Anda di halaman 1dari 13

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah


Perkembangan Kepribadian

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Chusna Arifah, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun Oleh :
ILA NURAVNI AZIZAH
ISMI MAELANI
RESTY PUTRI DYNASTI AWALIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS

2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. dzat yang Maha Sempurna, Maha Pencipta dan
Maha Penguasa segalanya, karena hanya dengan ridho-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu tentang
“KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah “PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN”.
Tidak lupa kelompok kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena kami
sadar sebagai makhluk tidak bisa berbuat banyak tanpa adanya referensi dari
buku-buku hingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Kami berharap agar mahasiswa khususnya, dan umumnya dari para
pembaca dapat memberikan kritik yang positif dan saran untuk kesempurnaan
makalah ini.

Ciamis, 12 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................1
BAB II............................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................2
A. KEPRIBADIAN SEHAT....................................................................2
B. KEPRIBADIAN SAKIT.....................................................................3
C. KEPRIBADIAN DALAM ISLAM.....................................................6
BAB III..........................................................................................................7
KESIMPULAN.............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian merupakan hal penting bagi setiap manusia, karena dari
kepribadian itulah setiap perilaku dan aktivitas manusia bisa di nilai, apakah
baik atau buruk, apakah memberi nilai atau merusak nilai. Setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda-beda antar yang satu dengan yang
lainnya. Kepribadian adalah salah satu syarat mutlak bagi manusia untuk
memancarkan eksistensinya di dunia, terutama dalam menjawatahkan
anugerah manusia sebagai makhluk sosial, baik secara internal maupun secara
eksternal. Setiap Di dalam kepribadian terdapat karakteristik kepribadian
sehat dan karakteristik kepribadian sakit.
Dalam makalah ini kelompok kami memaparkan materi mengenai
bagaimana karakteristik kepribadian sehat, bagaimana karakteristik
kepribadian sakit dan bagaimana kepribadian dalam Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik kepribadian sehat?
2. Bagaimana karakteristik kepribadian sakit?
3. Bagaimana kepribadian dalam Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui serta memahami mengenai kepribadian sehat
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang kepribadian sakit
3. Mampu mengetahui serta memahami bagaimana kepribadian dalam Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEPRIBADIAN SEHAT
Menurut Harton kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi,
dan tempramen seseorang. Sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen tersebut
akan terwujud dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi
tertentu. (Kartini, 2019: 2).
Menurut Elizabeth (dalam Syamsu Yusuf , 2008) kepribadian ada yang
sehat dan tidak sehat. Asumsi sehat di sini dapat dipersamakan dengan hal-hal
yang positif. Berikut ini ciri-ciri kepribadian yang sehat (positif) :
1) Mampu menilai diri sendiri apa adanya, baik tentang kelebihan dan
kekurangan secara fisik, pengetahuan, maupun keterampilan.
2) Mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialami apa
adanya secara wajar dan tidak mengharapkan situasi atau kondisi
kehidupan dengan sesuatu yang sempurna.
3) Mampu menilai keberhasilan dan menganggapinya secara rasional (masuk
akal).
4) Mau menerima tanggung jawab dan mempunyai keyakinan terhadap
kemampuan untuk memecahkan dan mengatasi masalah kehidupan yang
dialaminya.
5) Mempunyai sifat mandiri, baik dalam berpikir dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta
menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
6) Mampu mengendalikan emosi, dapat menghadapi situasi frustasi, depresi,
atau stres secara positif dan tidak deskrutif (merusak).
7) Mampu merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap kegiatan dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan yang rasional, bukan atas dasar
paksaan dari luar.
8) Peduli lingkungan, fleksibel (luwes) dalam berpikir, terbuka terhadap
orang lain, tidak membiarkan dirinya menjadi orang lain, dan sebaliknya
ia tidak mau mengorbankan orang lain.
9) Mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial.

2
10) Mengarahkan hidupnya berdasarkan keyakinan agama yang dianutnya.
11) Kehidupan penuh kebahagiaan.

