Disusun oleh :
Achmad Mu’alim Nur Kholis
G3A022141
A. Latar Belakang
Anak adalah individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang,
mempunyai kebutuhan spesifik (fisik, psikologi, sosial, dan spiritual) yang
berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan fisik/biologis anak mencakup
makan, minum, udara, eliminasi, tempat berteduh dan kehangatan. Secara
psikologis anak membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas
dari ancaman (Supartini, 2004). Kondisi anak yang baik/sakit yang
mengharuskan seorang anak rawat inap di rumah sakit akan membuat anak
dan orang tua tidak hanya dihadapkan pada masalah kesehatan fisik anak saja
tetapi juga psikologis karena baik anak maupun orang tua harus beradaptasi
dengan lingkungan yang asing.
Nousea And Vomiting atau mual muntah merupakan hal yang lazim
terjadi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman, zat iritan,
racun, dan zat lainnya yang dapat menggangu fungsi keseimbangan tubuh.
Anak dengan mual muntah dan disertai demam yang naik turun akan
mendapatkan perawatan di rumah sakit atau hospitalisasi.
Tingkat kecemasan pada anak dapat dikurangi dengan salah satu cara
yaitu terapi bermain. Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang
dijadikam sarana untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses
penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program
pengobatan serta perawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang terapi bermain pada anak dengan
diagnosa medis nousea and vomiting dan dengan masalah keperawatan
ansietas (kecemasan).
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar nousea and vomiting pada anak
b. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak dengan nousea
and vomiting
c. Menjelaskan konsep teori dan aplikasi terapi bermain pada anak
dengan masalah keperawatan ansietas (kecemasan)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Nousea and Vomiting
Mual berasal dari bahasa Latin naus (kapal), merupakan sensasi yang
sangat tidak enak pada perut yang biasanya terjadi sebelum keinginan
untuk muntah, untuk segera muntah. Penyebab mual dan muntah
disebabkan oleh pengaktifan pusat muntah di otak.
e. Kehamilan
Muntah pada kehamilan terutama pada trisemester pertama yang
disebabkan oleh perubahan hormon dalam tubuh.
3. Klasifikasi
a. Regurgitasi – sifatnya pasif, aliran retrograde isi esofagus ke dalam
mulut. Regurgitasi terjadi dengan gastroesophageal reflux atau
penyumbatan esofagus.
Vomitus
Hipertermia
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap
a) Hemoglobin (Hb)
Adanya tingkat hemoglobin yang tidak normal,
menandakan tubuh mengalami anemia atau kelainan darah
seperti talasemia. Hemoglobin berada di dalam sel darah
merah, tugasnya adalah membawa oksigen ke seluruh tubuh.
b) Hematrokrit (Ht)
Adanya tingkat hematrokrit yang tinggi menandakan Anda
kemungkinan mengalami dehidrasi. Sebaliknya, jika
hematokrit rendah, mungkin Anda mengalami kekurangan
darah (anemia). Tingkat hematokrit yang tidak normal ini juga
bisa menandakan adanya gangguan pada darah atau sumsum
tulang. Hematokrit sendiri merupakan jumlah persentase
perbandingan sel darah merah terhadap volume darah.
c) Trombosit
Tingkat trombosit yang tidak normal dapat menyebabkan
gangguan pada proses pembekuan darah. Gangguan ini bisa
berupa terlalu banyak pembekuan sehingga
terjadi penggumpalan darah, atau justru kurangnya
pembekuan yang dapat menimbulkan perdarahan. Dengan
sifatnya yang membekukan darah, trombosit berfungsi untuk
menutup atau menyembuhkan luka serta menghentikan
perdarahan.
f) Gula darah
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam
darah. Kadar gula darah yang tinggi menandakan Anda
mungkin mengalami diabetes. Tes ini mungkin meminta Anda
untuk puasa sebelumnya.
4) Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila
dicurigai adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis
metabolik berulang yang tidak jelas penyebabnya.
6) Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa
bila dicurigai ke arah penyakit hati.
b. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi
dua pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga
menbutuhkan pemeriksaan barium meal.
d. Barium meal
e. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi
pada intususepsi.
8. Komplikasi
a. Dehidrasi. Pada saat muntah, maka isi perut yang kebanyakan adalah
cairan akan keluar, sehingga membuat tubuh kehilangan cairan yang
tadinya penting untuk berperan dalam homeostasis. Dehidrasi ini akan
berimplikasi hipovolemik pada tubuh, kulit kering, rasa haus, lemas,
anak gelisah. Bila berat dapat terjadi napas cepat, tekanan darah
turun, gangguan jantung, kejang, penurunan kesadaran, bahkan
dapat mengancam jiwa.
b. Acidosis metabolik, akibat kekurangan H+ pada lambung.
9. Penatalaksanaan
Tujuan terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau menghilangkan
mual dan muntah, tanpa menimbulkan efek samping.
2) Antihistamine – Antikolinergik
Obat antiemetik dari kategori antihistamin-antikolinergik ini
bekerja dengan menghambat berbagai jalur aferenviseral yang
merangsang mual dan muntah di otak. Efek samping yang
dapat ditimbulkan yaitu mengantuk, gelisah, penglihatan
kabur, mulut kering, retensi urin, dan takikardia, terutama pada
pasien usia lanjut.
3) Butyrophenones
Dua senyawa butyrophenone yang memiliki aktivitas
antiemetik adalah haloperidol dan droperidol. Keduanya
bekerja dengan memblokir stimulasi dopaminergik di CTZ.
Meskipun setiap agen efektif dalam mengurangi mual dan
muntah, haloperidol tidak dianggap sebagai terapi lini pertama
untuk mual dan muntah tanpa komplikasi tetapi digunakan
untuk perawatan keadaan paliatif.
4) Kortikosteroid
Kortikosteroid telah menunjukkan efikasi antiemetik sejak
adanya pasien yang menerima prednisone sebagai prosedur
awal penanganan penyakit Hodgkin untuk mengurangi mual
dan muntah. Methyl prednisolone juga telah digunakan
sebagai antiemetik. Deksametason telah terbukti efektif dalam
pengelolaan mual dan muntah akibat kemoterapi dan pasca
operasi baik sebagai obat tunggal maupun dalam kombinasi
dengan selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
1) Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi
gastrointestinal karena biasanya merupakan self limited . Obat-
obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi,
mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan
sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya
Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4
kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3 -4
kali/haribila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari.
Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena
mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan
diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan
sekarang ini karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon
merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan
antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus
berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian
bawah.
2) Antagonisme terhadap histamine (AH1)
4) Antikolinergik
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pertama kali dan sedang dirasakan oleh pasien
seperti ketidaknyamanan pada perut mual dan muntah bahakan hingga
pusing disertai dengan peningkatan tekanan intrakarnial sampai lemas.
e. Riwayat imunisasi
Imunisasi yang terjadwal dan terlaksana.
1) Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama (monovalent) paling baik
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian
suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian
vaksin HB monovalen adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu
HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobin hepatitis B (HBIg)
pada ekstrimitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan
DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2,3, dan 4 bulan. Apabila
vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia
2,4, dan 6 bulan
2) Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir
di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya,
untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau
IPV. Paling sedikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan
dengan pemberian OPV-3.
3) Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan,
optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih,
perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.
4) Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6
minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi
dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval
mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2,4, dan 6 bulan. Untuk
usia lebih dari 7 bulan diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan
setiap 10 tahun.
5) Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan,
PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; dan pada usia lebih dari 1
tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12
bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas
2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
6) Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis
pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada
usia ≥ 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4
minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus
pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu
(dosis pertama tidak diberikan pada usia ≥ 15 minggu), dosis kedua dan
ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian
pada usia 32 minggu.
7) Vaksin influenza. Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6
bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary
immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan
interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk
anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL
8) Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu
diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
9) Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak
pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15
bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum
mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin
MMR/MR.
10) Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan,
terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan
pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal
4 minggu.
