Anda di halaman 1dari 29

TUGAS LAPANGAN

PSIKOLOGI SOSIAL TERAPAN


"DAYA TARIK (ATTRACTION) DALAM HUBUNGAN PERTEMANAN
MAHASISWA UAD”

Dosen Pengampu :
Muhammad Nur Syuhada S.Psi, M.Psi, Psikolog

Disusun oleh :
Tiffa Mitha Palupi (2100013223)
Jihan Isnaeni (2100013233)
Dini Indah Rismayuliani (2100013236)
Titin Harmukti (2100013251)
Khoirul Rifa’i (2100013262)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan.
Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah
SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus.
Penyusunan laporan tugas lapangan berjudul “Daya Tarik (Attraction)
Dalam Hubungan Pertemanan Mahasiswa UAD” Adapun penulisan laporan tugas
lapangan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial Terapan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Nur
Syuhada, S.Psi., M.Psi., Psikolog sebagai dosen pengampu pada mata kuliah
Psikologi Sosial Terapan kelas B, Fakultas Psikologi di Universitas Ahmad
Dahlan. Kami juga berterima kasih kepada para pihak yang mendukung penulisan
makalah. Penyusun berharap agar makalah ini mampu memberikan sudut pandang
baru dan menambah wawasan bagi penyusun dan pembaca.
Dengan kerendahan hati, penyusun memohon maaf apabila ada kesalahan
dalam proses pembuatan makalah. Penyusun berharap terbuka pada kritik dan
saran sebagai bagian dari revisi makalah tersebut.
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 2 Januari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Pembelajaran 3
D. Manfaat 3
E. Profil Masyarakat Setempat atau Komunitas 4
F. Profil Responden 4
BAB II PEMBAHASAN 6
A. Hasil Wawancara 6
B. Pembahasan Berdasarkan Teori Faktor-Faktor Daya Tarik 8
C. Solusi yang Ditawarkan Perspektif Psikologi Sosial Terapan 11
BAB III PENUTUP 16
A. Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 18
A. Hasil Wawancara (Verbatim) dan Hasil Analisis Data 18
B. Foto Kegiatan Wawancara 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa merupakan setiap individu yang sedang menjalani
pendidikan di sebuah perguruan tinggi di mana mahasiswa ini memiliki
tingkatan di atas pelajar. Rodgers & Tennison (Maharni & Suprihatin, 2022)
pada tingkat perguruan tinggi, individu akan menghadapi berbagai macam
tekanan dan tantangan yang menimbulkan kesulitan fisik, sosial dan
emosional. Selain mengalami perubahan fisik dan psikologis dengan
seiringnya pengalaman individu juga dalam menghadapi penyesuaian diri dan
tekanan dari masalah yang ada. Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh
mahasiswa diantaranya masalah akademik, keuangan, konflik dengan diri-
sendiri, serta masalah dalam hubungan pertemanan. Pada hubungan
pertemanan mahasiswa bisa membentuk lingkaran pertemanan terdekat yang
biasa disebut ‘circle’. Lingkaran pertemanan yang biasanya terdiri dari tiga
atau lebih individu. Lingkaran pertemanan bisa terbentuk karena kecocokan
tiap-tiap individu di dalamnya, misalnya bisa karena kesamaan hobi, ambisi,
tujuan, dan lain sebagainnya. Namun, ada juga mahasiswa yang tidak
memiliki lingkaran pertaman ini. Lalu apa yang memengaruhi dalam menjalin
hubungan pertemanan ini? Dalam bidang psikologi sosial terapan terdapat
teori tentang ‘daya tarik interpersonal yang bisa digunakan untuk memahami
hal tersebut.
Pertemanan merupakan bentuk hubungan yang bersifat pribadi yang
terdiri dari hubungan bersifat pribadi, hubungan yang saling memberi
pengertian, keinginan untuk menjaga hubungan, adanya kejujuran,
kepercayaan dan keterbukaan serta daya tahan hubungan jangka panjang
(Donelson & Gullahorn dalam Suharyani, 2022). Kemampuan menjalin
pertemanan dalam penelitian ini mengacu pada teori “Daya Tarik Dalam
Hubungan Interpersonal” yang diuraikan menjadi enam aspek yaitu: a.
seberapa mudah seseorang menjalin hubungan dekat dengan orang lain; b.

1
kapan dan pada tingkat mana individu mulai bisa menjalin hubungan yang
dekat dengan orang lain; c. apakah faktor kesamaan seperti hobi, kepribadian,
suku, dan agama menjadi referensi dalam menjalin hubungan pertemanan; d.
hal yang menghambat dalam menjalin hubungan pertemanan; e. apakah
keadaan fisik menjadi faktor dalam hubungan pertemanan; f. apakah keadaan
status sosia; seseorang berpengaruh dalam menjalin hubungan pertemanan.
Setiap Individu membutuhkan otonomi dan kebebasan untuk berinteraksi
dan bersosialisasi dengan orang lain, sehingga manusia akan selalu
membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidupnya. Seseorang ingin
melakukan komunikasi, agar kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain,
dari perjumpaan awal, sampai terfokus pada bagaimana memelihara dan
mengarahkan hubungan yang lebih akrab. Dari situlah memunculkan daya
tarik awal, dan menjadi hubungan yang lebih akrab (Dayakisni & Hudaniah,
dalam Dewi 2013). Menurut Baron dan Byrne (2003) daya tarik interpersonal
merujuk pada penilaian atau sikap seseorang terhadap orang lain yang
diekspresikan melalui dimensi dari sangat suka (strong liking) hingga sangat
tidak suka (strong dislike). Daya tarik secara personal berarti merasakan dan
mengalami secara khusus lebih tertarik kepada satu orang, bukan orang yang
lain. Membahas mengenai daya tarik tidak sesimple yang dibayangkan karena
ada dasar teori dan faktor-faktor yang meliputi situasional dan personal.
Dalam hubungan pertemanan mahasiswa bisa dipahami dan dijelaskan
dengan teori daya tarik Mahasiwa yang memiliki daya tarik besar serta bagus
akan membuatnya memiliki pengaruh sosial yang besar. Mahasiswa yang
menarik dinilai lebih positif oleh teman-temanya bahkan para dosen.
Mahasiswa seperti ini biasanya akan diperlakukan lebih baik, dihargai lebih
untuk penampilan mereka, dan lebih mudah diterima. Mahasiswa yang
menarik biasanya dinilai karena sifatnya, keterbukaan, dan sikap ramah
sehingga akan mendapatkan banyak teman. Teman yang banyak akan sangat
membantu ketika mahasiswa membutuhkan bantuan. Luasnya relasi juga akan
menambah wawasan informasi bagi mahasiswa. Begitu juga sebaliknya
dengan mahasiswa yang memiliki daya tarik rendah. Daya tarik interpersonal

