Putri Nur Iqra - Artikel - Ilmiah - Skripsi - 1744042002 - Bimbingan Dan Konseling
Putri Nur Iqra - Artikel - Ilmiah - Skripsi - 1744042002 - Bimbingan Dan Konseling
Phantom Vibration Syndrome And Its Handling (Case Study On One Student At
Makassar State University)
Putri Nur Iqra1*, Abdullah Pandang2, Abdullah Sinring3
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Makassar, Makassar, Indonesia
Penulis Koresponden: putriiqra0704@gmail.com
Abstrak
Putri Nur Iqra, 2021. Phantom Vibration Syndrome dan Penanganannya (Studi Kasus Pada 1 Mahasiswa di Universitas Negeri Makassar). Skripsi.
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Bapak Dr. Abdullah
Pandang, M.Pd dan Dr. Abdullah Sinring, M.Pd).
Kajian utama dari penelitian ini adalah: (1) Gambaran Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa kasus AN di Universitas Neger i Makassar.
(2) Apa saja faktor yang menyebabkan mahasiswa berinisial AN mengalami Phantom Vibration Syndrome di Universitas Negeri Makassar. (3)
Bagaimana dampak Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa berinisial AN di Universitas Negeri Makassar. (4) Bagaimanakah te knik self
management dalam mengatasi Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa berinisial AN di Universitas Negeri Makassar. Pendekatan pada
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus klinis. Pengambilan data dilakukan melalui wa wancara, dan
observasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, menggunakan data primer dan sekunder, dengan teknik triangulasi. Hasil penelit ian
yang diperoleh yaitu: (1) Gambaran Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa kasus AN di Universitas Negeri Makassar. (2) Apa saja faktor
yang menyebabkan mahasiswa berinisial AN mengalami Phantom Vibration Syndrome di Universitas Negeri Makassar. (3) Bagaimana dampak
Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa berinisial AN di Universitas Negeri Makassar. (4) Upaya penanganan Phantom Vibration
Syndrome pada mahasiswa kasus AN di Universitas Negeri Makassar.
Abstract
Putri Nur Iqra, 2021. Phantom Vibration Syndrome And Its Handling (Case Study On One Student At Makassar State University. A Skripsi.
Majoring In Educational Psychology And Guidance, Faculty Of Education Science. Makassar State University (Guided By Dr. Abdullah
Pandang, M.Pd And Dr. Abdullah Sinring, M.Pd).
The main studies in this research are 1). Description of Phantom Vibration Syndrome in student case AN at Makassar State Univeristy. (2) What
factors caused the student with the initial AN to Experience This Phantom Vibration Syndrome. (3) the impact of Phantom Vibration Syndrome on
student AN at Makassar State University. (4) how self-managemenr techniques in resolve Phantom Vibration Syndrome in AN student at Makassar
State Univerisity. This research used qualitatif researceh methode with clinical case study techniques. The data collectio n through interviews and
observation. This research also used descriptive research with primary and secondary data. The result of this research indicate: (1) Description of
Phantom Vibration Syndrome in student case AN at Makassar State Univeristy. (2) what factors caused the student with the initial AN to
experience this Phantom Vibration Syndrome. (3) the impact of Phantom Vibration Syndrome on student AN at Makassar State University. (4) The
efforts to handle Phantom Vibration Syndromein student case of AN at Makassar State University.
1
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
2
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
3
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
lagi mengalami phantom vibration syndrome yang Syndrome menjadi ketergantungan terhadap
dapat membahayakan dirinya apabila sudah parah. smartphone sehingga menyebabkan sakit kepala
Berdasarkan kondisi objektif di atas, saya apabila tidak memegang smartphone sedikit saja,
sebagai peneliti tertarik mengkajinya dalam sering melakukan sesuatu tidak sesuai dengan yang
penelitian yang berjudul “ Phantom Vibration semestinya, juga cenderung selalu lupa.
Syndrome (Studi Kasus Pada 1 Mahasiswa Di Phantom vibration syndrome adalah sindrom baru
Universitas Negeri Makassar) di mana gejalanya adalah perasaan, sensasi, bahkan
halusinasi bahwa ada getar notifikasi dari smartphone.
2. TINJAUAN PUSTAKA Namun ternyata getaran tadi bukanlah notifikasi dari
gadget. Bisa jadi hanya gesekan kulit dengan kain
2.1 Pengertian Phantom Vibration Syndrome
kantong celana, getaran karena uang receh bergesek
Wilson (2013) menyebutkan Phantom
dengan smartphone di dalam tas, atau hanya kedutan
Vibration Syndrome merupakan istilah lain dari
di tangan sehingga berasa seperti getar notifikasi
ringxiety (kecemasan dering). Studi awal yang
smartphone..
membahas fenomena tersebut dilakukan pada tahun
Sedangkan menurut Lin YH, dkk (2013) tanda
2007 oleh Michael J. Lewis seorang peneliti yang
dan gejala Phantom Vibration Syndrome adalah sebagai
menciptakan istilah kecemasan dering untuk
berikut:
menggambarkan seseorang yang selalu berhalusinasi
1. Stres psikologis
smartphone berdering tetapi pada kenyataannya
2. Kecemasan
tidak. Pada tahun 2012, istilah Phantom Vibration
3. Halusinasi
Syndrome tercatat dalam kamus Australian Maqcuarie
4. Depresi
sebagai word of the year. Sejak saat itulah, istilah
5. Defisit perhatian
Phantom Vibration Syndrome dikenal sampai sekarang
6. Kewaspadaan lebih
ini.
7. Gangguan emosional
Rothberg, dkk (2010) menjelaskan bahwa
Walsh (dalam Amrita, 2014). Gejala yang biasa
Phantom Vibration Syndrome merupakan suatu
dilaporkan oleh mereka Kecanduan ponsel termasuk
kondisi dimana seseorang akan merasakan sensasi
rasa kehilangan kontrol dan gejala penarikan saat jauh
getaran telepon genggam seakan-akan terdapat
dari telepon mereka.
notifikasi yang masuk ke telepon genggam tetapi
pada kenyataannya telepon genggam dalam kondisi 2.2 Faktor-Faktor Penyebab Perilaku akibat Phantom
tidak aktif. Menurut Harari (2018), era Revolusi Vibration Syndrome
Industri 4.0 berlangsung sangat cepat dan radikal Rothberg dkk. (2010) dari beberapa hasil
sehingga mengubah sebagian besar karakteristik penelitian menyimpulkan bahwa terdapat beberapa
individu melalui perkembangan teknologi faktor yang memiliki hubungan yang positif
khususnya smartphone. Smartphone yang diciptakan terhadap munculnya gejala Phantom Vibration
untuk memfasilitasi kebutuhan manusia, kini dapat Syndrome yang dialami seseorang. Faktor yang
membuat seseorang mengidap candu digital atau dimaksud diantaranya yaitu intensitas lama waktu
ketergantungan terhadap smartphone yang berlebih. penggunaan telepon genggam dan posisi
Soliha (2015) menemukan bahwa meletakkan telepon genggam saat membawanya.
