Kelompok 3 - EBP TM 6 (Kasus 1 S3)
Kelompok 3 - EBP TM 6 (Kasus 1 S3)
GANGUAN MULTISISTEM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IV
Kelas Reguler A 2019
Anggota kelompok 3 :
PURWOKERTO
2022
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infark miokardium adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan suplai darah
akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli atau trombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau
perdarahan sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung.
Infark miokard merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena morbiditas dan
mortalitasnya yang tinggi (Astuti & Maulani, 2018).
Menurut Badan Kesehatan Dunia tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat Infark
Miokard di seluruh dunia pada tahun 2002. Angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta
orang pada tahun 2020. Di Indonesia, kasus Infark Miokard semakin sering ditemukan karena
pesatnya perubahan gaya hidup. Meski belum ada data epidemiologis pasti, angka
kesakitan/kematiannya terlihat cenderung meningkat.
Riskesdas mencatat bahwa prevalensi penyakit infark miokard berdasarkan wawancara yang
didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter atau gejala meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen,
menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi Miokard yang didiagnosis dokter
maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan
1,5%).Prevalensi Infark Miokard lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak
bekerja. Berdasarkan Miokard terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun
berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan.
Kajian epidemiologis menunjukkan bahwa beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan
resiko seseorang untuk mengelami infark miokard diantaranya adalah usia, riwayat keluarga,
obesitas, hiperlipidemia, merokok, diabetes melitus, jenis kelamin, ras, riwayat hipertensi, stress,
dan inaktivitas fisik (Astuti, 2018). Hal tersebut menunjukkan bahwa kejadian Infark Miokard
sering disebabkan oleh gangguan pada sistem lain. Hubungan keterkaitan antar sistem sehingga
gangguan pada suatu sistem dengan sistem kardiovaskular perlu dicari dan di analisis terkait
keluhan yang bisa dirasakan oleh pasien. Pengkajian yang kompleks, kritis, dan mendalam perlu
dilakukan untuk menghasilkan suatu diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan
yang baik. Berdasarkan diagnosa keperawatan tersebut dapat dikaitkan dengan terapi atau
pengobatan melalui kajian evidence based practice guna menentukan intervensi yang sesuai
untuk mendukung rencana intervensi yang telah dibuat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa patofisiologi dan pathways dari pasien dengan gangguan multisistem?
2. Apa analisis data dari Kasus pasien dengan gangguan multisistem?
3. Bagaimana rumusan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA/SDKI pada pasien
dengan gangguan multisistem?
4. Bagaimana rencana asuhan keperawatan yang dapat diberikan berdasarkan diagnosis
yang diambil?
5. Apa saja intervensi keperawatan berdasarkan evidence based practice (EBP) pada kasus
tersebut ?
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui patofisiologi dan pathways dari kasus pasien dengan gangguan
multisystem
2. Dapat menyusun analisis data yang sesuai dari kasus pasien dengan gangguan
multisystem
3. Dapat menentukan rumusan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA/SDKI dari
kasus pasien dengan gangguan multisystem
4. Dapat membuat rencana asuhan keperawatan yang sesuai berdasarkan diagnosis yang
diambil pada pasien dengan gangguan multisystem
5. Dapat mengetahui intervensi keperawatan berdasarkan evidence based practice (EBP)
pada kasus tersebut
BAB 2. PEMBAHASAN
A. OVERVIEW KASUS
Seorang pasien laki – laki berusia 48 tahun mengeluh nyeri dada sebelah kanan setelah
bersepeda, nyeri dada disertai keluhan badan yang basah oleh keringat dingin dan penjalaran
nyeri hingga ke ke leher, rahang bawah, bahu dan lengan kiri, nyeri dirasakan seperti tertimpa
benda berat. Skala nyeri 8 (0-10). Durasi nyeri lebih dari 30 menit dan sedikit berkurang jika
pasien istirahat. Pasien mempunyai kebiasaan merokok sejak berusia 14 tahun. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD: 170/100 mmHg, Suhu:36.70C, frekuensi pernafasan:
26x/menit, denyut nadi: 104x/menit, saturasi oksigen 99%. Hasil ECG terdapat ST elevasi di
lead II, III dan AVF. Tidak ditemukan ronkhi maupun bunyi jantung S3. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan:
5. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil ECG terdapat ST elevasi di lead II, III dan AVF
- Hemoglobin 13.4 gr/dL
- Leukosit 5.7. 103µL
- Trombosit 270 103µL
- Gula darah sewaktu (GDS) 324 mg/dL
- Ureum 40 mg/dL
- Kreatinin 1 mg/dL
- SGOT 24 mg/dL
- SGPT 26 mg/dL
- Kolesterol total 430 mg/dL
- HDL 35 mg/dL
- LDL 160 mg/dL
- Troponin T 1.1 ng/mL
- Troponin I 0.52 ng/mL
- creatinin kinase-myocardial band (CK-MB)145 u/L
6. Terapi (Tidak Ada)
B. Analisis Data
C. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan klien
mengeluh nyeri dada menjalar, skala 8, nyeri seperti tertimpa benda berat.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung ditandai
dengan Hasil ECG terdapat ST elevasi di lead II, III dan AVF.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
D. NCP
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis 3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri (I.08238)
(D.0077) pasien menurun dan kontrol nyeri
meningkat, dengan kriteria hasil: Observasi
Identifikasi lokasi,
Tingkat Nyeri (L.08066) karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Kriteria Hasil Skala Skala
Identifikasi skala
awal akhir
nyeri.
