dahulu akan diproses di Portal Indonesia
National Single Window (INSW) untuk proses validasi kebenaran
pengisian dokumen PIB dan proses verifikasi perijinan (Analizing
Point) terkait Lartas.
12. Jika ada kesalahan maka PIB akan direject dan importir harus
melakukan pembetulan PIB dan mengirimkan ulang kembali data
PIB
13. Setelah proses di portal INSW selesai maka data PIB secara
otomatis akan dikirim ke Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea
dan Cukai.
14. Kembali dokumen PIB akan dilakukan validasi kebenaran
pengisian dokumen PIB dan Analizing Point di SKP
15. Jika data benar akan dibuat penjaluran
16. Jika PIB terkena jalur hijau maka akan langsung keluar Surat
Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB)
17. Jika PIB terkena jalur merah maka akan dilakukan proses cek fisik
terhadap barang impor oleh petugas Bea dan Cukai. Jika hasilnya
benar maka akan keluar SPPB dan jika tidak benar maka akan
dikenakan sanksi sesuai undang-undang yang berlaku.
18. Setelah SPPB keluar, importir akan mendapatkan respon dan
melakukan pencetakan SPPB melalui modul PIB
19. Barang bisa dikeluarkan dari pelabuhan dengan mencantumkan
dokumen asli dan SPPB
Beberapa hal yang membuat dokumen mendapat Jalur Merah antara lain :
1. Impor baru
2. Profil Importir High Risk
3. Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah
4. Barang Impor Sementara
5. Barang Operasional Perminyakan (BOP) golongan II
6. Ada informasi intelejen/NHI
7. Terkena sistem acak/random
8. Barang impor yang termasuk dalam komoditi berisiko tinggi
dan/atau berasal dari negara yang berisiko tinggi
2.7 MANFAAT KEGIATAN EKSPOR IMPOR
Kegiatan ekspor dan impor membawa banyak manfaat bagi negara dan
masyarakatnya. Berikut ini beberapa manfaat kegiatan ekspor:
1. Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia
Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk
Indonesia ke luar negeri. Misalnya, pakaian batik merupakan salah satu
produk Indonesia yang mulai dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila
permintaan terhadap pakaian batik buatan Indonesia semakin meningkat,
pendapatan para produsen batik semakin besar. Dengan demikian,
kegiatan produksi batik di Indonesia akan semakin berkembang.
2. Menambah Devisa Negara
Perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk
menjual barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat
menambah penerimaan devisa negara. Dengan demikian, kekayaan
negara bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber
penerimaan negara.
3. Memperluas Lapangan Kerja
Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan
semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di
dalam negeri akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang
dibutuhkan sehingga lapangan kerja semakin luas.
Adapun manfaat kegiatan impor adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh Barang dan Jasa yang Tidak Bisa Dihasilkan
Setiap negara memiliki sumber daya alam dan kemampuan sumber daya
manusia yang berbeda-beda. Misalnya, keadaan alam Indonesia tidak
bisa menghasilkan gandum dan Amerika tidak bisa menghasilkan kelapa
sawit. Perdagangan antarnegara mampu mengatasi persoalan tersebut.
Perdagangan antarnegara memungkinkan Indonesia untuk memperoleh
gandum dan Amerika memperoleh minyak kelapa sawit.
Perdagangan antarnegara akan bisa mendatangkan barang-barang yang
belum dapat dihasilkan di dalam negeri. Misalnya Indonesia belum
mampu memproduksi mesin-mesin berat. Oleh karena itu, Indonesia
melakukan perdagangan dengan Amerika, Jepang, Cina dan Korea
Selatan dalam pengadaan alat-alat tersebut.
2. Memperoleh Teknologi Modern
