Anda di halaman 1dari 55

PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING EFEKTIFITAS TERAPI

BERMAIN PAZEL UNTUK MENGURANG TINGKAT KECEMASAN


PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN NOUSEA AND VOMITING
DI RUANG ANAK CENDRA 1 RSUP Dr. KARIADI
KOTA SEMARANG

Disusun oleh :
Achmad Mu’alim Nur Kholis
G3A022141

PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang,
mempunyai kebutuhan spesifik (fisik, psikologi, sosial, dan spiritual) yang
berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan fisik/biologis anak mencakup
makan, minum, udara, eliminasi, tempat berteduh dan kehangatan. Secara
psikologis anak membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas
dari ancaman (Supartini, 2004). Kondisi anak yang baik/sakit yang
mengharuskan seorang anak rawat inap di rumah sakit akan membuat anak
dan orang tua tidak hanya dihadapkan pada masalah kesehatan fisik anak saja
tetapi juga psikologis karena baik anak maupun orang tua harus beradaptasi
dengan lingkungan yang asing.

Nousea And Vomiting atau mual muntah merupakan hal yang lazim
terjadi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman, zat iritan,
racun, dan zat lainnya yang dapat menggangu fungsi keseimbangan tubuh.
Anak dengan mual muntah dan disertai demam yang naik turun akan
mendapatkan perawatan di rumah sakit atau hospitalisasi.

Hospitalisasi pada anak dapat menimbulkan kecemasan dan stress pada


semua tingkatan usia (Ambarwati, 2012). Hospitalisasi jangka pendek
ataupun hospitalisasi jangka panjang dari suatu penyakit yang kronik sering
kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak, terutama selama tahun-
tahun awal. Hal ini sering menimbulkan stres karena anak akan mengalami
ketakutan terhadap orang asing yang tidak dikenalnya dan pekerja rumah
sakit, perpisahan dengan orang terdekat, kehilangan kendali, ketakutan
tentang tubuh yang disakiti, dan nyeri (Potter, 2013).

Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap


upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dilakukan terhadap anak.
Reaksi yang ditimbulkan anak akan berbeda antara satu dengan lainnya. Pada
anak yang pernah mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan berbeda
bila dibandingkan dengan anak yang baru pertama masuk rumah sakit. Anak
yang pernah dirawat di rumah sakit biasanya akan mengalami tingkat
kecemasan.

Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan,


ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui masalahnya. Kecemasan adalah suatu perasaan subjektif yang
dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada
pasien anak yang harus berada di rumah sakit karena alasan tertentu. Menurut
Marbun, et al (2019), kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas
penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Kecemasan dapat
dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan mendalam
yang menyebabkan masalah psikiatrik dan dapat berkembang dalam jangka
waktu lama. Pada pasien anak dilaporkan bahwa yang membuat mereka
cemas karena dampak hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan
medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Ningsih, 2019).

Tingkat kecemasan pada anak dapat dikurangi dengan salah satu cara
yaitu terapi bermain. Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang
dijadikam sarana untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses
penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program
pengobatan serta perawatan.

Terapi bermain terbukti dapat menurunkan cemas, ketakutan dan nyeri


pada anak yang menjalani hospitalisasi ( Lestari dkk, 2020). Salah satu terapi
bermain yang dapat dilakukan pada anak yaitu terapi bermain puzzle. Terapi
bermain puzzle sangat bermanfaat bagi anak karena puzzle dapat membantu
perkembangan psikososial anak. Menurut Fitriani dkk (2017) puzzle dapat
membantu mengembangkan motorik halus anak, kreativitas dan membantu
perkembangan mental anak. Permainan ini cukup menyenangkan bagi anak
selain itu permainan ini juga tidak menguras energi anak sehingga tidak
menimbulkan kelelahan pada anak. Hasil penelitian Kuniawan (2018)
menyebutkan terapi bermain puzzle merupakan salah satu bentuk distraksi
yang tepat untuk pasien anak. Bermain puzzle dapat mengalihkan fokus anak
dari rasa cemas yang dihadapinya, bermain puzzel juga akan membuat anak
lebih berfokus pada warna, bentuk dan gambar dalam puzzle..

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang terapi bermain pada anak dengan
diagnosa medis nousea and vomiting dan dengan masalah keperawatan
ansietas (kecemasan).

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar nousea and vomiting pada anak
b. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak dengan nousea
and vomiting
c. Menjelaskan konsep teori dan aplikasi terapi bermain pada anak
dengan masalah keperawatan ansietas (kecemasan)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Nousea and Vomiting
Mual berasal dari bahasa Latin naus (kapal), merupakan sensasi yang
sangat tidak enak pada perut yang biasanya terjadi sebelum keinginan
untuk muntah, untuk segera muntah. Penyebab mual dan muntah
disebabkan oleh pengaktifan pusat muntah di otak.

Muntah merupakan aktivitas / kontraksi langsung otot perut, dada


dan GI yang mengarah ke pengeluaran isi perut melalui mulut. Muntah
adalah aksi dari pengosongan lambung secara paksa dan merupakan suatu
cara perlindungan alamiah dari tubuh.

2. Etiologi Nousea and Vomiting


Mual muntah dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:
a. Gangguan GI track
Adanya agen yang menyerang atau mengiritasi lapisan lambung,
seperti infeksi bakteri H. Pylori, gastroentritis, keracunan makanan ,
agen iritan lambung (alkohol, rokok, dan obat NSAID). Penyakit
peptic ulcer dan GERD juga dapat menyebabkan mual muntah.

b. Sinyal dari otak


- Luka pada kepala, pembengkakan otak (gegar otak atau trauma
kepala), infeksi (meningitis atau encephalitis), tumor, atau
keseimbangan abnormal dari elektrolit dan air dalam aliran darah.
- Noxious stimulus: bau-bau atau suara-suara
- Kelelahan karena panas, terik matahari yang ekstrem, atau
dehidrasi.

c. Terkait dengan penyakit lain


Misalnya pada pasien diabetes dapat mengalami gastroparesis, yaitu
kondisi dimana lambung gagal mengosongkan diri secara tepat dan
kemungkinan disebabkan generized neuropathy  (kegagalan dari
syaraf untuk mengirim sinyal yang tepat ke otak).

d. Obat dan perawatan medis


- Terapi radiasi: mual dan muntah dihubungkan dengan terapi
radiasi.
- Efek samping obat, seperti pada obat nyeri narkotik, anti-
inflamasi (prednisone dan ibuprofen), dan antibiotik yang dapat
menyebabkan mual dan muntah.

e. Kehamilan
Muntah pada kehamilan terutama pada trisemester pertama yang
disebabkan oleh perubahan hormon dalam tubuh.