11) Vaksin human papilloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan
mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali
dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalent dengan jadwal
0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun,
pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons
antibodi setara dengan 3 dosis.
12) Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia
12 bulan pada daerah endemis atau turis yang akan bepergian ke
daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat
diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
13) Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0,6,
dan 12 bulan.
3) Post natal :
b) Kemampuan motorik
e) Kemampuan berbahasa
g. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital sign
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
2) Foto polos abdomen meupun dengan kontras
3) USG
4) Pyelografi intravena/ sistrogram
5) Endoskopi dengan biopsy/ monitoring PH esophagus
2. Analisa data
No Data Fokus Problem Etiologi
1 DS : pasien mengeluh nyeri Nyeri Akut - Agen
DO : tampak meringis, pencedera
bersikap protektif, gelisa fisiologis
frekuensi nadi meningkat, sulit - Agen
tidur, tekanan darah pencedera
meningkat, pola nafas kimiawi
berubah, nafsu makan - Agen
berubah, menarik diri, dan pencedera
berfokus pada diri sendiri. fisik
2 DS: pasien mengatakan Defisit nutrisi - Ketidakma
merasa cepat kenyang, keram/ mpuan
nyeri abdomen, nafsu makan menelan
menurun. makanan
DO: berat badan menurun - Ketidakma
minimal 10% di bawah mpuan
rentang ideal, bising usus mencerna
hiperaktif, otot pengunyah makanan
lemah, otot menelan lemah, - Ketidakma
memberan mukosa pucat, mpuan
sariawan, serum alnumin mengabsorsi
turun, rambut rontok bsi nutrien
berlebihan, dan diare. - Peningkatan
kebutuhan
metabolism
e tubuh
- Faktor
ekonomi
- Faktor
pisikologis
3. DS: pasien merasa bingung, Ansietas - Krisis
merasa hawatir dengan akibat sitasional
atau kondisi yang dihadapi, - Kebutuhan
sulit berkonsentrasi, mengeluh tidak
pusing, anoreksia, palpitasi, terpenuhi
merasa tidak berdaya - Krisis
DO: tampak gelisa, tampak maturasiona
tegang, sulit tidur, frekuensi l
nafas meningkat, tekanan - Ancaman
darah meningkat, diaforesis, terhadap
tremor, muka tampak pucat, konsep diri
suara bergetar, kontak mata - Ancaman
buruk, sering berkemih, dan terhadap
berorentasi pada masa lalu. kematian
- Kehawatiran
mengalami
kegagalan
- Disfungsi
sistem
keluarga
- Hubungan
orang tau
dan anak
tidak
memuaskan
- Faktor
keturunan
- Penyalagun
aan zat
- Terpapar
bahaya
lingkungan
- Kurang
terpapar
informasi
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Defisit nutrisi
c. Ansietas
4. Intervensi
NO. TUJUAN &
RENCANA TINDAKAN
DX KRITERIA HASIL
1. Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.14518)
asuhan keperawatan Tindakan
diharapkan tingkat Observasi
nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(L.08066) frekuensi, kuaiitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil :
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
- Memberan mukosa
membaik
- Orientasi membaik
C. Konsep Terkait Evidence Based Nursing
Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan,
ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui masalahnya. Kecemasan adalah suatu perasaan subjektif yang
dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada
pasien anak yang harus berada di rumah sakit karena alasan tertentu. Menurut
Marbun, et al (2019), kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas
penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Kecemasan dapat
dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan mendalam
yang menyebabkan masalah psikiatrik dan dapat berkembang dalam jangka
waktu lama. Pada pasien anak dilaporkan bahwa yang membuat mereka
cemas karena dampak hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan
medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Ningsih, 2019).
