Anda di halaman 1dari 13

6.

BAB VI
HASIL ANALISIS
6.1 PENGGUNAAN LAHAN PANGGUNGREJO TAHUN 2017
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat lima tutupan
lahan yang teridentifikasi yakni badan air, lahan terbangun, pepohonan, pertanian, dan
vegetasi tergenang. Dengan jumlah penggunaan lahan terluas adalah lahan terbangun yakni
mencapai 98,14 ha atau 39.9 persen dari luas keseluruhan. Sedangkan penggunaan lahan
dnegan luasan terkecil adalah pepohonan dengan jumlah mencapai 1,38 ha atau 0,6 persen
dari luas keseluruhan. Maka dari itu, hasil analisis penggunaan lahan Panggungrejo dapat
dilihat pada Gambar 6.1 dan Tabel 6.1

11.9%

33.3%
14.2%

0.6%

39.9%

Badan Air Lahan Terbangun


Pepohonan Pertanian
Vegetasi Tergenang

Gambar 6.1 Pie Chart Penggunaan Lahan Tahun 2017


Tabel 6.1 Penggunaan Lahan Tahun 2017
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
Badan Air 81,95 33,3%
Lahan Terbangun 98,14 39,9%
Pepohonan 1,38 0,6%
Pertanian 34,98 14,2%
Vegetasi Tergenang 29,34 11,9%
Total Luas 245,79
Sumber: Hasil Analisis 2023

Dari Grafik 6.1 dan Tabel 6.1 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan keseluruhan
mencapai 245,79 ha. penggunaan lahan tersebut sesuai pada peta 6.1
Peta 6.1 Penggunaan Lahan Pesisir Kota pasuruan Tahun 2017
6.2 PENGGUNAAN LAHAN PANGGUNGREJO TAHUN 2022
Berdasarkan gambar 6.2 dan tabel 6.2 dapat diketahui bahwa dari kelima penggunaan
lahan, lahan terbangun menjadi penggunaan lahan terbesar di Panggungrejo. Lahan
terbangun pada tahun 2022 mencapai 104,33 Ha dimana angka tersebut mengalami
kenaikan dari tahun 2017. Luas tersebut mencapai 42,4 persen dari keseluruhan Kota
Pasuruan. diikuti Badan Air 37,9 persen. Selain itu, penggunaan lahan terbesar ketiga dan
keempat adalah vegetasi tergenang dengan 10,8 persen dan pertanian sebesar 6,8 persen
Sedangkan penggunaan lahan dengan luas terkecil adalah pepohonan dengan jumlah
mencapai 5,07 Ha ha atau 2,16 persen dari luas keseluruhan. Dimana luasan pepohonan
mengalami kenaikan dari tahun 2017.

10.8%
6.8%
2.1%
37.9%

42.4%

Badan Air Lahan Terbangun


Pepohonan Pertanian
Vegetasi Tergenang

Gambar 6.2 Pie Chart Penggunaan Lahan Pada Tahun 2022

Tabel 6.2 Penggunaan Lahan Pada Tahun 2022

Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase


Badan Air 93,12 37,9%
Lahan Terbangun 104,33 42,4%
Pepohonan 5,07 2,1%
Pertanian 16,78 6,8%
Vegetasi Tergenang 26,50 10,8%
Total Luas 245,79
Sumber: Hasil Analisis 2023
Berdasarkan data gambar dan tabel 6.2 tersebut dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
penggunaan lahan yang mengalami kenaikan dan penurunan luas dari tahun 2017.
Penggunaan lahan yang mengalami kenaikan adalah Badan Air dengan luas mencapai
93,12 ha, Lahan Terbangun dengan luas mencapai 104,33 ha, dan Pepohonan dengan luas
mencapai 5,07 ha. Sedangkan penggunaan lahan yang mengalami penurunan luasan di
tahun 2022 adalah pertanian dengan luas mencapai 16,78 ha dan Vegetasi Tergenang yakni
26,50 ha. data tersebut tertuang dan dapat dilihat pada peta 6.2
Peta 6.2 Penggunaan Lahan Pesisir Kota pasuruan Tahun 2022
6.3 PERBANDINGAN LUASAN PENGGUNAAN LAHAN TAHUN 2017 DAN
2022
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perubahan yang
disebabkan oleh alih fungsi lahan. Berdasarkan data tabel 6.3 dapat diketahui bahwa luas
lahan yang mengalami perubahan adalah 35,50 ha sedangkan lahan yang tidak mengalami
perubahan adalah 210,30 ha.