Keluhan 1 3 Identifikasi respon
nyeri nonverbal.
Keterangan : Identifikasi
1 : meningkat pengaruh nyeri pada
2 : cukup meningkat kualitas hidup.
3 : sedang Monitor efek
4 : cukup menurun samping
5 : menurun penggunaan
analgesik.
Kontrol Nyeri (L.08063) Terapeutik
Teknik non
farmakologi.
Kriteria hasil Skala Skala
Kontrol lingkungan.
awal akhir
Fasilitasi istirahat.
Kemampuan 1 3 Edukasi
menggunakan teknik Jelaskan strategi
non-farmakologi meredakan nyeri.
Anjurkan
Kemampuan 2 4
memonitor nyeri
mengenali penyebab
secara mandiri.
nyeri
Anjurkan
Penggunaan 2 4 menggunakan
analgesik analgesik dengan
Keterangan : tepat.
3 : sedang Kolaborasi
5 : meningkat analgesik.
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
BAB 3. PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark miokardium adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan suplai darah
akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli atau trombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau
perdarahan sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung.
Infark miokard merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena morbiditas dan
mortalitasnya yang tinggi (Astuti & Maulani, 2018). Infark miokard akut sering terjadi pada
orang yang memiliki satu atau lebih faktor resiko seperti: obesitas, merokok, hipertensi dan lain-
lain.
Kemudian diagnosis yang diambil dari kasua tersebut adalah Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri dada menjalar, skala 8,
nyeri seperti tertimpa benda berat. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi jantung ditandai dengan Hasil ECG terdapat ST elevasi di lead II, III dan AVF. Dan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Kemudian intervensi keperawatan yang digunakan adalah manajemen nyeri, perawatan
jantung , dan manajemen energi.
Referensi
Ali, M.R. et al., (2014). Aspect of thrombolytic therapy: A review. Scientific World Journal
Astuti, A., & Maulani, M. (2018). Faktor Resiko Infark Miokard Di Kota Jambi. Jurnal
Endurance, 3(1), 82.
Bendary, A., Tawfik, W., Mahrous, M. & Salem, M., (2017). Fibrinolytic therapy in patients
with ST-segment elevation myocardial infarction: Accelerated versus standard
Streptokinase infusion regimen. Journal of Cardiovascular and Thoracic Research, 9(4).
Fox, K., White, H.D., Gersh, B. & Opie, L.H., (2013). Antithrombotic Agents: Platelet
Inhibitors, Acute Anticoagulants, Fibrinolytics, and Chronic Anticoagulants. In Drugs For
The Heart. Eighth Edition ed. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc. pp.378-87.
Ghaffari, S., Kazemi, B. & Golzari, I.G., (2013). Efficacy of a New Accelerated Streptokinase
Regime in Acute Myocardial Infarction: A Double Blind Randomized Clinical Trial.
Cardiovascular Therapeutics, 31(1)
Hasanudin, Ardiyani, V.M & Perwiraningtyas, P. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita Hipertensi di Wilayah Tlogosuryo Kelurahan
Tlogomas Kecamtaan Lowokwaru Kota Malang, Nursing News (online), Vol. 3 No. 1, hlm
788-799.
Jinatongthai, P. et al., (2017). Comparative efficacy and safety of reperfusion therapy with
fibrinolytic agents in patients with ST-segment elevation myocardial infarction: a
systematic review and network meta-analysis. Lancet, 390(10096).
Kambu, I. S. W., Krisnawati, B., dan Shalihien, S. 2020. Terapi akupresur sebagai evidence
based nursing untuk mengurangi nyeri dada pada pasien sindrom koroner akut. Journal of
Health, Education, and Literacy. Vol 2, No 2, hlm 69-73
Millizia, A. (2018). Sedasi dan Analgesia di Ruang Perawatan Intensif. Jurnal Kedokteran
Nanggroe Medika, 1(2), 89–99.
Newby, D.E., Grubb, N.R. & Bradbury, A., (2010). Cardiovascular Disease. In N.R. Colledge,
B.R. Walker & B.H. Ralston, eds. Davidson's Principle and Practice of Medicine. 21st ed.
Edinburgh: Elsevier. Pp.577-98.
Novrianti, I., . H., & F, M. (2021). Terapi Fibrinolitik Pada Pasien St-Segment Elevation
Myocardial Infarction (Stemi) : Review Artikel. Jurnal Farmasi Udayana, 10(1), 55.
https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p07
Nusantoro, A.P. (2018). Modul Ajar Patofisiologi. Surakarta : Prodi D3 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st
ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Salean, E. Y. C. (2015). Studi Penggunaan Antikoagulan Pada Pasien Infark Miokard Akut Di
Rsud Dr. Soetomo. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Saragih. (2018). Fakultas kedokteran universitas lampung 2018. Medula, 1(5), 51–57.
The GUSTO, I., (1993). An international randomized trial comparing four thrombolytic
strategies for acute myocardial infarction. N Eng J Med, 329(10), pp.673– 682.
Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of
Activity Intolerance in Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume
2 Nomor 1 pp : 1-10