Anda di halaman 1dari 29

Phantom Vibration Syndrome Dan Penanganannya (Studi Kasus Pada 1

Mahasiswa Di Universitas Negeri Makassar)

Phantom Vibration Syndrome And Its Handling (Case Study On One Student At
Makassar State University)
Putri Nur Iqra1*, Abdullah Pandang2, Abdullah Sinring3
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Makassar, Makassar, Indonesia
Penulis Koresponden: putriiqra0704@gmail.com

Abstrak

Putri Nur Iqra, 2021. Phantom Vibration Syndrome dan Penanganannya (Studi Kasus Pada 1 Mahasiswa di Universitas Negeri Makassar). Skripsi.
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Bapak Dr. Abdullah
Pandang, M.Pd dan Dr. Abdullah Sinring, M.Pd).

Kajian utama dari penelitian ini adalah: (1) Gambaran Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa kasus AN di Universitas Neger i Makassar.
(2) Apa saja faktor yang menyebabkan mahasiswa berinisial AN mengalami Phantom Vibration Syndrome di Universitas Negeri Makassar. (3)
Bagaimana dampak Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa berinisial AN di Universitas Negeri Makassar. (4) Bagaimanakah te knik self
management dalam mengatasi Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa berinisial AN di Universitas Negeri Makassar. Pendekatan pada
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus klinis. Pengambilan data dilakukan melalui wa wancara, dan
observasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, menggunakan data primer dan sekunder, dengan teknik triangulasi. Hasil penelit ian
yang diperoleh yaitu: (1) Gambaran Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa kasus AN di Universitas Negeri Makassar. (2) Apa saja faktor
yang menyebabkan mahasiswa berinisial AN mengalami Phantom Vibration Syndrome di Universitas Negeri Makassar. (3) Bagaimana dampak
Phantom Vibration Syndrome pada mahasiswa berinisial AN di Universitas Negeri Makassar. (4) Upaya penanganan Phantom Vibration
Syndrome pada mahasiswa kasus AN di Universitas Negeri Makassar.

Kata Kunci: Phantom Vibration Syndrome, Mahasiswa, Self Management

Abstract

Putri Nur Iqra, 2021. Phantom Vibration Syndrome And Its Handling (Case Study On One Student At Makassar State University. A Skripsi.
Majoring In Educational Psychology And Guidance, Faculty Of Education Science. Makassar State University (Guided By Dr. Abdullah
Pandang, M.Pd And Dr. Abdullah Sinring, M.Pd).

The main studies in this research are 1). Description of Phantom Vibration Syndrome in student case AN at Makassar State Univeristy. (2) What
factors caused the student with the initial AN to Experience This Phantom Vibration Syndrome. (3) the impact of Phantom Vibration Syndrome on
student AN at Makassar State University. (4) how self-managemenr techniques in resolve Phantom Vibration Syndrome in AN student at Makassar
State Univerisity. This research used qualitatif researceh methode with clinical case study techniques. The data collectio n through interviews and
observation. This research also used descriptive research with primary and secondary data. The result of this research indicate: (1) Description of
Phantom Vibration Syndrome in student case AN at Makassar State Univeristy. (2) what factors caused the student with the initial AN to
experience this Phantom Vibration Syndrome. (3) the impact of Phantom Vibration Syndrome on student AN at Makassar State University. (4) The
efforts to handle Phantom Vibration Syndromein student case of AN at Makassar State University.

Keywords: Phantom Vibration Syndrome, Student, Self-Management

1
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

maupun pesan singkat. Sehingga bisa mengalami


1. PENDAHULUAN salah interpretasi.
Phantom Vibration Syndrome pada tingkatan
Menurut Muflih & Hamzah (2017), Indonesia tertentu tidak membahayakan individu dan menjadi
mencatat penggunaan smartphone pada mahasiswa hal yang wajar, namun lama kelamaan bisa
melebihi frekuensi 6 jam sehari di mana pada mengganggu. Tak jarang seseorang sibuk mengecek
umumnya seputar akses media sosial dan bermain ponselnya di sela-sela percakapan dengan orang lain,
games yang justru dilakukan di waktu-waktu belajar, presentasi, maupun disaat akan tidur.
belajar. Menurut Lin, Chen, Li dan Lin (2013) terdapat
Fenomena smartphone sebagai kebutuhan hubungan yang kuat antara phantom vibration
manusia ini ternyata telah mengarahkan pada syndrome dengan tingkat kecemasan dan depresi di
perubahan pola perilaku dan ketergantungan pada mana ciri-ciri individu yang mengalami Phantom
mahasiswa. Mahasiswa menjadi tergantung dengan Vibration Syndrome yaitu memeriksa smartphone secara
kehadiran smartphone. Salah satu bentuk berulang, selalu merasa khawatir terlambat menerima
ketergantungan yang ada yaitu phantom vibration panggilan masuk atau pesan teks, maupun notifikasi
syndrome. dari aplikasi yang ada pada smartphone.
Phantom vibration syndrome merupakan suatu Berdasarkan survei awal menggunakan
kondisi dimana seseorang akan merasakan sensasi metode observasi dan wawancara di lokasi KKN
getaran smartphone seakan-akan terdapat notifikasi peneliti tepatnya di SMK Negeri 10 Makassar pada
yang masuk ke smartphone namun pada tanggal 3 Desember 2020 diperoleh hasil observasi
kenyataannya smartphone sama sekali tidak terdapat (pengamatan) yang mana ditemukan ada satu
notifikasi atau smartphone dalam kondisi tidak aktif. mahasiswa berinisial AN yang merupakan mahasiswa
Rothberg, dkk (2010) menegaskan bahwa Universitas Negeri Makassar (rekan KKN peneliti)
terdapat beberapa faktor munculnya phantom sedang bermain smartphone. Peneliti pun tertarik dan
vibration syndrome yang dialami seseorang. Faktor fokus untuk mengamati mahasiswa tersebut. Pada
yang dimaksud diantaranya yaitu intensitas lama jam istirahat, mahasiswa tersebut biasanya nongkrong
waktu penggunaan telepon genggam dan posisi di ruang Bimbingan dan Konseling SMK Negeri 10
meletakkan telepon genggam saat membawanya. Makassar bersama rekan KKN lainnya, yang menarik
Sebuah riset pada mahasiswa di sebuah perhatian peneliti bahwasanya mahasiswa tersebut
kampus di US menemukan fakta hampir 90% sering sekali menggunakan smartphone miliknya
responden mengalami sensasi PVS ini. Menurut dalam kondisi apapun. Sesuai dengan pengamatan
studi dari Nokia, rata-rata orang memeriksa peneliti, mahasiswa tersebut selalu mengecek
smartphonenya setiap 6,5 menit setiap hari atau smartphone selang beberapa detik kemudian
sekitar 150 kali saat seseorang beraktivitas. Michelle menyimpan smartphone miliknya kembali seolah ada
Drouin dkk (2015) melakukan penelitian di antara yang ditunggu dari smartphone tersebut. Hal ini
290 orang mahasiswa. Studi tersebut dilakukan mahasiswa tersebut berulang-ulang,
mengungkapkan bahwa, PVS dialami oleh 89% terkadang jadi tidak fokus ketika diajak berbicara.
responden. Dari data tersebut, dapat disimpulkan Kejadian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang
bahwa tidak sedikit orang yang mengalami sindrom berinisial AN kemungkinan besar teridentifikasi
ini. mengalami Phantom Vibration Syndrome.
Menurut Saverin dan Tankard (Widiyastuti, Dari hasil wawancara awal yang dilakukan
2017) ketika seseorang semakin bergantung pada peneliti dengan mahasiswa yang bersangkutan
suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, media diperoleh informasi bahwa mahasiswa tersebut
tersebut menjadi semakin penting untuk orang selalu tidak tenang ketika tidak mengecek
tersebut. Phantom Vibration Syndrome digunakan smartphone miliknya. Bahkan kebiasaannya tersebut
untuk menunjukkan seseorang yang ketergantungan terhitung hanya berselang beberapa menit untuk
terhadap smartphone yang mana selalu merasa ada terus memeriksa smartphone. Ketika ditanya
getaran notifikasi di smartphone miliknya namun mengapa demikian, AN mengatakan dia khawatir
sebenarnya itu hanyalah halusinasi yang terjadi jika terlambat membalas pesan masuk dari
karena kebiasaan menggunakan telepon genggam di kerabatnya, takut ketika terlambat mengetahui
mana seseorang tersebut menjadi terbiasa untuk informasi di grup kelasnya, atau bahkan hanya
menunggu atau menerima sensasi getaran dari sekedar membuka sosial media untuk memeriksa
telepon genggam, baik saat ada notifikasi telepon viewers instagram. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri

2
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

orang yang teridentifikasi mengalami Phantom kemampuan untuk menyusun, membimbing,