Tabel 6.3 Perubahan Luasan Penggunaan Lahan Pada Tahun 2017-2022

Perubahan Luas (Ha)


Berubah 35,50
Tidak Berubah 210,30
Sumber: Hasil Analisis 2023

Berdasarkan tabel 6.4 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan badan air mengalami alih
fungsi Lahan Terbangun, Pepohonan, dan Vegetasi Tergenang. Luas alih fungsi lahan
terbesar digunakan untuk lahan terbangun yakni mencapai 6,800931 Ha (19 persen). Alih
fungsi lahan terbesar kedua adalah vegetasi tergenang yakni mencapai 0,787248 ha atau
2,2 persen. Selanjutnya badan air juga dialihfungsikan menjadi pertanian yakni sebesar
0,741511 ha atau setara dengan 2,1 persen.

Selain itu, penggunaan lahan terbangun juga mengalami alih fungsi menjadi Badan Air,
Pepohonan, Pertanian, dan Vegetasi Tergenang. Luas alih fungsi lahan terbesar digunakan
untuk badan air yakni mencapai 0,92887 Ha atau 2,6 persen. Selanjutnya adalah vegetasi
tergenang yakni mencapai 0,10719 ha atau 0,3 persen. Lahan terbangun juga
dialihfungsikan menjadi pertanian dan pepohonan dengan masing-masing memiliki luas
sebesar 0,028292 ha dan 0 ha atau setara dengan 0,1 persen dan 0 persen.

Sementara itu, penggunaan lahan pepohonan juga mengalami alih fungsi menjadi Badan
Air, Lahan Terbangun, Pertanian, dan Vegetasi Tergenang. Luas alih fungsi lahan terbesar
digunakan untuk badan air dan lahan terbangun dengan luas masing-masing mencapai
0,078167 Ha dan 0,078792 Ha sebesar 0,2 persen. Alih fungsi lahan terbesar ketiga dan
keempat adalah pertanian dan vegetasi tergenang yakni menacapai 0 ha atau 0 persen.

Penggunaan lahan pertanian juga mengalami alih fungsi menjadi Badan Air, Lahan untuk
badan air dengan luas mencapai 18,448246 Ha atau sebesar 52 persen. Alih fungsi lahan
terbesar kedua adalah lahan terbangun yang mencapai 0,372467 ha atau setara dengan 1
persen. Serta alih fungsi untuk pepohonan dan vegetasi tergenang masing-masing seluas 0
ha (0 persen) dan 0,148594 (0,4 persen).

Selanjutnya, vegetasi terbangun. Vegatasi terbangun mengalami alih fungsi menjadi Badan
Air, Lahan Terbangun, Pertanian dan Pepohonan. Luas alih fungsi lahan terbesar
digunakan untuk badan air dengan luas mencapai 3,126666 Ha atau sebesar 8,8 persen.
Alih fungsi lahan terbesar kedua adalah lahan terbangun yang mencapai 0,00089 ha atau
setara dengan 0 persen. Serta alih fungsi untuk pertanian dan pepohonan masing-masing
seluas 0 ha (0 persen) dan 0,76419 ha (2,2 persen

Tabel 6.4 Perubahan Luasan Penggunaan Lahan Tahun 2022

Perubahan (Dari - Menjadi) Luas (Ha) Persentase


Lahan Terbangun 6,800931 19,2%
Pepohonan 3,084761 8,7%
Badan Air
Pertanian 0,741511 2,1%
Vegetasi Tergenang 0,787248 2,2%
Badan Air 0,92887 2,6%
Pepohonan 0 0,0%
Lahan Terbangun
Pertanian 0,028292 0,1%
Vegetasi Tergenang 0,10719 0,3%
Badan Air 0,078167 0,2%
Lahan Terbangun 0,078792 0,2%
Pepohonan
Pertanian 0 0,0%
Vegetasi Tergenang 0 0,0%
Badan Air 18,448246 52,0%
Lahan Terbangun 0,372467 1,0%
Pertanian
Pepohonan 0 0,0%
Vegetasi Tergenang 0,148594 0,4%
Badan Air 3,126666 8,8%
Lahan Terbangun 0,00089 0,0%
Vegetasi Tergenang
Pertanian 0 0,0%
Pepohonan 0,76419 2,2%
Luas Perubahan 35,50
Sumber: Hasil Analisis 2023

