Plan C: 30 ml/kg/2 jam cairan 1/2 darrow, KA-EN 3B (usia >3bl) dan KAEN 4 B (usia <3bl).
Plan B: 70 ml/kg/6 jam cairan 1/2 darrow, KA-EN 3B (usia >3bl) dan KAEN 4 B (usia <3bl).
Defisit (70 ml) + rumatan (100 ml) + "on going losses" (25 ml) x 2 (hari) = ±400 ml/kg,
diberikan dalam waktu 48 jam.
Jenis cairan 1⁄2 darrow, (KA-EN 3B,).
KA-EN 1B: sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui. Pada prematur
atau bayi baru lahir sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml.
KA-EN 3A, KA-EN 3B: sebagai larutan rumatan untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas.
KA-EN 4A: sebagai larutan infus rumatan untuk bayi dan anak tanpa mengandung kalium,
sehingga dapat diberikan pada pasien dengan kadar kalium serum normal
KA-EN 4B: sebagai larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia <3 tahun.
Gastritis
Gastritis
Tertelan darah ibu Tukak stres Gastritis Esofagitis Esofagitis
hemoragis Diatesis perdarahan Benda Tukak stres Tukak stres Gastritis
asing Sind. Mallory Weiss Esofagitis
Stenosis pilorik Sind. Mallory Weiss Varises esofagus Tukak peptik
Benda asing Malformasi vaskular
Malformasi vaskular Sind. Mallory
Malformasi vaskular Weiss
Varises
esofagus
GIT Bawah
NEC
Duplikasi usus
DIC
Sindrom hemolitik Sindrom hemolitik uremik
uremik
Intususepsi
Enterokolitis pseudo membranosa
Enterokolitis pseudo
Volvulus usus tengah membranosa
(midgut)
Kolitis infeksi
Sumber: Quak1
Pada semua pasien dengan perdarahan saluran gastrointestinal (GIT) perlu dimasukkan pipa
nasogastrik dengan melakukan aspirasi isi lambung. Hal ini terutama penting apabila
perdarahan tidak jelas. Tujuan dari tindakan ini adalah:
Perlu diingat bahwa tidak adanya darah dari lambung tidak selalu menyingkirkan
perdarahan GIT, karena perdarahan mungkin telah berhenti atau sumber perdarahan mungkin
di bagian distal pilorus yang kompeten.4,5
Penampilan Klinis
Bilas nasogastrik
Obstruksi Enema Ba
Bedah
Non – Obstruksi
Evaluasi laboratorium
- Pembiakan tinja
- Sken (Scan) Meckel
- Enema Ba kontras
udara
- Kolonoskopi
Maternal Hemofilia
Penggunaan NSAIDS oleh ibu
Purpura trombositopenik idiopatik maternal
Sumber: Chin6
Laboratorium4,5
1. Darah lengkap :
Perdarahan yang baru terjadi mungkin tidak mengubah hemoglobin atau hematokrit
tetapi MCV bisa rendah pada perdarahan kronis berderajat ringan. Peningkatan
eosinofil dapat menunjukkan kolitis alergi.
2. Laju endap darah :
Peningkatan KED dapat menandai penyakit usus beradang.
3. Koagulasi :
Profil koagulasi untuk menyingkirkan kelainan perdarahan.
4. Uji fungsi hepar :
Apabila ada tanda hipertensi portal atau penyakit hati kronis.
5. Tinja encer :
Pembiakan tinja dan toksin C. difficile
6. Uji fungsi renal:
Nilai urea yang tinggi merupakan kunci untuk mendiagnosis sindrom uremik hemolitik
atau dapat menandakan adanya dehidrasi.
Pencitraan4,7,8
sensitif. Studi kontras dapat merupakan indikasi pada pasien dengan disfagia atau odinofagia.
USG perlu dilakukan apabila ada penyakit hati.
2. Hematoskesia:
Studi kontras hendaknya jangan merupakan awal evaluasi. Endoskopi lentur lebih baik.