Vibration Syndrome secara umum dimana seseorang mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang
menjadi tidak nyaman jika tidak memeriksa dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Sebagai
smartphone dalam jangka waktu yang relative salah satu sifat kepribadian, manajemen diri pada satu
singkat, dalam kasus ini mahasiswa AN tidak bisa individu dengan individu yang lain tidaklah sama,
tenang kalau tidak ada chat di grup whatsapp, atau ada yang manajemen dirinya tinggi dan ada
bahkan gugup karena tidak ada like/komen foto manajemen dirinya yang rendah. Individu yang
makanan di sosial media. memiliki manajemen diri yang tinggi akan lebih
Giri Lumakto (2018) mengemukakan bahwa mudah mengarahkan dirinya kearah yang positif,
hal ini terjadi akibat psikis kita seringkali dilatih sedangkan individu yang memiliki manajemen diri
untuk merespon getaran di gadget dengan segera, yang rendah akan mengarahkan dirinya ke hal-hal
karena kita tahu ada reward saat postingan kita ada yang menyenangkan namun cenderung negatif
yang me-like, terkadang juga merasa bangga ada hingga dapat membahayakan dirinya sendiri.
yang komen foto makanan di instagram, atau Akibat dari self management yang rendah,
sekadar chat basa-basi di grup chat. Saraf kita seolah mahasiswa AN kesulitan mengontrol diri terhadap
sudah diatur untuk merespon getaran gadget demi smartphonenya. Jika dibiarkan seperti itu, mahasiswa
sebuah penghargaan semu ala sosmed. Peristiwa ini AN tidak menutup kemungkinan akan mengalami
dapat menjadikan individu memeriksa smartphone beberapa gangguan psikologis seperti kecemasan dan
secara berulang, dan tidak menutup kemungkinan hilangnya fokus terhadap apa yang terjadi di
menggunakannya di situasi yang dapat sekitarnya.
membahayakan fisik seperti mengendarai kendaraan Menyadari bahwa ada mahasiswa di
atau saat menyeberang, serta hilangnya kesadaran Universitas Negeri Makassar mengalami Phantom
waktu sehingga menganggu kegiatan individu. Vibration Syndrome, maka peneliti merasa perlu
Jika hal ini terus dibiarkan, mahasiswa adanya upaya untuk mengatasi masalah ini. Oleh
berinisial AN tersebut akan mengalami beberapa karena itu, peneliti berupaya mengatasi masalah
gangguan seperti kecemasan yang berlebih, depresi tersebut dengan menerapkan treatment yang menitik
ketika terus menerus membayangkan smartphone beratkan pada perubahan tingkah laku yang sudah
berdering, menjadi kurang fokus, akhirnya menjadi kebiasaan. Untuk mengatasi mahasiswa AN
mahasiswa AN terindikasi kesulitan untuk yang mengalami Phantom Vibration Syndrome maka
mengontrol diri terhadap smartphone dan peneliti menggunakan salah satu teknik dalam
kegiatannya setiap hari. pendekatan behavior yaitu Self Management.
Rifdah (2014) mengemukakan bahwa layanan Hudaya (2015) menjelaskan self management
bimbingan konseling memiliki tujuan untuk berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan
membantu mahasiswa dalam meningkatkan emosi serta dorongan-dorongan yang terdapat dalam
kemandirian baik dalam pelaksanaan kegiatan dirinya. Dalam hal ini mengontrol emosi berarti
belajar mengajar maupun dalam pengelolaan dirinya memperkirakan suatu situasi dengan menggunakan
sehingga menjadi mahasiswa berkualitas. Dalam sikap yang rasional untuk merespon situasi tersebut
kasus ini, mahasiswa yang mengalami Phantom dan untuk mencegah munculnya reaksi yang
Vibration Syndrome sepatutnya mendapatkan berlebihan.
perhatian khusus oleh konselor. Gangguan Peneliti mengangkat Self Management sebagai
kecemasan di mana orang yang bersangkutan selalu treatment dengan alasan bahwa peneliti merasa
merasa khawatir terlambat menerima panggilan mahasiswa yang berinisial AN tidak mampu
masuk atau pesan teks, maupun notifikasi dari mengendalikan dirinya terhadap smartphone terutama
aplikasi yang ada pada smartphone akan membuat pada saat beraktivitas di luar jam istirahat. Kebiasaan
orang tersebut secara terus menerus berhalusinasi seperti itulah yang ingin diubah oleh peneliti dengan
tentang adanya notifikasi pada smartphonenya menggunakan treatment berupa Self Management. Hal
sehingga sulit mengontrol diri. Dari kasus tersebut ini diperkuat dengan hasil observasi peneliti di SMK
AN tidak mampu membuat batasan antara dirinya Negeri 10 makassar.
dan smartphone yang dia miliki sehingga Output dari penelitian ini adalah mahasiswa
menunjukkan bahwa AN memiliki manajemen diri yang mengalami phantom vibration syndrome mampu
yang rendah. meningkatkan self management, sehingga dapat
Menurut Goldfried dan Marbaum (dalam melakukan kontrol terhadap diri dengan membuat
Majid, 2017) self management diartikan sebagai batasan antara diri dengan smartphone. Sehingga tidak

3
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

lagi mengalami phantom vibration syndrome yang Syndrome menjadi ketergantungan terhadap
dapat membahayakan dirinya apabila sudah parah. smartphone sehingga menyebabkan sakit kepala
Berdasarkan kondisi objektif di atas, saya apabila tidak memegang smartphone sedikit saja,
sebagai peneliti tertarik mengkajinya dalam sering melakukan sesuatu tidak sesuai dengan yang
penelitian yang berjudul “ Phantom Vibration semestinya, juga cenderung selalu lupa.
Syndrome (Studi Kasus Pada 1 Mahasiswa Di Phantom vibration syndrome adalah sindrom baru
Universitas Negeri Makassar) di mana gejalanya adalah perasaan, sensasi, bahkan
halusinasi bahwa ada getar notifikasi dari smartphone.
2. TINJAUAN PUSTAKA Namun ternyata getaran tadi bukanlah notifikasi dari
gadget. Bisa jadi hanya gesekan kulit dengan kain
2.1 Pengertian Phantom Vibration Syndrome
kantong celana, getaran karena uang receh bergesek
Wilson (2013) menyebutkan Phantom
dengan smartphone di dalam tas, atau hanya kedutan
Vibration Syndrome merupakan istilah lain dari
di tangan sehingga berasa seperti getar notifikasi
ringxiety (kecemasan dering). Studi awal yang
smartphone..
membahas fenomena tersebut dilakukan pada tahun
Sedangkan menurut Lin YH, dkk (2013) tanda
2007 oleh Michael J. Lewis seorang peneliti yang
dan gejala Phantom Vibration Syndrome adalah sebagai
menciptakan istilah kecemasan dering untuk
berikut:
menggambarkan seseorang yang selalu berhalusinasi
1. Stres psikologis
smartphone berdering tetapi pada kenyataannya
2. Kecemasan
tidak. Pada tahun 2012, istilah Phantom Vibration
3. Halusinasi
Syndrome tercatat dalam kamus Australian Maqcuarie
4. Depresi
sebagai word of the year. Sejak saat itulah, istilah
5. Defisit perhatian
Phantom Vibration Syndrome dikenal sampai sekarang
6. Kewaspadaan lebih
ini.
7. Gangguan emosional
Rothberg, dkk (2010) menjelaskan bahwa
Walsh (dalam Amrita, 2014). Gejala yang biasa
Phantom Vibration Syndrome merupakan suatu
dilaporkan oleh mereka Kecanduan ponsel termasuk
kondisi dimana seseorang akan merasakan sensasi
rasa kehilangan kontrol dan gejala penarikan saat jauh
getaran telepon genggam seakan-akan terdapat
dari telepon mereka.
notifikasi yang masuk ke telepon genggam tetapi
pada kenyataannya telepon genggam dalam kondisi 2.2 Faktor-Faktor Penyebab Perilaku akibat Phantom
tidak aktif. Menurut Harari (2018), era Revolusi Vibration Syndrome
Industri 4.0 berlangsung sangat cepat dan radikal Rothberg dkk. (2010) dari beberapa hasil
sehingga mengubah sebagian besar karakteristik penelitian menyimpulkan bahwa terdapat beberapa
individu melalui perkembangan teknologi faktor yang memiliki hubungan yang positif
khususnya smartphone. Smartphone yang diciptakan terhadap munculnya gejala Phantom Vibration
untuk memfasilitasi kebutuhan manusia, kini dapat Syndrome yang dialami seseorang. Faktor yang
membuat seseorang mengidap candu digital atau dimaksud diantaranya yaitu intensitas lama waktu
ketergantungan terhadap smartphone yang berlebih. penggunaan telepon genggam dan posisi
Soliha (2015) menemukan bahwa meletakkan telepon genggam saat membawanya.
ketergantungan mahasiswa terhadap smartphone Dalam penelitian lain menurut Shatrughan
memiliki hubungan erat dengan kecemasan yang (2017) penyebab Phantom Vibration Syndrome antara
muncul dari dalam diri, yang apabila diamati, lain yaitu:
ketergantungan tersebut dapat terjadi karena adanya 1. Sering menggunakan ponsel
keadaan yang mendukung seperti kemudahan 2. Mode getaran ponsel
privasi, kesempatan akses yang sangat tinggi, dan 3. Ketergantungan ponsel
kemudahan lain sehingga menyebabkan kehidupan 4. Pasca gangguan traumatis
remaja menjadi tergantung pada fasilitas tersebut 5. Keterikatan emosional untuk gadget
dan dapat mengakibatkan mahasiswa mengalami 6. Stres
Phantom Vibration Syndrome. 7. Menyimpan ponsel di saku yang sama
Khlaiwi (2012), menyebutkan gejala yang untuk durasi yang lama
ditimbulkan akibat Phantom Vibration Syndrome yaitu Salah satu faktor utama yang terkait dengan
sakit kepala, peningkatan kecerobohan, dan sering Phantom Vibration Syndrome adalah posisi menjaga
terjadi kelupaan pada diri individu. Artinya, ponsel. Frekuensi Phantom Vibration Syndrome lebih
individu yang mengalami Phantom Vibration tinggi pada mahasiswa yang menyimpan ponsel

4
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

mereka di saku baju dan saku depan celana, dan kecanduan lainnya yang sama pentingnya dengan
lebih rendah pada mahasiswa yang menyimpan kecanduan smartphone yang lain. Individu yang
ponsel di saku belakang celana mereka. Gejala itu tidak memiliki keterampilan manajemen waktu
paling sedikit pada mahasiswa yang menyimpan menggunakan game untuk melepaskan diri dari
ponsel di tas tangan. 75% mahasiswa merasakan masalah dan sebagai alat relakasasi mental. Game
getaran atau dering bahkan ketika telepon addiction mengacu kepada game online, video game,
dimatikan atau telepon tidak ada di saku mereka. dan game komputer, yang kesemuanya memiliki
A.K. Goyal (2015). asal usul yang sama, mengacu pada bermain game
Selain faktor utama, penulis juga merasa ada komputer sejauh hal itu mempengaruhi kehidupan
beberapa faktor yang menjadi pemicu seseorang sehari-hari dan dianggap sebagai perilaku adiktif.
mengalami Phantom Vibration Syndrome. Di kutip Di antara faktor-faktor yang ada dapat
dari Karadag (2015) menyebutkan dalam disimpulkan bahwa keberadaan smartphone dan
penelitiannya bahwa faktor-faktor tersebut adalah: internet dapat memicu seseorang mengalami
1) Adiksi terhadap smartphone Phantom Vibration Syndrome.
Teknologi yang telah memfasilitasi 2.3 Dampak Perilaku Akibat Phantom Vibration
kehidupan manusia menyebabkan masalah dalam Syndrome
kehidupan manusia juga. Di dunia industri, Menurut Kim, Lee, Lee, Nam, dan Chung
kehidupan manusia membutuhkan akses lebih (2014) Phantom Vibration Syndrome dianggap sebagai
cepat ke berbagai jenis data, interaksi dan jenis kecanduan smartphone yang memiliki masalah
komunikasi yang lebih cepat, dan dengan dalam kontrol impuls. Tanpa adanya kontrol pada
demikian, banyak konsep, seperti waktu, persepsi smartphone dapat menimbulkan dampak yang serius
kebutuhan, dan rasa asyik dapat berubah sewaktu- terhadap kesejahteraan mental serta mempengaruhi
waktu. Ponsel pintar yang dilengkapi dengan fitur kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi interaksi
komputer memiliki efek signifikan sebagai objek sosial, kinerja akademik menjadi rendah, dan secara
kecanduan. negatif mempengaruhi hubungan sosial (Kuss &
2) Adiksi terhadap internet Griffiths, 2011).
Smartphone banyak memberikan kemudahan Sebuah penelitian di Georgia Institute Of
untuk kehidupan sehari-hari, tetapi smartphone juga Technology menemukan dampak Phantom Vibration
banyak menimbulkan efek negatif pada manusia. Syndrome yaitu perubahan tingkah laku akibat
Salah satunya dengan menawarkan beragam dan penggunaan telepon genggam. Perubahan tersebut
kenyamanan berselancar di internet dan bermain yaitu merasakan getaran dari telepon genggam dan
game online. Perilaku individu yang berlebihan sedikit kedutan pada otot atau merasakan
terhadap penggunan smartphone telah pergerakan pada pakaian dapat diinterpretasikan
menyebabkan peneliti menyelidiki konsep sebagai getaran yang berasal dari telepon genggam
kecanduan smartphone.
3) Adiksi terhadap sosial media 2.4 Konseling Behavioral dan Teknik Self Management
Media sosial yang biasa digunakan adalah a. Konseling Behavioral
saluran komunikasi dimana interaksi yang sangat Willis (Yuyun 2017: 36) menjelaskan bahwa
kompleks terjalin, yang dapat memberi dampak kontribusi terbesar dari konseling behavioral adalah
besar pada orang. Media sosial, yang mencakup bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa
banyak elemen seperti permainan, komunikasi, lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk
pertukaran informasi, dan sharing multimedia, dan perubahan perilaku. Dalam konseling behavioral
yang mendorong orang untuk tetap online, konselor memandang bahwa kelainan perilaku yang
membawa pengikutnya dari komputer ke ditunjukan oleh klien merupakan sebuah kebiasaan
smartphone juga. Menurut Kwon & Yang (2013) yang dipelajari, karena itu dapat diubah dengan
menyebutkan bahwa Aplikasi yang paling sering mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga
digunakan adalah aplikasi game bersama dengan perilaku klien yang menyimpang dapat berubah
aplikasi situs media sosial seperti facebook, Twitter, menjadi positif.
Instagram, Whatsapp, dll. Dengan kata lain, media Dalam proses konseling, konselor berfungsi
sosial memiliki tempat yang signifikan di antara sebagai konsultan, penasehat, pemberi dukungan
objek kecanduan smartphone. dan fasilitator. Konselor dalam pendekatan ini
4) Adiksi terhadap game berfungsi sebagai guru, pengaruh dan ahli yang
Kecaduan game merupakan sumber mendiagnosa tingkah laku yang maladiptif dan