3. Klasifikasi
a. Regurgitasi –  sifatnya pasif, aliran retrograde isi esofagus ke dalam
mulut. Regurgitasi terjadi dengan gastroesophageal reflux atau
penyumbatan esofagus.

b. Ruminasi – gangguan makan yang sering dibingungkan dengan


kondisi muntah. Ruminasi terjadi berulang-ulang setelah makan,
tidak diawali dengan mual, dan tidak terkait dengan fenomena fisik
biasanya yang menyertai muntah.

c. Dispepsia –  nyeri kronis atau berulang atau ketidaknyamanan yang


berpusat di perut bagian atas. Dispepsia dapat diklasifikasikan
menjadi dispepsia struktural (berhubungan dengan asam) dan
fungsional (terkait dismotilitas). Dispepsia fungsional pada pasien
kanker disebut sindrom dispepsia yang terkait kanker (cancer-
associated dyspepsia syndrome), ditandai dengan mual, cepat
kenyang, merasa penuh post-prandial, dan nyeri.
4. Manifestasi Nausea dan Vomiting

Muntah umumnya didahului oleh rasa mual (nausea) dan memiliki


tanda-tanda seperti : pucat, berkeringat, air liur berlebihan, takikardi,
pernafasan tidak teratur, rasa tidak nyaman, sakit kepala. Jika mual
muntah berlangsung terus-menerus maka akan mengakibatkan berat
badan menurun, demam, dehidrasi. Gejala muntah juga tergantung pada
beratnya penyakit pasien mulai dari muntah ringan sampai parah.

Tanda dan gejala nausea dan vomiting antara lain:


1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh yang meningkat
3. Nyeri perut
4. Akral teraba dingin
5. Wajah pucat
6. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
7. Pengeluaran saliva yang meningkat
8. Bisa disertai dengan pusing

5. Patofisiologi Nausea dan Vomiting


Terdapat tiga fase emesis, yaitu:
a. Nausea, berupa kebutuhan untuk segera muntah atau mual.
Mual biasanya terkait dengan penurunan motilitas lambung dan
peningkatan tonus di usus kecil. Selain itu, sering terjadi
pembalikan gerakan peristaltik di usus kecil proksimal.
b. Retcing , yaitu gerakan yang diusahakan otot perut dan dada
sebelum muntah
c. Nafas kering (dry heaves) mengacu pada gerakan pernapasan
spasmodik dilakukan dengan glotis tertutup. Sementara ini terjadi,
antrum kontrak perut dan fundus dan kardia relax. Studi dengan
kucing telah menunjukkan bahwa selama muntah-muntah terjadi
herniasi balik esofagus perut dan kardia ke dalam rongga dada
karena tekanan negatif yang ditimbulkan oleh upaya inspirasi
dengan glotis tertutup.
d. Emesis adalah ketika isi usus lambung dan sering dalam jumlah
kecil didorong sampai dan keluar dari mulut.
e. Vomiting atau muntah, yaitu pengeluaran isi lambung yang
disebabkan oleh retroperistalsis GI.
Muntah di pacu oleh impuls aferen ke pusat muntah pada medulla
oblongata. Impuls diterima dari pusat muntah di medulla berupa sinyal
melalui CTZ (chemoreceptor trigger zone). CTZ terletak di daerah
postrema ventrikel otak, merupakan kemosensor utama bagi emesis dan
biasanya terkait dengan muntah akibat rangsangan kimiawi.
6. Phatway

Faktor makanan Faktor infeksi Faktor malabsorbsi

Masalah dalam Infeksi usus Makanan tidak


usus halus halus diserap oleh usus

Peningkatan Malabsorbsi Peningkatan


lunem usus makanan dan tekanan osmotik
cairan

Vomitus

Output cairan Intake tidak Refleks otot dinding


dan elektolite adekuat perut meningkat
berlebih

Defisit nutrisi Nyeri


Dhidrasi

Resiko Penurunan cairan


ketidakseimbangan intra sel
cairan

Hipertermia

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap
a) Hemoglobin (Hb)
Adanya tingkat hemoglobin yang tidak normal,
menandakan tubuh mengalami anemia atau kelainan darah
seperti talasemia. Hemoglobin berada di dalam sel darah
merah, tugasnya adalah membawa oksigen ke seluruh tubuh.

b) Hematrokrit (Ht)
Adanya tingkat hematrokrit yang tinggi menandakan Anda
kemungkinan mengalami dehidrasi. Sebaliknya, jika
hematokrit rendah, mungkin Anda mengalami kekurangan
darah (anemia). Tingkat hematokrit yang tidak normal ini juga
bisa menandakan adanya gangguan pada darah atau sumsum
tulang. Hematokrit sendiri merupakan jumlah persentase
perbandingan sel darah merah terhadap volume darah.

c) Trombosit
Tingkat trombosit yang tidak normal dapat menyebabkan
gangguan pada proses pembekuan darah. Gangguan ini bisa
berupa terlalu banyak pembekuan sehingga
terjadi penggumpalan darah, atau justru kurangnya
pembekuan yang dapat menimbulkan perdarahan. Dengan
sifatnya yang membekukan darah, trombosit berfungsi untuk
menutup atau menyembuhkan luka serta menghentikan
perdarahan.

d) Sel darah merah


Pemeriksaan darah lengkap tentu saja juga melibatkan
pemeriksaan sel darah merah. Fungsi sel darah merah adalah
membawa oksigen dan nutrisi lain ke seluruh tubuh. Tingkat
sel darah merah yang tidak normal, terlalu sedikit atau terlalu
banyak, adalah pertanda penyakit tertentu. Misalnya, anemia,
perdarahan, kekurangan cairan atau dehidrasi, dan penyakit
lain.
e) Sel darah putih
Tingkat sel darah putih yang tidak normal, kemungkinan
adalah gejala terjadinya infeksi, gangguan sistem kekebalan
tubuh, bahkan mungkin kanker darah (leukemia). Untuk
memastikan, umumnya akan dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk mengetahui jenis sel darah putih yang abnormal.

f) Gula darah
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam
darah. Kadar gula darah yang tinggi menandakan Anda
mungkin mengalami diabetes. Tes ini mungkin meminta Anda
untuk puasa sebelumnya.

2) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami


dehidrasi.

3) Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi


adanya infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan
metabolik.

4) Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila
dicurigai adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis
metabolik berulang yang tidak jelas penyebabnya.

5) Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk


menyingkirkan kemungkinan defek pada siklus urea.

6) Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa
bila dicurigai ke arah penyakit hati.

7) Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis


akut. Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap
meninggi selama beberapa hari setelah serangan akut.

8) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang


dicurigai gastroenteritis atau infeksi parasit.

b. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi
dua pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga
menbutuhkan pemeriksaan barium meal.

c. Foto polos abdomen

1) Posisi supine dan left lateral decubitus  digunakan untuk


mendeteksi malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.

2) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi


tanda ini tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis

3) Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah


diafragma menandakan adanya perforasi

d. Barium meal

Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta


larut air. Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau
keadaan yang menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.

e. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi
pada intususepsi.

8. Komplikasi
a. Dehidrasi. Pada saat muntah, maka isi perut yang kebanyakan adalah
cairan akan keluar, sehingga membuat tubuh kehilangan cairan yang
tadinya penting untuk berperan dalam homeostasis. Dehidrasi ini akan
berimplikasi hipovolemik pada tubuh, kulit kering, rasa haus, lemas,
anak gelisah. Bila berat dapat terjadi napas cepat, tekanan darah
turun, gangguan jantung, kejang, penurunan kesadaran, bahkan
dapat mengancam jiwa.
b. Acidosis metabolik, akibat kekurangan H+ pada lambung.

c. Kerusakan gigi akibat tergerus asam lambung (perimylolysis). Pada


saat muntah, asam lambung akan keluar bersamaan dengan isi perut.
Ketika asam lambung keluar dan berada di dalam mulut, maka akan
merusak email gigi sehingga gigi karies.

