2021, Tatalaksana Kedaruratan Psikiatri DM Psikiatri
2021, Tatalaksana Kedaruratan Psikiatri DM Psikiatri
Azimatul Karimah
10/04/2023 -uci-
Penyebab
Biologi (organik) Lingkungan
- Penyakit otak
- Segala kondisi yang - Pengaruh stresor
memperngaruhi otak psikososial dan kultural
10/04/2023 -uci-
Petunjuk Dari Lingkungan
• Orang di lingkungan sekitar dapat memberi petunjuk:
• Riwayat sosial
• Kondisi kehidupan
• Ketersediaan dukungan
• Tingkat aktivitas
• Riwayat pengobatan
• Penampilan umum
• Perilaku
1. Bunuh diri
10/04/2023 -uci-
Ketika sekolah tidak
lagi menjanjikan
kenyamanan
Ketika teman menjadi
sumber rasa iri dan
sakit hati
Percobaan Bunuh diri (Suicidal attempts)
• Tindakan yang fatal yang mewakili keinginan untuk mati
• Percobaan yg dilakukan seseorang untuk mengakhiri emosi, perasaan dan pikiran
yg tak dapat ditoleransi lagi.
• Kematian bukan tujuan utama dari bunuh diri tapi berhenti/keluar dari
kehidupan untuk mengatasi nyeri psikologik (pain) dan
menurunkan ketegangan yg tak tertahankan.
• Rentang : pikiran/ide bunuh diri – tindakan bunuh diri
• Rencana bunuh diri : hari- tahun ada juga yang seketika (impulsif)
SELF-Harm
(Parasuicidal)
10/04/2023 -uci-
Prevalensi (%) Keinginan Untuk Bunuh Diri,
RISKESDAS 2013
0.6
0.8
Laki-laki Perempuan
Prevalensi (%) keinginan untuk bunuh diri
berdasarkan kota dan desa, RISKESDAS 2013
5
0
Kota Desa
Laki-laki Perempuan
Prevalensi (%) keinginan untuk bunuh diri
berdasarkan kelompok umur, RISKESDAS 2013
5
3
2.1
2
1.2 1.4
0.9 0.70.9 0.8 0.8 0.9
1 0.6 0.6 0.6 0.50.7
0
15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 65 - 74 75+
Laki-laki Perempuan
Prevalensi (%) keinginan untuk bunuh diri
berdasarkan tingkat pendidikan,
RISKESDAS 2013
5
4
3
2
0.7 0.9
1 0.5 0.5
0
SMP ke bawah SMA ke atas
Laki-laki Perempuan
Prevalensi (%) keinginan untuk bunuh diri
berdasarkan status pekerjaan, RISKESDAS
2013
5
4
3
2
0.8 1
1 0.5 0.6
0
tidak bekerja bekerja
Laki-laki Perempuan
Prevalensi (%) keinginan untuk bunuh diri
berdasarkan kuintil ekonomi, RISKESDAS
2013
5
4
3
2
0.8 1
1 0.6 0.7
0
kuintil 1-2 kuntil 3-5
Laki-laki Perempuan
Lima Gejala Terbanyak Penduduk Yang Mengalami
Gangguan Mental Emosional.
Sumber: Sri Idaiani, Dkk,
Faktor Resiko
-uci-
Perilaku Parasuisidal (2)
• Pasien mengaku tidak merasa kesakitan
• Alasan : marah pada diri sendiri atau orang lain, mengurangi ketegangan atau
berharap mati
• Penyalahgunaan alkohol, dan pernah mencoba bunuh diri
• Self-mutilation dipandang sebagai penghancuran terhadap diri sendiri (self-
destruction) yang terlokalisasi disertai ketidak mampuan mengendalikan
dorongan agresif
• disebabkan oleh keinginan tak sadar untuk menghukum diri sendiri atau obyek
lain
-uci-
Pasien dengan depresi + ide bunuh diri
10/04/2023 -uci-
Tanda Dan Gejala Risiko Bunuh Diri
• Perilaku percobaan bunuh diri sebelumnya atau ide-ide untuk bunuh diri
• Anxietas, depresi dan kelelahan
• Adanya riwayat bunuh diri pada keluarga
• Makna bunuh diri untuk pasien
• Adanya ide-ide bunuh diri yang diungkapkan
• Adanya persiapan untuk bunuh diri
• Adanya krisis kehidupan, misalnya berkabung
• Rasa pesimis dan ketidakberdayaan yang pervasif
10/04/2023 -uci-
Bila bertemu pasien Bunuh diri….