Berikut ini merupakan kepribadian positif. (Kartini, 2019: 14)


1. Berpikir Positif
a. Menjadikan permasalahan sebagai tantangan
b. Menikmati hidup
c. Terbuka (dapat menerima saran dan ide dari orang lain)
d. Pola pikir konstruktif (mau menerima dan menyesuaikan dengan hal-
hal yang baru)
e. Tertuju pada pemecahan masalah
f. Melawan pikiran negatif yang merusak pikiran sehat
g. Introspeksi diri
h. Menjauhi gosip
i. Menggunakan bahasa positif
j. Menggunakan bahasa tubuh yang positif
k. Menerima dirinya sendiri
l. Mensyukuri sesuatu yang dimiliki
2. Menjadi Diri Sendiri
a. Berhenti Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain
Hal-hal yang biasa dijadikan objek perbandingan diri sendiri
dengan orang lain diantaranya berikut.
1) Kepandaian
2) Keahlian
3) Kecantikan
4) Postur tubuh (langsing atau tidak, tinggi atau rendah badan)
5) Kebijakasanaan
b. Bahagia dengan keadaan diri sendiri
c. Tidak memandang diri sendiri terlalu serius
d. Menyukai diri sendiri (menanamkan sikap menerima diri sendiri
setulusnya tanpa ada maksud membenci kekukarangan kekurangan
terutama secara fisik yang ada pada diri sendiri)

3
3. Disiplin
Disiplin berkaitan dengan kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan
yang berlaku. Disiplin sebuah kebiasaan yang positif tidak begitu saja
terjadi melainkan melalui proses. Menanamkan sikap disiplin diri dapat
dimulai sejak dini.
Disiplin diri tidak hanya dilakukan di lingkungan keluarga melainkan
juga di lingkungan masyarakat. Berikut ini cara menanamkan disiplin
pada diri sendiri:
a. Mengingat-ingat Larangan
Larangan merupakan bagian dari sebuah peraturan yang tidak
boleh ditentang atau dilarang. Larangan harus dihindari dan tidak
boleh dilakukan. Seorang anak yang membiasakan untuk selalu
mengingat hal hal yang menjadi larangan tidak akan melakukannya.
Terlebih lagi jika ia mengetahui jika larangaan tersebut dilanggar
memiliki sanksi maka ia akan berusaha dengan bersungguh sungguh
tidak akan melakukannya.
b. Memberi Hukuman Pada Diri Sendiri
Untuk memotivasi atau memberi dorongan agar membiasakan
disiplin boleh memberi hukuman pada diri sendiri apabila suatu
ketika melakukan hal hal yang tidak disiplin. Tujuannya untuk
menegaskan agar tidak mengulang kembali pelanggaran-pelanggaran
yang tidak mencerminkan disiplin diri.
c. Belajar dari perilaku orangtua
d. Konsisten terhadap hukuman dan aturan
e. Tidak mengubah bentuk hukuman.

Disiplin terbagi menjadi dua yaitu disiplin waktu dan disiplin


tempat.
1) Disiplin Waktu
Disiplin waktu berarti diri kita degan sungguh-sungguh
memahami waktu secar tepat. Dengan kata lain, disiplin waktu (on

4
time) berarti tidak kurang dan tidak lebih dari waktu pelaksanaan
suatu hal atau kegiatan. (Kartini, 2019: 26).
2) Disiplin Tempat
Disiplin tempat berarti dapat menggunakan suatu tempat
sebagaimana mestinya dengan tertib tanpa ada paksaan dari siapapun.
Disiplin tempat menjadikan tempat kehidupan diri seseorang mampu
menghargai tempat milik orang lain atau lingkungan. (Kartini, 2019:
27).

B. KEPRIBADIAN SAKIT
Pada zaman sekarang kepribadian seseorang sangat dimungkinkan
dipengaruhi oleh kebudayaan. Ia tidak dapat melakukan segala sesuatu
dengan kepribadiannya sendiri melainkan dipengaruhi oleh kebudayaan, hal
inilah yang terkadang menyulitkan penilaian untuk kepribadian diri yang
sesungguhnya. Adapun boleh dikatakan mampu mempengaruhi kepribadian
diri seseorang mengarah perilaku negatif, tidak sedikit perilaku orang pada
zaman sekarang yang bertentangan dengan kepribadian orang-orang pada
zaman dahulu. Contoh: Sopan santun setiap seseorang yang lebih muda ketika
bertemu dengan orang yang lebih tua mulai sudah berkurang. Dengan
demikian, kebudayaan ternyata dapat mempengaruhi kepribadian yang tidak
sehat atau negatif.
Adapun ciri yang menunjukkan bahwa kepribadian seseorang itu tidak
sehat atau negatif yaitu:
1. Mudah tersinggung atau marah
2. Mudah cemas atau khawatir
3. Merasa tertekan (stres atau depresi)
4. Senang mengganggu orang lain, terutama yang usianya lebih muda
5. Perilakunya sering menyimpang meskipun sudah diperingatkan
6. Terbiasa berbohong
7. Hiperaktif (sangat aktif)
8. Suka mencemooh orang lain
9. Kurang bertanggung jawab

5
10. Pesimis (harapan tipis)
11. Pemarah
12. Memusuhi semua bentuk kekuasaan (otoritas). (Kartini, 2019: 28).