9. Penatalaksanaan
Tujuan terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau menghilangkan
mual dan muntah, tanpa menimbulkan efek samping.

a. Terapi non farmakologi:


- Pasien dengan keluhan sederhana, menghindari
makanan tertentu atau moderasi asupan makanan yang
lebih baik.
- Pasien dengan gejala penyakit sistemik sebaiknya mengobati
kondisi yang mendasarinya.
- relaksasi, biofeedback, self-hypnosis.
b. Terapi farmakologi
Faktor pemilihan terapi :
- Gejala berdasarkan etiologi
- Frekuensi, durasi, and tingkat keparahan
- Kemampuan pasien pada penggunaan obat secara oral, rektal,
injeksi atau transdermal
- Obat telah berhasil digunakan sebagai antiemetik sebelumnya
Obat-obat yang dapat digunakan yaitu:
1) Antasida
Dapat diberikan dalam dosis tunggal atau kombinasi, terutama
yang mengandung magnesium hydroxide, aluminum
hydroxide, calcium carbonate. Kerjanya yaitu dengan
membantu menetralisasi asam lambung. Dosis untuk
membantu memulihkan mual dan muntah akut atau intermitten
yaitu 15 sampai 30 mL dari produk dengan dosis tunggal atau
kombinasi.

2) Antihistamine – Antikolinergik
Obat antiemetik dari kategori antihistamin-antikolinergik ini
bekerja dengan menghambat berbagai jalur aferenviseral yang
merangsang mual dan muntah di otak. Efek samping yang
dapat ditimbulkan yaitu mengantuk, gelisah, penglihatan
kabur, mulut kering, retensi urin, dan takikardia, terutama pada
pasien usia lanjut.

3) Butyrophenones
Dua senyawa butyrophenone yang memiliki aktivitas
antiemetik adalah haloperidol dan droperidol. Keduanya
bekerja dengan memblokir stimulasi dopaminergik di CTZ.
Meskipun setiap agen efektif dalam mengurangi mual dan
muntah, haloperidol tidak dianggap sebagai terapi lini pertama
untuk mual dan muntah tanpa komplikasi tetapi digunakan
untuk perawatan keadaan paliatif.

4) Kortikosteroid
Kortikosteroid telah menunjukkan efikasi antiemetik sejak
adanya pasien yang menerima prednisone sebagai prosedur
awal penanganan penyakit Hodgkin untuk mengurangi mual
dan muntah. Methyl prednisolone juga telah digunakan
sebagai antiemetik. Deksametason telah terbukti efektif dalam
pengelolaan mual dan muntah akibat kemoterapi dan pasca
operasi baik sebagai obat tunggal maupun dalam kombinasi
dengan selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI).

Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah


mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada
penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral
biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan
awalnya adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta
memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent
suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah
untuk penatalaksanaan lebih lanjut

Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang


dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa
mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan
kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau
kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan kasus bedah
misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis  (HPS), apendisitis, batu ginjal,
obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada
keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif,
misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah
pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan
gangguan motilitas saluran gastrointestinal.

Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai


berikut :

1) Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi
gastrointestinal karena biasanya merupakan self limited . Obat-
obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi,
mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan
sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya
Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4
kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3 -4
kali/haribila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari.
Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena
mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan
diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan
sekarang ini karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon
merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan
antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus
berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian
bawah.
2) Antagonisme terhadap histamine (AH1)

Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine)


termasuk dalam golongan etanolamin. Golongan etanolamin
memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin (AH1)
lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk
perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya
oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5
mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
3) Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau
mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ.
Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan antihistamin untuk
mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis.
Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis
0.4 – 0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis
maksimal berat badan <20>

4) Antikolinergik

Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah


karena faktor vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik.
Dosis yang digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi
dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis.
5) 5-HT3 antagonis serotonin

Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme


kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor
5-HT yang terdapat pada CTZ di area postrema otak dan mungkin
juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansentron tidak efektif
untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat
kemoterapi 4 –  18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum
kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama
diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis
pasca operasi: 2 –1  2 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis
dewasa8 mg PO/kali.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Sesuai Teori Pengkajian


1. Pengkajian

a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pertama kali dan sedang dirasakan oleh pasien
seperti ketidaknyamanan pada perut mual dan muntah bahakan hingga
pusing disertai dengan peningkatan tekanan intrakarnial sampai lemas.

b. Riwayat penyakit sekarang


Keluhan pasien dari sebelum terjadi penyakit mual muntah hingga mual
muntah terjadi. Seperti makanan yang di makan, adakah keluhan sebelum
mual muntah, penyakit bawaan, penyakit yang di derita sekarang dengan
resiko mual muntah hingga yang dirasakn seperti mulut kering keinginan
muntah dan pusing karena tekanan intrakranial.

c. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat yang pernah di derita pasien seperti kejang dan demam ssat sebelum
mual muntah terjadi atau riwayat penyakit terdahulu seperti pernah dirawat di
RS dengan diagnosa khusus seperti gea, gangguan pencernaan, maag dan lain
sebagainya.
d. Riwayat penyakit alergi
Pasien ditanya apakah pasien mempunyai riwayat alergi makan yaatau obat-
obatan untuk mengetahui penyebab dan untuk melakukan tindakan selanjutnya
sebagai penatalaksanaan agar tidak terjadi penambahan keluhan pada pasien
dan menghindari sindrom stefen junktion.

e. Riwayat imunisasi
Imunisasi yang terjadwal dan terlaksana.
1) Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama (monovalent) paling baik
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian
suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian
vaksin HB monovalen adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu
HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobin hepatitis B (HBIg)
pada ekstrimitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan
DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2,3, dan 4 bulan. Apabila
vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal  pemberian pada usia
2,4, dan 6 bulan
2) Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir
di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya,
untuk  polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau
IPV. Paling sedikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan
dengan pemberian OPV-3.
3) Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan,
optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih,
perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.
4) Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6
minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi
dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval
mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2,4, dan 6 bulan. Untuk
usia lebih dari 7 bulan diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan
setiap 10 tahun.
5) Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan,
PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; dan pada usia lebih dari 1
tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12
bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas
2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
6) Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis
pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada
usia ≥ 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4
minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus
pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu
(dosis pertama tidak diberikan pada usia ≥ 15 minggu), dosis kedua dan
ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian
pada usia 32 minggu.
7) Vaksin influenza. Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6
bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary
immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan
interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk
anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL
8) Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu
diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
9) Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak
pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15
bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum
mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin
MMR/MR.
10) Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan,
terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan
pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal
4 minggu.
11) Vaksin human papilloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan
mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali
dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalent dengan jadwal
0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun,
pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons
antibodi setara dengan 3 dosis.
12) Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia
12 bulan pada daerah endemis atau turis yang akan bepergian ke
daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat
diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
13) Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0,6,
dan 12 bulan.

* Berdasarkan Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)


Tahun 2017

f. Riwayat tumbuh kembang

1) Prenatal : Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang


diperlukan. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang
sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga
yang lain baik bersifat genetik atau tidak. Kemudian riwayat
kehamilan seperti gangguan saat kehamilan dan saat melahirkan.