10/04/2023 -uci-
Menanyakan tentang perilaku melukai diri
sendiri tidak memprovokasi perilaku
tersebut.
10/04/2023 -uci-
Tanda Dan Gejala Risiko Bunuh Diri
• Perilaku percobaan bunuh diri sebelumnya atau ide-ide untuk bunuh diri
• Anxietas, depresi dan kelelahan
• Adanya riwayat bunuh diri pada keluarga
• Makna bunuh diri untuk pasien
• Adanya ide-ide bunuh diri yang diungkapkan
• Adanya persiapan untuk bunuh diri
• Adanya krisis kehidupan, misalnya berkabung
• Rasa pesimis dan ketidakberdayaan yang pervasif
10/04/2023 -uci-
Asesmen
1. Status mental – depresif, psikotik, intoksikasi
2. Riwayat percobaan bunuh diri atau ide bunuh diri sebelumnya
3. Riwayat keluarga: impulsivitas/destruktif atau gangguan jiwa lain
4. Dukungan atau kontak
5. Jika terjadi percobaan bunuh diri pemahaman pasien akan apa yang telah dia
lakukan dan apa yang sebenarnya diinginkan terjadi
6. Kejadian yang berkontribusi pada keputusan melakukan percobaan bunuh diri
7. Tingkat orientasi masa depan pasien dan harapan perbaikan atau tingkat
keputusasaan (bukti langsung dan tidak langsung)
8. Pertimbangan klinis pewawancara tentang kualitas respon pasien
9. Apakah ada risiko terhadap orang lain terkait rencana bunuh diri pasien
10. Ide bunuh diri pasien saat ini, rencana/tindakan, dan sarana yang tersedia
Penatalaksanaan Bunuh diri
Area observasi
• Lokasi mudah diobservasi, dekat dengan tempat sumber daya terbanyak
• Area/kamar yang lapang dan mudah diawasi
• Kaca yang aman
• Fitting yang aman (tidak dapat digantungi pakaian, ikat pinggang; gantungan
gorden yang mudah terlepas jika dibebani)
Tingkat Observasi
• Dalam jangkauan
• Risiko bunuh diri sangat tinggi
• Kondisi psikotik/impulsivitas tak terduga
• Mungkin perlu lebih dari satu perawat
• Di ruang yang sama dalam pandangan mata
• Risiko tinggi bunuh diri tanpa impulsivitas/psikotik
• Pengawasan 1 : 1 oleh perawat di ruang yang sama dan selalu diawasi
• Observasi ketat
• Risiko lebih tinggi dari rata-rata pasien
• Waktu observasi harus bervariasi tidak dapat diprediksi
Perlu Diperhatikan Dalam Rawat Jalan
• Pelaku rawat (caregiver)harus mendapat informasi tentang kondisi mental, obat-obatan,
pencetus tindakan bunuh diri, dan tingkat risikonya
• Dokter umum pasien harus mendapat detil pengobatan
• Pelaku rawat dan pasien harus mempunyai orang atau organisasi yang dapat dikontak 24
jam untuk dukungan darurat
• Pelaku rawat diinformasikan tentang tingkat supersivis yang diperlukan pasien
• Harus ada asesmen profesional yang terus menerus oleh tim multidisiplin dengan jadwal
pemeriksaan untuk kajian
• Kontrol rawat jalan harus diprioritaskan
• Pelaku rawat harus mampu merespon perubahan kondisi pasien
• Lingkungan fisik pasien harus aman
• Dukungan bagi pelaku rawat hendknya tersedia, karena mereka berada dalam kondisi
stres terkait beban tanggung jawab mereka
Pencegahan Bunuh Diri
10/04/2023 -uci-
Tanda Perilaku Kekerasan Yang Tertunda
• Adanya perilaku kekerasan dalam waktu dekat sebelumnya
• Ancaman verbal atau fisik
• Membawa senjata atau alat lainnya yang dapat digunakan
untuk senjata (batang besi, tali dll)
• Agitasi psikomotor yang progresif (makin memberat)
• Intoksikasi alkohol
• Gambaran paranoid pada pasien psikotik (halusinasi/waham)
• Pasien gangguan jiwa lain (mania, depresi, ggn kepribadian dll)
10/04/2023 -uci-
Faktor Risiko Perilaku Kekerasan