Berikut ini beberapa kepribadian yang negatif yaitu:


1. Tidak Mempunyai Pendirian
Pendirian berarti pendapat atau keyakinan yang digunakan sebagai
dasar untuk mempertimbangkan sesuatu. Orang dikatakan tidak
mempunyai pendirian bila ia mudah terpengaruh oleh lingkungan dalam
mengambil suatu keputusan atau ketika ia melakukan sesuatu, tidak
jarang merasa kebingungan dengan sikap yang dilakukannya. Terkadang
terhadap hal-hal yang penting (prinsipiil) juga dapat goyah hanya karena
bujukan atau rayuan orang lain yang terlihat manis. Tidak hanya itu,
keyakinan orang yang tidak mempunyai pendirian mudah berubah setiap
saat. Dengan sikapnya yang demikian, menjadikan orang lain semakin
susah untuk percaya padanya.
Kepribadian tersebut jangan dipelihara atau dibiarkan melekat terus
pada diri sendiri. Segeralah kita mengubahnya ke arah yang lebih positif,
berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak
mempunyai pendirian:
a. Menentukan sikap yang terbaik untuk diri sendiri
b. Memperkuat keyakinan bahwa prinsipnya benar
c. Bersikap tegas untuk menentukan sesuatu antara yang boleh dan tidak
boleh
2. Keras Kepala
Tentu di antara kalian ada yang mempunyai sifat ingin menang
sendiri. Apabila demikian, ia boleh dikatakan termasuk orang keras
kepala. Orang seperti ini selalu berpikir untuk menang meskipun dalam
hal sekecil apa pun. Ia tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Ia
tetap ingin mempertahankan prinsipnya bahkan mengotot dalam hal-hal
sepele.

6
Orang ini tidak peduli dengan hal-hal atau kegiatan yang dilakukan
orang lain, tidak salah jika julukan egois ditujukan kepada orang seperti
ini. Ia hanya mementingkan dan memperhatikan diri sendiri. Ia sulit
menerima kesalahan atau nasihat orang lain. Dengan demikian, keras
kepala termasuk kepribadian yang negatif. Tidak seharusnya hal tersebut
melekat pada diri kita. Berikut ini beberapa hal yang digunakan sebagai
dasar untuk memperbaiki agar tidak keras kepala yaitu:
a. Berpikir rasional tentang keuntungan atau manfaat dari hal- hal
yang diperdebatkan
b. Bersikap terbuka menerima nasihat orang lain yang justru akan
memperkaya wawasan
3. Membual
Membual sama artinya dengan omong kosong. Orang seperti ini
suka omong kosong besar, ia selalu mempunyai cerita-cerita yang
menarik terutama tentang dirinya. Ia suka menunjukkan akan kehebatan
dirinya. Ide-idenya terdengar “wah” atau bagus, kenyataannya ia tidak
dapat mewujudkannya dalam tindakan. Ia suka mengobral janji tetapi
tidak pernah menepatinya. Ia juga pandai meyakinkan orang bahwa diri
mereka lebih rendah dan selalu memuakkan.

C. KEPRIBADIAN DALAM ISLAM


Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi sistem qalbu, akal,
dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Aspek nafsani manusia
memiliki tiga daya, yaitu:
1. Qalbu (fitrah ilahiyah) sebagai aspek supra-kesadaran manusia yang
memiliki daya emosi (rasa). Qalbu memiliki kecenderungan mengatur ruh,
nafs (daya syahwat dan ghadhab) memiliki kecenderungan mengatur jasad,
sedangkan akal memiliki kecenderungan antara ruh dan jasad.
2. Akal (fitrah insaniah) sebagai aspek kesadaran manusia yang memiliki
daya kognisi (cipta) yaitu mengejar hal-hal yang realistik dan rasionalistik.