ketergantungan mahasiswa terhadap smartphone Dalam penelitian lain menurut Shatrughan
memiliki hubungan erat dengan kecemasan yang (2017) penyebab Phantom Vibration Syndrome antara
muncul dari dalam diri, yang apabila diamati, lain yaitu:
ketergantungan tersebut dapat terjadi karena adanya 1. Sering menggunakan ponsel
keadaan yang mendukung seperti kemudahan 2. Mode getaran ponsel
privasi, kesempatan akses yang sangat tinggi, dan 3. Ketergantungan ponsel
kemudahan lain sehingga menyebabkan kehidupan 4. Pasca gangguan traumatis
remaja menjadi tergantung pada fasilitas tersebut 5. Keterikatan emosional untuk gadget
dan dapat mengakibatkan mahasiswa mengalami 6. Stres
Phantom Vibration Syndrome. 7. Menyimpan ponsel di saku yang sama
Khlaiwi (2012), menyebutkan gejala yang untuk durasi yang lama
ditimbulkan akibat Phantom Vibration Syndrome yaitu Salah satu faktor utama yang terkait dengan
sakit kepala, peningkatan kecerobohan, dan sering Phantom Vibration Syndrome adalah posisi menjaga
terjadi kelupaan pada diri individu. Artinya, ponsel. Frekuensi Phantom Vibration Syndrome lebih
individu yang mengalami Phantom Vibration tinggi pada mahasiswa yang menyimpan ponsel
4
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
mereka di saku baju dan saku depan celana, dan kecanduan lainnya yang sama pentingnya dengan
lebih rendah pada mahasiswa yang menyimpan kecanduan smartphone yang lain. Individu yang
ponsel di saku belakang celana mereka. Gejala itu tidak memiliki keterampilan manajemen waktu
paling sedikit pada mahasiswa yang menyimpan menggunakan game untuk melepaskan diri dari
ponsel di tas tangan. 75% mahasiswa merasakan masalah dan sebagai alat relakasasi mental. Game
getaran atau dering bahkan ketika telepon addiction mengacu kepada game online, video game,
dimatikan atau telepon tidak ada di saku mereka. dan game komputer, yang kesemuanya memiliki
A.K. Goyal (2015). asal usul yang sama, mengacu pada bermain game
Selain faktor utama, penulis juga merasa ada komputer sejauh hal itu mempengaruhi kehidupan
beberapa faktor yang menjadi pemicu seseorang sehari-hari dan dianggap sebagai perilaku adiktif.
mengalami Phantom Vibration Syndrome. Di kutip Di antara faktor-faktor yang ada dapat
dari Karadag (2015) menyebutkan dalam disimpulkan bahwa keberadaan smartphone dan
penelitiannya bahwa faktor-faktor tersebut adalah: internet dapat memicu seseorang mengalami
1) Adiksi terhadap smartphone Phantom Vibration Syndrome.
Teknologi yang telah memfasilitasi 2.3 Dampak Perilaku Akibat Phantom Vibration
kehidupan manusia menyebabkan masalah dalam Syndrome
kehidupan manusia juga. Di dunia industri, Menurut Kim, Lee, Lee, Nam, dan Chung
kehidupan manusia membutuhkan akses lebih (2014) Phantom Vibration Syndrome dianggap sebagai
cepat ke berbagai jenis data, interaksi dan jenis kecanduan smartphone yang memiliki masalah
komunikasi yang lebih cepat, dan dengan dalam kontrol impuls. Tanpa adanya kontrol pada
demikian, banyak konsep, seperti waktu, persepsi smartphone dapat menimbulkan dampak yang serius
kebutuhan, dan rasa asyik dapat berubah sewaktu- terhadap kesejahteraan mental serta mempengaruhi
waktu. Ponsel pintar yang dilengkapi dengan fitur kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi interaksi
komputer memiliki efek signifikan sebagai objek sosial, kinerja akademik menjadi rendah, dan secara
kecanduan. negatif mempengaruhi hubungan sosial (Kuss &
2) Adiksi terhadap internet Griffiths, 2011).
Smartphone banyak memberikan kemudahan Sebuah penelitian di Georgia Institute Of
untuk kehidupan sehari-hari, tetapi smartphone juga Technology menemukan dampak Phantom Vibration
banyak menimbulkan efek negatif pada manusia. Syndrome yaitu perubahan tingkah laku akibat
Salah satunya dengan menawarkan beragam dan penggunaan telepon genggam. Perubahan tersebut
kenyamanan berselancar di internet dan bermain yaitu merasakan getaran dari telepon genggam dan
game online. Perilaku individu yang berlebihan sedikit kedutan pada otot atau merasakan
terhadap penggunan smartphone telah pergerakan pada pakaian dapat diinterpretasikan
menyebabkan peneliti menyelidiki konsep sebagai getaran yang berasal dari telepon genggam
kecanduan smartphone.
3) Adiksi terhadap sosial media 2.4 Konseling Behavioral dan Teknik Self Management
Media sosial yang biasa digunakan adalah a. Konseling Behavioral
saluran komunikasi dimana interaksi yang sangat Willis (Yuyun 2017: 36) menjelaskan bahwa
kompleks terjalin, yang dapat memberi dampak kontribusi terbesar dari konseling behavioral adalah
besar pada orang. Media sosial, yang mencakup bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa
banyak elemen seperti permainan, komunikasi, lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk
pertukaran informasi, dan sharing multimedia, dan perubahan perilaku. Dalam konseling behavioral
yang mendorong orang untuk tetap online, konselor memandang bahwa kelainan perilaku yang
membawa pengikutnya dari komputer ke ditunjukan oleh klien merupakan sebuah kebiasaan
smartphone juga. Menurut Kwon & Yang (2013) yang dipelajari, karena itu dapat diubah dengan
menyebutkan bahwa Aplikasi yang paling sering mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga
digunakan adalah aplikasi game bersama dengan perilaku klien yang menyimpang dapat berubah
aplikasi situs media sosial seperti facebook, Twitter, menjadi positif.
Instagram, Whatsapp, dll. Dengan kata lain, media Dalam proses konseling, konselor berfungsi
sosial memiliki tempat yang signifikan di antara sebagai konsultan, penasehat, pemberi dukungan
objek kecanduan smartphone. dan fasilitator. Konselor dalam pendekatan ini
4) Adiksi terhadap game berfungsi sebagai guru, pengaruh dan ahli yang
Kecaduan game merupakan sumber mendiagnosa tingkah laku yang maladiptif dan
5
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
menentukan prosedur untuk mengatasi persoalan perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan
tingkah laku individu. Para konselor behavioral diharapkan, melaksanakan prosedur tersebut,
memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.
yang dipelajari. Perilaku dapat diubah dengan Sementara Annisa (2017: 35)
mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga berpendapat bahwa teknik self management
kelainan perilaku berubah menjadi positif. (pengelolaan diri) merupakan proses dimana
Modifikasi perilaku menyimpang melalui konseli mengarahkan perubahan tingkah laku
pengubahan situasi lingkungan positif yang mereka sendiri dengan menggunakan
direkayasa sehingga dapat menstimulus terjadinya keterampilan yang diperoleh dalam proses
perilaku positif. konseling. Keterampilan tersebut digunakan
Winkel & Hastuti (2006) mengatakan bahwa konseli untuk memotivasi diri, mengelola
perubahan perilaku harus diusahakan melalui semua unsur yang ada pada dirinya, berusaha
proses belajar (learning) atau belajar kembali untuk memeroleh apa yang ingin dicapainya
(relearning) yang berlangsung selama proses serta mengembangkan pribadinya agar menjadi
konseling. Proses konseling pada dasarnya juga lebih baik. Ketika konseli dapat mengelola
dipandang sebagai proses belajar yang semua unsur yang terdapat di dalam dirinya
dimaksudkan belajar untuk bertingkah laku kearah yang meliputi pikiran, perasaan dan tingkah
yang lebih baik dengan bantuan konselor laku maka dapat dikatakan bahwa konseli telah
kemudian pada akhirnya klien dapat terbiasa memiliki self management (pengelolaan diri)
dengan berperilaku yang adaptif meskipun tanpa yang baik.