2) Natal : riwayat melahirkan seperti kpd, ketuban keruh dan cara


melahirkan. Perkembangan alat-alat tubuh bayi prematur kerap
memicu kerusakan salah satu fungsi organ. Hal ini sering
menyebabkan berbagai masalah salah satu organ dan kekebalan
dalam tubuh, selain sulitnya mengurai proteindan energi yang di
butuhkan oleh tubuh

3) Post natal :

a) Berat dan tinggi badan (fisik)

Cara paling mudah dan mendasar dalam memantau tumbuh


kembang anak adalah melihat perkembangan fisiknya. Secara
umum, berat badan anak usia 1 tahun berkisar 3 kali dari berat
lahirnya. Bila Mam ingin melakukan perhitungan yang lebih
rinci, lihat rumusnya di sini.  Cara menghitung perkiraan tinggi
badan normal anak usia 1 tahun adalah: 1,5 x tinggi badan saat
lahir.

b) Kemampuan motorik

Kemampuan motorik adalah kemampuan si Kecil dalam


menggerakkan bagian-bagian tubuhnya. Pada anak usia 1 tahun,
perkembangan motorik ditandai dengan kemampuannya berdiri
sendiri, membolak-balik buku, belajar melangkah, dan lain-lain.

c) Selain itu, salah satu cara memantau perkembangan motorik


anak 1 tahun adalah melihat kemampuannya makan sendiri.
Pada usia ini, si Kecil semestinya sudah bisa makan
menggunakan jemarinya sendiri, walaupun belum sempurna dan
masih berantakan. Minimal, si Kecil sudah dapat menggenggam
makanan dan memasukkannya ke dalam mulut. Sebagian anak
bahkan sudah dapat makan menggunakan sendok di usia ini.

d) Kemampuan sosial dan emosional

Kemampuan ini berkaitan dengan bagaimana si Kecil


berinteraksi dengan orang lain. Umumnya, salah satu ciri
tumbuh kembang anak usia 1 tahun adalah ia senang memeluk
orang tua, meniru aktivitas di rumah, dan mulai berbagi mainan
dengan anak lain.

e) Kemampuan berbahasa

Umumnya, anak usia 1 tahun sudah dapat memproduksi dan


memahami kata-kata tunggal, mampu menunjuk bagian-
bagian tubuh, perbendaharaan kata meningkat pesat, dan
mampu mengucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata atau
lebih.
f) Kemampuan kognitif

Anak usia 1 tahun umumnya sudah bisa diajari untuk


memecahkan masalah sangat sederhana. Misalnya, mencari
mainan yang Mam sembunyikan di dalam genggaman,
merespons instruksi sederhana, meniru gerakan-gerakan Mam,
menunjuk sesuatu yang ia inginkan, atau memintanya
mengeluarkan benda yang ditaruh di dalam wadah

g. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital sign

2) Indetifikasi kebutuhan dasar dan pemeriksaan fisik (pemeriksaan


kepala, kebutuhan oksigenisasi, kebutuhan nutrisi dan cairan,
kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan interaksi sosial,
kebutuhan higine personal,organ sensoris)

3) Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering,


kelopak mata cekung, produksi urine berkurang).

4) Tanda- tanda shock) Penurunan berat badan

h. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
2) Foto polos abdomen meupun dengan kontras
3) USG
4) Pyelografi intravena/ sistrogram
5) Endoskopi dengan biopsy/ monitoring PH esophagus
2. Analisa data
No Data Fokus Problem Etiologi
1 DS : pasien mengeluh nyeri Nyeri Akut - Agen
DO : tampak meringis, pencedera
bersikap protektif, gelisa fisiologis
frekuensi nadi meningkat, sulit - Agen
tidur, tekanan darah pencedera
meningkat, pola nafas kimiawi
berubah, nafsu makan - Agen
berubah, menarik diri, dan pencedera
berfokus pada diri sendiri. fisik
2 DS: pasien mengatakan Defisit nutrisi - Ketidakma
merasa cepat kenyang, keram/ mpuan
nyeri abdomen, nafsu makan menelan
menurun. makanan
DO: berat badan menurun - Ketidakma
minimal 10% di bawah mpuan
rentang ideal, bising usus mencerna
hiperaktif, otot pengunyah makanan
lemah, otot menelan lemah, - Ketidakma
memberan mukosa pucat, mpuan
sariawan, serum alnumin mengabsorsi
turun, rambut rontok bsi nutrien
berlebihan, dan diare. - Peningkatan
kebutuhan
metabolism
e tubuh
- Faktor
ekonomi
- Faktor
pisikologis
3. DS: pasien merasa bingung, Ansietas - Krisis
merasa hawatir dengan akibat sitasional
atau kondisi yang dihadapi, - Kebutuhan
sulit berkonsentrasi, mengeluh tidak
pusing, anoreksia, palpitasi, terpenuhi
merasa tidak berdaya - Krisis
DO: tampak gelisa, tampak maturasiona
tegang, sulit tidur, frekuensi l
nafas meningkat, tekanan - Ancaman
darah meningkat, diaforesis, terhadap
tremor, muka tampak pucat, konsep diri
suara bergetar, kontak mata - Ancaman
buruk, sering berkemih, dan terhadap
berorentasi pada masa lalu. kematian
- Kehawatiran
mengalami
kegagalan
- Disfungsi
sistem
keluarga
- Hubungan
orang tau
dan anak
tidak
memuaskan
- Faktor
keturunan
- Penyalagun
aan zat
- Terpapar
bahaya
lingkungan
- Kurang
terpapar
informasi

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Defisit nutrisi
c. Ansietas

4. Intervensi
NO. TUJUAN &
RENCANA TINDAKAN
DX KRITERIA HASIL
1. Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.14518)
asuhan keperawatan Tindakan
diharapkan tingkat Observasi
nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(L.08066) frekuensi, kuaiitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil :
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri

- Meringis menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyaninan


tentang nyeri
- Sikap protektif
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
menurun
respon nyeri
- Gelisa menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
- Menarik diri hidup
menurun - Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Berfokus pada diri
- Monitor efek samping penggunaan
sendiri menurun
analgetik
- Perasaan depresi Terapeutik
menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk

- Anoreksia menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,


hipnosis, akupresur, terapi musik,
- Ketegangan otot
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
menurun
teknik imajinasi terbimbing, kompres
- Mual menurun hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat
- Muntah menurun
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
- Pola nafas membaik
pencahayaan,
- Tekanan darah - Fasilitasi Istirahat dan tidur
membaik - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
- Fokus membaik
nyeri
- Fungsi berkemih Edukasi
membaik - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

- Prilaku membaik nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyen
- Pola makan
- Anjurkan memonitor nyeri secara
membaik
mandiri
- Pola tidur membaik - Aniurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Setelah dilakukan asuan Manajemen nutrisi (I. 03119)
keperawatan Tindakan
diharapkan status Observasi
nutrisi membaik - Identifikasi status nutrisi
(L.03030) - Identifikasi alergi dan intoteransi
makanan
Kreteria hasil:
- Identifikasi makanan disukai
- Porsi makan yang - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dihabiskan nutrien
meningkat - Identifikasi perlunya penggunaan selang