• Perhatikan adanya ide-ide kekerasan, rencana, keinginan, persiapan alat-alat
• Perhatikan faktor demografik: laki-laki, usia (15-24), status sosial ekonomi
rendah, sedikitnya dukungan sosial
• Perhatikan riwayat sebelumnya: perilaku kekerasan, perilaku antisosial namun
tidak mengarah kepada kekerasan, impuls yang tidak terkontrol (judi, psikotik,
penggunaan zat psikoaktif, bunuh diri atau perilaku melukai diri sendiri)
10/04/2023 -uci-
Penatalaksanaan Agitasi & Agresivitas
(Kondisi Gaduh Gelisah)
1. Perlindungan diri
Kenali dan dapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya sebelum
menemui pasien
meminta orang yang lebih mampu untuk melakukan fiksasi fisik (mekanik)
tetap waspada dengan resiko agresifitas berikutnya
Meminta orang lain untuk menemani atau orang sekitar
bangun hubungan yang baik dengan pasien (co : tidak membantah pasien
paranoid)
Penatalaksanaan Agitasi & Agresivitas
(Kondisi Gaduh Gelisah)
2. Mencegah perlukaan
Mencegah pasien agar tidak melukai diri sendiri atau bunuh diri
Mencegah kekerasan terhadap orang lain. Lakukan evaluasi singkat
terhadap resiko kekerasan , bila mendapatkan situasi demikian:
1. Perilaku kekerasan tidak diterima
2. Jangan menakut-nakuti
3. tenangkan pasien
4. tawarkan bantuan/pengobatan
5. Informasikan fiksasi bisa berguna
6. Persiapkan fiksasi
7. Setelah fiksasi, monitor, rencana tindak lanjut
Mengatasi Agitasi
Fiksasi Kimia/
Fiksasi Fisik/mekanik
Medikamentosa
(Physical Restraint)
(Chemical Restraint)
Restrain dan Seklusi
Mekanikal
Indikasi Restraint
• Pasien menjukkan perilaku beresiko yang membahayakan
• Tahanan pemerintah yang dirawat di rumah sakit
• Pasien yang membutuhkan tatalaksana emergensi yang berhubungan
dengan kelangsungan hidup
• Pasien yang emmerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan
yang aman
• Restraint digunakan jika intervensi restriktif lain tidak efektif
melindungi pasien, staf atau orang lain dari ancaman bahaya
PANSS-EC
(Positive and Negative Schizophrenia Score - Emergency Care)
P7 Permusuhan (Hostility)
G4 Ketegangan (tension)
G8 Ketidakkooperatifan (uncooperativeness)
5=agak 7=sangat
1= tidak ada 2=minimal 3= ringan 4=sedang 6= berat
berat berat
Jaket restrain
Restraint bed
Fiksasi Fisik/mekanik
tindakan perawatan dengan menggunakan alat yang tidak keras dan
dipasang/digunakan pada anggota gerak tubuh.
Prosedur (1)
1. Jelaskan alasan fiksasi dan pentingnya
(Information for consent)
2. Mintalah persetujuan
keluarga/penanggungjawab pasien
Tidak tersedia
Tidak tersedia
Fiksasi Kimia/ Medikamentosa (2)
• Chlorpromazine:
• Jangan diberikan bila TD ≤ 90/60 mmHg.
• Berikan injeksi 25-50 mg Chlorpromazine i.m.
• Monitor tekanan darah 15 menit dan 30 menit setelah suntikan.
• Ulangi pemberian Chlorpromazine setiap 30’-60’ sampai tercapai kontrol
yang adekuat terhadap gaduh gelisahnya.
• Haloperidol:
• Berikan injeksi 5-10 mg. Haloperidol i.v. / i.m.
• Ukur tekanan darah 15’ dan 30’ post injeksi.
• Ulangi inj. haloperidol tiap 30 menit sampai tercapai kontrol yang adekuat.
• Jika pasien tidak berespons setelah 2 dosis neuroleptika, penambahan
benzodiazepine dapat membantu.
Fiksasi kimia/medikamentosa (3)
• Kombinasi haloperidol dan lorazepam/diazepam:
• Berikan injeksi 2,5-5 mg. haloperidol i.v./i.m. dan diazepam 5-10 mg i.v.
• Injeksi diazepam i.v. perlahan-lahan
(siap resusitasi).
• Pemberian diulang tiap 30 menit sampai ada respon yang cukup.