Proses produksi dapat dipermudah dengan adanya teknologi modern.
Misalnya, penggunaan mesin las pada pabrik perakitan sepeda motor.
Mesin ini mempermudah proses penyambungan kerangka motor. Contoh
lainnya adalah mesin fotokopi laser. Mesin ini bisa menggandakan
dokumen dengan lebih cepat dan jelas.
Tingkat teknologi di negara kita umumnya masih sederhana.
Pengembangan teknologi masih lambat karena rendahnya kualitas
sumber daya manusia. Untuk mendukung kegiatan produksi, kita dapat
mengimpor teknologi dari luar negeri. Perdagangan antarnegara juga
memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mempelajari teknologi
dari negara lain. Dalam perdagangan biasanya terjadi pertukaran
informasi. Dari saling bertukar informasi ini, Indonesia dapat belajar
teknik produksi baru dan pemanfaatan teknologi modern.
3. Memperoleh Bahan Baku
Setiap kegiatan usaha pasti membutuhkan bahan baku. Untuk
memproduksi mobil dibutuhkan besi dan baja. Untuk memproduksi
ember, mangkuk, dan kursi plastik dibutuhkan plastik. Tidak semua
bahan baku produksi tersebut dihasilkan di dalam negeri. Mungkin ada
yang diproduksi di dalam negeri, tetapi harganya lebih mahal. Pengusaha
tentu lebih menyukai bahan baku yang harganya lebih murah. Demi
kelangsungan produksi, pengusaha harus menjaga pasokan bahan
bakunya. Salah satu caranya dengan mengimpor bahan baku dari luar
negeri.
2.8 PIHAK-PIHAK DAN LEMBAGA DALAM EKSPOR IMPOR
Transaksi ekspor impor ternyata memiliki kompleksitas yang cukup besar,
disamping peraturan antar negara yang harus dipahami, kredibilitas pihak
pembeli/penjual yang harus diyakini, juga ada baiknya kita mengetahui pihak-
pihak yang mungkin akan terlibat dalam transaksi ini. Mulai dari tahap
negosiasi, eksekusi, maupun dalam operasional transaksi.
Adapun pihak-pihak dan lembaga yang berhubungan dengan transaksi ekspor
adalah sebagai berikut:
1. Pembuat barang ekspor (kalau produksi ekspor tidak dilakukan sendiri)
2. Export merchant house (yang membeli barang dari perusahaan pembuat
barang dan mengkhususkan diri dalam perdagangan dengan negara-
negara tertentu yang membutuhkan barang-barang tersebut)
3. Confirming house (yang bertindak sebagai perantara pembuat barang
diluar negeri dan importer dalam negeri, biasanya bertanggung jawab
atas pengapalan barang-barang dan pembayaran kepada penjual)
4. Buying agent (bertindak sebagai agent untuk satu atau lebih pembeli
tertentu di luar negeri)
5. Trading house (badan usaha yang mengumpulkan barang-barang
keperluan untuk diekspor dan diimpor)
6. Consignment agent (bertindak sebagai agent penjual di luar negeri)
7. Factor (lembaga yang setuju untuk membeli piutang-piutang
dagang/barang ekspor yang dipunyai eksportir untuk kemudian ditagih
kepada importer/pembeli)
8. Bank atau lembaga keuangan lainnya, yang fungsinya sebagai fasilitator
pembayaran, keuangan dan juga penjaminan (L/C & Bank Guarantee)
9. EMKL (Freight Forwarding), Ekspedisi Muatan Kapal Laut, yang
menjembatani eksportir dengan pelayaran dalam hal pengangkutan dan
dokumentasi ekspor
10. Maskapai Pelayaran (Shipping Company) atau Maskapai Penerbangan,
bisa juga Agent-nya
11. Asuransi, sebagai institusi penjaminan resiko
12. Bea Cukai (Custom), sebagai gerbang keluar masuknya barang
13. Consulate untuk legalisasi ke beberapa negara tertentu
14. Surveyor sebagai lembaga survey apabila dibutuhkan/dipersyaratkan
15. Departemen Pemerintahan Terkait : Deperindag, Kadin, Depkes/Bpom,
BKPM, Dirjen Pajak/KPKN dan Dirjen-dirjen di bawah DepKeu,
Deptan/Karantina, Dephub Dll. untuk pembuatan Certificate of origin
dan legalisasi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan
16. Badan sertifikasi lainnya