- Kekuatan oto nasogastrik

mengunyah - Monitor asupan makanan

meningkat - Monitor berat badan


- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Kekuatan otot
Terapeutik
menelan meningkat
- Lakukan oral hygiene sebelum makan,
- Serum albumin jika perlu
meningkat - Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. piramida makanan)
- Validasi keinginan
- Sajikan makanan secara menank dan
untuk meningkatkan
suhu yang sesuai
nutrisi meningkat
- Berikanmakanan tinggi serat untuk
- Perasaan cepat
mencegah konstipasi
kenyang menurun
- Berikan makanan tingg: kalon dan tinggi
- Nyeri abdomen protein
menurun - Berikan suplemen makanan jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui
- Sariawan menurun
selang nasogatnk jika asupan oral dapat
- Rambut rontok ditoleransi
Edukasi
menurun - Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Diare menurun
Kolaborasi
- Berat badan - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
membaik makan (mis. pereda nyeri, antiemetik),

- Indeks masa tubuh jika perlu

membaik - -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis
- Frekuensi makan
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
membaik

- Bising usu membaik

- Memberan mukosa
membaik

3. Setelah dilakukan Trapi relaksasi (I09326)


asuhan keperawatan Tindakan
diharapkan tingkat Observasi
ansietas menurun - identifikasi penurunan tingkat energi,
(L.09093) ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu
Krteria hasil:
kemampuan kognitif
- Verbalisasi - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
kebingungan efektif digunakan
menurun - Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan

- Verbalisasi khawatir penggunaan teknik sebelumnya

akibat kondisi - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,

menurun tekanan darah, dan suhu sebelum dan


sesudah latihan
- Perilaku gelisah
- Monitor respons terhadap terapi relaksasi
menurun
Terapeutik
- Perilaku tegang - Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
menurun gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
- Keluhan pusing
- Berikan informasi tertulis tentang
menurun
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- Anoreksia menurun - Gunakan pakaian longgar

- Pilpitasi menurun - Gunakan nada suara lembut dengan


irama lambat dan berirama
- Frekuensi pernapaan
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
menurun
penunjang dengan analgetik atau
- Ferekuensi nadi tindakan medis lain, jika sesuai
menurun Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
- Tekanan darah
jenis relaksasi yang tersedia (mis. musik, 
menurun
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
- Diaforesi menurun
progresif)
- Tremor menurun - Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
- Pucat menurun
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Konsentrasi - Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
membaik relaksasi

- Pola tidur membaik - Anjurkan sering mengulangi atau melatih


teknik yang dipilih
- Kontak mata
- Demonstrasikan dan latih teknik
membaik
relaksasi (mis. napas dalam, peregangan,
- Pola berkemih atau imajinasi terbimbing)
membaik

- Orientasi membaik
C. Konsep Terkait Evidence Based Nursing
Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan,
ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui masalahnya. Kecemasan adalah suatu perasaan subjektif yang
dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada
pasien anak yang harus berada di rumah sakit karena alasan tertentu. Menurut
Marbun, et al (2019), kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas
penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Kecemasan dapat
dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan mendalam
yang menyebabkan masalah psikiatrik dan dapat berkembang dalam jangka
waktu lama. Pada pasien anak dilaporkan bahwa yang membuat mereka
cemas karena dampak hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan
medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Ningsih, 2019).

Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikam sarana


untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses penyembuhan
dan membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta
perawatan

Bermain menurut Kemenkes (2016) merupakan gambaran kemampuan


fisik, intelektual, emosional dan sosial anak, selain itu bermain juga dapat
bertujuan untuk memudahkan anak beradaptasi terhadap lingkungan serta
menyesuaikan sikap sesuai tempat. Terapi bermain terbukti dapat
menurunkan cemas, ketakutan dan nyeri pada anak yang menjalani
hospitalisasi ( Lestari dkk, 2020). Salah satu terapi bermain yang dapat
dilakukan pada anak yaitu terapi bermain puzzle. Terapi bermain puzzle
sangat bermanfaat bagi anak karena puzzle dapat membantu perkembangan
psikososial anak. Menurut Fitriani dkk (2017) puzzle dapat membantu
mengembangkan motorik halus anak, kreativitas dan membantu
perkembangan mental anak. Permainan ini cukup menyenangkan bagi anak
selain itu permainan ini juga tidak menguras energi anak sehingga tidak
menimbulkan kelelahan pada anak. Hasil penelitian Kuniawan (2018)
menyebutkan terapi bermain puzzle merupakan salah satu bentuk distraksi
yang tepat untuk pasien anak. Bermain puzzle dapat mengalihkan fokus anak
dari rasa cemas yang dihadapinya, bermain puzzel juga akan membuat anak
lebih berfokus pada warna, bentuk dan gambar dalam puzzle..
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
A. Identitas
1. Na ma Anak : An. F
2. Tanggal Lahir/Usia : 26/02//2018, 5 tahun 3 bulan 26 hari
3. Jenis Kelamin : Laki laki
4. Nama Orangtua/Wali : Ny. Y
5. Alamat : Kendal
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Agama : Islam
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Tanggal Pengkajian : 21-06-2023
10. Tanggal Masuk RS : 18-06-2023
11. Pemberi Informasi : Ny. Y
12. Hubungan dengan anak : Ibu
13. Diagnosa medis : nausea and vomiting

Genogram Keluarga 3 Generasi

Keterangan :

: laki-laki : perempuan

: laki-laki meninggl : perempuan meninggal


: klien laki-laki : klien perempuan

: garis keturunan

B. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan anak demam naik turun, batuk berdahak, mual dan
muntah 3 kali, porsi makan yang di habiskn hanya ½ porsi yang
diberikan, anak tidak ada alergi makanan, anak nampak lemah,
memberan mukosa nampak pucat, akral hangat HR 116 x/m, RR 24 x/m,
suhu 38.4 0C, anak gelisa dan menangis saat perawat mendekati, anak
nangis saat diberikan nebulizer, diberikan obat dan saat perawat
mengagnti cairan infus.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari SMRS anak demam secara tiba-tiba, demam turun saat diberikan
parasetamol. 3 hari SMRS anak BAB cair 4x/ 24 jam, nampak seperti
bubur, warna kuning, kemudian dibawa ke RS kendal dan mendapat trapi
zinc. 1 hri SMRS anak muntah sebanyak 8 kali / 24 jam, isi muntah
berupa makanan yang dimakan anak, anak demam, lemas, dan batuk
tidak berdahak. Hari dibawa ke RSDK anak muntah muntah dan tidak
mau makan, demam dan batuk.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah diderita
Anak tediagnosis talasemia beta tahun 2020. Pasien tidak perna
kontrol dan tranfusi.
2. Pengalaman dirawat dirumah sakit
Pasien pernah dirawat di rumah sakit tahun 2020
3. Riwayat operasi/pembedahan
Sirkumsisi (sunat)
4. Riwayat kehamilan/persalinan ibu
Ibu mengatakan tidak ada kelainan pada saat kehamilan dan
persalinan normal.
5. Riwayat alergi
Tidak ada alergi
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tak ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama.
F. Pengukuran Antropometri
1. Berat badan 15 kg BBI 18 kg
2. tinggi badan 109 cm
3. Lingkar lengan 16 cm
IMT : Gizi kurang (12.6)
- WAZ – 2.0 SD
- HAZ – 0.4 SD
- IMT 12.6 (-3 SD)
- Kesimpulan gizi kurang
G. Vital Sign
Diukur pada tanggal 21 juni 2023
1. Suhu 38.4 0C
2. HR 116 x/menit
3. RR 24 x/menit
H. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Bentuk kepala : simetris
b. Fontanel anterior : tertutup
c. Fontanel posterior : tertutup
d. Kontrol kepala : ya
e. Warna rambut : hitam
f. Tekstur rambut : halus
g. Bentuk wajah : simetris