I. Pengkajian
A. Identitas
1. Na ma Anak : An. F
2. Tanggal Lahir/Usia : 26/02//2018, 5 tahun 3 bulan 26 hari
3. Jenis Kelamin : Laki laki
4. Nama Orangtua/Wali : Ny. Y
5. Alamat : Kendal
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Agama : Islam
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Tanggal Pengkajian : 21-06-2023
10. Tanggal Masuk RS : 18-06-2023
11. Pemberi Informasi : Ny. Y
12. Hubungan dengan anak : Ibu
13. Diagnosa medis : nausea and vomiting
Keterangan :
: laki-laki : perempuan
: garis keturunan
B. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan anak demam naik turun, batuk berdahak, mual dan
muntah 3 kali, porsi makan yang di habiskn hanya ½ porsi yang
diberikan, anak tidak ada alergi makanan, anak nampak lemah,
memberan mukosa nampak pucat, akral hangat HR 116 x/m, RR 24 x/m,
suhu 38.4 0C, anak gelisa dan menangis saat perawat mendekati, anak
nangis saat diberikan nebulizer, diberikan obat dan saat perawat
mengagnti cairan infus.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari SMRS anak demam secara tiba-tiba, demam turun saat diberikan
parasetamol. 3 hari SMRS anak BAB cair 4x/ 24 jam, nampak seperti
bubur, warna kuning, kemudian dibawa ke RS kendal dan mendapat trapi
zinc. 1 hri SMRS anak muntah sebanyak 8 kali / 24 jam, isi muntah
berupa makanan yang dimakan anak, anak demam, lemas, dan batuk
tidak berdahak. Hari dibawa ke RSDK anak muntah muntah dan tidak
mau makan, demam dan batuk.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah diderita
Anak tediagnosis talasemia beta tahun 2020. Pasien tidak perna
kontrol dan tranfusi.
2. Pengalaman dirawat dirumah sakit
Pasien pernah dirawat di rumah sakit tahun 2020
3. Riwayat operasi/pembedahan
Sirkumsisi (sunat)
4. Riwayat kehamilan/persalinan ibu
Ibu mengatakan tidak ada kelainan pada saat kehamilan dan
persalinan normal.
5. Riwayat alergi
Tidak ada alergi
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tak ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama.
F. Pengukuran Antropometri
1. Berat badan 15 kg BBI 18 kg
2. tinggi badan 109 cm
3. Lingkar lengan 16 cm
IMT : Gizi kurang (12.6)
- WAZ – 2.0 SD
- HAZ – 0.4 SD
- IMT 12.6 (-3 SD)
- Kesimpulan gizi kurang
G. Vital Sign
Diukur pada tanggal 21 juni 2023
1. Suhu 38.4 0C
2. HR 116 x/menit
3. RR 24 x/menit
H. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Bentuk kepala : simetris
b. Fontanel anterior : tertutup
c. Fontanel posterior : tertutup
d. Kontrol kepala : ya
e. Warna rambut : hitam
f. Tekstur rambut : halus
g. Bentuk wajah : simetris
2. Kebutuhan oksigenasi
Hidung
a. Patensi nasal : kanan paten, kiri paten
b. Rabas nasal : kanan tidak, kiri tidak
c. Bentuk : simetris
Dada
a. Bentuk : simetris
b. Retraksi intercostal : tak ada
c. Suara perkusi dinding dada : sonor
d. Fremitus vokal : vibrasi simetris
e. Perkembangan payudara : simetris
Paru
a. Pola pernafasan : reguler
b. Suara nafas tambahan : tidak ada
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Mulut
a. Membran mukosa : pucat
b. Gusi : pink,
c. Jumlah gigi : 24 (4 gigi berlobang)
d. Warna gigi : kekuningan ada caries
e. Warna lidah : pink
f. Gerakan lidah : deviasi
g. Tonsil : tidak ada pembesaran