5
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

menentukan prosedur untuk mengatasi persoalan perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan
tingkah laku individu. Para konselor behavioral diharapkan, melaksanakan prosedur tersebut,
memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.
yang dipelajari. Perilaku dapat diubah dengan Sementara Annisa (2017: 35)
mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga berpendapat bahwa teknik self management
kelainan perilaku berubah menjadi positif. (pengelolaan diri) merupakan proses dimana
Modifikasi perilaku menyimpang melalui konseli mengarahkan perubahan tingkah laku
pengubahan situasi lingkungan positif yang mereka sendiri dengan menggunakan
direkayasa sehingga dapat menstimulus terjadinya keterampilan yang diperoleh dalam proses
perilaku positif. konseling. Keterampilan tersebut digunakan
Winkel & Hastuti (2006) mengatakan bahwa konseli untuk memotivasi diri, mengelola
perubahan perilaku harus diusahakan melalui semua unsur yang ada pada dirinya, berusaha
proses belajar (learning) atau belajar kembali untuk memeroleh apa yang ingin dicapainya
(relearning) yang berlangsung selama proses serta mengembangkan pribadinya agar menjadi
konseling. Proses konseling pada dasarnya juga lebih baik. Ketika konseli dapat mengelola
dipandang sebagai proses belajar yang semua unsur yang terdapat di dalam dirinya
dimaksudkan belajar untuk bertingkah laku kearah yang meliputi pikiran, perasaan dan tingkah
yang lebih baik dengan bantuan konselor laku maka dapat dikatakan bahwa konseli telah
kemudian pada akhirnya klien dapat terbiasa memiliki self management (pengelolaan diri)
dengan berperilaku yang adaptif meskipun tanpa yang baik.
dibimbing konselor terus-menerus. Berdasarkan pendapat dari beberapa
Dapat disimpulkan konseling behavioral ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa
adalah suatu teknik dalam konseling yang gagasan pokok dari teknik self management
berlandaskan teori belajar berfokus pada tingkah adalah bahwa perubahan bisa dihadirkan
laku individu untuk membantu konseli dengan mengajar orang dalam menggunakan
mempelajari tingkah laku baru dalam memecahkan keterampilan menangani situasi bermasalah.
masalahnya. Tujuan konseling behavioral yaitu : (1) Dalam program self management ini individu
Menciptakan perilaku baru. (2) Menghapus mengambil keputusan tentang hal-hal ang
perilaku yang tidak sesuai. (3) Memperkuat dan berhubungan dengan perilaku khusus yang
mempertahankan perilaku yang diinginkan. ingin dikendalikan atau diubah. Teknik Self
b. Teknik Self Management Untuk Mengatasi management menunjuk pada suatu teknik
Phantom Vibration Syndrome dalam pendekatan behavior yang drancang
1) Pengertian Teknik Self Management untuk membantu konseli mengontrol dan
Corey (2009) mengatakan teknik self mengubah tingkah lakunya sendiri kearah yang
management (pengelolaan diri) merupakan lebih efektif. Dimana teknik self management
suatu teknik yang mengarah kepada pikiran (pengelolaan diri) ini dikatakan berhasil jika
dan tingkah laku konseli, untuk membantu konseli dapat mengelola semua unsur yang
konseli dalam mengatur dan mengubah terdapat di dalam dirinya yang meliputi
tingkah lakunya ke arah yang lebih efektif pikirannya, perasaannya serta tingkah lakunya.
melalui proses belajar tingkah laku baru. 2) Tujuan Teknik Self Management
Sesuai dengan hal tersebut Alimuddin & Tujuan teknik Self Management menurut
Kustiah (2012) mengemukakan bahwa teknik Ratna (Kurniawan 2017:30) adalah untuk
self management (pengelolaan diri) adalah memberi penguatan kepada klien agar dapat
teknik konseling yang membantu konseli menguasai dan mengelola perilaku mereka
untuk bisa mengarahkan atau mengatur sendiri. Dengan adanya pengelolaan pikiran,
tingkah lakunya sendiri. perasaan dan perbuatan akan mendorong pada
Menurut Komalasari, Wahyuni & pengurangan terhadap hal-hal yang tidak baik
Karsih (Kurniawan 2017: 29) Pengelolaan diri dan peningkatan halhal ang baik dan benar.
(self management) adalah prosedur dimana 3) Manfaat Teknik Self Management
individu mengatur perilakunya sendiri. Pada
teknik ini individu terlibat pada beberapa atau Manfaat teknik self management menurut
keseluruhan komponen dasar yaitu: Ratna (2013:59) antara lain: 1. Membantu
menentukan perilaku sasaran, memonitor individu untuk dapat mengelola diri baik

6
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

pikiran, perasaan dan perbuatan sehingg simbolis verbal, aktivitas fisik maupun
dapat berkembang secara opimal. 2. Dengan imajinasi.
melibatkan individu secara aktif maka akan c) Self-contracting (kontrak atau perjanjian dengan
menimbulkan perasaan bebas dari kontrol diri sendiri), pada tahap ini konselor
orang lain. 3. Dengan meletakan mengarahkan konseli membuat perencanaan
tanggungjawab perubahan sepenuhnya mengenai perubahan tingkah laku yang
kepada individu maka individu akan diinginkannya.
menganggap bahwa perubahan yang terjadi d) Stimulus control (penguasaan terhadap
karena usahanya sendir lebih tahan lama. rangsangan), yaitu penyusunan kondisi-kondisi
4) Tahap-Tahap Teknik Self Management lingkungan yang telah ditentukan sebelumnya,
Menurut Gunarsa (1989: 225) yang membuat tingkah laku sebelumnya dapat
menyatakan bahwa Self management meliputi terlaksana atau dilakukan. Kondisi lingkungan
pemantauan diri (Self monitoring), berfungsi sebagai penyebab (antecedent) dari
reinforcement yang positif (self reward), kontrak suatu respon tertentu.
atau perjanjian dengan diri sendiri (self Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di
contracting) dan penguasaan terhadap atas, peneliti menyimpulkan bahwa tahap-tahap
rangsangan (stimulus control). dalam melaksanakan teknik self management
Sementara menurut Nursalim (Fitri. (pengelolaan diri) terdiri atas: (a) self-monitoring; (b)
2013: 30) membagi tahapan teknik self self-contracting; (c) stimulus control; (d) self-evaluation;
management (pengelolaan diri) ke dalam tiga (e) self-reward (reinforcement positive).
tahapan, yaitu:
a) Self-monitoring merupakan upaya 2.5 Kerangka Konseptual
memantau diri atau mengamati diri
Gambaran Phantom Vibration Syndrome:
dengan mencatat sendiri suatu tingkah
1. Cenderung selalu mengecek smartphone di sela-sela
laku tertentu (seperti pikiran, tingkah laku percakapan dengan orang lain, belajar, maupun disaat
dan tindakan) tentang dirinya dan akan tidur
2. Selalu berhalusinasi ada notifikasi di smartphone
interaksinya dengan peristiwa di 3. Menjadi kurang fokus
lingkungan. 4. Takut ketika terlambat mengetahui informasi
b) Stimulus control merupakan rencana
sebelum penyebab (antecedent)
Faktor Penyebab Phantom Vibration
memengaruhi (dalam hal ini menambah Syndrome:
atau mengurangi) tingkah laku. Intensitas lama waktu penggunaan
smartphone dan posisi meletakkan telepon
c) Self-reward merupakan penghargaan diri genggam saat membawanya.
apabila telah berhasil mencapai tujuan
Dampak Phantom Vibration Syndrome:
yang diinginkan. 1. Merusak psikis diri sendiri akibat pikiran yang tidak
Sementara Sukadji (Annisa. 2017: 38) terkontrol
2. Depresi
berpendapat bahwa ada empat tahapan dalam
3. Menghambat komunikasi antar individu
teknik selfmanagement (pengelolaan diri), 4. Pekerjaan menjadi terhambat
yaitu:
a) Self-monitoring, pada tahap ini konseli Proses Penerapan Teknik Self Management:
mengobservasi dan mencatat sesuatu Self-monitoring,Self-contracting,Stimulus control,
Self-monitoring,Self-contracting,dan Stimulus
tentang dirinya sendiri serta interaksinya
control
dengan lingkungan. Dimana dalam tahap
ini konseli mengumpulkan data yang
Efek:
bersifat dasar berhubungan dengan 1. Mampu mengontrol antara pikiran dan sikap terhadap
perilaku yang ingin diubahnya. smartphone.
2. Mampu menahan diri dari notifikasi hantu.
b) Self-reward (reinforcement positif), tahap ini
berfungsi untuk meningkatkan dan
memperkuat respon yang diharapkan
Setelah Pemberian Teknik Self management
muncul dari stimulus yang ada dengan
Phantom Vibration Syndrome dapat berkurang
menggunakan berbagai bentuk. Dimana ataupun dapat dihentikan
bentuk dari self-reward (reinforcement
positif) dapat berupa benda, makanan,
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual Peneliti

7
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

3. METODE PENELITIAN 3.3 Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini merupakan salah
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian satu peserta didik di Universitas Negeri Makassar
Pendekatan yang digunakan dalam pada Fakultas Teknik yang berinisial AN. Merupakan
penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Sugiyono seorang laki-laki berusia 21 tahun yang berasal dari
(2016: 14) mengatakan bahwa metode penelitian keluarga dengan status menengah ke atas. AN anak
kualitatif sering disebut metode penelitian ketiga dari 5 bersaudara. Dimana dalam hal ini, AN
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada ditetapkan sebagai konseli serta subjek penelitian
kondisi alamiah (natural setting); disebut sebagai karena berdasarkan studi pendahuluan AN
metode kualitatif karena data yang telah teridentifikasi mengalami Phantom Vibration Syndrome.
dikumpulkan juga analisisnya bersifat kualitatif. Hal ini karena AN cenderung tidak nyaman jika tidak
Selain itu, hasil penelitian kualitatif lebih memeriksa smartphone dalam jangka waktu yang
menekankan makna daripada generalisasi. relatif singkat, dalam kasus ini mahasiswa AN tidak
Jenis penelitian yang digunakan dalam bisa tenang kalau tidak ada chat di grup whatsapp,
penelitian ini yaitu studi kasus. Menurut Yin (2015: atau bahkan gugup karena tidak ada like/komen foto
1) studi kasus adalah salah satu metode penelitian makanan di sosial media.. Sehingga hal tersebut
bidang ilmu-ilmu sosial. Studi kasus digunakan menjadikan AN memeriksa smartphone secara
untuk mengetahui tentang suatu permasalahan atau berulang, dan tidak menutup kemungkinan
fenomena yang diteliti secara lebih mendalam dan menggunakannya di situasi yang dapat
terperinci (Tohirin. 2016: 20). Lebih lanjut, Tohirin membahayakan fisik seperti mengendarai kendaraan
(2016: 21) mengatakan studi kasus bertujuan untuk atau saat menyeberang, serta hilangnya kesadaran
meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai waktu sehingga menganggu kegiatan individu.
peristiwa dan untuk mengungkapkan sesuatu dari 3.4 Jenis Data
situasi dan peristiwa yang diteliti. 1) Data Primer
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka Peneliti menggunakan data primer ini untuk
peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus mendapatkan informasi langsung mengenai masalah
terhadap satu peserta didik yang teridentifikasi yang ada, yaitu dengan wawancara terhadap
mengalami Phantom Vibration Syndrome di mahasiswa berinisial AN. Sumber data utama
Universitas Negeri Makassar. Penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang kemudian dicatat
dilakukan secara mendalam dan terperinci untuk melalui catatan tertulis. Peneliti menggunakan data
menemukan gambaran-gambaran serta faktor berdasarkan kasus untuk mendapatkan informasi
penyebab Phantom Vibration Syndrome untuk langsung tentang perilaku AN, mahasiswa yang
kemudian dapat dilakukan perencanaan teridentifikasi sebagai mahasiswa yang mengalami
penanganan dengan melaksanakan atau Phantom Vibration Syndrome di Universitas Negeri
memberikan layanan bimbingan konseling yang Makassar.
tepat untuk menangani Phantom Vibration Syndrome. 2) Data Sekunder
3.2 Kehadiran Peneliti Data sekunder digunakan oleh peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak untuk dapat memperoleh informasi dari orang tua
sebagai instumen kunci serta aktif dan pengumpul dan sahabat/teman dekat,. Diharapkanmendapatkan
data dalam upaya mengumpulkan data-data di informasi yang akurat untuk memperkuat serta
lapangan. Selain peneliti yang berperan sebagai melengkapi informasi yang telah dikumpulkan
instrumen kunci serta aktif juga insturmen manusia, sebelumnya pada data primer.
dapat pula digunakan berbagai bentuk alat-alat 3.5 Teknik Pengumpulan Data
bantu dan dokumen-dokumen untuk menunjang 1. Observasi
keabsahan hasil penelitian yang berfungsi sebagai Observasi merupakan teknik pengumpulan
instrumen pendukung. Oleh karena itu, data dengan cara melakukan kegiatan pengamatan
kehadiran peneliti secara langsung dan aktif di (secara indrawi) yang direncanakan, sistematis, dan
lapangan dengan informan atau sumber data hasilnya dicatat serta dimaknai (diinterprestasikan)
lainnya disini mutlak diperlukan, untuk dalam rangka memperoleh pemahaman tentang
menunjang atau sebagai tolak ukur keberhasilan subjek yang diamati (Rahardjo & Gudnanto,
penelitian. 2017:47). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan
untuk melihat kecenderungan mengalami Phantom
Vibration Syndrome pada salah satu mahasiswa yang

8
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

terjadi di Universitas Negeri Makassar dan cara polanya dengan menggunakan instrumen-
penanganan kasus tersebut. instrumen yang telah dibuat sebelumnya
2. Wawancara seperti pedoman wawancara, pedoman
Wawancara merupakan teknik observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi.
pengumpulan data yang menggunakan daftar Setelah mengumpulkan data, data disaring
pertanyaan dalam komunikasi secara verbal (tanya dengan memilah dan memilih pokok bahasan,
jawab, lisan) dan langsung bertatap muka antara merangkum dan memfokuskan pada hal-hal
interviewer (Rahardjo & Gudnanto, 2017:124). yang penting
Untuk memudahkan pelaksanaan wawancara Dengan demikian data yang telah
dengan subjek maka digunakan pedoman direduksi akan memberikan gambaran yang
wawancara sebagai pegangan peneliti, agar lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
wawancara terarah pada tujuan penelitian. Melalui melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
teknik ini, konselor menjalin hubungan dengan mencarinya bila diperlukan. Adapun data yang
mahasiswa dan subjek lainnya secara terbuka, akan saya reduksi hanya yang berkaitan dengan
akrab, intensif dan empati sehingga dapat kecenderungan mahasiswa mengalami Phantom
diperoleh informasi yang akurat dan tidak dibuat- Vibration Syndrome.
buat. Selanjutnya dengan wawancara mahasiswa, 2. Data display (paparan data)
juga dapat memahami perasaan dan berbagai Selanjutnya data yang sudah direduksi
fenomena yang dihadapi sehingga mengalami akan dipaparkan. Pemaparan data sebagai
ketergantungan. sekumpulan informasi yang tersusun. Display data
Teknik penelitian dengan metode dilakukan dengan menguraikan data yang telah
wawancara langsung dalam bentuk Tanya jawab disortir/direduksi kemudian diuraikan secara
dengan mahasiswa yang mengalami Phantom mendetail. Penguraian dilakukan sesuai dengan
Vibration Syndrome. Selain wawancara dengan data yang di dapatkan. Penguraian data dilakukan
mahasiswa, dengan teman-teman , dan juga menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan
wawancara dengan orang tua mahasiswa. Dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar
menggunakan pedoman wawancara terstruktur. selaras dengan permasalahan yang dihadapi.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan Setelah melakukan pemaparan data selanjutnya
informasi tentang mahasiswa yang mengalami dilakukan penarikan kesimpulan/verifikasi,
Phantom Vibration Syndrome. verifikasi data dilakukan secara terus-menerus
Adapun hasil wawancara ditulis dalam sepanjang proses penelitian dilakukan.
bentuk : Sejak pertama memasuki lapangan dan
(Wwcr01/Tg-Bl-Th/HA/S1), dimana: selama proses pengumpulan data, peneliti
Wwcr : Wawancara berusaha untuk menganalisis dan mencari makna
01: : Urutan wawancara data yang dikumpulkan. Dalam tahapan untuk
Tg/Bl/Th : Tanggal, bulan, dan tahun menarik kesimpulan dari data telah direduksi dan
pelaksanaan wawancara dipaparkan untuk selanjutnya menuju kesimpulan
HA : Inisial subyek akhir mampu menjawab permasalahan yang
S : Berkaitan dengan subyek dihadapi.
Line : Baris percakapan 3. Conclusion drawing/verification (Pengambilan
3. Dokumentasi Kesimpulan)
Dokumentasi merupakan teknik Langkah ketiga dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data dengan cara memahami kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang
individu melalui upaya mengumpulkan data, dikemukakan masih bersifat sementara dan masih
mempelajari dan menganalisis laporan tertulis, akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
dan rekaman audiovisual dari suatu peristiwa yang mendukung pada tahap pengumpulan data
yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran berikutnya. Tapi bila kesimpulan yang
yang berhubungan dengan keperluan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
dibutuhkan (Rahardjo & Gudnanto, 2017:178). bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
3.6 Teknik Analisis Data kembali mengumpulkan data ke lapangan
1. Data Reduction (reduksi data) mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
Mereduksi data adalah merangkum, dikemukakan merupakan kesimpulan yang
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kredibel atau dapat dipercaya.
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
9
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data ditemukan peneliti dengan berbagai


1. Triangulasi penafsirannya tidak disepakati oleh subjek,
Menurut William Wiersma (Sugiyono. maka penelitipun melalukan diskusi dengan
2016) triangulasi yaitu pengecekan data yang subjek dan apabila perbedaannya tajam,
diperoleh dari berbagai sumber dengan maka peneliti harus mengubah temuannya
berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam dan harus menyesuaikan dengan apa yang
penelitian ini triangulasi yang digunakan yaitu diberikan oleh subjek. Dengan kata lain,
triangulasi sumber dan triangulasi semua informasi yang diperoleh dan akan
metode/teknik. digunakan peneliti dalam penulisan laporan
a. Triangulasi sumber, bertujuan untuk sesuai dengan yang dimaksud subjek.
menguji kredibilitas data dilakukan dengan
3.8 Tahap-Tahap Penelitian
mengecek data yang telah diperoleh dari
Adapun tahap-tahap penelitian
beberapa sumber. Setelah melakukan
yangdilakukan peneliti sebagai berikut:
wawancara kepada beberapa informan
1. Tahap sebelum kelapangan, meliputi
yang memiliki kedekatan dan mengetahui
kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
keadaan subjek yang diteliti seperti kepada
dan paradigma dengan teori, penjajakan
orang tua, dan sahabat/teman dekat, hasil
alat peneliti, mencakup observasi lapangan
wawancara dengan informan tersebut
dan permohonan izin kepada subjek yang
dideskripsikan dan dikategorikan dengan
diteliti, konsultasi fokus penelitian,
hasil wawancara dengan subjek untuk
penyusunan sesudah penelitian.
melihat mana data yang memiki
2. Tahap pekerjaan di lapangan, meliputi
pandangan sama dan pandangan yang
mengumpulkan bahan-bahan yang
berbeda. Jika data dari informan penelitian
berkaitan dengan siswa yang mengalami
ini sesuai dengan data yang diperoleh dari
kecenderungan mengalami Phantom
subjek maka data tersebut memiliki tingkat
Vibration Syndrome. Data diperoleh melalui
kepercayaan yang tinggi sehingga tingkat
observasi, wawancara dan dokumentasi.
kebenaran kesimpulan akhir hasil
3. Tahap analisis data, pada tahap ini data
penelitian dapat dipertanggung jawabkan.
yang baik diperoleh melalui observasi,
b. Triangulasi metode atau triangulasi teknik,
wawancara maupun dokumentasi yang
dengan membandingkan hasil penelitian
dilakukan secara mendalam dengan satu
yang diperoleh melalui wawancara dengan
mahasiswa di Universitas Negeri
data yang diperoleh melalui observasi.
Makassar. Kemudian dilakukan penafsiran
Setelah peneliti memperoleh data dari
data sesuai dengan konteks permasalahan
subjek penelitian melalui wawancara,
yang diteliti, selanjutnya dilakukan
maka peneliti melakukan observasi pada
pengecekan keabsahan dengan cara
setiap pertemuan antara peneliti dan
mengecek sumber data yang diperoleh dan
subjek. Pengamatan diupayakan tidak
metode perolehan data sehingga benar-
diketahui dan disadari oleh subjek agar
benar valid sebagai dasar dan bahan untuk
tingkah laku yang ditampilkan sesuai
memberikan makna data yang merupakan
dengan fakta yang sebenarnya dan apabila
proses penentuan dalam memahami
terdapat ketidaksesuaian antara hasil
konteks penelitian yang sedang diteliti.
observasi dan hasil wawancara, maka
4. Tahap penulisan laporan, meliputi
peneliti akan melakukan diskusi lebih
kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
lanjut dengan subjek untuk memastikan
semua rangkaian kegiatan pengumpulan
data mana yang dianggap benar.
data sampai pemberian makna data.
2. Member Check
Setelah itu melakukan konsultasi hasil
Menurut Sugiyono (2016)
penelitian dengan dosen pembimbing
mengemukakan member check adalah proses
untuk mendapat perbaikan saran-saran
pengecekan data yang diperoleh peneliti
demi kesempurnaan proposal yang
dari subjek. Apabila data yang ditemukan
kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan
disepakati oleh subyek berarti data tersebut
tersebut dengan penulisan proposal yang
valid, sehingga semakin kredibel (dapat
sempurna. Langkah terakhir melakukan
dipercaya) tetapi apabila data yang
10
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

pengurusan kelengkapan persyaratan notifikasi apapun. Saat berbicara dengan peneliti,


untuk ujian proposal. mahasiswa AN seringkali terlihat menoleh ke
smartphone dengan posisi kepala menghadap ke
4. HASIL DAN PEMBAHASAN peneliti. Berdasarkan hasil observasi dan
4.1 Hasil Penelitian wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
Berdasarkan hasil wawancara yang konseli, orang tua, dan juga teman sebaya
dilakukan peneliti kepada konseli, orang tua konseli, AN teridentifikasi mengalami
konseli, dan teman sebaya konseli, dengan tujuan kecenderungan perilaku akibat Phantom Vibration
untuk mendapatkan informasi tentang gambaran Syndrome yang ditandai dengan beberapa aspek
perilaku akibat Phantom Vibration Syndrome pada berikut:
konseli, faktor-faktor yang melatar belakangi 1) Aktif menggunakan aplikasi pada
terjadinya Phantom Vibration Syndrome dan upaya smartphone setiap melakukan kegiatan
penanganan dari perilaku akibat Phantom Vibration Perilaku aktif menggunakan aplikasi
Syndrome pada mahasiswa berinisial AN. pada smartphone setiap melakukan kegiatan
1. Gambaran Perilaku Phantom Vibration merupakan perilaku yang memiliki dampak
Syndrome pada seorang mahasiswa di yang kurang baik apabila dilakukan secara
Universitas Negeri Makassar terus-menerus. Dari hasil observasi, peneliti
a) Gambaran Diri Konseli menemukan bahwa AN seringkali mengecek
Konseli merupakan salah satu smartphone walau hanya sekedar membuka
mahasiswa yang terdaftar di Universitas Negeri Whatsapp dan Instagram kemudian
Makassar, Fakultas Teknik Jurusan PTSP menutupnya kembali disela-sela pembicaran
(Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan) peneliti dengan konseli.
Prodi PTB (Pendidikan Teknik Bangunan), Wawancara yang dilakukan oleh
memiliki tinggi sekitar 165cm, dan berat badan peneliti terhadap sahabat konseli yang
67 kg. Ia memiliki mata agak sipit, sangat berinisial FP yakni:
berbakat dalam hal menggambar dan juga
sangat suka bermain smartphone di sela-sela Setiap ada dia lakukan pasti
pegang hp. Waktu belum
aktivitasnya. Konseli merupakan anak ke tiga
Covid saja di dalam kelas
dari 5 bersaudara, di kampus dia terkenal
sebagai mahasiswa yang baik, lebih dalam main hp sambil dengar dosen
teman-temannya mengenal dia sebagai anak menjelaskan, biasa tiba-tiba
buat instastory. Makan saja
yang rajin namun terkesan ceroboh dalam
dia simpan hpnya di atas
melakukan suatu pekerjaan tertentu. Latar
belakang keluarga AN yang mana ayahnya meja sambil sesekali dia kasih
adalah seorang guru di salah satu sekolah mati menyala.
Negeri di Makassar dan ibunya sebagai perawat (wwcr03/230421/FP/S2)
di salah satu rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
b) Gambaran Kecenderungan perilaku Phantom dengan teman dekat AN menyatakan bahwa
Vibration Syndrome konseli AN cenderung aktif menggunakan aplikasi
Berdasarkan hasil observasi dengan yang ada pada smartphone dengan sering.
mahasiswa AN, peneliti dapat menyimpulkan Terlihat ketika sedang belajar di kelas
(sebelum Covid-19), AN selalu membuka
bahwa AN mengalami kesulitan untuk
mengontrol diri antara bermain smartphone whatsapp dan scroll instagram, juga ketika
dengan kegiatannya sehari-hari. Hal ini sedang makan AN dengan sengaja
meletakkan smartphone di atas meja makan
menyebabkan AN menjadi orang yang ceroboh
sembari terus dicek.
dan sering tidak fokus dengan apa yang
dikerjakan karena selalu mengecek smartphone. Hasil wawancara peneliti dengan
AN mengecek smartphone tiap saat secara orang tua konseli yang berinisial H yakni:
obsesif walaupun tidak ada kepentingan dalam
Kadang kalau ada saya
smartphone, AN seolah-olah merasakan
perintahkan selaluji bilang
menerima panggilan atau pesan pada
tunggu dulu, biasa dia lupa
smartphone pada kenyataannya tidak ada
apa yang saya perintahkan.
11
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

(wwcr02/220421/H/S3) 2) Perilaku menunggu notifikasi pada smartphone


Aspek ini terlihat ketika AN terlalu fokus
Dari hasil wawancara dengan orang tua
dengan smartphone sehingga membuat AN
konseli menyatakan perilaku AN yang terlalu
mengabaikan banyak hal disekitarnya termasuk
aktif menggunakan aplikasi pada smartphone
teman dan orang tuanya. Hal ini bisa saja
membuat AN sering mengabaikan perintah
membuat mereka merasa sakit hati atau tidak
orang tuanya, bermain smartphone ketika sedang
dihargai oleh konseli dan itu membuat hubungan
berbicara kepada orang tuanya menjadi hal
konseli dengan orang-orang di sekitarnya
yang biasa terjadi dalam keseharian AN dan
menjadi kurang baik. Dari hasil observasi, secara
hal itu yang terkadang membuatnya sering
kebetulan peneliti mendapati AN ketika
tidak fokus ketika disuruh oleh orang tuanya.
berkomunikasi selalu membuka media social
Adapun wawancara dengan konseli AN seperti whatsapp, facebook, instagram, juga AN
selaku subjek dalam penelitian yakni : pernah secara spontan mengatakan sedang
Pertama karena di situka biasa menunggu notifikasi dari pacarnya, juga peneliti
dapat info, terus dataku menemukan bahwa orang yang biasa
kebanyakan saya simpan di berkomunikasi dengan AN menunjukkan
smartphone, terus biasaka juga pakai ekspresi wajah yang tidak menyenangkan ketika
smartphone ku eksis di AN terlalu fokus pada smartphone.
medsos.Terlepas dari kebiasaan Berdasarkan hasil wawancara yang
saya yang selalu gunakan aplikasi dilakukan peneliti dengan teman dekat konseli
pada smartphone dengan kelewatan yaitu FP yakni :
batas, sebenarnya memang hampir
Kebiasaan jeleknya AN itu
semua noifikasi whatsapp penting
jarang sekali dia perhatikan
bagi saya, cuman karena menjadi
kalau ada orang didekatnya,
kebiasaan akhirnya biar notifikasi
siapapun itu termasuk saya
tidak penting saya hiraukan juga
sendiri. Kadang dia perhatikan
sampai terngiang-ngiang
tapi tetap matanya melihat ke
dikepalaku, belum lagi instagram
hp, dia tunggui sekali informasi
dan tik tok seperti besar sekali daya
dari hpnya, tidak tahuka
tariknya untuk saya mainkan terus
sepenting apa itu informasi tapi
jadi kalau sakit kepalaku atau lagi
setiap ketemuka sama dia pasti
banyak pikiranka instagram sama
begitu. Menurutku hal yang
tik tok yang selalu saya buka,
tidak wajarmi itu, apalagi kalau
terngiang-ngiang terus. Saya sadariji
ku perhatikan tidak ada jugaji
kalau terbawa suasanaka kalau
info yang masuk selama samaka,
main hp, jadi ada disuruhkanka
kalaupun ada dari pacarnya ji
kadang tidak saya kerja atau lamapi
dan lamapi baru dibalas.
baru ku selesaikan, bahkan selalu
(wwcr03/230421/FP/S2)
saya bilang kalau mau berubah tapi
susah sekali dan masih begituka Berdasarkan hasil wawancara peneliti
sampai sekarang. dengan sahabat konseli yaitu FP menyatakan
(wwcr01/210421/AN/S1) bahwa AN selalu tidak fokus dengan orang di
dekatnya jika sudah pegang smartphone, hal ini
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
membuat orang terdekat AN merasa tidak
dengan konseli AN menyatakan bahwa AN
nyaman.
menyadari bahwa dirinya terbawa suasana ketika
sedang bermain smartphone sehingga AN Adapun wawancara peneliti dengan
mengalami kesulitan untuk mengerjakan pekerjaan konseli AN selaku subjek penelitian yakni:
lain karena aplikasi pada smartphone selalu
Kadang saya pikir-pikir kalau
terngiang-ngiang yang membuat AN menjadi
saya tinggalkan hpku
selalu aktif menggunakan aplikasi pada smartphone.
ketinggalan informasika, jadi
selalu saya tunggu notifikasi
yang masuk. Tidak pernah saya

12
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

biarkan HP ku habis baterai. smartphone, dan menghabiskan waktu luang


Saya rasaji kalau orang lain dengan bermain smartphone. dari hasil observasi
ajakka bicara, kalau ditanyaka peneliti, ditemukan bahwa konseli AN memiliki
selaluji ku jawab tapi didalam hubungan emosional yang kuat terhadap
hati karena terlalu fokuska di smartphone, ini dibuktikan ketika AN gelisah dan
HP, ku tahu juga kalau orang kurang nyaman smartphone kehabisan baterai.
bisa sakit hati saya abaikan. AN terlihat sangat panik ketika jauh dari
Pernah temanku dia dorongka smartphone.
sambil bilang “jengkelku kalau
Berdasarkan wawancara peneliti dengan
kamu diajak bicara tidak kamu
konseli yaitu AN selaku subjek penelitian
hiraukan
mengatakan bahwa :
ji”(wwcr01/210421/AN/S1)
Seperti yang saya bilang kak, saya
Berdasarkan hasil wawancara dengan
orangnya cepat penasaran. Apa
AN selaku subjek penelitian menyatakan bahwa
yang ada di HP ku itu yang selalu
AN menyadari bahwa dirinya terkadang
saya bayangkan. Berpikirka kalau
menyakiti perasaan orang lain ketika bermain
jauhka dari HP ku pasti
smartphone dan tidak menghiraukan orang di
ketinggalan informasika, memang
sekitarnya, tetapi akibat kebiasaan yang
juga cemas sekalika kalau jauh
dilakukan oleh AN menjadikannya sangat sulit
dari HPku. Kalau habis baterainya
untuk berubah sehingga dia sudah merasa
di kampus, saya usahakan pinjam
nyaman dengan perilakunya tersebut dengan
punya temanku, atau kalau tidak
alasan takut ketinggalan notifikasi.
ada sama sekali saya usahakan
Adapun wawancara peneliti dengan pulang ambil alat pengisi baterai.
orang tua konseli dalam hal ini ibunya yang (wwcr01/210421/AN/S1)
berinisial H mengatakan bahwa:
Dari hasil wawancara peneliti dengan
Selaluji saya ingatkan untuk konseli yaitu AN menyatakan bahwa AN
berhenti pegang itu smartphone seringkali merasa cemas ketika jauh dari
kalau ada disuruhkan, tapi smartphone dengan alasan dia adalah orang yang
tetap dilakukan. Kalau main mudah penasaran, AN selalu membayangkan
smartphone mi itu biar diteriaki notifikasi pada smartphone miliknya sehingga dia
tidak bakal di dengar. sangat takut ketinggalan notifikasi tersebut.
Alasannya karena ada pesan
Adapun wawancara peneliti kepada
yang dia tunggu, sampai
orang tua konseli dalam hal ini ibunya yang
tertidurki tidak dia kerja apa
berinisial H mengatakan bahwa:
yang saya suruhkan
(wwcr02/220421/H/S3) Kalau habis batterai hpnya buru-
burumi itu cari alat cas kadang
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
kalau dia lihat hpku di cas dia
dengan orang tua konseli yaitu H menyatakan
cabut supaya bisa dia cas hpnya.
bahwa AN merupakan anak yang keras kepala
Dua kali rusak hpnya, dua
dan membuat orang tua khususnya ibunya
duanya karena kesalahannya
merasa kecewa dengan perilaku AN. Hal ini
sendiri. Tiap hari selalu gelisah
dapat menyebabkan hubungan AN dengan
minta diperbaiki hpnya atau
kedua orang tuanya khususnya ibunya kurang
dibelikan hp baru. Kalau tidak
baik.
dituruti sembarang dia kerja,
3) Hubungan emosional terhadap smartphone biasa kurung diri juga.Kalau
(merasa tenang ketika ada smartphone disuruh sabar, jawabannya selalu
disampingnya/ cemas ketika tidak ada bilang takut ketinggalan
smartphone disampingnya) informasi. (wwcr02/220421/H/S3)
Hal ini terkait dengan kebiasaan konseli Hasil wawancara peneliti dengan orang
yang selalu menatap smartphone di manapun tua konseli didapatkan informasi bahwa AN cukup
dan kapanpun, gelisah ketika tidak memegang terikat dengan smartphone, terlihat ketika

13
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

smartphone miliknya habis batterai atau membayangkan hal-hal yang akan terjadi pada
mengalami kerusakan AN sangat cemas karena smartphone miliknya termasuk membayangkan
takut ketinggalan informasi. pesannya dibalas yang ditunjukkan dengan
adanya notifikasi seperti yang dia harapkan yang
Adapun wawancara peneliti
menyebabkan dirinya selalu memeriksa
dengan teman dekat konseli yaitu FP
smartphone..
mengatakan bahwa:
Adapun wawancara peneliti dengan
Saya pastikan AN gelisah, kayak
sahabat konseli yang berinisial FP mengatakan
orang penasaran tidak bisa tenang
bahwa:
selalu bertanya-tanya tentang
orang-orang yang kemungkinan Selaluji seperti itu, biasa gelisah ki.
chatki, atau like dan coment Waktu dicas hpnya dia cek terus
postingannya di instagram kadang juga dia suruhka lihatkan
(wwcr03/230421/FP/S2) ki apakah ada pesan masuk atau
tidak. Selalu dia rasa hpnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan
bergetar karena ada notifikasi
teman dekat konseli yaitu FP menyatakan bahwa
masuk, padahal tidak adaji.
AO seringkali menunjukkan perilaku gelisah
Jengkelka biasa kalau baru saya
ketika smartphone miliknya habis baterai
pinjam hpnya langsung dia ambil
dikarenakan bayangan tentang orang yang
kembali. (wwcr03/230421/NFP/S2)
menghubunginya lewat whatsapp, dan aktivitas
semu dimedia social seperti like dan coment di Berdasarkan hasil wawancara peneliti
Instagram. dengan sahabat konseli yang berinisial FP
menyatakan bahwa FP kadang merasa tidak
4) Halusinasi berlebih terhadap smartphone
nyaman dengan halusinasi AN yang berlebihan
Aspek ini merupakan salah satu hal yang
terhadap notifikasi pada smartphone miliknya, AN
penting dari gejala perilaku akibat Phantom
menjadi sangat sensitif akan adanya notifikasi
Vibration Syndrome, gejalanya adalah perasaan,
ketika smartphone miliknya digunakan orang lain.
sensasi, bahkan halusinasi bahwa ada getar
notifikasi dari smartphone. Namun ternyata Adapun wawancara peneliti dengan orang
getaran tadi bukanlah notifikasi dari gadget. Hal tua AN dalam hal ini ibunya yang berinisial H
ini akan memicu beberapa masalah seperti yakni:
ketergantungan pada smartphone berlebih. Dari
Tidak saya perhatikan halusinasi
hasil observasi, AN yang dengan sengaja
seperti apa itu, intinya pernahji
memerintahkan peneliti agar mengecek
spontan bicara “kenapa selaluka
smartphone miliknya yang sedang diisi daya
cek hp baru tidak adaji apa-apa”.
karena dia merasakan ada notifikasi yang masuk
Terus kalau dinasihatimi supaya
pada smartphone miliknya, ketika diperiksa tidak
jangan terlalu fokus pikirannya ke
ada notifikasi apapun.
situ dia iyakanji saja tapi
Berdasarkan wawancara dengan konseli sepertinya masih dia lakukanji.
selaku subjek penelitian yaitu AN mengatakan (wwcr02/220421/H/S3)
bahwa:
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Selalu kubayangkan apa-apa dengan orang tua AN dalam hal ini ibunya yang
yang akan ada di HP ku, jadi berinisial H menyatakan bahwa AN sudah
sering saya rasa ada notifikasi berlebihan dalam menyikapi pikiran-pikirannya
sesuai dengan harapanku dan tentang smartphone yang terus-menerus
itumi yang buatka sering cek HP megeluarkan notifikasi. Jika terus dibiarkan AN
karena saya kira ada notifnya akan cenderung berperilaku di luar dari fokusnya.
ternyata tidak ada.
5) Perasaan hilang kontrol saat bermain smartphone.
(wwcr01/2104/AN/S1)
Aspek ini ditandai dengan hilangnya
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kontrol seseorang terhadap diri akibat terlalu fokus
dengan konseli selaku subjek penelitian dengan apapun yang ada pada smartphone. Dari
menyatakan bahwa dirinya selalu hasil observasi peneliti ditemukan bahwa AN

14
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

sering tidak fokus dengan apa yang dikerjakan


akibat selalu mengecek smartphone, seperti ketika Konseli AN yang teridentifikasi berperilaku
berjalan tidak sengaja menabrak kursi/ meja, dan akibat Phantom Vibration Syndrome dilatar belakangi
menjatuhkan vas bunga. oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai
Hasil wawancara peneliti dengan konseli berikut:
mengatakan bahwa: a. Intensitas penggunaan smartphone
Kayak apadi, selaluka tidak sadar. Faktor ini mencakup seberapa sering
Terjadipi baruka rasakan ki, misalkan seseorang menggunakan smartphone baik itu
kalau jatuhka atau tidak sengajaka tabrak hanya sekedar memeriksa notifikasi ataupun
meja sakitpi baruka sadar. Pernahka juga mengakses media sosial yang ketika telalu sering
hampir ditabrak karena saya rasa bunyi dilakukan akan membuat seseorang sulit untuk
HP ku, pas saya cek ternyata tidak adaji fokus. Berdasarkan hasil observasi peneliti,
apa-apa. Tiba-tiba juga kejadiannya, ditemukan AN sangat sering menggunakan
padahal perasaanku hati-hati sekali mka. smartphone bahkan dicela-cela percakapan
(wwcr01/2104/AN/S1) peneliti dengan AN.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti Wawancara yang dilakukan peneliti


dengan AN menyatakan bahwa AN seringkali dengan sahabat AN yaitu FP, menyatakan
hampir membahayakan dirinya terutama ketika bahwa:
berada di luar rumah yang diakibatkan hilangnya AN itu setiap ada dia lakukan pasti
ontrol terhadap diri secara tiba-tiba yang pegang hp. Waktu belum Covid saja di
dipengaruhi oleh perasaan bahwa ada notifikasi dalam kelas main hp sambil dengar
pada smartphone sehingga AN kesulitan dosen menjelaskan, setiapka ketemu
mengontrol diri antara mengutamakan main hp ki, tidak bisa saya hitung
keselamatan diri dan mengecek notifikasi pada seberapa lama dan seberapa sering.
smartphone. Karena seringnyami itu, biar tidak ada
Hasil wawancara peneliti dengan sahabat apa-apa dia periksaji juga hpnya.
AN yaitu FP bahwa: (wwcr03/230421/FP/S2)

Ada pernah kejadian dia (AN) tidak sengaja Berdasarkan hasil wawancara peneliti
senggol dosenku waktu di koridor kampus, dengan sahabat konseli yaitu FP, didapatkan
untung hanya ditegurji tidak saya tahu kesimpulan bahwa AN memang sering
bagaimana kejadiannya kalau sampai kedapatan bermain smartphone dalam waktu yang
diperpanjang sama dosenku. Saya kira satu relatif lama juga dalam beberapa kondisi di mana
kali saja, tapi beberapa kalimi terulang kalau kebanyakan orang tidak melakukannya.
samaka (tidak saya tahu kalau tidak Wawancara peneliti dengan orang tua
samaka). Sudah juga kejadian waktu KKN ki konseli dalam hal ini Ibunya yang berinisial H,
tidak sengaja dia senggol siswa. Susah sekali menyatakan bahwa:
dia kontrol dirinya kalau fokusnya hanya di
Setiap saya ke kamarnya pasti pegang hp,
pesan yang masuk di hpnya, padahal
biasa juga duduk di depan laptop sambil
jarangji ku rasa ada chatki, sekedar dia cek
main hp. Biasa saya marahi karena
saja. (wwcr03/230421/FP/S2)
tugasnya tidak dihiraukan sekedar
Berkaca dari hasil wawancara peneliti terbukaji laptopnya tapi tidak fokuski
dengan FP selaku sahabat AN, didapatkan kerja tugas, sedikit-sedikit dia periksa
informasi bahwa akibat selalu merasa bahwa ada hpnya. Begitu juga kalau saya suruh cuci
pesan masuk pada smartphone, AN tidak dapat piring disampingnya ada terus hp,
mengontrol dirinya sehingga dapat sering-sering itu kejadian tidak bersih
membahayakan dirinya juga orang lain caranya cuci piring sampai pecah gelas
2. Faktor penyebab terjadinya Phantom karena lain dia perhatikan, kalau saya
Vibration Syndrome pada mahasiswa kasus suruh simpan biasa marah-marahki
AN di Universitas Negeri Makassar karena nanti ada pesan penting baru
ketinggalanki. Kalau mau dibilang
hubungannya sama keluarga yang
15
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

datang berkunjung ke rumah baik- beraktivitas. Seseorang yang menyimpan ponsel


baikji, tapi pernah ada ditanyakanki pada saku dan digenggam frekuensi mengalami
sama tante-tantenya lain dia jawab Phantom Vibration Syndrome lebih tinggi sehingga
karena tidak fokus. Malu-maluka biasa orang yang mengalaminya dapat berhalusinasi.
saya kalau begitu perilakunya, tapi Dari hasil observasi peneliti di lokasi KKN
tidak bisa dimarahi karena marah konseli AN selalu meletakkan smartphone
kembali nanti. (wwcr02/220421/H/S3) miliknya pada saku celana dan paling sering
digenggam.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan orang tua konseli dalam hal ini Ibunya Hasil wawancara peneliti dengan AN
yang berinisial H didapatkan informasi bahwa sebagai konseli yaitu:
AN kerap kali tidak fokus terhadap apa yang
Saya selalu simpan hpku di saku celana
sedang dia kerjakan. Terlihat ketika Ibunya
atau saya pegang, pertimbangannya
meminta tolong agar AN mengerjakan
kalau di tas susah diambil dan seperti
pekerjaan rumah AN menjadi kurang fokus
tidak tenang jka saja kalau tidak ada
yang menjadikan pekerjaannya tidak selesai
hpku saya lihat. Sama halnya kalau
dengan baik, hal ini membuat Ibu AN merasa
mauka tidur, tidak pernah saya simpan
tidak nyaman dengan perilaku AN. Juga ketika
hpku di atas meja tapi selalu di
rumahnya dikunjungi kerabat AN sangat jarang
sampingku atau di bawah bantal karena
keluar kamar, ketika di ajak berbincang oleh
saya rasa terus bunyi/ bergetar hpku itu
keluarga terkadang AN tidak fokus seehingga
yang buatka tidak mau kalau hpku tidak
obrolan mereka terkesan tidak nyambung. Hal
ada didekatku. (wwcr01/2104/AN/S1)
ini akan berdampak buruk apabila AN terus-
terusan seperti itu. Dari hasil wawancara peneliti dengan
konseli AN menyatakan bahwa AN lebih sering
Adapun wawancara peneliti dengan
memegang smartphone miliknya ketika sedang
konseli AN, menyatakan bahwa:
beraktivitas atau menaruhnya disaku celana, juga
Kalau mau dihitung sering sekalika ketika akan tidur ikut membawa smartphone di
main hp. Biasa sementara kerja PR atas tempat tidurnya akibat selalu merasakan
dengar musikka di hp, makan sambil smartphone miliknya ada notifikasi. Hal ini
main hp juga, intinya pekerjaan apapun menunjukkan akibat selalu berhalusinasi AN
itu kalau masih bisaka pegang hp saya tidak membiarkan smartphone miliknya jauh dari
pegang. Berhentika kalau tidurpi, jangkauan.
bangun juga yang pertama saya cek hp.
Wawancara peneliti dengan H selaku
Jujur saja, karena ku rasa chatku
orang tua AN, yaitu:
semalam adami balasannya atau ada
chatka untuk keluar jalan, nongkrong, Hal yang paling susah dikasih tahu AN
kerja tugas. Jelas sekalimi toh kalau simpan hp kalau ada disuruhkan ki.
sering sekalika main hp. Olahraga saja Pernah hampir dijambret waktu dia
masih saya pegangji hpku. ikutka ke pasar karena dia pegang hpnya
(wwcr01/2104/AN/S1) terus. Saya itu kalau capek mka menegur
saya biarkanmi sampai dia rasa sendiri
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
akibatnya. Biar tidur dia pegang juga hp
wawancara peneliti dengan konseli AN
nya. (wwcr02/220421/H/S3)
menyatakan bahwa AN aktif
menggunakan smartphone dengan Dari hasil wawancara peneliti dengan
waktu penggunaan yang terbilang lama, orang tua AN yang berinisial H, menyatakan
terhitung ketika AN sedang belajar, bahwa AN sangat jarang meletakkan smartphone
mengerjakan pekerjaan rumah, saat miliknya di tempat yang sulit untuk dijangkau.
akan tidur, ketika baru bangun tidur, Kadang orang tua AN merasa kesal ketika AN
olahraga, maupun aktivitas lainnya. selalu fokus pada smartphone miliknya ketika
sedang mengerjakan pekerjaan rumah.
b. Posisi meletakkan smartphone
Faktor ini secara spesifik meliputi di Wawancara peneliti dengan sahabat
mana seseorang meletakkan smartphone ketika konseli yang berinisial FP, yaitu:

16
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

Kalau yang saya lihat di sakunya terus, kuliah, karena tidak bisa dia bagi fokusnya
jarang dia simpan di tas itupun kalau akhirnya tengah malampi dia kerja yang
mau pergi- pergi dia suruh jka seharusnya bisa selesai siang atau sore.
pegangkanki sambil dia boncengka dan Pernah juga waktu di dalam kelas, saya
tidak berhenti bertanya “ada pesanku panggil ke kantin berapa kali tidak dia
masuk?”. Kalau lagi makanka hp nya dengar jadi saya tinggalkan. Waktu di
dia simpan disebelah piringnya, jadi kantin ketemuka dan bilang kenapa tidak
waktu makanki sambil dia perhatikan saya ajak dia ke kantin. Pokoknya biasami
baik-baik hpnya. Seringka juga nginap terjadi hal-hal demikian di dirinya, kadang
di rumahnya dan hp nya dia bawa melamunki baru tiba-tiba dia cek hpnya
tidur. Saya ku bawaji juga hpku karena seolah ada terus notifikasi yang masuk.
takutnya ada pesan penting tapi tidak (wwcr03/230421/FP/S2)
terlalu posesif jka sama itu. Artinya Dari wawancara tersebut didapatkan
bisaji saya seimbangkan, kalau AN informasi bahwa FP sudah terbiasa dengan
tidak peduli bagaimana kondisinya kondisi AN yang memiliki kontrol diri rendah
selalu notif hpnya dia pikir. yang mengakibatkan kinerja akademik AN
(wwcr03/230421/FP/S2) menurun dan secara negatif mempengaruhi
komunikasi antara AN dan FP.
Hasil wawancara peneliti dengan
sahabat konseli yaitu FP diperoleh informasi Wawancara peneliti dengan orang tua
bahwa untuk menghindari ketinggalan konseli dalam hal ini Ibunya yang berinisial H,
informasi AN selalu menyimpan smartphone yakni:
miliknya di saku celana juga digenggam. FP
Waktu saya marahi karena hp terus dia
mengaku bahwa dia juga selalu membawa
perhatikan, dia bilang tidak bisa
smartphone ke mana-mana tetapi tidak seposesif
konsentrasi kalau ada disuruhkan sama
AN yang terbiasa berhalusinasi dan terlalu
main hpnya. Sampai kalau saya suruh
fokus pada pesan yang masuk pada smartphone.
bantuka kadang tidak beres hasilnya
c. Kemampuan kontrol diri yang rendah karena kerja sambil bawa hp. Seperti minta
Faktor ini menunjukkan seseorang yang tolongka perbaiki keran air malahan
tidak mampu memberi batasan antara diri tambah rusakji karena salah pasangki.
(kegiatannya sehari-hari) dengan smartphone. (wwcr02/220421/H/S3)
Tanpa adanya kontrol pada smartphone dapat
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
menimbulkan dampak yang serius terhadap
dengan orang tua AN yang berinisal H bahwa
kesejahteraan mental serta mempengaruhi
AN mengakui bahwa dia sulit untuk mengontrol
kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi
dirinya untuk mengerjakan pekerjaan rumah
interaksi sosial, kinerja akademik menjadi
dengan halusinasinya terhadap smartphone
rendah, dan secara negatif mempengaruhi
sehingga mengakibatkan AN terus-menerus
hubungan sosial. Dari hasil observasi peneliti,
berkeinginan mengecek smartphone dalam
konseli AN kedapatan tidak mampu
kondisi apapun.
mengontrol dirinya ketika sedang rapat
bersama rekan KKN lainnya yang ditunjukkan Wawancara peneliti dengan konseli AN
dengan perilaku tidak fokus dengan forum yaitu:
rapat mengenai program kerja teman-teman Biasa terjadi, karena terlalu saya
KKN, dan cenderung ceroboh. perhatikan hpku atau selalu saya cek
Wawancara dengan FP sahabat konseli, akhirnya saya lupa apa yang harus saya
yaitu: kerjakan, sering saya lupa tugasku tapi
tidak sampai tidak saya kerjaji. Susah
Kalau masalah tugas kuliah dia kerja
karena kepentinganku rata-rata di hp,
terusji, cuman biasa dia lupa kerja jadinya
selalu ji saya berusaha kadang berhasil
tengah malam dia kerja, bahkan pernah
kadang tidak bahkan pernahka hampir
sistem kebut semalam. Jadi bisa dibilang
ditabrak gara-gara terlalu fokuska di hp.
bertanggung jawabji sama tugas
Intinya sulit sekalika kontrol diriku, karena
kuliahnya. Itumi kurangnya dia, susah
terbayang-bayang terus kalau ada pesanku
sekali kontrol dirinya. Seperti tugas
17
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