7
3. Nafsu (fitrah hayawaniyah) sebagai aspek pra atau bawah kesadaran
manusia yang memiliki daya konasi (karsa). (Hasanah, 2015: 115).

Menurut Faizah dkk (2006) menuliskan secara eksplisit bahwa di dalam al-
Qur’an terdapat tiga jenis kepribadian (nafs) yaitu :
1. Nafs Muthmainnah
Yaitu nafsu yang tenang, jauh dari segala keguncangan, selalu
mendorong berbuat kebajikan. Contohnya seperti selalu cenderung pada
ketenangan dalam beribadah, mencintai, bertaubat, bertawakal, dan
mencari ridha Allah Swt.
2. Nafs Ammarah
Yaitu nafsu yang selalu mendorong berbuat kejahatan, tunduk kepada
hawa nafsu dan syahwat panggilan setan.
Keberadaannya ditentukan oleh dua daya, yaitu: (1) syahwat yang
selalu menginginkan birahi, kesukaan diri, ingin tahu dan campur tangan
urusan orang lain, dan sebagainya; (2) daya ghadah yang selalu
menginginkan tamak, serakah, mencekal, berkelahi, ingin menguasai orang,
keras kepala, sombong, angkuh, dan sebagainya.
3. Nafs Lawwamah
Yaitu nafsu yang belum sempurna, selalu melawan kejahatan tapi suatu
saat melakukan kejahatan hingga disesalinya. (Prawira, 2013: 33).
Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang telah memperolah
cahaya qalbu, lalu ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangan antara dua
hal. Dalam upaya yaitu kadang-kadang tumbuh perbuatan yang buruk yang
disebutkan oleh watak gelapnya, namun kemudian ia diingatkan oleh
nurilahi, sehingga ia mencela perbuatannya dan selanjutnya ia bertaubat
dan beristighfar. (Hikmawati, 2015: 42).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah membagi kepribadian lawwamah menjadi
dua bagian, yaitu: (1) kepribadian lawwamahmalumah, yaitu kepribadian
lawwamah yang bodoh dan zalim; (2) kepribadian lawwamah
ghayrmalumah, yaitu kepribadian yang mencela atas perbuatannya yang
buruk dan berusaha untuk memperbaikinya. (Hikmawati, 2015: 43).

8
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulannya karakteristik kepribadian sehat itu mampu menilai diri sendiri
apa adanya; mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialami apa
adanya; mampu menilai keberhasilan dan menganggapinya secara rasional (masuk
akal); mau menerima tanggung jawab; mempunyai sifat mandiri; mampu
mengendalikan emosi; mampu merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap kegiatan
dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan yang rasional, bukan atas dasar
paksaan dari luar; peduli lingkungan, fleksibel (luwes) dalam berpikir, terbuka
terhadap orang lain; mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial; mengarahkan
hidupnya berdasarkan keyakinan agama yang dianutnya; serta kehidupan penuh
kebahagiaan.
Adapun karakteristik kepribadian sakit yaitu mudah tersinggung atau marah;
mudah cemas atau khawatir; merasa tertekan (stres atau depresi); senang
mengganggu orang lain; perilakunya sering menyimpang meskipun sudah
diperingatkan; terbiasa berbohong; hiperaktif; suka mencemooh orang lain;
kurang bertanggung jawab; pesimis dan pemarah.
Kepribadian dalam Islam meliputi nafs muthmainnah (nafsu yang tenang dan
mendorong dalam kebajikan), nafs ammarah (nafsu yang selalu mendorong
berbuat kejahatan) dan nafs lawwamah (nafsu yang belum sempurna, selalu
melawan kejahatan tapi suatu saat melakukan kejahatan).

9
DAFTAR PUSTAKA
Faizah. Effendi, Muchsin. 2006. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Hasanah, Muhimmatul. 2015. Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami.
Jurnal Ummul Qura, Vol. VI (2): 115-119.
Hikmawati, Fenti. 2015. Bimbingan dan Konseling Perspektif Islam. Jakarta: PT.
Raja Gravindo Persada.
Kartini, Sri. 2019. Mengenal Gangguan Kepribadian. Semarang: Mutiara Aksara.
Prawira, Purwa Atmaja. 2013. Psikologi Kepribadian Dengan Perspektif Baru.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Yusuf, Syamsu. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai