Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, struktur demografi Indonesia sedang didominasi oleh penduduk
usia produktif dengan relative tingginya pertumbuhan penduduk usia muda.
Fenomena ‘bonus demografi’ ini harus dipandang sebagai (window of
opportunity) untuk mempercepat laju pembangunan. Seluruh energi dan
sumber daya negara, terutama sumber daya manusia dan anggaran, dapat
digunakan secara lebih terfokus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat. Ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga
beberapa tahun ke depan sampai tiba pada fase puncaknya, di mana rasio
ketergantungan (dependency ratio) antara jumlah penduduk usia non-produktif
terhadap jumlah penduduk produktif berada di titik terendah.
Pancasila selalu merupakan satu kesatuan, sila yang satu tidak bisa
dipisah-pisahkan dari sila yang lainnya.Keseluruhan sila di dalam merupakan
suatu kesatuan organis atau suatu kesatuan keseluruhan yang bulat.Adapun
susunan sila-sila Pancasila adalah sistematis-hierarkhis, artinya kelima sila
Pancasila itu menunjukan suatu rangkaian urut-urutan yang bertingkat
(hierarkhis).Tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian
susunan kesatuan itu.Sehingga tidak dapat digeser-geser atau dibalik-
balik.Sekalipun sila-sila di dalam Pancasila itu merupakan suatu kesatuan yang
tidak bisa dilepas-pisahkan satu dari yang lainya, namun dalam hal memahami
hakekat pengertiannya sangatlah diperlukan uraian sila demi sila.
Pancasila sebagai landasan Falasafah negara Indonesia, sehingga setiap
elemen yang berada dalam kawasan negara tersebut wajib memahami dan
menjalankannya dalam kehidupan berbangsa dan berbegara. Sehingga muncul
sebuah wacana revitaliasasi yang bertujuan menghijau segarkan dalam setiap
pemikiran watak masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
merupakan nilai yang digali dari realitas sosio-kultural masyarakat Indonesia
sejak lama.Kebiasaan dan harapan bangsa merupakan bahan-bahan dasar
perumusan Pancasila itu sendiri. Dapat disimpulakan bahwa Pancasila
merupakan representasi dari tataran realitas dan tataran idea masyarakat

1
Indonesia. Sehingga, semangat awal kehadiran Pancasila sesungguhnya adalah
untuk meletakkan dasar acuan bertindak dan arah perjalanan kemana bangsa
ini akan dibawa.
Berikut ini akan di paparkan mengenai definisi dari revitalisasi dalam
rangka mengungkap makna sesungguhnya sebelum mensikroniasasikannya
dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Revitalisasi menurut kamus besar Bahasa
Indonesia mempunyai arti proses, cara dan perbuatan yang menghidupkan
kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi
berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital
mempunyai arti sangat 10 pentingatau perlu sekali. Dalam kamus Sosiologi
revitalisasi dapat dirtikan suatu proses mendapatkan kebudayaan yang lebih
memuaskan dengan penerimaan pola inovasi berganda, melalui gerakan-
gerakan tertentu, (Mustofa, basri dan Elsa vindi. 2011:271). Pengertian melalui
bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti membangkitkan kembali vitalitas.
Jadi, revitalisasi secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan
sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.Hakekat revitalisasi adalah
menghidupkan atau menggiatkan kembali suatu tempat atau organiasi yang
memiliki aset potensial.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana konsep dan filosofi Pancasila?
B. Bagaimana tantangan era modernisasi terhadap nilai-nilai Pancasila?
C. Bagaimana strategi dalam revitalisasi nilai-nilai Pancasila di Era
Modernisasi?
D. Bagaimana implementasi revitalisasi nilai-nilai Pancasila?
E. Bagaimana inisiatif falam revitalisasi nilai-nilai Pancasila di Indonesia?

1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui konsep dan filosofi Pancasila
B. Untuk mengetahui tantangan era modernisasi terhadap nilai-nilai Pancasila
C. Untuk mengetahui strategi dalam revitalisasi nilai-nilai Pancasila di Era
Modernisasi?

2
D. Untuk mengetahui implementasi revitalisasi nilai-nilai Pancasila?
E. Untuk mengetahui inisiatif falam revitalisasi nilai-nilai Pancasila di
Indonesia?

1.4 Manfaat
A. Segi Teori
Dari segi teori, makalah ini akan menggali dan mengkali peranan
masyarakat Indonesia dalam upaya merevitalisasi nilai-nilai Pancasila
B. Segi Praktik
Selain memberikan manfaat dari segi teori, makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat dari segi praktik bagi beberapa pihak berikut :

A. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan


dalam melaksanakan sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai Pancasila
kepada warga negara.
B. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan dalam
pemanfaatan organisasi kemasyarakatan/kemahasiswaan sebagai wadah
sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai Pancasila sehingga dapat
dipraktekan dalam setiap aspek kehidupannya.
C. Bagi organisasi massa/organisasi kemahasiswaan, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan terkait
dengan usaha sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai pancasila.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Filosofi Pancasila


Konsep dan filosofi Pancasila adalah dasar ideologi negara Indonesia yang
menggambarkan visi, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang menjadi landasan
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila secara harfiah berarti “lima
dasar” yang melambangkan lima prinsip dasar yang menjadi pijakan utama
dalam sistem nilai Pancasila.
Konsep dan filosofi Pancasila bertujuan untuk menciptakan masyarakat
yang adil, beradab, dan berkeadilan di Indonesia. Pancasila dianggap sebagai
sumber nilai moral yang universal, yang mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan
universal dalam konteks Indonesia. Konsep dan filosofi Pancasila menjadi
landasan dalam pembentukan undang-undang, kebijakan pemerintah, dan
kehidupan sosial-politik di negara Indonesia.
2.1.1 Pengertian dan Asal Mula Pancasila
Secara Etimologis istilah “Sila” dapat diartikan sebagai aturan yang
melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa; kelakuan atau perbuatan
yang menurut adab (sopan santun), dasar adab, akhlak, dan moral. Sedangkan
istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (Bahasa kasta brahmana),
adapun Bahasa rakyat biasa adalah Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam Bahasa Sansekerta perkataan “Pancasila” memiliki dua macam aeri
secara leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal l pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” vokal I pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau yang senonoh”. Kata-kata tersebut kemudian dalam Bahasa Indonesia
terutama Bahasa Jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan
moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang
dimaksudkan adalah istilah “Panca Syilla” dengan vocal “I” pendek yang
memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang

4
memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf dewanagari
“I” bermakna 5 aturan tingkah laaku yang penting.

Menurut para ahli, Pancasila merupakan :


1. Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara
yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar
pemersatu, lambing persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan
bangsa dan negara Indonesia
2. Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila berasal dari
sendi, asas, dasar, atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik
3. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun yang sekian
abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah
bangsa Indonesia.
Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian Pancasila tersebut yang sah
dan benar secara Konstitusional adalah Pancasila yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, hal ini diperkuat dengan adanya ketetapan
MPRS.XXI/MPRS/1996 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968 yang
menegaskan bahwa pengucapan, penulisan, dan Rumusan Pancasila Dasar
Negara RI yang sah dan benar adalah sebagai mana yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.

Dalam historiografi Indonesia, 1 juni 1945 merupakan tanggal yang sarat


dengan muatan sejarah karena memiliki makna yang sangat berarti bagi
perjalanan bangsa dan terbentuknya Negara Indonesia. Bermula dari siding
Dokuritsu Zyunbi Tyoosaki. Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan

5
Indonesia (BPUPK), hingga kini tanggal tersebut diabadikan sebagai hari
kebangkitan Pancasila. Disamping terkait dengan pidato Soekarnoyang
mengemukakan pandangannya mengenai dasar-dasar Indonesia Merdeka.
Dalam usulannya dia menyebutkan bahwa dasar kebangsaan berupa pandangan
tentang dasar kebangsaan yang dianggap sebagai dasar pertama yang baik bagi
bangsa dan Negara Indonesia, selain empat usulan lainnya, yang mana pada
muaranya hasil rumusan tersebut diharapkan berwujud pendirian satu Negara
Kebangsaan Indonesia. Kelima 14 asas ini yang kemudian di rumuskan dan
selanjutkan dinamakan dengan Pancasila.
Disamping itu Soekarno juga menyampaikan terobosan mengenai “teori
perasaan”, dimaksudkan bahwa lima sila tersebut sebelumnya “disaring”
menjadi tiga sila (Trisila): pertama. Socio- nationalism (yang mencakup
Kebangsaan Indonesia, kedua: socio- democratie (yang mencakup demokrasi
dan kesejahteraan social): dan terakhir, ketuhanan. Trisila ini kemudian diperas
menjadi satu sila (Ekasila) yang didalamnya terdapat inti sari berupa gotong
royong.
Selang satu hari setelah menyampaikan pidato bersejarahnya, tanggal 22
juni 1945. Soekarno membentuk panitia kecil yang terdiri dari Sembilan,
kemunian panitian ini dikenal dengan nama “Panitia Sembilan” yang
beranggotakan antara lain: Soekarno (sebagai ketua), Muhammad Hatta. Mr.
Alfred Andie Maramis, Abikoesno Tjoksoejoso, Abdul Kahar Muzakkair, Haji
Agus Salim, Mr. Achmad Soebardjo, Abdul Wahid Hasyim, dan Muhammad
Yamin.
Panitia ini disengaja terbentuk untuk merumuskan dasar Negara
dimaksudkan mencari jalan keluar antara apa yang disebut golongan
kebangsaan mengenai agama dan Negara yang masalahya sudah muncul sejak
masa persidangan pertama. Perdebatan tersebut muncul dari pengambilan sikap
dan penentuan asas pancasila yang belum diterima secara bulat, artinya masih
terdapat pertentangan dalam menentukan asas Negara: pertama, menginginkan
bahwa Indonesia didirikan sebagai Negara 15 Islam; kedua, menginginkan
bahwa Indonesia didirikan atas persatuan nasionalis yang memisahkan urusan
Negara dan urusan Agama (islam). Pada gilirannya, forum ini akhirnya berhasil

6
mencapai jalan keluar dan membentuk suatu “Rancangan Pembentukan
Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama “Piagam Jakarta” atau
The Jakarta Charter, sebagaimana seperti yang diungkapkan oleh Muhammad
Yamin.
Dalam piagam Jakarta itu terdapat kalimat “dengan kewajiban
menjalankan syariat bagi pemeluk-pemeluknya”, yang mana tujuh kata ini di
pandang sebagai kemenangan kaum nasionalis muslim, karena dengan kalimat
ini memungkinkan mereka untuk menerapkan syariat bagi komunitasnya
dalam Negara Indonesia Merdeka, meskipun mereka harus menerima Pancasila
dan bukannya islam sebagai dasar ideology Negara.
Akhinya dalam perdebatan yang cukup panjang dan melelahkan, beberapa
panitia perumus dasar Negara tersebut memiliki satu komitmen bersama yang
diwujudkan melalui Dekrit Presiden 5 juli 1959, kemudian dinyatakan kembali
pada UUD 1945, dan pada muaranya memunculkan suatu simpulan secara
nasional bahwa perumusan pancasila dalam UUD 1945 itulah yang berlaku
secara sah dan resmi hingga saat ini.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Pancasila


Prinsip-prinsip Pancasila adalah lima nilai dasar yang menjadi pijakan
utama dalam sistem nilai Pancasila. Berikut adalah penjelasan singkat tentang
prinsip-prinsip Pancasila:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Prinsip ini menegaskan kepercayaan kepada


Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan spiritual dan moral dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip ini menekankan pentingnya
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan dalam segala aspek kehidupan.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Prinsip ini menekankan pentingnya
menghargai martabat setiap individu dan menjamin keadilan dalam segala
aspek kehidupan. Prinsip ini mencakup penghormatan terhadap hak asasi
manusia, persamaan di hadapan hukum, keadilan sosial, serta
pengembangan kepribadian dan budaya yang beradab.

7
3. Persatuan Indonesia: Prinsip ini menekankan pentingnya menyatukan
semua elemen bangsa Indonesia, meskipun memiliki keberagaman budaya,
agama, dan suku bangsa. Prinsip ini menggarisbawahi semangat gotong
royong, kerja sama, dan toleransi dalam mencapai persatuan dan kesatuan.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan: Prinsip ini menekankan pentingnya
demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah dan
mewakili kehendak rakyat. Prinsip ini menggarisbawahi pentingnya
partisipasi aktif rakyat dalam proses pengambilan keputusan dan keadilan
dalam pemerintahan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Prinsip ini menekankan
pentingnya pembangunan yang berkeadilan, distribusi yang merata, dan
perlindungan sosial bagi semua warga negara. Prinsip keadilan sosial
menggarisbawahi pentingnya mengatasi kesenjangan sosial dan
memastikan kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia.
Prinsip-prinsip Pancasila mencerminkan nilai-nilai moral, demokratis,
sosial, dan spiritual yang menjadi dasar bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Prinsip-prinsip ini digunakan sebagai pedoman dalam
pembentukan undang-undang, kebijakan pemerintah, dan pengambilan
keputusan dalam berbagai bidang untuk mencapai tujuan pembangunan yang
berkelanjutan dan adil.

2.1.3 Relevasi Nilai-Nilai Pancasila di Era Modernisasi


Relevansi nilai-nilai Pancasila di era modernisasi adalah penting untuk
dipertimbangkan karena perubahan sosial, teknologi, dan budaya yang terjadi
pada masa ini. Berikut adalah beberapa alasan mengapa nilai-nilai Pancasila
tetap relevan di era modernisasi:

1. Kesatuan dan Keberagaman: Era modernisasi ditandai oleh pertumbuhan


dan perubahan yang cepat, termasuk dalam hal komunikasi dan mobilitas.
Nilai-nilai Pancasila, seperti persatuan, keragaman, dan toleransi, dapat

8
menjadi dasar yang kuat untuk mempertahankan kesatuan bangsa di tengah
perubahan yang kompleks dan keberagaman masyarakat Indonesia.
2. Keadilan dan Kesejahteraan Sosial: Era modernisasi seringkali
menyebabkan ketimpangan sosial dan ekonomi yang lebih besar. Nilai-
nilai Pancasila, seperti keadilan sosial dan kebersamaan, tetap relevan
dalam menghadapi tantangan ini. Dengan memperkuat nilai-nilai ini,
diharapkan dapat tercipta masyarakat yang lebih adil dan sejahtera bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Etika dan Tanggung Jawab: Perkembangan teknologi dan informasi di era
modernisasi membawa berbagai perubahan dalam cara berinteraksi dan
berkomunikasi. Nilai-nilai Pancasila, seperti tanggung jawab, integritas,
dan moralitas, dapat membantu menghadapi tantangan etika yang muncul
dalam penggunaan teknologi dan media sosial.
4. Kemandirian dan Inovasi: Era modernisasi juga melibatkan perkembangan
ekonomi dan teknologi yang pesat. Nilai-nilai Pancasila, seperti gotong
royong, kemandirian, dan inovasi, dapat memberikan panduan untuk
menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dalam era globalisasi
dan kemajuan teknologi.
5. Kelestarian Lingkungan: Salah satu tantangan besar dalam era modernisasi
adalah perlindungan lingkungan hidup. Nilai-nilai Pancasila, seperti
keberlanjutan dan keseimbangan alam, dapat menjadi pedoman dalam
upaya menjaga kelestarian alam dan menghadapi perubahan iklim.

Dengan mempertimbangkan relevansi nilai-nilai Pancasila di era


modernisasi, langkah-langkah dapat diambil untuk memperkuat pemahaman,
penerapan, dan pengembangan nilai-nilai Pancasila agar tetap relevan dan
memberikan landasan moral yang kuat dalam menghadapi perubahan dan
tantangan zaman.

9
2.2 Tantangan Era Modernisasi terhadap Nilai-Nilai Pancasila
2.2.1 Individualisme dan Konsumerisme
Era modernisasi seringkali mendorong individualisme dan orientasi pada
kepentingan pribadi. Nilai-nilai Pancasila yang menekankan persatuan,
kebersamaan, dan keadilan sosial dapat terancam oleh sikap yang lebih
individualistik. Selain itu, dorongan konsumerisme dalam era modernisasi juga
dapat menggeser nilai-nilai kebersamaan dan keadilan dalam rangka mencapai
kepuasan pribadi.
2.2.2 Globalisasi dan Pengaruh Budaya Asing
Era modernisasi membawa globalisasi yang kuat, yang dapat membawa
pengaruh budaya asing yang lebih dominan. Hal ini dapat menimbulkan
tantangan bagi nilai-nilai budaya dan tradisi lokal yang menjadi bagian dari
identitas bangsa. Nilai-nilai Pancasila yang mencerminkan identitas dan
keberagaman budaya Indonesia dapat terancam oleh dominasi budaya asing
yang mengabaikan nilai-nilai lokal.
2.2.3 Perubahan Teknologi dan Etika Digital
Kemajuan teknologi dan digitalisasi dalam era modernisasi membawa
tantangan etika yang kompleks. Penggunaan media sosial, keberadaan berita
palsu, dan penyebaran konten negatif dapat mengancam nilai-nilai seperti
kebenaran, keadilan, dan etika dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Nilai-
nilai Pancasila yang menekankan tanggung jawab, integritas, dan moralitas
perlu diterapkan dalam konteks digital ini.
2.2.4 Ketimpangan Sosial dan Ekonomi
Era modernisasi juga bisa memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi
antara kelompok masyarakat. Ketimpangan ini dapat mengancam nilai-nilai
Pancasila seperti keadilan sosial, persatuan, dan kesetaraan. Jika tidak
ditangani dengan baik, ketimpangan ini dapat menciptakan ketegangan sosial
dan mengancam stabilitas sosial negara.
2.2.5 Urbanisasi dan Perubahan Sosial
Era modernisasi seringkali disertai dengan urbanisasi yang cepat dan
perubahan sosial yang signifikan. Hal ini dapat menimbulkan tantangan dalam

10
mempertahankan nilai-nilai tradisional dan membangun solidaritas dalam
masyarakat yang semakin terfragmentasi. Nilai-nilai Pancasila seperti gotong
royong, persatuan, dan toleransi perlu diperkuat dalam menghadapi perubahan
sosial ini.

2.3 Strategi Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila di Era Modernisasi


Revitalisasi nilai-nilai Pancasila di era modernisasi memerlukan strategi
yang komprehensif dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa strategi yang
dapat digunakan untuk menguatkan dan memperkuat nilai-nilai Pancasila di
era modernisasi:
2.3.1 Pendidikan dan Penyuluhan
Menguatkan pendidikan dan penyuluhan yang menekankan nilai-nilai
Pancasila di berbagai tingkat, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Mendorong pengembangan kurikulum yang memasukkan nilai-nilai Pancasila
ke dalam setiap mata pelajaran dan memfasilitasi pelatihan bagi guru dan
pendidik tentang pengajaran dan penerapan nilai-nilai Pancasila di era
modernisasi.
2.3.2 Media dan Teknologi Informasi
Memanfaatkan media dan teknologi informasi sebagai sarana untuk
menyebarkan informasi, diskusi, dan konten yang mempromosikan nilai-nilai
Pancasila. Menggalang kerjasama dengan media massa, platform digital, dan
influencer untuk menyajikan konten yang edukatif dan memperkuat
pemahaman serta penerapan nilai-nilai Pancasila.
2.3.3 Komunitas dan Organisasi Masyarakat
Mendorong partisipasi aktif komunitas dan organisasi masyarakat dalam
mempromosikan nilai-nilai Pancasila di lingkungan mereka. Mendukung
pembentukan komunitas dan kelompok diskusi yang berfokus pada
pemahaman dan praktik nilai-nilai Pancasila dalam konteks modernisasi.
Mengadakan kegiatan seperti seminar, lokakarya, dan pertemuan untuk
membahas dan memperkuat pemahaman nilai-nilai Pancasila.
2.3.4 Kebijakan Publik dan Legislasi

11
Mendorong pembuatan kebijakan publik yang mendukung dan
memperkuat nilai-nilai Pancasila di era modernisasi. Ini meliputi kebijakan
pendidikan, kebijakan budaya, serta kebijakan sosial dan ekonomi yang sejalan
dengan nilai-nilai Pancasila. Mengampanyekan legislasi yang mempromosikan
nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan sosial, kesetaraan, dan perlindungan
terhadap keberagaman.
2.3.5 Kolaborasi dan Kemitraan
Membangun kolaborasi dan kemitraan antara pemerintah, sektor swasta,
lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan komunitas untuk menguatkan
nilai-nilai Pancasila di era modernisasi. Bersama-sama mengembangkan
inisiatif, program, dan proyek yang mempromosikan dan mendorong praktik
nilai-nilai Pancasila dalam berbagai sektor dan bidang kehidupan.
2.3.6 Teladan dari Pemimpin dan Figur Publik
Mendorong pemimpin dan figur publik untuk menjadi teladan dalam
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan dan perilaku mereka.
Mendukung pengembangan pemimpin yang memiliki integritas, komitmen
terhadap nilai-nilai Pancasila, dan mampu mempraktikkan nilai-nilai tersebut
dalam kepemimpinan mereka.

2.4 Implementasi Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila


Implementasi revitalisasi nilai-nilai Pancasila merupakan langkah penting
untuk memastikan nilai-nilai tersebut benar-benar terintegrasi dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam implementasi revitalisasi nilai-nilai Pancasila:
2.4.1 Program Pendidikan dan Kurikulum
Memperkuat pengajaran nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan
di semua tingkat, baik formal maupun nonformal. Menerapkan metode
pembelajaran yang interaktif dan menyeluruh untuk memperkuat pemahaman
dan penghayatan nilai-nilai Pancasila oleh peserta didik. Melibatkan pendidik,
guru, dan dosen dalam pelatihan dan pengembangan kompetensi untuk
mengajar dan mempraktikkan nilai-nilai Pancasila.
2.4.2 Peran Pemerintah dan Lembaga Pendidikan

12
Membentuk lembaga dan forum yang berfokus pada pembinaan dan
implementasi nilai-nilai Pancasila. Lembaga dan forum ini dapat melibatkan
berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi
masyarakat, dan tokoh-tokoh agama. Melalui lembaga dan forum ini, dapat
dilakukan kegiatan diskusi, pelatihan, dan pengembangan program untuk
mendorong pemahaman dan praktik nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.
2.4.3 Peran Media dan Teknologi Informasi
Mengembangkan materi dan media komunikasi yang menarik dan mudah
dipahami untuk memperkenalkan, menggali, dan mengaplikasikan nilai-nilai
Pancasila. Menggunakan media sosial, situs web, video pendek, dan materi
cetak yang mencakup kisah sukses, studi kasus, dan contoh konkret yang
mengilustrasikan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai konteks
kehidupan.
2.4.4 Peran Keluarga dan Masyarakat

Mendorong partisipasi aktif masyarakat dan organisasi dalam


melaksanakan nilai-nilai Pancasila. Melakukan kegiatan seperti kampanye
sosial, aksi nyata, dan program-program komunitas yang mempromosikan dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Melibatkan
organisasi masyarakat, lembaga sosial, dan lembaga adat untuk berkolaborasi
dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.

2.4.5 Penegakan Hukum dan Keadilan


Memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tercermin dalam sistem peradilan
dan penegakan hukum. Mendorong penegakan hukum yang berkeadilan dan
transparan, serta menghindari diskriminasi dalam segala bentuknya.
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengawasi dan melaporkan
pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila.

2.5 Inisiatif Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila di Indonesia


Revitalisasi nilai-nilai Pancasila di Indonesia telah menjadi fokus utama
dalam berbagai inisiatif dan program yang diluncurkan oleh pemerintah,

13
lembaga masyarakat, dan komunitas. Berikut adalah beberapa inisiatif
revitalisasi nilai-nilai Pancasila di Indonesia:

2.5.1 Program Pendidikan Pancasila


Dilakukan upaya untuk memperkuat pengajaran nilai-nilai Pancasila di
semua tingkat pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Kurikulum pendidikan diperbarui dengan menekankan pemahaman dan
penghayatan nilai-nilai Pancasila sebagai bagian integral dari pendidikan
nasional.
2.5.2 Kampanye Nasional Pancasila
Pemerintah meluncurkan kampanye nasional untuk mempromosikan nilai-
nilai Pancasila kepada masyarakat secara luas. Kampanye ini melibatkan media
massa, platform digital, dan berbagai kegiatan sosial untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman mengenai Pancasila.
2.5.3 Pembentukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)
Pemerintah mendirikan BPIP sebagai lembaga yang bertugas
mempromosikan, membina, dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila di
masyarakat. BPIP bekerja sama dengan berbagai institusi dan komunitas untuk
menyebarkan pemahaman dan praktik nilai-nilai Pancasila.
2.5.4 Program Pembinaan Karakter
Program pembinaan karakter dilakukan di sekolah-sekolah dengan tujuan
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam pembentukan karakter siswa.
Program ini melibatkan pendidik, orang tua, dan komunitas dalam membangun
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
2.5.5 Kerjasama dengan Lembaga Agama
Pemerintah bekerja sama dengan lembaga agama untuk memperkuat
pemahaman dan praktik nilai-nilai Pancasila dalam konteks keagamaan.
Kerjasama ini melibatkan tokoh agama, lembaga keagamaan, dan komunitas
lintas agama dalam mempromosikan toleransi, kebersamaan, dan kerukunan
beragama.

14
2.5.6 Inisiatif Komunitas dan Organisasi Masyarakat
Berbagai komunitas dan organisasi masyarakat secara mandiri
menginisiasi program dan kegiatan yang bertujuan untuk menghidupkan
kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Mereka melakukan
kegiatan sosial, pendidikan, dan kebudayaan yang memperkuat pemahaman
dan praktik nilai-nilai Pancasila.
3.5.6 Forum Diskusi dan Pelatihan
Dilakukan forum diskusi, lokakarya, dan pelatihan yang melibatkan
berbagai pihak untuk mendiskusikan dan memperkuat pemahaman tentang
nilai-nilai Pancasila dalam konteks modernisasi. Melalui forum ini, ide-ide dan
strategi baru dapat dikembangkan untuk menghadapi tantangan era
modernisasi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pancasila sebagai ideologi, tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformasi, dinamis dan terbuka.
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi
terbuka adalah Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis.
3. Pancasila sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka memiliki tiga dimensi
yaitu dimensi idealistis, dimensi normatif, dimensi relistis.
4. Gerakan reformasi memiliki syarat-syarat yaitu adanya suatu
penyimpanganpenyimpangan, suatu cita-cita yang jelas (landasan ideologis)
tertentu yaitu pancasila, reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu
kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan
reformasi, Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi
serta keadaan yang lebih baik, Reformasi dilakukan dengan suatu dasar
moral dan etik sebagai manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa, serta
terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://fis.um.ac.id/2023/05/26/prinsip-prinsip-demokrasi-pancasila/

https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Pancasila

https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-
tengah-era-globalisasi

https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-
tengah-era-globalisasi

17

Anda mungkin juga menyukai