Abdomen
a. Bentuk : simetris
b. Umbilikus : bersih
c. Bising usus : normal (10x/menit)
d. Pembesaran hepar : tidak ada
e. Pembesaran limpa : tidak ada
f. Perkusi dinding perut : timpani
Pola Nutrisi dan Cairan Sehat Sakit
Jam Makan - Makan Pagi 08.00 07.00
- Makan Siang 13.00 12.00
- Makan Malam 19.00 18.00
Porsi Makanan Satu porsi ½ porsi diberikan
Jenis Makanan Pokok nasi, lauk Nasi 3x ½ porsi
dengan protein
hewani,
pediacompete
5x150 ml
Jenis Makanan Selingan Buah buah
Makanan Kesukaan Bakso -
4. Kebutuhan eliminasi
9. Pemeriksaan penunjang
Lab 18/06/2023
Hemoglobin 11.1
Hematokrit 34.4
Eritrosit 5.10
MCH 21.8
MCV 67.5
MCHC 32.3
Leukosit 11.4
Trombosit 503
RDW 14.3
MPV 9.5
10. Terapi
Inj. Ampisilin serb 1000 mg / 8 jam
IVFD D5 1/2 NS 480/20 ml/jam
Inj. Paracetamol 15 mg / kgBB
Inj. Ondansetron 4 mg/8 jam
Inj. Omeprazol 40 mg/8 jam
Per oral:
Zink sulphate tab dispersibel 20 mg
Setirizin tab 10 mg
N-asetilsistein 200 mg/8 jam
Minosep gargle
Topikal:
Urea krim 10% (40 mg)
Mometason furoat krim 0.1%
11. Diit
pediacomplete 5x150 cc
Nasi 3x ½ porsi dengan 2 protein hewani
Analisa Data
No Data Fokus Problem Etiologi
1. DS: Defisit Ketidakmampuan
- Anak mengatakan merasa nutrisi mencerna makanan
cepat kenyang
- Ibu mengatakan nafsu
makan anak menurun.
- Keluarga mengatakan anak
muntah 3 kali
DO:
- Berat badan 14 kg BBI 18
kg ideal
- IMT : Gizi kurang (12.6)
- memberan mukosa
nampak pucat
- Anak nampak lemah
- porsi makan yang di
habiskn hanya ½ porsi
yang diberikan
2. DS: Ansietas Ancaman terhadap
- Ibu mengatakan anak takut konsep diri
saat akan dilakukan
tindakan medis dan sering
menangis
DO:
- Anak tampak gelisa dan
menangis saat perawat
mendekat
- Anak nangis saat diberikan
terapi obat melalui infus
- Anak nangis saat
diberikan terapi nebulizer
III. Intervensi
No. Tujuan & Kriteria
Rencana Tindakan
Dx Hasil
1. Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I. 03119)
asuhan keperawatan Tindakan
3x24 jam diharapkan
Observasi
status nutrisi membaik
(L.03030) - Identifikasi status nutrisi
IV. Implementasi
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX
1. 22/6/2023 - Identifikasi status S: ibu mengatakan
anak suka makan nasi
jam 10.00 nutrisi
ikan, ibu mengatakan
- Identifikasi makanan anak makan ½ porsi
disukai yng diberikan.
- Monitor asupan O: IMT: gizi kurang
(12.6), BB; 15 kg
makanan
- Monitor berat badan
2. 22/6/2023 - Identifikasi teknik S: bu mengatakan
anak biasanya anak
jam 10.00 relaksasi yang
dikasih hp agar tidak
pernah efektif merasa cemas atau
digunakan takut, ibu memehami
apa saja manfaat dan
- Gunakan relaksasi batasan teknik
sebagai strategi releksasi, ibu
mengatakan akan
penunjang dengan
sering mengajak anak
analgetik atau terapi bermain untuk
tindakan medis lain, mengurangi
kecemasan
jika sesuai
O: melakukan teknik
- Jelaskan tujuan,
releksasi terapi
manfaat, batasan, bermain untuk anak,
dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis.
musik, meditasi,
napas dalam, terapi
bermain relaksasi
otot progresif)
- Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
1. 23/6/2023 - Identifikasi status S: ibu mengatakan
nutrisi anak makan ½ porsi
jam 11.00
yng diberikan.
- Monitor asupan
O: IMT: gizi kurang
makanan (12.6), BB; 15 kg
- Monitor berat badan
2. 23/6/2023 - Gunakan relaksasi S: ibu mengatakan
akan sering mengajak
jam 11.00 sebagai strategi
anak terapi bermain
penunjang dengan untuk mengurangi
analgetik atau kecemasan
tindakan medis lain, O: melakukan teknik
jika sesuai releksasi terapi
bermain untuk anak
1. 24/6/2023 - Identifikasi status S: ibu mengatakan
nutrisi anak makan ¾ porsi
jam 16.00
yng diberikan.
- Monitor asupan
O: IMT: gizi kurang
makanan (12.6), BB; 15 kg
- Monitor berat badan
2. 24/6/2023 - Gunakan relaksasi S: ibu mengatakan
akan sering mengajak
jam 16.00 sebagai strategi
anak terapi bermain
penunjang dengan untuk mengurangi
analgetik atau kecemasan
tindakan medis lain, O: melakukan teknik
releksasi terapi
jika sesuai
bermain untuk anak
V. Evaluasi Keperawatan
A. Data Fokus
1. Data subjektif
- Ibu mengatakan anak takut saat akan dilakukan tindakan medis dan
sering menangis
2. Data objektif
- Anak tampak gelisa dan menangis saat perawat mendekat
- Anak nangis saat diberikan terapi obat melalui infus
- Anak nangis saat diberikan terapi nebulizer
HOSPITALISASI
Skor:
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
Total Skor :
≤ 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
BAB V
PEMBAHASAN APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING
A. Kesimpilan
Berdasarkan penerapan EBN tingkat kecemasan anak usia prasekolah 3-6
tahun dapat berkurang dengan terapi bermain pazzel. Hal ini dapat dilihat dari
hasil ukur kecemasan menggunakan kuisioner HARZ didapatkan tingkat
kecemasan sedang dengan skor 22 menurun menjadi tingkat kecemasan
ringan dengan skor 16.
B. Saran
Diharapkan kepada ibu agar bisa menerapkan terapi bermaian pazzle untuk
mengurangi tingkat kecemasan pada anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, R.P. & Nasution, N. (2012). Buku pintar asuhan bayi dan balita.
Yogjakarta: Cakrawala Ilmu.
Aprina, Novri Ardiyansa, Sunarsih. (2019). Terapi Bermain Puzzle pada Anak
Usia 3-6 tahun terhadap Kecemasan Pra Operasi. Jurnal Kesehatan. ISSN
2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online) http://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK
Fitriani, W., Santi, E. and Rahmayanti, D. (2017). Terapi Bermain Puzzle
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Hematologi Onkologi Anak.
Dunia Keperawatan. 5(2). p. 65. doi: 10.20527/dk.v5i2.4107.
Marbun, A., Pardede, J. A., & Perkasa, S. I. (2019). Efektivitas Terapi Hipnotis
Lima Jari terhadap Kecemasan Ibu Pre Partum di Klinik Chelsea Husada
Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Keperawatan
Priority, 2(2), 92-99. DOI: https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.568
Ningsih, S. A. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas
pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Saat Dilakukan Pemasangan Infus.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 7(2), 291118. doi:
10.36085/jkmu.v7i2.473
Novita Lestari, P. S., Utami, K. C. and Sri Krisnawati, K. M. (2020). Gambaran
Bermain Terapeutik Sebagai Pengalihan Nyeri Pada Pasien Anak Kanker
Post Kemoterapi Di Rumah Singgah Yayasan Peduli Kanker Anak Bali.
Coping: Community of Publishing in Nursing. 8(3). p. 320. doi:
10.24843/coping.2020.v08.i03.p14
Potter & Perry. (2013).Fundamental Keperawatan: konsep, proses dan praktik.
EGC: Jakarta.
Supartini. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak, Edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kreteria Hasil Edisi 1. Jakarta: dewan Pengurus Pusat PPNI
Wulan Pratiwi , Immawati , Sri Nurhayati. (2023). Penerapan Terapi Bermain
Puzzle Pada Anak Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Mengalami Kecemasan
Akibat Hospitalisasi Di Rsud Jend. Ahmad Yani Metro. Jurnal Cendikia
Muda Volume 3, Nomor 4, Desember 2023 ISSN : 2807-3469