Sehingga dapat dilihat bahwa total berubahan lahan atau alih fungsi lahan adalah 35,50 ha.
Seluruh penggunaan lahan mengalami alih fungsi lahan. Agar dapat melihat dengan jelas,
dapat dilihat pada peta 6.3
Peta 6.3 Perubahan Penggunaan Lahan Pesisir Kota pasuruan Tahun 2017-2022
6.4 PENYEBAB PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
Perubahan penggunaan lahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
pertumbuhan penduduk yang menyebabkan meningkatnya permintaan akan jenis lahan
tertentu, dan migrasi tenaga kerja karena struktur ekonomi dan kebijakan pemerintah
menyebabkan migrasi atau perpindahan lahan (Z. Hidayah & Suharyo, 2018). Pola umum
perubahan lahan yang dijelaskan oleh Eko & Rahayun (2012) dan Z. Hidayah & Suharyo
(2018) adalah bahwa perubahan penggunaan lahan dapat berkontribusi terhadap
pertumbuhan luas penggunaan lahan dalam satu kategori atau lebih, diikuti dengan
pengurangan luas kategori lain selama periode waktu tertentu. Artinya perubahan
penggunaan lahan di suatu wilayah dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan.

Berdasarkan hasil analisis dan beberapa sumber-sumber lainnya, dapat disimpulkan bahwa
seluruh penggunaan lahan mengalami alih fungsi lahan, terutama untuk badan air dan
lahan terbangun. Hal ini disebabkan karena menigkatnya kebutuhan lahan menyebabkan
penduduk mulai membangun permukiman ilegal dan kumuh disekitar pesisir sehingga
menyebabkan abrasi.

Abrasi terjadi karena banyaknya pembangunan di sekitar pesisir, terutama permukiman


baru dan permukiman ilegal. Permukiman ilegal yang dibangun tanpa sarana prasarana
yang memadai menyebabkan garis pantai berubah, abrasi, hingga banjir rob. Sehingga
badan air semakin meluas tiap tahunnya. Hal tersebut merupakan alasan utama mengapa
badan air menjadi lahan terluas dalam mengalihfungsikan lahan lainnya karena faktor
lahan terbangun. Alasan dibangunnya kawasan permukiman di sekitar pesisir karena faktor
ekonomi dan mata pencaharian, dimana rata-rata penduduk bekerja sebagai nelayan.

Salah satu penggunaan lahan yang banyak mengalihfungsikan penggunaan lahan lainnya
adalah lahan terbangun, seperti permukiman dan fasilitas pendukung kehidupan lainnya.
hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya yang
menyababkan kenaikan pemenuhan lahan hunian. Saat ini, kabupaten Pasuruan khususnya
Kecamatan Panggungrejo dapat dikatakan tumbuh cukup pesat, dapat dilihat melalui
jumlah bangunan infratruktur seperti rumah sakit, hotel, pertokohan dan lain lain.

Selain itu, Berdasarkan sumber lainnya Kecamatan Panggungrejo mengalami kenaikan


luas permukiman atau lahan terbangun terutama di kawasan pesisir. Perubahan
penggunaan lahan permukiman di Kecamatan Panggungrejo selama 10 tahun bertambah 1
hektar dari semula 12 hektar menjadi 13 hektar. Demikian pula di Desa Panggungrejo, luas
alih fungsi lahan meningkat dengan bertambahnya luasan mangrove sebesar 0,57 hektar
dari 7,08 hektar menjadi 7,65 hektar. Kedua perubahan peningkatan luas konversi lahan
tersebut berbanding terbalik dengan penurunan luas tambak yang menurun sebesar 0,47 ha
dari semula 35,45 ha menjadi 34,98 ha. Luas lahan Kecamatan Tanggungrejo juga
berkurang 0,5 hektar dalam 10 tahun, dari 2,61 hektar menjadi 2,11 hektar (B. Akhmad;
R.R. Meisandy, 2021). Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya alih fungsi pada badan
air, vegetasi tergenang, hingga pepohonan terutama mangrove.