2. Kebutuhan oksigenasi
Hidung
a. Patensi nasal : kanan paten, kiri paten
b. Rabas nasal : kanan tidak, kiri tidak
c. Bentuk : simetris
Dada
a. Bentuk : simetris
b. Retraksi intercostal : tak ada
c. Suara perkusi dinding dada : sonor
d. Fremitus vokal : vibrasi simetris
e. Perkembangan payudara : simetris
Paru
a. Pola pernafasan : reguler
b. Suara nafas tambahan : tidak ada
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Mulut
a. Membran mukosa : pucat
b. Gusi : pink,
c. Jumlah gigi : 24 (4 gigi berlobang)
d. Warna gigi : kekuningan ada caries
e. Warna lidah : pink
f. Gerakan lidah : deviasi
g. Tonsil : tidak ada pembesaran
Abdomen
a. Bentuk : simetris
b. Umbilikus : bersih
c. Bising usus : normal (10x/menit)
d. Pembesaran hepar : tidak ada
e. Pembesaran limpa : tidak ada
f. Perkusi dinding perut : timpani
Pola Nutrisi dan Cairan Sehat Sakit
Jam Makan - Makan Pagi 08.00 07.00
- Makan Siang 13.00 12.00
- Makan Malam 19.00 18.00
Porsi Makanan Satu porsi ½ porsi diberikan
Jenis Makanan Pokok nasi, lauk Nasi 3x ½ porsi
dengan protein
hewani,
pediacompete
5x150 ml
Jenis Makanan Selingan Buah buah
Makanan Kesukaan Bakso -

Makanan yang tidak disukai - -


Jumlah air yang diminum 1800 ml 1800 ml
Istilah yang digunakan anak Minum Minum
untuk makan atau minum

4. Kebutuhan eliminasi

Pola Buang Air Besar (BAB) Sehat Sakit


Frekuensi 1 x sehari 1 hari sekali
Konsistensi lembek lembek
Warna kuning kuning
Keluhan saat BAB Tidak ada Tidak ada
Istilah yang digunakan anak eek eek
untuk BAB

Pola Buang Air Kecil (BAK) Sehat Sakit


Frekuensi 5-8 kali 5-8 kali
Warna kuning kuning
Volume ±1800 cc ±1800 -cc
Keluhan saat BAK Tidak ada Tidak ada
Istilah yang digunakan anak pipis pipis
untuk BAK
5. Kebutuhan aktivitas dan istirahat
Pola Aktivitas Sehat Sakit
Bermain sering Sering
Temperamen Anak baik Baik
Pola Tidur Sehat Sakit
Jam Tidur – Bangun Malam 19-00 - 05.00 19.00-05.00
Siang 11.00 - 13.00 11.00-13.00
Ritual sebelum tidur Peluk guling Peluk guling
Enuresis Tidak Tiduk
Gangguan Tidur Tidak Tidak

6. Kebutuhan interaksi sosial


Komunikasi
a. Anak-orangtua : komunikasi baik dengan orang tua
b. Anak-teman : komunikasi baik dengan teman-temannya
c. Anak-orang lain : baik mudah akrab dengn orang lain
Bicara
a. Ketidakfasihan : tidak ada ketidakfasihan
b. Defisiensi artikulasi : tidak ada defisiensi artikulasi
c. Gangguan suara : tidak ada ganguan suara
Bahasa
a. Memberikan arti pada kata-kata : tidak
b. Mengatur kata-kata ke dalam kalimat : tidak
7. Kebutuhan higiene personal
a. Frekuensi mandi : 1x sehari (hanya di seka keluarga)
b. Tempat mandi : tempat tidur
c. Kebiasaan mandi : dibantu ibu
d. Frekuensi sikat gigi : semenjak di RS tidak sikat gigi dari tanggal
18/06/2023
e. Berpakaian : dibantu ibu
f. Berhias : dibantu ibu
g. Keramas : dibantu ibu
h. Kuku
1. Warna kuku : merah muda
2. Higiene : bersih
3. Kondisi kuku : pendek
i. Genetalia : bersih
8. Organ sensoris
Mata
a. Penempatan dan kesejajaran : simetris
b. Warna sklera : putih
c. Warna iris : coklat
d. Konjungtiva : merah muda
e. Ukuran pupil : simetri
f. Reflek pupil : positif kanan kiri
g. Reflek kornea : isokor
h. Reflek berkedip : normal
i. Gerakan kelopak mata : normal
j. Lapang pandang : normal
k. Penglihatan warna : normal
Telinga
a. Penempatan dan kesejajaran pinna : sejajar
b. Higiene telinga : kanan kiri bersih
c. Rabas telinga : tidak kanan kiri
Kulit
a. Warna kulit : sawo matang
b. Tekstur : halus
c. Kelembapan : lembab
d. Turgor : kembali segera
e. Integritas kulit : utuh
f. Edema : tidak
g. Capillary refil : kurang dari 3 detik (2 detik)
Pengkajian Nyeri Flacc

KRITERIA SKORING SKOR HASIL


OBSERVASI
0 1 2 OBSERVASI
Face Tidak ada Kadang kala Sering
(Ekspresi ekspresi yang meringis atau mengerutkan
muka) khusus atau mengerutkan dahi secara
tersenyum dahi, menarik terus
1
diri menerus,
mengatupkan
rahang dagu
Bergetar
Legs Posisi normal Tidak tenang, Menendang
(Gerakan atau rileks gelisah, tegang atau menarik 0
kaki) diri
Activity Berbaring Mengeliat- Melengkung,
(aktivitas) tenang, posisi geliat, bolak- kaku, atau
normal, balik terus
0
bergerak berpindah, Menyentak
dengan tegang.
Mudah
Cry Tidak Merintih atau Menangis terus
(Menangis) menangis merengek, menerus,
(terjaga atau kadangkala berteriak
0
tidur) mengeluh Atau terisak-
isak, sering
mengeluh
Consolabity Senang, Ditenangkan Sulit untuk
(Kemampuan rileks dengan dihibur atau
rileks dihibur) sentuhan sulit untuk
sesekali, nyaman 0
pelukan atau
Berbicara
dapat dialihkan
Total Skor 1

Pengakajian Resiko Malnutrisi

No Variabel Skor Pengertian

1. Nafsu makan 1 Intake berkurang, sisa makanan


lebih dari ½ porsi

2. Kemampuan untuk makan 2 Butuh bantuan untuk makan,


muntah sedang atau diare 1-2
kali sehari

3. Faktor stres 0 Tidak ada

4. Persentil berat badan 2 80-89% BB/TB

Total skor 5 Berisiko sedang

9. Pemeriksaan penunjang
Lab 18/06/2023
Hemoglobin 11.1
Hematokrit 34.4
Eritrosit 5.10
MCH 21.8
MCV 67.5
MCHC 32.3
Leukosit 11.4
Trombosit 503
RDW 14.3
MPV 9.5

10. Terapi
Inj. Ampisilin serb 1000 mg / 8 jam
IVFD D5 1/2 NS 480/20 ml/jam
Inj. Paracetamol 15 mg / kgBB
Inj. Ondansetron 4 mg/8 jam
Inj. Omeprazol 40 mg/8 jam