2
rendah ditandai dengan kepribadian tidak menyenangkan, kemampuan
komunikasi yang rendah, dan kurangnya menjalin hubungan sosial yang intim.
Kepribadian tidak menyenangkan ini bisa juga karena sifat yang egois,
pengganggu, sombong, tidak mau diajak kerja sama, dan lain sebagainya.
Daya tarik tentu memengaruhi mahasiswa dalam menjalin hubungan
pertemanan dan kesuksesannya dalam menempuh kuliah. Mengenai daya
tarik di kalangan mahasiswa ini penting untuk dipelajari karena bisa
membantu mahasiswa agar bisa memperbaiki dan membangun hubungan
pertemanan yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor situasional yang memengaruhi daya tarik dalam
pertemanan mahasiswa UAD?
2. Apa saja faktor personal yang memengaruhi daya tarik dalam pertemanan
mahasiswa UAD?
3. Apa saja faktor yang menghambat seseorang dalam menjalin relasi?
4. Apa saja solusi yang ditawarkan perspektif psikologi sosial terapan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor situasional yang memengaruhi daya tarik dalam
pertemanan mahasiswa UAD.
2. Untuk mengetahui faktor personal yang memengaruhi daya tarik dalam
pertemanan mahasiswa UAD.
3. Untuk mengetahui faktor yang menghambat seseorang dalam menjalin
relasi.
4. Untuk mengetahui solusi yang ditawarkan perspektif psikologi sosial
terapan.
D. Manfaat
1. Memberikan wawasan dan pengetahuan baru terkait faktor apa saja yang
memengaruhi daya tarik dalam pertemanan mahasiswa Universitas
Ahmad Dahlan.
2. Memberikan solusi terkait masalah daya tarik dalam pertemanan
berdasarkan perspektif psikologi sosial terapan.

3
3. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali dan
melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi daya tarik
dalam pertemanan.
E. Profil Masyarakat Setempat atau Komunitas
Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta yang berjumlah 5 orang. Berikut nama-nama mahasiswa
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta :
No NIM Nama Mahasiswa Jenis Kelamin
1 2100013239 Kharisma Damayanti Perempuan
2 2100013240 Hervira Ayu Nadya Perempuan
3 2100013242 Fika Afifah Fauzia Perempuan
4 2100013243 Dewi Valinda Sari Perempuan
5 2100013087 Amanda Kurnia Putri Perempuan

F. Profil Responden
Nama/Inisial Kharisma Damayanti
Usia 19 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Status Belum menikah
Alamat Jl. Batikan, Yogyakarta
Suku Jawa
Agama Islam
Pekerjaan Mahasiswa

Nama/Inisial Hervira Ayu Nadya


Usia 19 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Status Belum menikah
Alamat Jl. Sepiangin selatan 2, Bantul
Suku Jawa

4
Agama Islam
Pekerjaan Mahasiswa

Nama/Inisial Fika Afifah Fauzia


Usia 20 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Status Belum menikah
Alamat Samping stadion mandala krida
Suku Jawa
Agama Islam
Pekerjaan Mahasiswa

Nama/Inisial Dewi Valinda Sari


Usia 20 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Status Belum menikah
Alamat Tamanan, Bantul
Suku Jawa
Agama Islam
Pekerjaan Mahasiswa

Nama/Inisial Amanda Kurnia Putri


Usia 19 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Status Belum menikah
Alamat Pujokusuman, Taman siswa
Suku Jawa
Agama Islam
Pekerjaan Mahasiswa

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hasil Wawancara Menyimpulkan Sesuai Tujuan Wawancara


Berdasarkan hasil wawancara kami bisa mendapatkan informasi sesuai
dengan tujuan awal wawancara yang kami lakukan. Ada enam aspek
pertanyaan yang kami ajukan, dalam hasil wawancara tersebut kami bisa
simpulkan sebagai berikut:
Pertama, seberapa mudah mahasiswa UAD menjalin hubungan dekat
dengan orang lain. Responden menjawab bahwa ia akan mudah menjalin
hubungan dekat jika orang lain memberi respons yang positif ketika sejak
awal diajak komunikasi. Misalnya ketika disapa memberi respons yang baik
dan terlihat memiliki ketertarikan dengan kita dari gaya bicaranya. Responden
lain juga mengatakan bahwa ia bisa mudah menjalin hubunga jika orang lain
itu memiliki sifat terbuka. Akan tetapi, sebagian responden kami menjawab
bahwa ia susah menjalin hubungan dengan orang lain karena mereka sendiri
orang yang susah bersosialisasi karena sulit menyesesuaikan diri.
Kedua, kapan dan pada tingkat mana mahasiswa UAD mulai bisa
menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain. Responden kami semua
menjawab ketika sering berinteraksi seperti mulai banyak bercerita. Interaksi
yang sering terjadi ini akan membuat mahasiswa mulai bisa menjalin
hubungan dekat dan menjadi akrab.
Ketiga, apakah faktor kesamaan (seperti hobi, kepribadian, suku, agama)
menjadi referensi dalam memilih atau menjalin hubungan pertemanan.
Jawaban responden semua setuju bahwa kesamaan diantara orang lain itu
menjadi salah satu referensi mereka dalam menjalin hubungan dengan orang
lain. Dengan kesamaan yang ada maka bisa membuat mereka mudah & cepat
nyambung dalam menjalin hubungan. Menurut salah satu responden
mahasiswa kami mengatakan jika kesamaan kepribadian itu yang paling
penting. Kemudian kesamaan hobi. Suku disini tidak menjadi faktor
kesamaan yang dianggap penting oleh responden kami karena mereka