dibimbing konselor terus-menerus. Berdasarkan pendapat dari beberapa
Dapat disimpulkan konseling behavioral ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa
adalah suatu teknik dalam konseling yang gagasan pokok dari teknik self management
berlandaskan teori belajar berfokus pada tingkah adalah bahwa perubahan bisa dihadirkan
laku individu untuk membantu konseli dengan mengajar orang dalam menggunakan
mempelajari tingkah laku baru dalam memecahkan keterampilan menangani situasi bermasalah.
masalahnya. Tujuan konseling behavioral yaitu : (1) Dalam program self management ini individu
Menciptakan perilaku baru. (2) Menghapus mengambil keputusan tentang hal-hal ang
perilaku yang tidak sesuai. (3) Memperkuat dan berhubungan dengan perilaku khusus yang
mempertahankan perilaku yang diinginkan. ingin dikendalikan atau diubah. Teknik Self
b. Teknik Self Management Untuk Mengatasi management menunjuk pada suatu teknik
Phantom Vibration Syndrome dalam pendekatan behavior yang drancang
1) Pengertian Teknik Self Management untuk membantu konseli mengontrol dan
Corey (2009) mengatakan teknik self mengubah tingkah lakunya sendiri kearah yang
management (pengelolaan diri) merupakan lebih efektif. Dimana teknik self management
suatu teknik yang mengarah kepada pikiran (pengelolaan diri) ini dikatakan berhasil jika
dan tingkah laku konseli, untuk membantu konseli dapat mengelola semua unsur yang
konseli dalam mengatur dan mengubah terdapat di dalam dirinya yang meliputi
tingkah lakunya ke arah yang lebih efektif pikirannya, perasaannya serta tingkah lakunya.
melalui proses belajar tingkah laku baru. 2) Tujuan Teknik Self Management
Sesuai dengan hal tersebut Alimuddin & Tujuan teknik Self Management menurut
Kustiah (2012) mengemukakan bahwa teknik Ratna (Kurniawan 2017:30) adalah untuk
self management (pengelolaan diri) adalah memberi penguatan kepada klien agar dapat
teknik konseling yang membantu konseli menguasai dan mengelola perilaku mereka
untuk bisa mengarahkan atau mengatur sendiri. Dengan adanya pengelolaan pikiran,
tingkah lakunya sendiri. perasaan dan perbuatan akan mendorong pada
Menurut Komalasari, Wahyuni & pengurangan terhadap hal-hal yang tidak baik
Karsih (Kurniawan 2017: 29) Pengelolaan diri dan peningkatan halhal ang baik dan benar.
(self management) adalah prosedur dimana 3) Manfaat Teknik Self Management
individu mengatur perilakunya sendiri. Pada
teknik ini individu terlibat pada beberapa atau Manfaat teknik self management menurut
keseluruhan komponen dasar yaitu: Ratna (2013:59) antara lain: 1. Membantu
menentukan perilaku sasaran, memonitor individu untuk dapat mengelola diri baik
6
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
pikiran, perasaan dan perbuatan sehingg simbolis verbal, aktivitas fisik maupun
dapat berkembang secara opimal. 2. Dengan imajinasi.
melibatkan individu secara aktif maka akan c) Self-contracting (kontrak atau perjanjian dengan
menimbulkan perasaan bebas dari kontrol diri sendiri), pada tahap ini konselor
orang lain. 3. Dengan meletakan mengarahkan konseli membuat perencanaan
tanggungjawab perubahan sepenuhnya mengenai perubahan tingkah laku yang
kepada individu maka individu akan diinginkannya.
menganggap bahwa perubahan yang terjadi d) Stimulus control (penguasaan terhadap
karena usahanya sendir lebih tahan lama. rangsangan), yaitu penyusunan kondisi-kondisi
4) Tahap-Tahap Teknik Self Management lingkungan yang telah ditentukan sebelumnya,
Menurut Gunarsa (1989: 225) yang membuat tingkah laku sebelumnya dapat
menyatakan bahwa Self management meliputi terlaksana atau dilakukan. Kondisi lingkungan
pemantauan diri (Self monitoring), berfungsi sebagai penyebab (antecedent) dari
reinforcement yang positif (self reward), kontrak suatu respon tertentu.
atau perjanjian dengan diri sendiri (self Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di
contracting) dan penguasaan terhadap atas, peneliti menyimpulkan bahwa tahap-tahap
rangsangan (stimulus control). dalam melaksanakan teknik self management
Sementara menurut Nursalim (Fitri. (pengelolaan diri) terdiri atas: (a) self-monitoring; (b)
2013: 30) membagi tahapan teknik self self-contracting; (c) stimulus control; (d) self-evaluation;
management (pengelolaan diri) ke dalam tiga (e) self-reward (reinforcement positive).
tahapan, yaitu:
a) Self-monitoring merupakan upaya 2.5 Kerangka Konseptual
memantau diri atau mengamati diri
Gambaran Phantom Vibration Syndrome:
dengan mencatat sendiri suatu tingkah
1. Cenderung selalu mengecek smartphone di sela-sela
laku tertentu (seperti pikiran, tingkah laku percakapan dengan orang lain, belajar, maupun disaat
dan tindakan) tentang dirinya dan akan tidur
2. Selalu berhalusinasi ada notifikasi di smartphone
interaksinya dengan peristiwa di 3. Menjadi kurang fokus
lingkungan. 4. Takut ketika terlambat mengetahui informasi
b) Stimulus control merupakan rencana
sebelum penyebab (antecedent)
Faktor Penyebab Phantom Vibration
memengaruhi (dalam hal ini menambah Syndrome:
atau mengurangi) tingkah laku. Intensitas lama waktu penggunaan
smartphone dan posisi meletakkan telepon
c) Self-reward merupakan penghargaan diri genggam saat membawanya.
apabila telah berhasil mencapai tujuan
Dampak Phantom Vibration Syndrome:
yang diinginkan. 1. Merusak psikis diri sendiri akibat pikiran yang tidak
Sementara Sukadji (Annisa. 2017: 38) terkontrol
2. Depresi
berpendapat bahwa ada empat tahapan dalam
3. Menghambat komunikasi antar individu
teknik selfmanagement (pengelolaan diri), 4. Pekerjaan menjadi terhambat
yaitu:
a) Self-monitoring, pada tahap ini konseli Proses Penerapan Teknik Self Management:
mengobservasi dan mencatat sesuatu Self-monitoring,Self-contracting,Stimulus control,
Self-monitoring,Self-contracting,dan Stimulus
tentang dirinya sendiri serta interaksinya
control
dengan lingkungan. Dimana dalam tahap
ini konseli mengumpulkan data yang
Efek:
bersifat dasar berhubungan dengan 1. Mampu mengontrol antara pikiran dan sikap terhadap
perilaku yang ingin diubahnya. smartphone.
2. Mampu menahan diri dari notifikasi hantu.
b) Self-reward (reinforcement positif), tahap ini
berfungsi untuk meningkatkan dan
memperkuat respon yang diharapkan
Setelah Pemberian Teknik Self management
muncul dari stimulus yang ada dengan
Phantom Vibration Syndrome dapat berkurang
menggunakan berbagai bentuk. Dimana ataupun dapat dihentikan
bentuk dari self-reward (reinforcement
positif) dapat berupa benda, makanan,
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual Peneliti
7
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
8
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
terjadi di Universitas Negeri Makassar dan cara polanya dengan menggunakan instrumen-
penanganan kasus tersebut. instrumen yang telah dibuat sebelumnya
2. Wawancara seperti pedoman wawancara, pedoman
Wawancara merupakan teknik observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi.
pengumpulan data yang menggunakan daftar Setelah mengumpulkan data, data disaring
pertanyaan dalam komunikasi secara verbal (tanya dengan memilah dan memilih pokok bahasan,
jawab, lisan) dan langsung bertatap muka antara merangkum dan memfokuskan pada hal-hal
interviewer (Rahardjo & Gudnanto, 2017:124). yang penting
Untuk memudahkan pelaksanaan wawancara Dengan demikian data yang telah
dengan subjek maka digunakan pedoman direduksi akan memberikan gambaran yang
wawancara sebagai pegangan peneliti, agar lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
wawancara terarah pada tujuan penelitian. Melalui melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
teknik ini, konselor menjalin hubungan dengan mencarinya bila diperlukan. Adapun data yang
mahasiswa dan subjek lainnya secara terbuka, akan saya reduksi hanya yang berkaitan dengan
akrab, intensif dan empati sehingga dapat kecenderungan mahasiswa mengalami Phantom
diperoleh informasi yang akurat dan tidak dibuat- Vibration Syndrome.
buat. Selanjutnya dengan wawancara mahasiswa, 2. Data display (paparan data)
juga dapat memahami perasaan dan berbagai Selanjutnya data yang sudah direduksi
fenomena yang dihadapi sehingga mengalami akan dipaparkan. Pemaparan data sebagai
ketergantungan. sekumpulan informasi yang tersusun. Display data
Teknik penelitian dengan metode dilakukan dengan menguraikan data yang telah
wawancara langsung dalam bentuk Tanya jawab disortir/direduksi kemudian diuraikan secara
dengan mahasiswa yang mengalami Phantom mendetail. Penguraian dilakukan sesuai dengan
Vibration Syndrome. Selain wawancara dengan data yang di dapatkan. Penguraian data dilakukan
mahasiswa, dengan teman-teman , dan juga menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan
wawancara dengan orang tua mahasiswa. Dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar
menggunakan pedoman wawancara terstruktur. selaras dengan permasalahan yang dihadapi.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan Setelah melakukan pemaparan data selanjutnya
informasi tentang mahasiswa yang mengalami dilakukan penarikan kesimpulan/verifikasi,
Phantom Vibration Syndrome. verifikasi data dilakukan secara terus-menerus
Adapun hasil wawancara ditulis dalam sepanjang proses penelitian dilakukan.
bentuk : Sejak pertama memasuki lapangan dan
(Wwcr01/Tg-Bl-Th/HA/S1), dimana: selama proses pengumpulan data, peneliti
Wwcr : Wawancara berusaha untuk menganalisis dan mencari makna
01: : Urutan wawancara data yang dikumpulkan. Dalam tahapan untuk
Tg/Bl/Th : Tanggal, bulan, dan tahun menarik kesimpulan dari data telah direduksi dan
pelaksanaan wawancara dipaparkan untuk selanjutnya menuju kesimpulan
HA : Inisial subyek akhir mampu menjawab permasalahan yang
S : Berkaitan dengan subyek dihadapi.
Line : Baris percakapan 3. Conclusion drawing/verification (Pengambilan
3. Dokumentasi Kesimpulan)
Dokumentasi merupakan teknik Langkah ketiga dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data dengan cara memahami kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang
individu melalui upaya mengumpulkan data, dikemukakan masih bersifat sementara dan masih
mempelajari dan menganalisis laporan tertulis, akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
dan rekaman audiovisual dari suatu peristiwa yang mendukung pada tahap pengumpulan data
yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran berikutnya. Tapi bila kesimpulan yang
yang berhubungan dengan keperluan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
dibutuhkan (Rahardjo & Gudnanto, 2017:178). bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
3.6 Teknik Analisis Data kembali mengumpulkan data ke lapangan
1. Data Reduction (reduksi data) mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
Mereduksi data adalah merangkum, dikemukakan merupakan kesimpulan yang
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kredibel atau dapat dipercaya.
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
9
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
12
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
13
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
smartphone miliknya habis batterai atau membayangkan hal-hal yang akan terjadi pada
mengalami kerusakan AN sangat cemas karena smartphone miliknya termasuk membayangkan
takut ketinggalan informasi. pesannya dibalas yang ditunjukkan dengan
adanya notifikasi seperti yang dia harapkan yang
Adapun wawancara peneliti
menyebabkan dirinya selalu memeriksa
dengan teman dekat konseli yaitu FP
smartphone..
mengatakan bahwa:
Adapun wawancara peneliti dengan
Saya pastikan AN gelisah, kayak
sahabat konseli yang berinisial FP mengatakan
orang penasaran tidak bisa tenang
bahwa:
selalu bertanya-tanya tentang
orang-orang yang kemungkinan Selaluji seperti itu, biasa gelisah ki.
chatki, atau like dan coment Waktu dicas hpnya dia cek terus
postingannya di instagram kadang juga dia suruhka lihatkan
(wwcr03/230421/FP/S2) ki apakah ada pesan masuk atau
tidak. Selalu dia rasa hpnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan
bergetar karena ada notifikasi
teman dekat konseli yaitu FP menyatakan bahwa
masuk, padahal tidak adaji.
AO seringkali menunjukkan perilaku gelisah
Jengkelka biasa kalau baru saya
ketika smartphone miliknya habis baterai
pinjam hpnya langsung dia ambil
dikarenakan bayangan tentang orang yang
kembali. (wwcr03/230421/NFP/S2)
menghubunginya lewat whatsapp, dan aktivitas
semu dimedia social seperti like dan coment di Berdasarkan hasil wawancara peneliti
Instagram. dengan sahabat konseli yang berinisial FP
menyatakan bahwa FP kadang merasa tidak
4) Halusinasi berlebih terhadap smartphone
nyaman dengan halusinasi AN yang berlebihan
Aspek ini merupakan salah satu hal yang
terhadap notifikasi pada smartphone miliknya, AN
penting dari gejala perilaku akibat Phantom
menjadi sangat sensitif akan adanya notifikasi
Vibration Syndrome, gejalanya adalah perasaan,
ketika smartphone miliknya digunakan orang lain.
sensasi, bahkan halusinasi bahwa ada getar
notifikasi dari smartphone. Namun ternyata Adapun wawancara peneliti dengan orang
getaran tadi bukanlah notifikasi dari gadget. Hal tua AN dalam hal ini ibunya yang berinisial H
ini akan memicu beberapa masalah seperti yakni:
ketergantungan pada smartphone berlebih. Dari
Tidak saya perhatikan halusinasi
hasil observasi, AN yang dengan sengaja
seperti apa itu, intinya pernahji
memerintahkan peneliti agar mengecek
spontan bicara “kenapa selaluka
smartphone miliknya yang sedang diisi daya
cek hp baru tidak adaji apa-apa”.
karena dia merasakan ada notifikasi yang masuk
Terus kalau dinasihatimi supaya
pada smartphone miliknya, ketika diperiksa tidak
jangan terlalu fokus pikirannya ke
ada notifikasi apapun.
situ dia iyakanji saja tapi
Berdasarkan wawancara dengan konseli sepertinya masih dia lakukanji.
selaku subjek penelitian yaitu AN mengatakan (wwcr02/220421/H/S3)
bahwa:
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Selalu kubayangkan apa-apa dengan orang tua AN dalam hal ini ibunya yang
yang akan ada di HP ku, jadi berinisial H menyatakan bahwa AN sudah
sering saya rasa ada notifikasi berlebihan dalam menyikapi pikiran-pikirannya
sesuai dengan harapanku dan tentang smartphone yang terus-menerus
itumi yang buatka sering cek HP megeluarkan notifikasi. Jika terus dibiarkan AN
karena saya kira ada notifnya akan cenderung berperilaku di luar dari fokusnya.
ternyata tidak ada.
5) Perasaan hilang kontrol saat bermain smartphone.
(wwcr01/2104/AN/S1)
Aspek ini ditandai dengan hilangnya
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kontrol seseorang terhadap diri akibat terlalu fokus
dengan konseli selaku subjek penelitian dengan apapun yang ada pada smartphone. Dari
menyatakan bahwa dirinya selalu hasil observasi peneliti ditemukan bahwa AN
14
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
Ada pernah kejadian dia (AN) tidak sengaja Berdasarkan hasil wawancara peneliti
senggol dosenku waktu di koridor kampus, dengan sahabat konseli yaitu FP, didapatkan
untung hanya ditegurji tidak saya tahu kesimpulan bahwa AN memang sering
bagaimana kejadiannya kalau sampai kedapatan bermain smartphone dalam waktu yang
diperpanjang sama dosenku. Saya kira satu relatif lama juga dalam beberapa kondisi di mana
kali saja, tapi beberapa kalimi terulang kalau kebanyakan orang tidak melakukannya.
samaka (tidak saya tahu kalau tidak Wawancara peneliti dengan orang tua
samaka). Sudah juga kejadian waktu KKN ki konseli dalam hal ini Ibunya yang berinisial H,
tidak sengaja dia senggol siswa. Susah sekali menyatakan bahwa:
dia kontrol dirinya kalau fokusnya hanya di
Setiap saya ke kamarnya pasti pegang hp,
pesan yang masuk di hpnya, padahal
biasa juga duduk di depan laptop sambil
jarangji ku rasa ada chatki, sekedar dia cek
main hp. Biasa saya marahi karena
saja. (wwcr03/230421/FP/S2)
tugasnya tidak dihiraukan sekedar
Berkaca dari hasil wawancara peneliti terbukaji laptopnya tapi tidak fokuski
dengan FP selaku sahabat AN, didapatkan kerja tugas, sedikit-sedikit dia periksa
informasi bahwa akibat selalu merasa bahwa ada hpnya. Begitu juga kalau saya suruh cuci
pesan masuk pada smartphone, AN tidak dapat piring disampingnya ada terus hp,
mengontrol dirinya sehingga dapat sering-sering itu kejadian tidak bersih
membahayakan dirinya juga orang lain caranya cuci piring sampai pecah gelas
2. Faktor penyebab terjadinya Phantom karena lain dia perhatikan, kalau saya
Vibration Syndrome pada mahasiswa kasus suruh simpan biasa marah-marahki
AN di Universitas Negeri Makassar karena nanti ada pesan penting baru
ketinggalanki. Kalau mau dibilang
hubungannya sama keluarga yang
15
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
16
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
Kalau yang saya lihat di sakunya terus, kuliah, karena tidak bisa dia bagi fokusnya
jarang dia simpan di tas itupun kalau akhirnya tengah malampi dia kerja yang
mau pergi- pergi dia suruh jka seharusnya bisa selesai siang atau sore.
pegangkanki sambil dia boncengka dan Pernah juga waktu di dalam kelas, saya
tidak berhenti bertanya “ada pesanku panggil ke kantin berapa kali tidak dia
masuk?”. Kalau lagi makanka hp nya dengar jadi saya tinggalkan. Waktu di
dia simpan disebelah piringnya, jadi kantin ketemuka dan bilang kenapa tidak
waktu makanki sambil dia perhatikan saya ajak dia ke kantin. Pokoknya biasami
baik-baik hpnya. Seringka juga nginap terjadi hal-hal demikian di dirinya, kadang
di rumahnya dan hp nya dia bawa melamunki baru tiba-tiba dia cek hpnya
tidur. Saya ku bawaji juga hpku karena seolah ada terus notifikasi yang masuk.
takutnya ada pesan penting tapi tidak (wwcr03/230421/FP/S2)
terlalu posesif jka sama itu. Artinya Dari wawancara tersebut didapatkan
bisaji saya seimbangkan, kalau AN informasi bahwa FP sudah terbiasa dengan
tidak peduli bagaimana kondisinya kondisi AN yang memiliki kontrol diri rendah
selalu notif hpnya dia pikir. yang mengakibatkan kinerja akademik AN
(wwcr03/230421/FP/S2) menurun dan secara negatif mempengaruhi
komunikasi antara AN dan FP.
Hasil wawancara peneliti dengan
sahabat konseli yaitu FP diperoleh informasi Wawancara peneliti dengan orang tua
bahwa untuk menghindari ketinggalan konseli dalam hal ini Ibunya yang berinisial H,
informasi AN selalu menyimpan smartphone yakni:
miliknya di saku celana juga digenggam. FP
Waktu saya marahi karena hp terus dia
mengaku bahwa dia juga selalu membawa
perhatikan, dia bilang tidak bisa
smartphone ke mana-mana tetapi tidak seposesif
konsentrasi kalau ada disuruhkan sama
AN yang terbiasa berhalusinasi dan terlalu
main hpnya. Sampai kalau saya suruh
fokus pada pesan yang masuk pada smartphone.
bantuka kadang tidak beres hasilnya
c. Kemampuan kontrol diri yang rendah karena kerja sambil bawa hp. Seperti minta
Faktor ini menunjukkan seseorang yang tolongka perbaiki keran air malahan
tidak mampu memberi batasan antara diri tambah rusakji karena salah pasangki.
(kegiatannya sehari-hari) dengan smartphone. (wwcr02/220421/H/S3)
Tanpa adanya kontrol pada smartphone dapat
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
menimbulkan dampak yang serius terhadap
dengan orang tua AN yang berinisal H bahwa
kesejahteraan mental serta mempengaruhi
AN mengakui bahwa dia sulit untuk mengontrol
kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi
dirinya untuk mengerjakan pekerjaan rumah
interaksi sosial, kinerja akademik menjadi
dengan halusinasinya terhadap smartphone
rendah, dan secara negatif mempengaruhi
sehingga mengakibatkan AN terus-menerus
hubungan sosial. Dari hasil observasi peneliti,
berkeinginan mengecek smartphone dalam
konseli AN kedapatan tidak mampu
kondisi apapun.
mengontrol dirinya ketika sedang rapat
bersama rekan KKN lainnya yang ditunjukkan Wawancara peneliti dengan konseli AN
dengan perilaku tidak fokus dengan forum yaitu:
rapat mengenai program kerja teman-teman Biasa terjadi, karena terlalu saya
KKN, dan cenderung ceroboh. perhatikan hpku atau selalu saya cek
Wawancara dengan FP sahabat konseli, akhirnya saya lupa apa yang harus saya
yaitu: kerjakan, sering saya lupa tugasku tapi
tidak sampai tidak saya kerjaji. Susah
Kalau masalah tugas kuliah dia kerja
karena kepentinganku rata-rata di hp,
terusji, cuman biasa dia lupa kerja jadinya
selalu ji saya berusaha kadang berhasil
tengah malam dia kerja, bahkan pernah
kadang tidak bahkan pernahka hampir
sistem kebut semalam. Jadi bisa dibilang
ditabrak gara-gara terlalu fokuska di hp.
bertanggung jawabji sama tugas
Intinya sulit sekalika kontrol diriku, karena
kuliahnya. Itumi kurangnya dia, susah
terbayang-bayang terus kalau ada pesanku
sekali kontrol dirinya. Seperti tugas
17
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
masuk makanya saya cek terus hpku. Jujur nah, jarang ada orang tuanya AN di
(wwcr01/2104/AN/S1) rumah. Waktu nginapka di rumahnya AN
tidak adaji juga dia bilang orang tuanya
Hasil wawancara peneliti dengan konseli
kalau dia lihat saya sama AN main hp,
AN menyatakan bahwa AN sadar kalau dia
bahkan suka jki dia bercandai. Tapi pernah
kesulitan mengontrol diri juga kesulitan untuk
ada kejadian karena kesalahannyaji juga
mengatasi hal tersebut. AN secara terus-
AN di suruh sama Ibunya beli pulsa tapi
menerus membayangkan kalau ada notifikasi
sampai Ibunya marah tidak pergi juga beli
pada smartphone miliknya sehinga tanpa sadar
pulsa dan posisiku saya adaka waktu
dapat membahayakan dirinya sendiri apabila
dimarahi AN akhirnya disinggungmi
tidak terkontrol.
masalah hp terus saja dia urus.
d. Faktor Lingkungan (wwcr03/230421/FP/S2)
Faktor ini berkaitan erat dengan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi seseorang
sehingga berperilaku akibat Phantom Vibration Hasil wawancara peneliti dengan sahabat
Syndrome, faktor tersebut di antaranya AN yang berinisial FP menyatakan bahwa dalam
kurangnya pengawasan orang tua ketika lingkungan keluarga, AN tidak mendapat
bermain smartphone, fasilitas yang memadai tekanan yang berarti dari orang tua terkait
(wifi) dan teman dekat yang mendukung dengan AN yang selalu bermain smartphone.
kegiatan bermain smartphone. Dari hasil
Wawancara peneliti dengan orang tua
observasi peneliti menemukan kondisi ruangan
konseli dalam hal ini Ibunya yang berinisial H
tempat mahasiswa KKN menjadi hening ketika
yakni:
semuanya bermain smartphone, kondisi seperti
ini sangat mendukung AN untuk fokus juga Tidak pernah saya batasi, cuman kalau
pada smartphone miliknya. kelewatan biasa saya tegurji. Kadang kalau
ada saya perintahkan selaluji bilang
Wawancara peneliti dengan AN selaku
tunggu dulu, biasa dia lupa apa yang saya
konseli yaitu:
perintahkan. Biasa kalau terlalu larut
Kalau di rumah tidak ada batasan secara malam mainnya saya ingatkanji karena
tegas dari orang tuaku, tapi biasa jka dia kesehatannya takutnya terganggu, atau
marahi karena tidak bisaka bagi waktuku kalau ada saya perintahkan baru lambat
antara main hp sama pekerjaan lain. dia kerja biasa saya marahi nanti jadi
Apalagi rumah juga ada wifi jadi tidak kebiasaan. Biasa kalau sering ditegur
ada alasanku tidak main hp, teman- marahki, alasannya tidak mau diganggu
temanku suka sekali datang ke rumah karena ada dia kerja walaupun sudah larut
untuk main wifi dan orang tuaku juga malam. (wwcr02/220421/H/S3)
tidak keberatanji. Ituji marah kalau lama
Hasil wawancara peneliti dengan orang
sekali saya kerja pekerjaan yang
tua AN didapatkan informasi bahwa H selaku
disuruhkanka, belum lagi bedagangka
Ibu AN tidak pernah memberi batasan kepada
karena main hp. Tapi pikirku itu tidak
AN untuk bermain smartphone. Tetapi tidak segan
berpengaruhji karena orang tuaku tidak
menegur apabila AN melampaui batas.
pernah sampai marah sekali di saya jadi
tidak adaji sebenarnya alasanku untuk 3. Dampak Phantom Vibration Syndrome pada
tidak main hp. (wwcr01/2104/AN/S1) mahasiswa kasus AN di Universitas Negeri
Makassar
Berdasarkan wawancara peneliti dengan
Seseorang yang berperilaku akibat
AN selaku konseli menyatakan bahwa tidak ada
Phantom Vibration Syndrome akan mengalami
batasan secara tegas dari orang tua AN untuk
beberapa dampak diantaranya adalah sebagai
bermain smartphone bahkan AN difasilitasi wifi
berikut:
di rumahnya. Begitu juga dengan teman-teman
AN yang ketika bertemu kebanyakan fokus a. Membahayakan diri sendiri akibat perilaku
pada smartphone masing-masing. yang tidak terkontrol.
Aspek ini mencakup keselamatan
Wawancara peneliti dengan FP selaku
diri seseorang yang terancam akibat tidak
sahabat konseli yakni:
18
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
mampu melakukan kontrol terhadap diri suruh terus tapi maumi diapa karena
dengan baik. Hasil observasi peneliti tidka bisa juga saya kontrol perilakuku
seringkali mendapati AN ceroboh yang mau terus cek hp.
mengerjakan sesuatu atau bahkan sedang (wwcr01/2104/AN/S1)
jalan sekalipun ada saja hal yang membuat
Hasil wawancara peneliti dengan konseli
dirinya merasa sakit seperti tidak sengaja
AN menyatakan bahwa kecemasan yang dialami
menabrak meja dan kakinya terbentur
AN diakibatkan perasaan adanya notifikasi yang
pintu akibat terlalu fokus pada smartphone.
masuk setiap saat sehingga AN takut
Wawancara peneliti dengan konseli AN ketinggalan, kecemasan ini berlanjut lebih parah
yaitu: sampai melibatkan orang lain untuk memenuhi
rasa penasaran AN terhadap smartphone
Sudah saya bilang tadi, pernahka
miliknya.
hampir ditabrak gara- gara ku rasa ada
chatka jadi pas saya cek hp ku tidak c. Menghambat komunikasi antar individu
sadarka kalau di depanku itu ada mobil Seseorang dengan perilaku akibat
yang mau menyalip sedangkan posisiku Phantom Vibration Syndrome akan mengalami
itu sudah di tengah jalananmi gangguan komunikasi dengan orang sekitar.
sementara naik motor. Terjadipi baru Kondisi seperti ini, dapat mempengaruhi kualitas
sadarka, dan kalau sudah kejadian informasi yang diperoleh individu yang
berusaha jka kontrol diriku tapi sampai bersangkutan sehingga dapat menimbulkan
sekarang masih susah. kesenjangan. Dari hasil observasi peneliti terlihat
(wwcr01/2104/AN/S1) bahwa AN memang begitu mengkhawatirkan
smartphone miliknya sehingga terkadang tidak
Hasil wawancara peneliti dengan AN
fokus dengan pertanyaan yang peneliti berikan
selaku konseli menyatakan bahwa akibat
dengan selalu meminta peneliti untuk
mengalami halusinasi berlebih bahwa
mengulang apa yang ditanyakan.
smartphone miliknya ada notifikasi tak jarang
AN mengalami kejadian yang sangat Wawancara peneliti dengan konseli AN
membahayakan dirinya, atau dengan kata lain yaitu:
AN memiliki kontrol diri yang rendah terhadap
Saya sadari memang komunikasiku ke
situasi yang dialami setiap harinya.
orang kadang nyambung kadang tidak,
b. Kecemasan yang berlebihan kadang tidak saya dengar apa yang
Merupakan kondisi di mana seseorang orang bilang, diajakka ke kantin tidak
dipenuhi rasa khawatir dan takut terjadi apa- saya dengar akhirnya ditinggalkan ka
apa dengan smartphone miliknya yang temanku ke kantin. Sampai di kantin
membuatnya ketinggalan informasi. Hasil saya tegur temanku kenapa tidak dia
observasi peneliti AN menunjukkan perilaku ajakka. Keluargaku juga yang datang
gelisah ketika smartphone miliknya sedang diisi berkunjung biasa cerita di Ibuku kalau
daya. saya di ajak bicara tidak saya hiraukanji
atau lamapi saya respon.
Adapun wawancara peneliti dengan
(wwcr01/2104/AN/S1)
konseli AN yaitu:
Hasil wawancara peneliti dengan AN
Terbayang-bayang terus kalau ada
sebagai konseli menyatakan bahwa AN merasa
pesanku masuk, jadi kalau jauh hpku
perilakunya yang selalu memeriksa smartphone
atau habis dayanya panik sekalika
berdampak pada komunikasi yang kurang sikron
apapun ku lakukan asal saya tahu apa
antara AN dengan lawan bicara. Hal ini akan
yang ada di hpku. Jeleknya kalau
mengurangi interaksi sosial yang baik antara dia
begituka biar orang lain saya libatkan
dengan orang lain.
juga, kalau cemas sekalika tapi adaka
dikondisi yang memang haruska jauh d. Pekerjaan menjadi terhambat
dari hpku saya suruh orang lihatkan ka Orang dengan perilaku akibat Phantom
pesanku di hp ada atau tidak karena Vibration Syndrome akan lebih fokus pada
perasaanku ada terus notif masuk. Biasa smartphone dengan pertimbangan apabila akan
teman-temanku marahmi karena saya mengerjakan suatu pekerjaan tidak rela
19
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
apa yang ada pada smartphone, AN kesulitan dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan
mengontrol diri sendiri dalam bermain bahwa AN mengalami perilaku akibat
smartphone baik itu di rumah, di kampus, Phantom Vibration Syndrome. Hal ini
maupun di tempat umum, AN tidak bisa disebabkan AN bermain smartphone secara
membedakan mana yang merupakan bunyi terus- menerus , sehingga memiliki kontrol
smartphone dan mana yang bukan atau dalam diri yang rendah, tidak mampu membedakan
hal ini AN selalu berhalusinasi bahwa ada mana yang merupakan bunyi notifikasi dan
notifikasi pada smartphone miliknya. Hal ini mana yang bukan, sehingga kerap kali
sesuai yang dikemukakan oleh Rothberg, merugikan diri sendiri dan orang lain.
dkk (2010), bahwa getaran hantu melibatkan 2. Faktor Penyebab Timbulnya Perilaku Akibat
salah tafsir rangsangan sensorik atau Phantom Vibration Syndrome
halusinasi taktil. Parisi (2013) merangkum Rorthberg dkk. (2010) menyatakan
bahwa halusinasi dapat menandakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
keinginan untuk kontak sosial yang konstan, memiliki hubungan yang positif terhadap
atau ketakutan dan kecemasan dalam munculnya gejala Phantom Vibration Syndrome
mengantisipasi kedatangan pesan. Hal ini yang dialami seseorang. Faktor yang
tentunya akan sangat mengganggu bagi dimaksud diantaranya yaitu intensitas lama
orang yang mengalaminya. waktu penggunaan telepon genggam dan
Selain itu, AN tidak mampu posisi meletakkan telepon genggam saat
menahan diri dari godaan ketika timbul membawanya.
keinginan untuk bermain smartphone saat Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
mengerjakan pekerjaan lain akibatnya AN mengambil kesimpulan bahwa yang menjadi
selalu ceroboh bahkan lalai ketika penyebab timbulnya perilaku akibat Phantom
mengerjakan suatu pekerjaan; Hasil Vibration Syndrome pada AN adalah intensitas
penelitian tersebut sesuai dengan pendapat penggunaan smartphone dan posisi meletakkan
Khlaiwi (2012), menyebutkan bahwa gejala smartphone yang membuat AN tidak bisa
yang ditimbulkan akibat Phantom Vibration mengontrol dirinya dengan baik. Hasil
Syndrome yaitu sakit kepala, peningkatan penelitian yang dilakukan diperoleh informasi
kecerobohan, dan sering terjadi kelupaan bahwa AN selalu penasaran dengan notifikasi
pada diri individu. Artinya, individu yang yang ada pada smartphone sehingga dia selalu
mengalami Phantom Vibration Syndrome merasa smartphone miliknya berbunyi, apalagi
menjadi ketergantungan terhadap smartphone ketika smartphone berada pada saku
sehingga menyebabkan sakit kepala apabila celananya. Hal ini membuat AN refleks
tidak memegang smartphone sedikit saja, memeriksa smartphone karena merasa ada
sering melakukan sesuatu tidak sesuai getaran dari dalam sakunya. Hal ini diperkuat
dengan yang semestinya, juga cenderung dengan pendapat A.K. Goyal (2015)
selalu lupa. menyatakan bahwa salah satu faktor utama
AN juga sangat cemas ketika jauh yang terkait dengan Phantom Vibration
dari smartphone dalam kurun waktu yang Syndrome adalah posisi menjaga ponsel.
singkat AN menjadi gelisah ketika tidak Frekuensi Phantom Vibration Syndrome lebih
memeriksa smartphone miliknya dengan tinggi pada mahasiswa yang menyimpan
alasan takut ketinggalan informasi, dan ponsel mereka di saku baju dan saku depan
sangat aneh ketika dia tidak membuka celana, dan lebih rendah pada mahasiswa
media sosialnya. Dalam penelitian yang menyimpan ponsel di saku belakang
terdahulu, menurut Rosen dkk. (2013) celana mereka. Gejala itu paling sedikit pada
menemukan bahwa individu muda yang mahasiswa yang menyimpan ponsel di tas.
mengalami PVS akan lebih sering cemas 75% mahasiswa merasakan getaran atau
daripada yang lebih tua (kecemasan sedang dering bahkan ketika telepon dimatikan atau
dan tinggi) diakibatkan tidak dapat telepon tidak ada di saku mereka.
memeriksa teks pesan, diikuti oleh Menurut Drouin dkk. (2012) mereka
panggilan telepon, dan kemudian email yang sangat bergantung pada pesan teks
pribadi dan jejaring sosial. untuk kepentingan hubungan sosial
Berdasarkan hasil penelitian yang kemungkinan besar mereka akan menerima
22
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
banyak pesan, sehingga mereka menjaga dapat mendatangkan akibat bagi individu
ponsel tetap aktif untuk mengetahui ada baik itu dampak yang baik dan buruk.
pesan yang masuk. Sensitivitas terhadap Dampak dari perilaku akibat Phantom
getaran ponsel karena eksposur berulang- Vibration Syndrome adalah seseorang memiliki
ulang ini dapat meningkatkan kemungkinan kontrol diri yang rendah akibat selalu
mengalami Phantom Vibration Syndrome. Hal merasakan smartphone berbunyi, sehingga
ini terjadi juga pada AN, dimana dalam sering mengecek smartphone meskipun disaat
penelitian ini didapatkan informasi bahwa yang tidak tepat untuk menggunakannya.