Per oral:
Zink sulphate tab dispersibel 20 mg
Setirizin tab 10 mg
N-asetilsistein 200 mg/8 jam
Minosep gargle

Topikal:
Urea krim 10% (40 mg)
Mometason furoat krim 0.1%

11. Diit
pediacomplete 5x150 cc
Nasi 3x ½ porsi dengan 2 protein hewani

Analisa Data
No Data Fokus Problem Etiologi
1. DS: Defisit Ketidakmampuan
- Anak mengatakan merasa nutrisi mencerna makanan
cepat kenyang
- Ibu mengatakan nafsu
makan anak menurun.
- Keluarga mengatakan anak
muntah 3 kali
DO:
- Berat badan 14 kg BBI 18
kg ideal
- IMT : Gizi kurang (12.6)
- memberan mukosa
nampak pucat
- Anak nampak lemah
- porsi makan yang di
habiskn hanya ½ porsi
yang diberikan
2. DS: Ansietas Ancaman terhadap
- Ibu mengatakan anak takut konsep diri
saat akan dilakukan
tindakan medis dan sering
menangis
DO:
- Anak tampak gelisa dan
menangis saat perawat
mendekat
- Anak nangis saat diberikan
terapi obat melalui infus
- Anak nangis saat
diberikan terapi nebulizer

II. Diagnosa Keperawatan


d. Defisit nutrisi bd Ketidakmampuan mencerna makanan
e. Ansietas bd Ancaman terhadap konsep diri

III. Intervensi
No. Tujuan & Kriteria
Rencana Tindakan
Dx Hasil
1. Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I. 03119)
asuhan keperawatan Tindakan
3x24 jam diharapkan
Observasi
status nutrisi membaik
(L.03030) - Identifikasi status nutrisi

Kreteria hasil: - Identifikasi makanan disukai


- Porsi makan yang - Monitor asupan makanan
dihabiskan - Monitor berat badan
meningkat
- Perasaan cepat
kenyang menurun
- Berat badan
membaik
- Indeks masa tubuh
membaik
- Frekuensi makan
membaik
- Memberan mukosa
membaik
3. Setelah dilakukan Terapi relaksasi (I09326)
asuhan keperawatan Tindakan
diharapkan tingkat
Observasi
ansietas menurun
(L.09093) - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah

Krteria hasil: Terapeutik


- Gunakan relaksasi sebagai strategi
- Perilaku gelisah
menurun penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia (mis. musik, 
meditasi, napas dalam, terapi bermain
relaksasi otot progresif)
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih

IV. Implementasi
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX
1. 22/6/2023 - Identifikasi status S: ibu mengatakan
anak suka makan nasi
jam 10.00 nutrisi
ikan, ibu mengatakan
- Identifikasi makanan anak makan ½ porsi
disukai yng diberikan.
- Monitor asupan O: IMT: gizi kurang
(12.6), BB; 15 kg
makanan
- Monitor berat badan
2. 22/6/2023 - Identifikasi teknik S: bu mengatakan
anak biasanya anak
jam 10.00 relaksasi yang
dikasih hp agar tidak
pernah efektif merasa cemas atau
digunakan takut, ibu memehami
apa saja manfaat dan
- Gunakan relaksasi batasan teknik
sebagai strategi releksasi, ibu
mengatakan akan
penunjang dengan
sering mengajak anak
analgetik atau terapi bermain untuk
tindakan medis lain, mengurangi
kecemasan
jika sesuai
O: melakukan teknik
- Jelaskan tujuan,
releksasi terapi
manfaat, batasan, bermain untuk anak,
dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis.
musik,  meditasi,
napas dalam, terapi
bermain relaksasi
otot progresif)
- Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
1. 23/6/2023 - Identifikasi status S: ibu mengatakan
nutrisi anak makan ½ porsi
jam 11.00
yng diberikan.
- Monitor asupan
O: IMT: gizi kurang
makanan (12.6), BB; 15 kg
- Monitor berat badan
2. 23/6/2023 - Gunakan relaksasi S: ibu mengatakan
akan sering mengajak
jam 11.00 sebagai strategi
anak terapi bermain
penunjang dengan untuk mengurangi
analgetik atau kecemasan
tindakan medis lain, O: melakukan teknik
jika sesuai releksasi terapi
bermain untuk anak
1. 24/6/2023 - Identifikasi status S: ibu mengatakan
nutrisi anak makan ¾ porsi
jam 16.00
yng diberikan.
- Monitor asupan
O: IMT: gizi kurang
makanan (12.6), BB; 15 kg
- Monitor berat badan
2. 24/6/2023 - Gunakan relaksasi S: ibu mengatakan
akan sering mengajak
jam 16.00 sebagai strategi
anak terapi bermain
penunjang dengan untuk mengurangi
analgetik atau kecemasan
tindakan medis lain, O: melakukan teknik
releksasi terapi
jika sesuai
bermain untuk anak

V. Evaluasi Keperawatan

Waktu Diagnosa Evaluasi (SOAP)


(Tanggal/ Keperawatan
Jam)
22/6/2023 Defisit nutrisi bd
S: ibu mengatakan anak suka makan nasi
jam 10.00 Ketidakmampuan ikan, ibu mengatakan anak makan ½
porsi yng diberikan.
mencerna
O: IMT: gizi kurang (12.6), BB; 15 kg
makanan
A: defisit nutrisi
P: intervensi dilanjutkan
22/6/2023 Ansietas bd S: bu mengatakan anak biasanya anak
Ancaman dikasih hp agar tidak merasa cemas atau
jam 10.00
takut, ibu memehami apa saja manfaat
terhadap konsep dan batasan teknik releksasi, ibu
diri mengatakan akan sering mengajak anak
terapi bermain untuk mengurangi
kecemasan
O: melakukan teknik releksasi terapi
bermain untuk anak
A: ansietas
P: intervensi dilanjutkan
23/6/2023 Defisit nutrisi bd
S: ibu mengatakan anak makan ½ porsi
jam 11.00 Ketidakmampuan yng diberikan.
mencerna O: IMT: gizi kurang (12.6), BB; 15 kg

makanan A: defisit nutrisi


P: intervensi dilanjutkan
23/6/2023 Ansietas bd S: ibu mengatakan akan sering mengajak
anak terapi bermain untuk mengurangi
jam 11.00 Ancaman
kecemasan
terhadap konsep
O: melakukan teknik releksasi terapi
diri bermain untuk anak
A: ansietas
P: intervensi dilanjutkan
24/6/2023 Defisit nutrisi bd
S: ibu mengatakan anak makan ¾ porsi
jam 16.00 Ketidakmampuan yng diberikan.
mencerna O: IMT: gizi kurang (12.6), BB; 15 kg

makanan A: defisit nutrisi


P: intervensi dilanjutkan
24/6/2023 Ansietas bd S: ibu mengatakan akan sering mengajak
anak terapi bermain untuk mengurangi
jam 16.00 Ancaman
kecemasan
terhadap konsep
O: melakukan teknik releksasi terapi
diri bermain untuk anak
A: ansietas
P: intervensi dilanjutkan
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISED

A. Data Fokus
1. Data subjektif
- Ibu mengatakan anak takut saat akan dilakukan tindakan medis dan
sering menangis
2. Data objektif
- Anak tampak gelisa dan menangis saat perawat mendekat
- Anak nangis saat diberikan terapi obat melalui infus
- Anak nangis saat diberikan terapi nebulizer