6
menyadari bahwa kuliah di UAD banyak teman-teman yang dari suku-suku
yang berbeda.
Keempat, adakah hal yang menghambat menjalin relasi atau pertemanan
dengan orang lain. Sebagian besar responden kami menjawab pikiran negatif
dan sifat pemalu yang membuat tidak percaya diri membuat mereka susah
bersosialisasi. Sisanya menjawab frekuensi yang beda dan mood tidak bagus
yang menjadi penghambat.
Kelima, apakah keadaan fisik menjadi salah satu faktor dalam hubungan
pertemanan. Semua resonden kami mengatakan jika fisik tidak menjadi faktor
dalam menjalin hubungan pertemanan. Salah satu responden mengatakan
bahwa tidak boleh memandang fisik karena kita belum tentu sempurna.
Keenam, apakah keadaan status sosial seseorang berpengaruh dalam
menjalin hubungan pertemanan. Sebagian besar responden kami menjawab
jika status sosial tidak penting yang penting lebih ke kepribadian orang itu
dan merasa nyaman. Sisanya menganggap jika status sosial sedikit
berpengaruh misal ketemu dengan orang yang status sosialnya lebih tinggi
daripada dia maka akan merasa canggung.
Secara keseluruhan berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan jika,
daya tarik (attraction) dalam hubungan pertemanan Mahasiswa UAD
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari yang kami temukan. Faktor yang
berperan besar yaitu adanya kesamaan kepribadian. Kemudian adanya respon
positif, mudah terbuka dan seringnya interaksi yang terjadi membuat
mahasiswa menjadi lebih akrab dalam menjalin hubungan pertemanan.
Mahasiswa seperti itu akan memiliki daya tarik yang besar sehinga membuat
mereka mudah menjalin pertemanan dan mendapatkan banyak teman begitu
juga sebaliknya. Temuan yang sedikit mengejutkan yaitu bahwa mahasiswa
UAD tidak menganggap fisik menjadi referensi mereka dalam menjalin
pertemanan. Lalu faktor yang menghambat mereka dalam menjalin hubungan
pertemanan karena sifat mereka sendiri seperti susah bersosialiasi, tidak
percaya diri, dan pemalu. Hal tersebut tentunya membuat daya tarik
cenderung berkurang.

7
B. Pembahasan Berdasarkan Teori Faktor-Faktor Daya Tarik
 Situasional
1. Kedekatan (Proximity)
Orang yang dekat secara fisik kemungkinan akan mudah untuk
menjalin hubungan dan saling memengaruhi satu sama lain. Semakin
dekat jarak fisik, kemungkinan besar dua orang akan mengalami
kontak secara berulang atau mengalami repeated exposure. Kontak
secara berulang ini bisa menimbulkan ketertarikan.
Berdasarkan hasil wawancara, beberapa narasumber
memberikan jawaban bahwa mereka sulit untuk menjalin hubungan
dekat dengan orang lain, tetapi beberapa diantaranya juga merasa
bahwa mereka mudah terbuka dan dekat dengan orang lain.
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh narasumber, sebagian besar
dari mereka dapat menjadi dekat dengan orang lain jika sering
bertemu dan sering berinteraksi. Hal ini menunjukkan bahwa kontak
secara berulang dapat menimbulkan ketertarikan sehingga lebih
mudah untuk menjalin hubungan pertemanan.
2. Interaksi
Interaksi yaitu hubungan timbal balik antara individu maupun
kelompok untuk menjalin hubungan pertemanan, diskusi, atau kerja
sama. Ketertarikan bisa terjadi berhubungan dengan seberapa sering
interaksi terjadi. Dengan adanya interaksi membuat individu bisa
saling mengenal dan memengaruhi untuk saling menilai serta pada
akhirnya bisa menimbulkan ketertarikan. Interaksi yang intens dapat
menyebabkan keakraban.
Berdasarkan hasil wawancara, pada pertanyaan “Kapan dan pada
tingkat mana anda mulai bisa menjalin hubungan yang dekat dengan
orang lain?” sebagian besar narasumber menjawab bahwa untuk bisa
dekat dengan orang lain membutuhkan interaksi yang sering
dilakukan. Interaksi ini dapat berupa saling mengobrol, bercerita, dan
termasuk chatting melalui media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa

8
adanya interaksi atau hubungan timbal balik antar individu sangatlah
berpengaruh dalam menjalin pertemanan.
3. Keakraban (Familirity)
Keakraban adalah kedekatan hubungan yang hadir melalui sifat
sosial antar masyarakat maupun kelompok masyarakat (Susianti,
2020). Keakraban adalah hubungan yang berkembang dari hasil
interaksi antar individu melalui komunikasi dan kontak baik secara
langsung maupun virtual. Keakraban dimulai dari kedekatan
kemudian interaksi yang terus menerus hingga menjadi akrab.
Eksposure yang berulang ini disertai feedback yang positif dapat
menimbulkan rasa suka. Hasil penelitian dari Robert Zajonc tentang
efek terpaan (more exposure effect) menunjukkan bahwa orang akan
perasaan positif terhadap orang yang sering mereka lihat.
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar narasumber
merasa bahwa mereka dapat dekat dan akrab dengan orang lain ketika
mereka sering bertemu dan berinteraksi satu sama lain. Hal ini
menunjukkan bahwa keakraban merupakan hasil dari kedekatan dan
interaksi yang terjadi berulang baik secara langsung maupun virtual.
 Personal
1. Kesamaan (Similarity)
Ada kecenderungan bahwa orang akan memilih pasangan yang
mempunyai level daya tarik fisik yang relatif sama dengan dirinya.
Awalnya orang cenderung untuk mencari pasangan setampan atau
secantik mungkin, tetapi setelah terjadi kontak dengan banyak orang,
akhirnya menjadi lebih realistis dengan jalan menentukan pilihan
pasangan yang mempunyai level daya tarik yang setingkat. Kriteria
lain dari kesamaan yang sering dituntut oleh seseorang adalah
kesamaan nilai-nilai dan keyakinan. Dalam hal ini bukan kesamaan
secara mutlak yang dicari tetapi kesamaan pada sebagian besar dari
nilai-nilai dan keyakinannya. Kenyataan tentang hal ini terlihat pada
sebagian besar agama yang menyarankan untuk mencari pasangan