AN selalu menjaga smartphone miliknya Dalam penelitian ini, AN teridentifikasi
tetap aktif. AN akan mengalami kecemasan mengalami Phantom Vibration Syndrome karena
yang berlebihan besehingga AN selalu sering mengecek smartphone meskipun disaat
membawa alat pengisi daya cadangan tanpa yang tidak tepat untuk menggunakannya. Hal
listrik (power bank) untuk memastikan ini juga dapat menunjukkan bahwa AN
smartphone tetap aktif. Hal ini tentunya akan ketergantungan smartphone.
mengganggu AN dalam melakukan Menurut Singh (2013) Ketergantungan
kegiatannya sehari-hari. yang berlebihan pada telepon dan membuat
Penelitian terdahulu menyebutkan individu percaya bahwa mereka tidak bisa
bahwa PVS dilaporkan menghambat apa-apa tanpa smartphone dan mereka
aktivitas sehari-hari dalam beberapa mengalami tingkat stres yang tinggi ketika
kasus. Hal ini dilaporkan oleh mahasiswa kehilangan konektivitas . Ini dapat
kedokteran yang berpartisipasi dalam menyebabkan gangguan kejiwaan dan
Singh et al .'s (2013) dan penelitian Subba et psikologis yang serius masalah termasuk
al . (2013). Sementara dalam studi pertama ringxiety. Ini dikonfirmasi oleh fakta artikel
melaporkan penurunan akademik kinerja bahwa penggunaan ponsel dan gejala klinis
setelah memperoleh ponsel, penyelidikan telah sering disebutkan sebagai ringxiety.
terakhir menemukan bahwa secara Hasil penelitian diperoleh informasi
signifikan proporsi sampel yang mengalami bahwa AN sering merasa bahwa smartphone
PVS juga mengeluh bahwa studi mereka miliknya berbunyi sehingga dia selalu
sedang terhambat. membahayakan diri sendiri akibat perilaku
Dalam penelitian ini, didapatkan yang tidak terkontrol. Dalam suatu kasus AN
pula informasi bahwa AN bermain hampir mengalami kecelakaan akibat merasa
smartphone secara terus- menerus karena AN smartphone miliknya bergetar karena ada
difasilitasi wifi di rumahnya dan orang tua notifikasi. Kejadian tersebut menunjukkan
AN pun tidak ada larangan yang dapat bahwa AN kerap kali menggunakan
membuat AN tidak bisa bermain smartphone. smartphone pada kondisi yang tidak wajar
Jadi AN dapat bermain smartphone kapanpun dilakukan AN yang dapat membahayakan
dia mau, sehingga menjadi kebiasaan yang dirinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
tidak mampu dia kendalikan Saaid Al-Ani dkk. (2009) bahwa PVS juga
penggunaannya. dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau
Berdasarkan hasil penelitian yang kehilangan konsentrasi selama mengemudi
dilakukan terhadap AN menunjukkan faktor atau saat menggunakan mesin berbahaya.
penyebab timbulnya perilaku akibat Phantom Singh et al . (2013) dan Subba dkk . (2013)
Vibration Syndrome pada AN adalah tentang mahasiswa kedokteran di India
intensitas penggunaan smartphone berlebih melaporkan statistik yang hampir serupa
dan posisi meletakkan smartphone pada saat dengan sekitar 35% dari peserta yang
tidak digunakan, fasilitas yang mendukung melaporkan mengalami PVS disetiap
terjadinya perilaku seperti smartphone yang investigasi. Sebagian besar peserta mengaku
memadai dan tersedianya wifi saat di rumah, merogoh kocek mereka untuk memeriksa
dan kurangnya pengawasan orang tua ponsel mereka dari waktu ke waktu (Singh et
terhadap AN saat menggunakan smartphone. al .,2013), dan sejumlah besar dari mereka
3. Dampak Perilaku Akibat Phantom cenderung menggunakan ponsel mereka di
Vibration Syndrome tempat terlarang seperti ruang kelas (99%)
Dampak merupakan pengaruh yang dan perpustakaan (60,3%) (Subba et al ., 2013).
23
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
25
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
akibat Phantom Vibration Syndrome pada AN mengawasi perilaku akibat Phanto Vibration
berkurang dimana pada awalnya AN Syndrome pada AN. Pemantauan dilakukan
bermain smartphone secara berlebihan, dengan peneliti berkomunikasi bersama AN
konseli merasa kesulitan untuk mengontrol melalui chat via WhatsApp, hal yang dilakukan
dirinya dalam bermain smartphone, selalu peneliti dalam pemantauan ini yaitu peneliti
timbul keinginan dalam diri konseli untuk menanyakan tentang aktivitas bermain
bermain smartphpone ketika sedang smartphone AN setelah pemberian penanganan
melaksanakan kegiatan lain. Namun karena melalui konseling. Dimana setelah menerima
konseli ingin mengurangi perilaku akibat penanganan melalui konseling, AN sudah
Phantom Vibration Syndrome dan ingin mampu mengontrol diri dari godaan ketika
mengontrol dirinya dengan lebih baik, jadi timbul keinginan untuk bermain smartphone
konseli tetap berusaha mengontrol diri saat mengerjakan pekerjaan lain; AN juga
ketika ingin bermain smartphone dan sudah bisa membedakan mana yang
menunggu waktu yang telah ditentukan merupakan bunyi smartphone dan mana yang
untuk bermain smartphone sembari bukan. Selain itu, AN juga sudah tidak cemas
melaksanakan kegiatan produktif lainnya. ketika jauh dari smartphone dalam kurun
Meskipun pada hari kedua pelaksanaan waktu tertentu; AN juga sudah tidak aktif
teknik self management wifi di rumahnya mati menggunakan aplikasi pada smartphone secara
pada siang hari dimana konseli timbul membabi buta yang dulu menyebabkan AN
keinginan untuk mengecek smartphone ketergantungan pada smartphone ; Serta AN
miliknya untuk sekedar menyalakan koneksi sudah bisa mengontrol diri sehingga dapat
internet. Namun, tanpa konseli sadari dia meminimalisir kecerobohannya dalam
kalap sampai bermain smartphone hingga bekerja.
sore hari sehingga dalam waktu satu minggu Berdasarkan hasil penelitian dan
yang diberikan, konseli satu kali tidak bisa konseling yang dilakukan kepada AN dapat
menahan diri untuk bermain smartphone disimpulkan, bahwa teknik self management
diluar jam yang telah ditentukan. dapat membantu konseli mengurangi perilaku
Dari hasil pelaksanaan intervensi akibat Phantom Vibration Syndrome. Hal ini
AN mulai belajar mengontrol diri ketika berarti penggunaan teknik self management
bermain smartphone baik itu di rumah, di dapat mengurangi perilaku akibat Phantom
kampus, maupun di tempat umum. Selain Vibration Syndrome.
itu, AN juga sudah mampu mengurangi
kegiatan bermain smartphone dengan
mengeksplore kembali hobi yang sudah
lama tidak dia lakukan; AN juga sudah
mampu menahan diri dari godaan ketika
timbul keinginan untuk bermain smartphone
saat mengerjakan pekerjaan lain; AN juga
sudah bisa membedakan mana yang
merupakan bunyi smartphone dan mana yang
bukan. Selain itu, AN juga sudah tidak
cemas ketika jauh dari smartphone dalam
kurun waktu tertentu; AN juga sudah tidak
aktif menggunakan aplikasi pada smartphone
secara membabi buta yang dulu
menyebabkan AN ketergantungan pada
smartphone ; Serta AN sudah bisa mengontrol
diri sehingga dapat meminimalisir
kecerobohannya dalam bekerja.
Setelah pemberian penanganan
dengan konseling menggunakan teknik self
management, peneliti melakukan pemantauan
sebagai upaya dalam mendampingi dan
26
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
27
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
28
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
12