• Olanzapine
- Injeksi Olanzapine 10mg i.m, diulang setelah 90 menit
- Teknik pencampuran obat dan pemasangan jarum
Dampak Negatif Restraint
Fisik Psikologis
Atrofi otot Depresi
Menurunnya densitas tulang Penurunan kognitif
Ulkus Decubitus Isolasi emosional
Infeksi nosocomial Kebingungan (confusion)
Strangulasi
Penurunan fungsional tubuh
Stress kardiak
Inkontinensia
3. Perkosaan & Kekerasan Seksual
Perkosaan Dan Kekerasan Seksual
• Pelibatan dalam kegiatan seksual, dimana ia sendiri tidak sepenuhnya memahami
atau tidak mampu memberi persetujuan,
• Tanda : adanya aktivitas seksual memberikan kepuasan bagi orang tersebut
riwayat dan/atau tanda penetrasi, persetubuhan, pengakuan adanya
pelecehan seksual atau bentuk kekerasan seksual lainnya
• Perkosaan membutuhkan intervensi segera dan tepat
• Korban perkosaan akan menderita/merasa terancam seumur hidup
10/04/2023 -uci-
Perkosaan
• Kebanyakan pelaku = laki2, korban = perempuan.
• Resiko tertinggi korban = perempuan (usia 16- 24 tahun )
• Pelaku biasanya dikenal korban
• 20% perkosaan lebih dari 1 orang (gang rape).
• Korban biasanya berpikir apa dirinya penyebab perkosaan itu
10/04/2023 -uci-
Ciri-Ciri Korban Kekerasan (Seksual)
10/04/2023 -uci-
Alur Penanganan Kekerasan di Puskesmas
Alur Rujukan RS yang belum Mempunyai
PKT/PPT
Tatalaksana Kekerasan
Tatalaksana Medis Tatalaksana kekerasan seksual
• Tangani kegawatdaruratan Tambahan:
• Tangani luka • Mencegah kehamilan (bila perlu)
• Bila curiga patah tulang, lakukan rontgen dan • Berikan Kontrasepsi Darurat (Kondar) apabila
penangan yang sesuai kejadian perkosaan belum melebihi 72 jam.
• Bila curiga perdarahan dalam, lakukan USG atau • Periksa, cegah dan obati infeksi menular
rujuk, tetap beri dukungan pada anak seksual atau rujuk ke Rumah Sakit.
• Pastikan keamanan anak • Berikan konseling untuk pemeriksaan HIV/AIDS
• Tuliskan dalam rekam medis, dan berikan surat- dalam 6-8 minggu atau rujuk bila perlu.
surat yang diperlukan.
• Buatkan VeR bila ada permintaan resmi dari
polisi
• Informasikan dengan hati-hati hasil temuan
pemeriksaan dan kemungkinan dampak yang
terjadi,
• Pada anak dengan status gizi buruk atau kurang
diberikan makanan tambahan dan konseling gizi
kepada orang tua/keluarga.
Prinsip Penanganan Kedaruratan Psikiatri
10/04/2023 -uci-
Penatalaksanaan Kedaruratan Psikiatri
1. Perlindungan diri
Kenali dan dapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya
sebelum menemui pasien
meminta orang yang lebih mampu untuk melakukan
fiksasi fisik (mekanik)
tetap waspada dengan resiko agresifitas berikutnya
Meminta orang lain untuk menemani atau orang sekitar
bangun hubungan yang baik dengan pasien (co : tidak
membantah pasien paranoid)
Penatalaksanaan Kedaruratan Psikiatri (2)
2. Mencegah perlukaan
Mencegah pasien agar tidak melukai diri sendiri atau bunuh diri
Mencegah kekerasan terhadap orang lain. Lakukan evaluasi singkat
terhadap resiko kekerasan , bila mendapatkan situasi demikian:
1. Perilaku kekerasan tidak diterima
2. Jangan menakut-nakuti
3. tenangkan pasien
4. tawarkan bantuan/pengobatan
5. Informasikan fiksasi bisa berguna
6. Persiapkan fiksasi
7. Setelah fiksasi, monitor, rencana tindak lanjut
Intervensi Krisis
• Tenang dan langsung
• Jauhkan orang-orang yang mengganggu
• Duduk 45 º
• Jangan menghakimi
• Yakinkan klien
• Dorong dan Rencanakan kegiatan bersama
• Temani pasien
• Bawa semua obat2an
Azimatul Karimah
azimatul.karimah@fk.unair.ac.id, uci.nugroho@gmail.com
+62-81-55-44444-06
Uci Nugroho