Yang menjadi perkecualian adalah adanya kecurigaan intususepsi, dan USG perlu
dilakukan (dan apabila sudah pasti, enema barium dilakukan untuk reduksi).
3. Perdarahan masif tanpa sakit:
Meckel scan merupakan prosedur terpilih. Negatif semu dapat disebabkan karena tidak
cukup terdapat jaringan lambung, down stream washout dari isotop, gangguan pasokan
darah atau teknik yang suboptimal. Ulangan scan Meckel dengan demikian diperlukan
untuk mengetahui jenis jaringan lambung.
4. Perdarahan yang tidak tampak pada saluran GI bawah. Scan sel darah merah yang diberi
label teknetium dapat membantu menetapkan lokasi, tetapi memerlukan perdarahan
aktif >0.5 ml/menit.
Indikasi untuk endoskopi saluran gastrointestinal bawah meliputi hematoskesia atau melena
sesudah menyingkirkan kemungkinan sumber GIT atas.7
Penanganan
1. Penanganan umum
Penilaian awal pada setiap anak dengan perdarahan GIT perlu dipertajam serta dipercepat. Dua
persoalan yang perlu segera diperhatikan adalah: status volume darah pasien dan
kecenderungan perdarahan yang akan terus berlangsung. Penampilan anak, status mental,
tekanan darah, detak jantung merupakan cermin dari status anak, sedangkan potensi terjadinya
perdarahan yang terus berlangsung akan terlihat atau dapat diperkirakan dari riwayat penyakit
dan pemeriksaan fisik.
Stabilisasi awal ditujukan untuk mencegah atau mengatasi hipovolemia dan anemia yang berat.
Tujuan pemberian cairan bolus awal adalah untuk perfusi jaringan. Setelah pemberian bolus
cairan awal sebanyak 10-20 ml/kg selama 10 menit, lanjutkan bolus secara pelan (titrasi) untuk
menjaga tekanan darah dan perfusi jaringan. Pilihan cairan paling baik dapat dilihat
berdasarkan kemudahan dan tersedianya cairan. Apabila lebih dari 50-70 ml/kg yang
diperlukan dalam waktu 4-6 jam, perlu dipertimbangkan pemantauan invasif untuk
memudahkan penanganan cairan. Cairan dan/atau koloid yang sesuai kemudian dapat mulai
diberikan. Prosedur diagnostik lanjut, hendaknya dilakukan bila resusitasi yang sesuai sudah
tercapai.8,9,10
Tindakan
- Letakkan pasien dalam posisi terlentang dengan tungkai dinaikkan. Pada perdarahan yang
masif, pasien perlu diletakkan dalam posisi tengkurap untuk mencegah aspirasi.
- Selanjutnya masukkan kanula intravena ukuran besar. Apabila isian vena (venous
filling) buruk, dapat dilakukan venaseksi atau tusuk subklavia segera.
- Upayakan flow chart yang baik untuk pemasukan dan pengeluaran.
- Lakukan uji laboratoris yang meliputi: golongan darah dan cross match, pemeriksaan
darah lengkap, hematokrit, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, BUN,
- Perbaiki volume intravena dengan larutan kristaloid (garam fisiologis, Ringer laktat)
- Bilas nasogastrik dengan garam fisiologis dingin. Pembilasan perlu dilanjutkan sampai
kembalinya warna merah muda atau jernih. Pipa perlu tetap terpasang untuk keperluan
drainase pasif sesuai gravitasi dan juga untuk menilai ada tidaknya perdarahan dengan
cara melakukan isapan dan irigasi pelan setiap 15 menit.
Apabila isi lambung jernih setelah dibilas, dan tidak ada perencanaan endoskopi segera,
irigasi lambung dilakukan setiap 15 menit selama satu jam dan selanjutnya setiap tiga
jam selama 12-24 jam. Apabila kondisi pasien stabil dan cairan lambung kembali jernih,
pipa nasogastrik dapat diangkat. Mual dan muntah yang persisten atau adanya ileus
merupakan tanda bahwa drainase perlu dilanjutkan. 11,12