B. Diagnosa yang berhubungan dengan Jurnal Evidence Based Nursing


Rised
(D.0080) Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap konsep diri
C. Analisa Sintesa Justifikasi atau Alasan Penerapan EBN dalam bentuk
Skem

Anak Ganguan pencernaan Mual dan muntah

HOSPITALISASI

Takut dengan Pembatasan Berpisah Rasa nyeri


dokter dan aktivitas dengan orang atau sakit
perawat tua pada tubuh

Mempengaruhi hormon adrenaline, neropinephrine, dan kortiisol

Ansietas/ kecemasan Sistem imunitas anak menurun

Terapi bermain puzzel

Mempengaruhi hormon adrenaline, neropinephrine, dan kortiisol

Meminimalkan rasa cemas terhadap cedra tubuh,


rasa nyeri, dan tindakan pegobatan

D. Mekanisme Penerapan EBN


1. Sleksi atau Kretiria Klien
- Anak dengan tingkat kecemasan ringan, sedang dan berat
- Mendapatkan persetujuan dari orang tua

2. Standar Prosudure (SPO)


Standart Prosedur Operasional Terapi Bermain Puzzle
Prosudur No dukumen Halaman
Tanggal terbit Diterbitkan oleh
1. Pengertian Puzzle merupakan permainan mencocokan dan
material lain untuk mengajarkan seperti mengenal
bentuk, ukuran, jumlah, warna , kesamaan perbedaan,
berhitung, mengurutkan dan megelompokan.
2. Tujuan 1. Untuk melatih kesabaran
2. Untuk melatih keatngkasan mata dan tangan
3. Untuk mengasah kemampuan berpikir dan daya
ingat
4. Sebagai metode belajar
5. Sarana bermain agar tidak bosan
3. Indikasi 1. Anak dengan perkembangan kognitif
2. Anak dengn gangguan tingkat kecemasan
4. Persiapan 1. Menyapa dan memberi salam
pasien 2. Memperkenalkan diri
3. Mengidentifikasi identitas klien
4. Mengkaji tingkat kecemasaan anak menggunakan
kuisioner HARZ
5. Memberi petunjuk pada anak/klien cara bermain
6. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada orangtua
klien untuk bertanya
7. Mengatur posisi bermain agar nyaman
5. Cara kerja 1. Memberitahu orangtua klien bahwa prosedur akan
dimulai
2. Mempersilahkan klien untuk melakukan permainan
sendiri atau dibantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan orangtua
4. Memberi pujian apabila klien dapat melakukan
5. Mengobservasi emosi, hubungan interpersonal dan
psikomotor klien saat bermain
6. Memita klien menceritakan apa yang sedang
dilakukan
7. Menanyakan perasaan klien setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga
tentang permainan
3. Kuisioner HARZ
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1. Perasaan ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2. Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada
Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah
Sepanjang Hari
Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusu
Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti
Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di
Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesa
Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah
Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar
(Konstipasi)
Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah

Skor:
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

Total Skor :
≤ 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
BAB V
PEMBAHASAN APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING

A. Hasil yang dicapai


Sebelum melakukan terapi bermain pazzle pada An. F perawat
melakukan pengkajian kecemasan menggunakan kuisioner HARZ didapat
hasil tingkat kecemasan adak berada di derajat sedang dengan skor 22, setelah
dilakukan tindakan terapi bermain pazzle 2x24 jam didapatkan tingkat
kecemasan anak menurun menjadi ringan dengan skor 15.

Menurut Aprita,dkk (2019) terapi bermain pazzle dapat menurunkan


tingkkat kecemsaan pada anak usia 3-6 tahun.Tingakat kecemsaan anak dapat
menurun karena terapi bermain dapat mengalihkan fokus anak terhadap
tindakan medis pada anak, terapi bermain juga dapat menciptakan hubungan
saling percaya antara anak dan perawat. Pratiwi wulan,dkk (2023)
menyatakan terapi bermain pazzle dapat menurunkan ingkat kecemsaan pada
anak usia pra-sekolah (3-6 tahun).

B. Kelebihan atau Manfaat


1. Mudah dilakukan dimana saja
2. Cara bermaiannya mudah dipahami anak
3. Tidak memerlukan biaya yang mahal
4. Bisa dimainkan berulang-ulang kali
5. Mngasah kemampuan koknitif pada anak
6. Melatih kordinasi mata dan tangan
7. Mengembangkan motorik halus pada anak
C. Kekurangan atau Hambatan
Tidak ada hambatan saat mengajak anak bermain pazzle. Anak nampak
antusias waktu bermain pazzle.
BAB IV
PRNUTUP

A. Kesimpilan
Berdasarkan penerapan EBN tingkat kecemasan anak usia prasekolah 3-6
tahun dapat berkurang dengan terapi bermain pazzel. Hal ini dapat dilihat dari
hasil ukur kecemasan menggunakan kuisioner HARZ didapatkan tingkat
kecemasan sedang dengan skor 22 menurun menjadi tingkat kecemasan
ringan dengan skor 16.

B. Saran
Diharapkan kepada ibu agar bisa menerapkan terapi bermaian pazzle untuk
mengurangi tingkat kecemasan pada anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R.P. & Nasution, N. (2012). Buku pintar asuhan bayi dan balita.
Yogjakarta: Cakrawala Ilmu.
Aprina, Novri Ardiyansa, Sunarsih. (2019). Terapi Bermain Puzzle pada Anak
Usia 3-6 tahun terhadap Kecemasan Pra Operasi. Jurnal Kesehatan. ISSN
2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online) http://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK
Fitriani, W., Santi, E. and Rahmayanti, D. (2017). Terapi Bermain Puzzle
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Hematologi Onkologi Anak.
Dunia Keperawatan. 5(2). p. 65. doi: 10.20527/dk.v5i2.4107.
Marbun, A., Pardede, J. A., & Perkasa, S. I. (2019). Efektivitas Terapi Hipnotis
Lima Jari terhadap Kecemasan Ibu Pre Partum di Klinik Chelsea Husada
Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Keperawatan
Priority, 2(2), 92-99. DOI: https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.568
Ningsih, S. A. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas
pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Saat Dilakukan Pemasangan Infus.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 7(2), 291118. doi:
10.36085/jkmu.v7i2.473
Novita Lestari, P. S., Utami, K. C. and Sri Krisnawati, K. M. (2020). Gambaran
Bermain Terapeutik Sebagai Pengalihan Nyeri Pada Pasien Anak Kanker
Post Kemoterapi Di Rumah Singgah Yayasan Peduli Kanker Anak Bali.
Coping: Community of Publishing in Nursing. 8(3). p. 320. doi:
10.24843/coping.2020.v08.i03.p14
Potter & Perry. (2013).Fundamental Keperawatan: konsep, proses dan praktik.
EGC: Jakarta.
Supartini. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak, Edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kreteria Hasil Edisi 1. Jakarta: dewan Pengurus Pusat PPNI
Wulan Pratiwi , Immawati , Sri Nurhayati. (2023). Penerapan Terapi Bermain
Puzzle Pada Anak Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Mengalami Kecemasan
Akibat Hospitalisasi Di Rsud Jend. Ahmad Yani Metro. Jurnal Cendikia
Muda Volume 3, Nomor 4, Desember 2023 ISSN : 2807-3469

Anda mungkin juga menyukai