Adapun permasalahan alih fungsi yang disebabkan oleh perluasan lahan terbangun adalah
berkurangnya luasan lahan pertanian. Hal in disebabkan karena pembangunan permukiman
kumuh oleh masyrakaat. Pembangunan ini menyebabkan beberapa bencana dan
permasalahan karena permukiman kumuh tersebut tidak memiliki prasarana yang
memadai. Permukiman ini terbangun di beberapa titik pada kawasan pertanian khususnya
di sekitar pesisir dan pelabuhan. Berdasarkan beberapa sumber yang ada, permukiman
kumuh di kawasan Pelabuhan Kota Pasuruan memiliki drainase yang kurang baik sehingga
ketika air laut mengalami kenaikan sering terjadi banjir Rob. Berdasarkan berita dari Radar
Bromo tanggal 06 Juni 2020 sebanyak 8 kelurahan terendam banjir rob sekitar 30-50 cm
diantaranya kelurahan Panggungrejo, kelurahan Ngemplakrejo, dan kelurahan
Mandaranrejo (Radar Bromo, 2020).

Selain itu, lahan pepohonan juga penggunaan lahan lainnya dialihfungsikan. Namun,
berbeda dengan kasus-kasus sebelumnya yang merugikan banyak lahan. Kasus alih fungsi
lahan karena pepohonan ini disebabkan oleh pemerintah dan masyarakat mulai menanam
mangrove atau bakau terutama badan laut dan lahan terbangun disekitar pesisir. Salah satu
contoh adalah untuk mencegah abrasi dan melestarikan alam serta menghijaukan pantai,
Kodim 0819/Pasuruan melaksanakan kegiatan penghijauan dengan melakukan penanaman
Mangrove di sekitar pantai Pasuruan sebanyak 1.500 bibit di tahun 2022. Hal tersebut yang
menyebabkan adanya alih fungsi lahan karena perluasan kawasan pepohonan di seluruh
penggunaaan lahan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab alih fungsi lahan di seluruh penggunaan
lahan adalah pembangunan permukiman kumuh di sekitar pesisir sehingga menyebabkan
abrasi dan perluasan badan air.
6.5 UPAYA PENANGANAN PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN
Dampak terbesar dari alih fungsi ini adalah abrasi pantai, sehingga terdapat beberapa
upaya yang dapat dilakukan agar masyarakat dapat tinggal di kawasan yang nyaman
dengan fasilitas yang terpenuhih dan pencegahan dan penanganan abrasi.

6.5.1 Mitigasi Struktural


A. Gundukan batu berguna untuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai. dan
untuk menenangkan gelombang. sehingga merungaki perubahan garis pantai

Gambar 6.3 Gundukan Batu


2. Revetment, struktur pelindung pantai yang dibuat di sepanjang pantai dengan
permukaan miring.

Gambar 6.4 Revetment


3. Seawall, yakni struktur yang dibuat di depanjang pantai tetapi cenderung tegak atau
lengkung. 
Gambar 6.5 Seawall
4. Groin, yakni struktur pengaman pantai dengan bentuk cenderung tegak lurus ke
arah pantai.

Gambar 6.6 Groin


5. Reklamasi, Upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan
kajian terlebih dahulu sebelum melakukan pembangunan atau kegiatan yang dapat
mempenagruhi pantai
6. Membangun Permukiman baru untuk seluruh masyarakat pesisir di lokasi yang
masih berdekatan dengan kawasan pesisir untuk mempermudah penduduk yang
bermata pencaharian nelayan.
7. Menyelengarakan Penanaman Pohon Bakau serentak agar. Hal ini juga berkaitan
dengan anggran yang harus dikeluarkan pemerintah. Hal ini disebabkan karena
banyak masyarakat menanam bakau menggunakan anggaran dan lahan
pribadi.Pohon bakau merupakan jenis pepohonan yang akarnya dapat menjulur ke
dalam air pantai. Biasanya pohon bakau ditanam sejajar garis pantai untuk
sekaligus membatasi daerah air dengan daerah pantai yang berpasir.  Akar pohon
bakau yang kuat akan menahan gelombang dan arus laut yang mengarah ke pantai
agar tidak menghancurkan bebatuan dan tanah di daerah pantai
6.5.2 Mitigasi Non Struktural
Melakukan pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat terkait pentingnya menjaga
kawasan peisisr terutama hutan mangrove. Himbauan untuk penanaman hutan bakau perlu
dilakukan disertai dengan peraturan ketat mengenai hutan bakau, baik penebangan maupun
penanaman. Peraturan ini harus dijalankan dengan benar serta bersifat memaksa. Jika
adanya pelanggaran maka harus dikenkan hukuman yang setimpal. Oleh karena itu, perlu
adanya edukasi terhadap masyrakat terutama masyakrat pesisir. Dimana bakau sangat
berpengaruh terhadap adanya abrasi

Anda mungkin juga menyukai