9
hidup seagama. Asumsi yang paling sering dikemukakan adalah
dalam rangka menghindari konflik-konflik yang bisa terjadi.
Kesamaan sikap dan pandangan terhadap berbagai hal banyak juga
dijumpai pada persahabatan atau berteman, juga pada organisasi atau
kelompok hobi.
Berdasarkan hasil wawancara pada pertanyaan “Apakah faktor
kesamaan (seperti hobi, kepribadian, suku, agama) menjadi referensi
dalam memilih atau menjalin hubungan pertemanan?” beberapa
narasumber menjawab iya faktor kesamaan menjadi referensi dalam
memilih pertemanan bahwa kesamaan dalam beberapa hal seperti
sikap, kepribadian dan hobi ternyata menjadi salah satu hal yang
penting dalam lingkup pertemanan. Rata-rata seseorang apabila
berteman dengan orang lain akan memperhatikan dari segi kesamaan
dari beberapa hal terlebih dahulu.
2. Daya Tarik Fisik
Fisik yang bagus, atletis, seksi, tampan, dan cantik pada
umumnya menimbulkan kesan yang positif. Kesan positif muncul
karena adanya kepuasan tersendiri bila seseorang melihat bentuk dan
tampang dari fisik seseorang misalnya ketampanan dan kecantikan.
Pada dasarnya segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan sosial,
untuk dapat diterima atau sukses secara sosial, daya tarik fisik ini
memberi kontribusi yang sangat signifikan. Penilaian positif ini akan
memberi dampak lebih lanjut. Misalnya saja bila ada dua pilihan
dengan karakteristik yang berimbang, tetapi yang satu lebih menonjol
dalam hal kecantikan, maka yang lebih cantik akan memiliki peluang
lebih besar untuk dipilih.
Berdasarkan hasil wawancara pada pertanyaan “Apakah keadaan
fisik menjadi salah satu faktor dalam hubungan pertemanan?” Rata-
rata narasumber menjawab bahwa dalam pertemanan hal fisik
menjadi faktor nomor sekian dari banyaknya faktor lainnya. Beberapa
beranggapan bahwa segi fisik seseorang tidak menjadi alasan utama

10
seseorang dalam memilih pertemanan, mereka lebih tetuju pada
faktor lain seperti kepribadian, dll. Menurut mereka jika sudah
merasa nyaman dan nyambung dalam berkomunikasi satu sama lain
maka fisik tidak terlalu berpengaruh.
3. Penilai
Setiap orang miliki penilainnya sendiri secara subjektif dalam
menilai orang lain. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya,
keyakinan, dan kondisi psikologis memengaruhi individu dalam
memberi penilaian. Dari berbagai faktor yang melatarbelakangi
penilai, diperkirakan bahwa kondisi afektif memiliki pengaruh paling
besar. Orang yang dalam kodisi suasana hati yang bagus
kecenderungan akan menilai orang lain secara positif begitu juga
sebaliknya. Pengalaman juga memiliki pengaruh yang besar,
misalnya seseorang yang pernah patah hati atau trauma kemungkinan
besar akan memberikan penilaian yang negatif dan rendah.
Berdasarkan hasil wawancara pada pertanyaan “Menurut anda
apakah keadaan status sosial seseorang berpengaruh dalam menjalin
hubungan pertemanan?” Sebagian besar menjawab tidak berpengaruh
karena berteman dengan siapa saja dengan rasa nyamannya dan status
sosial tidak terlalu penting, namun ada beberapa yang menjawab
bahwa status sosial berpengaruh dalam pertemanan karena
mempengaruhi keadaan berinteraksi dengan orang lain. Jadi keadaan
status sosial seseorang tidak terlalu berpengaruh dalam menjalin
pertemanan karena terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh.

C. Program/Aktivitas/Solusi yang Ditawarkan Perspektif Psikologi Sosial


Terapan
1) Aktivitas pembentukan pertemanan online dari media sosial yang
berlanjut ke offline
Pertemanan dari online berlanjut ke offline dapat melalui 4 tahapan
yaitu:

11
 Tahapan pertama, dimulai dari individu memulai interaksi dengan
orang asing yaitu tahapan dimana individu saling menjalin interaksi
melalui media komunikasi (media sosial) yang sifatnya online, seperti
Instagram, Twitter, TikTok, dan sebagainya.
 Tahap kedua, yaitu mengevaluasi individu lain pada interaksi online,
dari orang asing secara online hingga saling mengenal dimana dalam
tahap ini individu saling mengamati dan merasakan komunikasi yang
mereka jalin secara online.
 Tahap ketiga adalah menjalin pertemanan offline atau tatap muka (dari
online ke offline), yang mana dalam tahap ini setiap individu
melakukan pertemuan tatap muka di dunia nyata.
 Tahap keempat, yaitu stabilitas hubungan sosial dimana pada tahap ini
setiap individu akan mengambil tindakan terkait ikatan pertemanan
yang mereka jalin akan tetap berlanjut atau tidak.
Adapun dalam menjalin pertemanan secara online berlanjut ke offline
mengacu pada faktor-faktor personal dan situasional dari daya tarik
(attraction) yaitu mulai dari daya tarik fisik, karakteristik pribadi, penilai,
kehangatan, kesamaan (similiarity), saling melengkapi (complementary),
kedekatan (proximity), interaksi, hingga keakraban (familirity). Semakin
faktor-faktor daya tarik tersebut mempengaruhi dan memikat individu lain,
maka semakin tinggi kemungkinan terjalinnya hubungan pertemanan.
Hubungan yang dijalin secara online dan berlanjut ke offline tidak hanya
sebatas pertemanan sementara, bisa saja berlanjut pada hubungan
persahabatan yang mampu bertahan lama, atau hubungan yang lebih dekat
lainnya.
2) Program Hitman System
Hitman System merupakan pusat pelatihan yang menyediakan
program pengembangan diri bagi para pria yang ingin menjadi maksimal
dalam bidang cinta, romansa, dan dinamika sosial. Hitman System
mengadakan pelatihan workshop, seminar, dan kelas-kelas khusus yang
fenomenal agar pria menjadi pria berkualitas tinggi yang mampu menarik

12
wanita, membuka hubungan dengan mereka di mana saja dan kapan saja,
serta mendapatkan kehidupan cinta yang mereka impikan.
Hitman System sebenarnya tidak berfokus pada love ataupun
seduction, melainkan pada attraction yang mengungkap sejumlah prinsip
daya tarik, faktor daya tarik, serta bagaimana mengaplikasikannya
sehingga menciptakan dinamika ketertarikan dalam interaksi sosial pria-
wanita. Program ini mengadakan pelatihan pengembangan diri dengan
meningkatkan interpersonal attraction, physical attraction, hingga social
attraction.
Di dalam materi pelatihan Hitman System, struktur pria yang menarik
adalah organic level (be-attention), behaviour level (do-attraction), dan
manisfetation level (haveattachment).
 Organic level (be-attention) merupakan tahap prelational skill dimana
ini merupakan tahap pembentukan karakter. Dalam tahap ini diajarkan
paradigm shift (identify, values), ego building (narcissism seperto selfie
dari berbagai angle untuk melatih ekspresi dan body language;
menonjolkan kelebihan, habits seperti membiasakan diri bergaul
dengan orang-orang baru; dress up seperti selalu menampilkan diri
dengan pakaian yang bersih, rapi, wangi), personal mastery (awareness,
flexibility).
 Behaviour level (do-attraction) merupakan tahap relational skill dimana
ini tahap pembentukan matrix. Dalam tahap ini diajarkan social
dinamics (status, misalnya memiliki status hubungan dan keuangan
yang stabil; projections, misalnya saat berkomunikasi dengan siapapun
mengimitasi gesture dan cara berpikir agar mengimbangi lawan bicara
dan terkesan ramah), ego strengthening (game), attraction mastery
(misalnya bercanda mengeluarkan sisi humor, menepuk pundak,
salaman).
 Manisfetation level (haveattachment) merupakan tahap dimana pria
tidak lagi berpikir, merancang, dan berusaha untuk menjadi menarik,
melainkan kemenarikan itu sudah termanifestasi otomatis.

13
3) Aktivitas Pembentukan Kelompok Kecil (Small Group)
Pada umumnya, kelompok kecil lebih intens daripada kelompok
besar. Karena, kelompok kecil pasti orang-orang didalamnya tidak begitu
banyak seperti kelompok besar. Kelompok kecil biasanya dapat
membentuk kedekatan yang lekat, interaksi yang lancar bahkan dapat
menciptakan hangatnya keakraban.
Adapun karakteristik dari kelompok kecil yaitu :
 Lebih mudah menumbuhkan daya tarik kekompakan antar sesame
 Keinginan untuk bersatu dan memberi kehangatan lebih mudah dalam
kelompok kecil
 Individu yang sulit bergaul dapat belajar bersosialisasi dari kelompok
kecil ini
 Komunikasi dalam kelompok kecil bisa jauh lebih intens

Tipe komunikasi yang dapat dilakukan dalam kelompok kecil yaitu :


 Learning group (kelompok belajar)
Bertujuan untuk meningkatkan cara berkomunikasi, informasi,
pengetahuan serta mengasah kemampuan diri.
 Growth group (kelompok pertumbuhan)
Bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya dan yakin terhadap diri.
 Problem solving group (kelompok pemecahan masalah)
Bertujuan untuk mengetahui berbagai permasalahan dan belajar
memecahkan serta menyelesaikan permasalahannya dengan individu
lain.
4) Mengadakan Program Webinar Bertema-kan “Membangun
Relationship yang Sehat di Perkuliahan”
Kita sebagai mahasiswa psikologi dapat membuat sebuah program
webinar yang bermanfaat bagi semua mahasiswa. Seperti yang kita
ketahui, bahwasanya masih banyak sekali mahasiswa yang sulit bergaul
dan menarik dirinya untuk bersosialisasi bersama. Dengan program ini,

14
kita dapat menumbuhkan daya tarik para mahasiswa untuk membangun
sebuah hubungan pertemanan yang baik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membangun sebuah
hubungan pertemanan seperti:
 Belajar ramah terhadap sesame
 Percaya diri dan menerima orang-orang sekitar
 Sabar menghadapi situasi
 Menumbuhkan rasa empati
 Daya pikir yang terbuka
 Mengapresiasi hal-hal baik
 Memberi ruang untuk tumbuh bersama
 Menghormati dan menyayangi antar sesama mahasiswa
 Memiliki hubungan yang timbal balik

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam hubungan pertemanan mahasiswa ditemukan bahwa mahasiwa
yang memiliki daya tarik besar serta bagus akan membuatnya memiliki
pengaruh sosial yang besar. Dan sebaliknya, mahasiwa yang kurang memiliki
daya tarik akan membuatnya memiliki pengaruh sosial yang lebih terbatas.
Dari analisis hasil wawancara kami ditemukan bahwa daya tarik (attraction)
dalam hubungan pertemanan Mahasiswa UAD dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor yang berperan besar yaitu adanya kesamaan kepribadian.
Kemudian adanya respon positif, mudah terbuka dan seringnya interaksi yang
terjadi membuat mahasiswa menjadi lebih akrab dalam menjalin hubungan
pertemanan. Temuan yang sedikit mengejutkan yaitu bahwa mahasiswa UAD
tidak menganggap fisik menjadi referensi mereka dalam menjalin pertemanan.
Faktor yang menghambat mereka dalam menjalin hubungan pertemanan
karena sifat mereka sendiri seperti susah bersosialiasi, tidak percaya diri, dan
pemalu. Hal tersebut tentunya membuat daya tarik cenderung berkurang.
Program dan aktivitas yang ditawarkan perspektif psikologi sosial
terapan dalam hubungannya dengan daya tarik (attraction), terutama untuk
menjalin pertemanan diantaranya meliputi aktivitas pembentukan pertemanan
online dari media sosial yang berlanjut ke offline, program Hitman System,
aktivitas pembentukan kelompok kecil (small group), program webinar
bertemakan “Membangun Relationship yang Sehat di Perkuliahan”. Beberapa
program dan aktivitas tersebut dapat menjadi solusi untuk meningkatkan daya
tarik, atau menjadi wadah interaksi hubungan pertemanan itu sendiri.

16
Daftar Pustaka

Anggreni, N. L. O. (2019). Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Sekolah


Dasar Dapat ditingkatkan melalui Optimalisasi Penerapan Metode Diskusi
Kelompok Kecil (Small Group Discussion). Jurnal Imiah Pendidikan Dan
Pembelajaran, 3(2), 201-208.
Hidayat, K., & Bashori, K. (2016). Psikologi Sosial: Aku, Kami, dan Kita. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Marhani, N.T.W., & Suprihatin, T. (2022). Hubungan antara daya tarik
interpersonal dengan keterbukaan diri pada mahasiswa tahun pertama.
Konstelasi Ilmiah Mahasiswa Unissula (Kimu) 7, 67(8), 349-350.
Mercer, J., & Clayton, D. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Putri, Hening Pramesthi. (2015). Daya Tarik Interpersonal Alumni Hitman
System. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikogi. Universitas Kristen
Satya Wacana: Salatiga.
Ramadhani, Chairinas Melinia. (2021). Pembentukan Pertemanan Online Remaja
Akhir dari Media Sosial yang Berlanjut ke Offline. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Komunikasi dan Informatika. Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Surakarta.
Restuwati, E. S., & Kumara, A. (2014). Pengaruh Implementasi Program
“Temanku Sahabatku” dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Pra
Sekolah. Humanitas: Jurnal Psikologi Indonesia, 11(1), 19-32.
Sears, D. O., Freedman, J, L., & Peplau, L. A. (1988). Psikologi Sosial Jilid 1.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Susiati, S. (2020). The Concept Of Togetherness In The Films" Aisyah Biarkan
Kami Bersaudara" By Herwin Novianto.
Wilson, J. M., Goodman, P. S., & Cronin, M. A. (2007). Group learning.
Academy of management review, 32(4), 1041-1059.

17
Lampiran

A. Hasil Wawancara (Verbatim) dan Hasil Analisis Data


 Dewi Valinda Sari
Peneliti : “Apakah anda termasuk seseorang yang mudah menjalin
hubungan dekat dengan orang lain?”
Dewi : “Gimana ya? Tergantung ininya sih kalau misalnya mudah
atau enggaknya itu tergantung dari lawan jenisnya kayak
misalnya kalau lawan jenisnya tuh yang menurut aku itu dianya
juga treks maksudnya dia juga intereks sama kita gitu aku bisa
maksudnya aku kayak oh iya dianya balas gitu dianya juga,
kalau misalnya kita tegur dia juga balas dianya juga yang
mungkin kelihatan tertarik juga gitu sama aku gitu jadinya aku
mudah tapi kalau misalnya orangnya ini yang kayak dianya
kayak aku, awalnya mungkin negur duluan atau mau kenalan,
tapi dianya yang enggak ada effort balik itu mungkin aku yang
kayak ih jadinya aku ciut gitu jadinya aku yang kayak oh nggak
bisa nih kayaknya deket sama dia gitu jadinya overthinking
gitu mungkin kalau tapi kalau yang biasa biasa mungkin dianya
mau timbal balik itu mungkin bisa”
Peneliti : “Kapan dan pada tingkat mana anda mulai bisa menjalin
hubungan yang dekat dengan orang lain?”
Dewi : “Karena iya udah sering curhat mungkin terus kayak mungkin
pertama kali kenal itu mungkin udah cerita banyak mungkin
besok besoknya kayak pas ketemu lagi itu mungkin bisa
langsung kayak ya kenal makin deket terus kayak yang jadi
teman gitu.”
Peneliti : “Apakah faktor kesamaan (seperti hobi, kepribadian, suku,
agama) menjadi referensi dalam memilih atau menjalin
hubungan pertemanan?”

18
Dewi : “mungkin pada awalnya sih iya kayak aku kan sukanya jawa
terus aku tuh berpikir kayak ya udah deh aku temenan sama
orang jawa aja karena sama sama tahu gitu kan terus setelah
jadi anak rantaukan temen-temennya beda beda suku ya
maksudnya kayak yang enggak jawa aja gitu jadi stigma itu tuh
aku putusin gitu kayak oh enggak harus temenan sama orang
jawa aja kok terus kayak sama suku lain juga ternyata tuh
enggak yang separah ini enggak yang sepemikiran itu kayak
enggak negatif gitu maksudnya mereka juga positif kok kkita
enggak boleh gitu melihat itu dari cuma dari apa sukunya gitu
sih jadi kayak yang sekarang enggak milih milih kayak gitu sih
kayak yang ya kalau mau temenan ya udah gitu kalau udah
sama hobinya ya alhamdulillah, tapi kalau nggak sama ya
nggak apa apa kan maksudnya semua orang tuh beda beda gitu
nggak sama gitu. mungkin ke pribadian sih mungkin kayak
kayak kalau sama cocok terus kayak dianya juga baik itu terus
intereks sama aku gitu terus aku juga yang sama dia nyaman
mungkin lebih nyaman sih kayak gitu jadinya ya bisa sih
mungkin dari kepribadian yang enggak sombong terus
maksudnya kita sama sama baik sama orang pemikir mungkin
satu pemikiran gitu mungkin bisa.”
Peneliti : “Adakah hal yang menghambat anda menjalin relasi atau
pertemanan dengan orang lain?
Dewi : “Yang menghambat itu pikiran-pikiran negatif sih sebenernya,
terus yang kayak tadi itu, misalnya tuh kita ikut organisasi
itukan supaya dapat relasi, cuman kadangkan temen-temen di
organisasi enggak semuanya mau berinteraksi dengan kita, jadi
yang kalo misalnya merekanya bikin ciut nah itu yang aku
kayak menghalang aku kayak ih gabisa nih temenan sama dia,
kayaknya dia gamau temenan sama aku deh. Jadi pikiran-
pikirannya tuh negatifkan. Nah disitu tuh yang biasanya jadi

19
akunya diem maksudnya aku gamau negur duluan jadi yang
kayak takut gitu jadinya yang akunya diem aja yaudah deh aku
diem aja biasanya sih kayak gitu sih yang merekanya udah
mensirkel terus atau engga merekanya engga tertarik sama aku
maksudnya pikiran negatifku ih mereka engga tertarik sama
aku gamau temanan sama aku itu sih yang mehambat.”
Peneliti : “Apakah keadaan fisik menjadi salah satu faktor dalam
hubungan pertemanan?”
Dewi : “engga sih, kita enggak boleh gitu pandang fisik gitu. Ya aku
juga belum tentu sempurna gitu kan masa itu sama orang jadi
ya enggak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah keadaan status sosial seseorang
berpengaruh dalam menjalin hubungan pertemanan?”
Dewi : “Kalo menurut aku sih mungkin ngaruh kali ya kayak soalnya
tuh dari sepengalaman aku dari SMA juga itu mungkin yang
mungkin HP nya iphone iphone mereka iphone semua gitu
terus yang suka royal uangnya tuh mereka pasti kumpul jadi
satu gitu loh. Terus kalau aku sih maksudnya hpku iphone juga
sih enggak dia sih apa itu, tapi itu gak yang sekaya itu gimana
masi yang cukup aja cukup itu kalau menurut aku tuh aku
temenan juga sama teman teman aku yang cukup cukup aja
terus maksudnya yang kita tuh yang belanja itu yang biasa
biasa aja enggak yang sampai brand mahal kayak gitu. Menurut
aku sih itu ngaruh sih, tapi itu yang kaya ngalir aja sih.
Maksudnya pasti ketemu gitu kayak yang pasti yang kaya itu
pasti ketemu yang kaya gitu yang biasa biasa aja gitu pasti juga
ketemu yang biasa biasa aja gitu sih pasti ngaruh”

 Kharisma Damayanti
Peneliti : “Apakah anda termasuk seseorang yang mudah menjalin
hubungan dekat dengan orang lain?”

20
Kharisma : “Tidak. Saya itu susah untuk bersosialisasi gitu.”
Peneliti : “Kapan dan pada tingkat mana anda mulai bisa menjalin
hubungan yang dekat dengan orang lain?”
Kharisma : “Mungkin sering berinteraksi, mungkin bisa jadi mudah
berbagung mungkin bisa jadi berteman gitu sih. Mungkin kalau
udah kenal seumpamanya awal kuliah pertama kalinya
kenalnya sejak awal kuliah mungkin sampai saat ini masih bisa
sampai akrab, tapi kalau masih baru kenal hanya beberapa
minggu atau ini sulit untuk kenal lebih akarab atau lebih intens.”
Peneliti : “Apakah faktor kesamaan (seperti hobi, kepribadian, suku,
agama) menjadi referensi dalam memilih atau menjalin
hubungan pertemanan?”
Kharisma : “Enggak juga sih kalau menurut saya kalo menurut saya sih
lebih kalau karena saya sulit bersosialisasi karena saya juga
malu. Saya tuh tipenya lebih suka ditanya terlebih dahulu jadi
seperti itu, jadi saya tidak mau mau dia dari suku apa atau
faktor apa itu tidak penting menurut saya penting bisa apa ya
interaksinya menyambung terus ada persamaan atau
persamaannya seperti kayak tugas apa kuliah atau apa apa itu
saya masih bisa sih.”
Peneliti : “Adakah hal yang menghambat anda menjalin relasi atau
pertemanan dengan orang lain?
Kharisma : “Ada ya salah satunya tadi tidak mudah sosialisasi terus tidak
suka keramaian terus apa ya sebenarnya tidak suka terlalu
banyak teman lebih suka sedikit teman tapi yang bisa menjaga
atau saling mengingatkan satu sama lain.”
Peneliti : “Apakah keadaan fisik menjadi salah satu faktor dalam
hubungan pertemanan?”
Kharisma : “Enggak terlalu.”
Peneliti : “Menurut anda apakah keadaan status sosial seseorang
berpengaruh dalam menjalin hubungan pertemanan?”

21
Kharisma : “Kadang sedikit berpengaruh menurut saya ya, karena kan ada
kayak merasa ketimpangan. ada yang stratanya mereka tinggi
status sosial kita rendah kayak ada penyimpangan gitu tapi
menurut saya tidak juga sih tidak terlalu bermasalah. Kalau
dengan yang status sosialnya lebih tinggi lebih canggung sih
kadang gimana ya kadang merasa agak berbeda gitu.”

 Hervira ayu nadya


Peneliti : “Apakah anda termasuk seseorang yang mudah menjalin
hubungan dekat dengan orang lain?”
Hervira : “Sebenarnya tergantung sama orangnya sih. Maksudnya kalau
misalnya orangnya kira kira bisa diajak open, aku gampang,
gampang beradaptasi. Tapi kalau misalnya orangnya nggak
sesuai sama apa ya, kayak tingkatan kaya enggak sesuai gitu
kira kira nih kalau misalnya aku main sama dia aku enggak
cocok itu aku bakal susah beradabtasi. engga cocoknya tuh
misal dia sifatnya terlalu foya foya terlalu nggak sesuai sama
aku. berarti aku bakal susah buat adaptasi butuh berapa kali
ketemu. Tapi kalau misalnya menurutku dia tuh masih aman di
zona nyamanku aku bakal gampang akrab.”
Peneliti : “Kapan dan pada tingkat mana anda mulai bisa menjalin
hubungan yang dekat dengan orang lain?”
Hervira : “Misalnya dia apa ya kayak lebih terbuka, apa terbuka jadi
lebih dekat. Tapi kalau misalnya dia kayak masih malu malu ya
aku juga malu malu gitu. Aku sebenernya gampang orangnya.”
Peneliti : “Apakah faktor kesamaan (seperti hobi, kepribadian, suku,
agama) menjadi referensi dalam memilih atau menjalin
hubungan pertemanan?”
Hervira : “Iya, karena kalau kita engga satu frekuensi bakal susah
menjalin hubungan pertemanan.”

22
Peneliti : “Adakah hal yang menghambat anda menjalin relasi atau
pertemanan dengan orang lain?
Hervira : “Tadi kalau misalnya orang yang nggak sesuai sama frekuensi,
maksudnya beda gitu bakal susah tapi bisa tapi susah gitu.”
Peneliti : “Apakah keadaan fisik menjadi salah satu faktor dalam
hubungan pertemanan?”
Hervira : “Engga.”
Peneliti : “Menurut anda apakah keadaan status sosial seseorang
berpengaruh dalam menjalin hubungan pertemanan?”
Hervira : “Engga, karena itu engga penting. Kita tuh temenan sama
orangnya bukan sama status sosisalnya.”

 Amanda Kurnia Putri


Peneliti : “Apakah anda termasuk seseorang yang mudah menjalin
hubungan dekat dengan orang lain?”
Amanda : “Saya itu tipe orang yang malas menyapa orang terlebih
dahulu. Jadi kalau untuk berkenalan dengan orang tergantung
mood. Saya tipe orang introvert.”
Peneliti : “Kapan dan pada tingkat mana anda mulai bisa menjalin
hubungan yang dekat dengan orang lain?”
Amanda : “Ketika saya merasa nyaman dengan orang itu dan saya
nyambung terus yang sefrekuensi.”
Peneliti : “Apakah faktor kesamaan (seperti hobi, kepribadian, suku,
agama) menjadi referensi dalam memilih atau menjalin
hubungan pertemanan?”
Amanda : “Mungkin iya bisa, seperti saya punya hobi tari dan orang itu
punya hobi tari juga atau suka kebudayaan itu. Nah, seperti itu
kan kita bakalan nyambung.”
Peneliti : “Adakah hal yang menghambat anda menjalin relasi atau
pertemanan dengan orang lain?

23
Amanda : “Mungkin rasa kurang percaya diri, dan pengaruh mood juga.
Kalau rasa kurang percaya dirinya itu kadang saya berfikir
seperti kalau saya mau kenal sama orang saya pasti berfikir dia
suka engga ya sama aku, aku bisa engga ya ngimbangin
pembicaraan dia. Kalau pengaruh mood, kalau mood lagi jelek
jadi males ngomong”
Peneliti : “Apakah keadaan fisik menjadi salah satu faktor dalam
hubungan pertemanan?”
Amanda : “Engga, karena kalau aku nyaman sama dia walaupun
keadaannya kayak apa ya yaudah temenan-
temenan aja
Peneliti : “Menurut anda apakah keadaan status sosial seseorang
berpengaruh dalam menjalin hubungan pertemanan?”
Amanda : “Engga, alasannya sama kayak sebelumnya kalau sudah
nyaman ya temenan.”

 Fika Afifah Fauzia


Peneliti : “Apakah anda termasuk seseorang yang mudah menjalin
hubungan dekat dengan orang lain?”
Fika : “Engga, karena susah aja gitu lho, kadang itu susah
menyesuaikan diri dengan orang lain. Kalo udah deket ya
bakalan deket”
Peneliti : “Kapan dan pada tingkat mana anda mulai bisa menjalin
hubungan yang dekat dengan orang lain?”
Fika : “Ya pastinya kalo udah sering chat terus udah sering ngobrol
ya pastinya bakalan deket si.”
Peneliti : “Apakah faktor kesamaan (seperti hobi, kepribadian, suku,
agama) menjadi referensi dalam memilih atau menjalin
hubungan pertemanan?”

24
Fika : “Iya, Kalo aku tuh semisal kita punya sama-sama kayak
kepribadian kita sama gitu pasti bakalan lebih cepet kita
deketnya si.”
Peneliti : “Adakah hal yang menghambat anda menjalin relasi atau
pertemanan dengan orang lain?
Fika : “Kalo yang menghambat itu mungkin karena aku anaknya
pemalu, kalau semisal anaknya nyebelin dan aku ngga suka
yaudah aku bakalan menjauh si”
Peneliti : “Apakah keadaan fisik menjadi salah satu faktor dalam
hubungan pertemanan?”
Fika : “Kalau keadaan fisik engga si, tetep di kepribadian.”
Peneliti : “Menurut anda apakah keadaan status sosial seseorang
berpengaruh dalam menjalin hubungan pertemanan?”
Fika : “Engga, ya karena kita kan berteman dengan siapa aja gitu,
terus juga pasti kalau semisal kita berteman sama siapa aja
pasti nantinya kita bakalan dapet pelajarannya kan dari situ.”

25
B. Foto Kegiatan Wawancara

26

Anda mungkin juga menyukai