Adapun pihak-pihak dan lembaga yang berhubungan dengan transaksi


impor adalah sebagai berikut:
1. Sole Agent (agen tunggal barang impor)
2. Manufacturer representative (perwakilan pabrik pembuat barang)
3. Import merchant house (yang melakukan pembelian barang di luar
negeri, dan dimasukkan ke dalam negeri untuk dijual kembali)
4. Trading house (badan usaha yang mengumpulkan barang untuk diekspor
dan diimpor)
5. Bank atau lembaga keuangan lainnya, yang fungsinya sebagai fasilitator
pembayaran, keuangan dan juga penjaminan (L/C & Bank Guarantee)
6. Asuransi, sebagai institusi penjaminan resiko
7. Maskapai Pelayaran (Shipping Company) atau Maskapai Penerbangan,
bisa juga Agent-nya
8. EMKL (Freight Forwarding), Ekspedisi Muatan Kapal Laut, yang
menjembatani eksportir dengan pelayaran dalam hal pengangkutan dan
dokumentasi ekspor
9. Bea Cukai (Custom), sebagai gerbang keluar masuknya barang
10. Surveyor sebagai lembaga survey apabila dibutuhkan/dipersyaratkan
11. Departemen Pemerintahan Terkait : Deperindag, Kadin, Depkes/Bpom,
BKPM, Dirjen Pajak/KPKN dan Dirjen-dirjen di bawah DepKeu,
Deptan/Karantina, Dephub Dll. untuk pembuatan Certificate of origin
dan legalisasi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan
12. Badan Sertifikasi Lainnya.

Pihak-pihak di atas biasanya terlibat tergantung dari keperluan transaksi ekspor


impor tersebut, belum lagi ditambah pihak-pihak yang secara tidak langsung
terlibat baik dalam regulasinya maupun institusinya, seperti antara lain :
1. Bank Indonesia, untuk peraturan dan kebijakan di bidang keuangan dan
perbankan diantaranya penetapan Legal Lending Limit dan Monitor Lalu
Lintas Devisa
2. Departemen Kehakiman, menyangkut legalitas transaksi dan lembaga
peradilan apabila terjadi dispute antara pihak-pihak yang bertransaksi
3. Perusahaan Transportasi Darat (Trucking, Train Dll.) apabila pengiriman
menggunakan combined transport.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah Pabean. Sedangkan
yang dimaksud dengan eksportir adalah perusahaan atau perorangan yang
melakukan kegiatan ekspor. Dan impor adalah kegiatan memasukkan barang ke
dalam daerah pabean. Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan
impor tersebut disebut dengan Importir. Yang dimaksud dengan daerah pabean
adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara diatasnya, serta tempattempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif
dan landas kontinen.
Kegiatan ekspor impor memiliki banyak manfaat baik bagi Negara Indonesia
sendiri maupun bagi masyarakatnya. Tidak dipungkiri meskipun dalam
pelaksanaannya cenderung sulit dalam penyelesaian syarat-syarat dan
ketentuannya, tapi kegiatan ini harus tetap dilakukan untuk pemenuhan
kebutuhan dan tujuan lainnya. Dan dalam kegiatan ekspor impor ini pula banyak
lembaga yang berpartisipasi dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA

M.S, Amir, 1995, Pengetahuan Bisnis Ekspor Impor, Jakarta, Pustaka Binaman
Pressindo M.S, Amir, 1997, Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor,
Cetakan Kedua, Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo Hutabarat, Roselyn, 1989,
Transaksi Ekspor Impor, Edisi Kedua, Jakarta, Erlangga www.slideshare.com
http://www.beacukai.go.id/index.html?page=faq/impor.html
http://id.wikipedia.org/wiki/
Direktorat_Jenderal_Bea_dan_Cukai_Kementerian_Keuangan_Indonesia
http://www.agushalim.com/export-import/barang-barang-indonesia-yang-diekspor-ke-
luar-negeri/

Anda mungkin juga menyukai