masuk makanya saya cek terus hpku. Jujur nah, jarang ada orang tuanya AN di
(wwcr01/2104/AN/S1) rumah. Waktu nginapka di rumahnya AN
tidak adaji juga dia bilang orang tuanya
Hasil wawancara peneliti dengan konseli
kalau dia lihat saya sama AN main hp,
AN menyatakan bahwa AN sadar kalau dia
bahkan suka jki dia bercandai. Tapi pernah
kesulitan mengontrol diri juga kesulitan untuk
ada kejadian karena kesalahannyaji juga
mengatasi hal tersebut. AN secara terus-
AN di suruh sama Ibunya beli pulsa tapi
menerus membayangkan kalau ada notifikasi
sampai Ibunya marah tidak pergi juga beli
pada smartphone miliknya sehinga tanpa sadar
pulsa dan posisiku saya adaka waktu
dapat membahayakan dirinya sendiri apabila
dimarahi AN akhirnya disinggungmi
tidak terkontrol.
masalah hp terus saja dia urus.
d. Faktor Lingkungan (wwcr03/230421/FP/S2)
Faktor ini berkaitan erat dengan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi seseorang
sehingga berperilaku akibat Phantom Vibration Hasil wawancara peneliti dengan sahabat
Syndrome, faktor tersebut di antaranya AN yang berinisial FP menyatakan bahwa dalam
kurangnya pengawasan orang tua ketika lingkungan keluarga, AN tidak mendapat
bermain smartphone, fasilitas yang memadai tekanan yang berarti dari orang tua terkait
(wifi) dan teman dekat yang mendukung dengan AN yang selalu bermain smartphone.
kegiatan bermain smartphone. Dari hasil
Wawancara peneliti dengan orang tua
observasi peneliti menemukan kondisi ruangan
konseli dalam hal ini Ibunya yang berinisial H
tempat mahasiswa KKN menjadi hening ketika
yakni:
semuanya bermain smartphone, kondisi seperti
ini sangat mendukung AN untuk fokus juga Tidak pernah saya batasi, cuman kalau
pada smartphone miliknya. kelewatan biasa saya tegurji. Kadang kalau
ada saya perintahkan selaluji bilang
Wawancara peneliti dengan AN selaku
tunggu dulu, biasa dia lupa apa yang saya
konseli yaitu:
perintahkan. Biasa kalau terlalu larut
Kalau di rumah tidak ada batasan secara malam mainnya saya ingatkanji karena
tegas dari orang tuaku, tapi biasa jka dia kesehatannya takutnya terganggu, atau
marahi karena tidak bisaka bagi waktuku kalau ada saya perintahkan baru lambat
antara main hp sama pekerjaan lain. dia kerja biasa saya marahi nanti jadi
Apalagi rumah juga ada wifi jadi tidak kebiasaan. Biasa kalau sering ditegur
ada alasanku tidak main hp, teman- marahki, alasannya tidak mau diganggu
temanku suka sekali datang ke rumah karena ada dia kerja walaupun sudah larut
untuk main wifi dan orang tuaku juga malam. (wwcr02/220421/H/S3)
tidak keberatanji. Ituji marah kalau lama
Hasil wawancara peneliti dengan orang
sekali saya kerja pekerjaan yang
tua AN didapatkan informasi bahwa H selaku
disuruhkanka, belum lagi bedagangka
Ibu AN tidak pernah memberi batasan kepada
karena main hp. Tapi pikirku itu tidak
AN untuk bermain smartphone. Tetapi tidak segan
berpengaruhji karena orang tuaku tidak
menegur apabila AN melampaui batas.
pernah sampai marah sekali di saya jadi
tidak adaji sebenarnya alasanku untuk 3. Dampak Phantom Vibration Syndrome pada
tidak main hp. (wwcr01/2104/AN/S1) mahasiswa kasus AN di Universitas Negeri
Makassar
Berdasarkan wawancara peneliti dengan
Seseorang yang berperilaku akibat
AN selaku konseli menyatakan bahwa tidak ada
Phantom Vibration Syndrome akan mengalami
batasan secara tegas dari orang tua AN untuk
beberapa dampak diantaranya adalah sebagai
bermain smartphone bahkan AN difasilitasi wifi
berikut:
di rumahnya. Begitu juga dengan teman-teman
AN yang ketika bertemu kebanyakan fokus a. Membahayakan diri sendiri akibat perilaku
pada smartphone masing-masing. yang tidak terkontrol.
Aspek ini mencakup keselamatan
Wawancara peneliti dengan FP selaku
diri seseorang yang terancam akibat tidak
sahabat konseli yakni:
18
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

mampu melakukan kontrol terhadap diri suruh terus tapi maumi diapa karena
dengan baik. Hasil observasi peneliti tidka bisa juga saya kontrol perilakuku
seringkali mendapati AN ceroboh yang mau terus cek hp.
mengerjakan sesuatu atau bahkan sedang (wwcr01/2104/AN/S1)
jalan sekalipun ada saja hal yang membuat
Hasil wawancara peneliti dengan konseli
dirinya merasa sakit seperti tidak sengaja
AN menyatakan bahwa kecemasan yang dialami
menabrak meja dan kakinya terbentur
AN diakibatkan perasaan adanya notifikasi yang
pintu akibat terlalu fokus pada smartphone.
masuk setiap saat sehingga AN takut
Wawancara peneliti dengan konseli AN ketinggalan, kecemasan ini berlanjut lebih parah
yaitu: sampai melibatkan orang lain untuk memenuhi
rasa penasaran AN terhadap smartphone
Sudah saya bilang tadi, pernahka
miliknya.
hampir ditabrak gara- gara ku rasa ada
chatka jadi pas saya cek hp ku tidak c. Menghambat komunikasi antar individu
sadarka kalau di depanku itu ada mobil Seseorang dengan perilaku akibat
yang mau menyalip sedangkan posisiku Phantom Vibration Syndrome akan mengalami
itu sudah di tengah jalananmi gangguan komunikasi dengan orang sekitar.
sementara naik motor. Terjadipi baru Kondisi seperti ini, dapat mempengaruhi kualitas
sadarka, dan kalau sudah kejadian informasi yang diperoleh individu yang
berusaha jka kontrol diriku tapi sampai bersangkutan sehingga dapat menimbulkan
sekarang masih susah. kesenjangan. Dari hasil observasi peneliti terlihat
(wwcr01/2104/AN/S1) bahwa AN memang begitu mengkhawatirkan
smartphone miliknya sehingga terkadang tidak
Hasil wawancara peneliti dengan AN
fokus dengan pertanyaan yang peneliti berikan
selaku konseli menyatakan bahwa akibat
dengan selalu meminta peneliti untuk
mengalami halusinasi berlebih bahwa
mengulang apa yang ditanyakan.
smartphone miliknya ada notifikasi tak jarang
AN mengalami kejadian yang sangat Wawancara peneliti dengan konseli AN
membahayakan dirinya, atau dengan kata lain yaitu:
AN memiliki kontrol diri yang rendah terhadap
Saya sadari memang komunikasiku ke
situasi yang dialami setiap harinya.
orang kadang nyambung kadang tidak,
b. Kecemasan yang berlebihan kadang tidak saya dengar apa yang
Merupakan kondisi di mana seseorang orang bilang, diajakka ke kantin tidak
dipenuhi rasa khawatir dan takut terjadi apa- saya dengar akhirnya ditinggalkan ka
apa dengan smartphone miliknya yang temanku ke kantin. Sampai di kantin
membuatnya ketinggalan informasi. Hasil saya tegur temanku kenapa tidak dia
observasi peneliti AN menunjukkan perilaku ajakka. Keluargaku juga yang datang
gelisah ketika smartphone miliknya sedang diisi berkunjung biasa cerita di Ibuku kalau
daya. saya di ajak bicara tidak saya hiraukanji
atau lamapi saya respon.
Adapun wawancara peneliti dengan
(wwcr01/2104/AN/S1)
konseli AN yaitu:
Hasil wawancara peneliti dengan AN
Terbayang-bayang terus kalau ada
sebagai konseli menyatakan bahwa AN merasa
pesanku masuk, jadi kalau jauh hpku
perilakunya yang selalu memeriksa smartphone
atau habis dayanya panik sekalika
berdampak pada komunikasi yang kurang sikron
apapun ku lakukan asal saya tahu apa
antara AN dengan lawan bicara. Hal ini akan
yang ada di hpku. Jeleknya kalau
mengurangi interaksi sosial yang baik antara dia
begituka biar orang lain saya libatkan
dengan orang lain.
juga, kalau cemas sekalika tapi adaka
dikondisi yang memang haruska jauh d. Pekerjaan menjadi terhambat
dari hpku saya suruh orang lihatkan ka Orang dengan perilaku akibat Phantom
pesanku di hp ada atau tidak karena Vibration Syndrome akan lebih fokus pada
perasaanku ada terus notif masuk. Biasa smartphone dengan pertimbangan apabila akan
teman-temanku marahmi karena saya mengerjakan suatu pekerjaan tidak rela
19
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

meninggalkan smartphone karena selalu mamaku buru-buru ka berdiri ternyata


terbayang akan adanya notifikasi pada bukan hpku bunyi. Semenjak itu fokus
smartphone sehingga pekerjaan menjadi terus mka di hp. (wwcr01/2104/AN/S1)
terhambat. Hasil observasi peneliti dengan
Dari hasil wawancara peneliti dengan
konseli diperoleh informasi bahwa AN selalu
konseli AN diperoleh informasi bahwa AN sering
melewati deadline ketika mengumpulkan
mengalami halusinasi yang berlebih terhadap
laporan KKN.
notifikasi pada smartphone miliknya. Hal ini
Wawancara peneliti dengan AN sebagai membuat AN merasa terganggu karena kesulitan
konseli yakni: mengontrol dirinya.
Banyakmi orang keluhkan itu termasuk 4. Upaya Penanganan Perilaku Akibat Phantom
orang tuaku, saya saja selalu menyesal Vibration Syndrome Pada Mahasiswa AN di
tidak selesai tugasku dan akhirnya Universitas Negeri Makassar
menumpuk baik itu tugas kampus a. Self Monitoring dan analisis ABC untuk
maupun tugas rumah. Itu sebabnya menentukan perilaku yang akan diubah
selalu sakit kepalaku, karena tidak ku
Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin 17
tahu mana yang mau saya kerja
Mei 2021. Kegiatan ini dirangkaikan dengan
pertama saking banyaknya.
rasionalisasi penggunaan teknik self management
(wwcr01/2104/AN/S1)
dilaksanakan selama 60 menit di rumah masing-
Hasil wawancara peneliti dengan AN masing secara daring via zoom meeting.
menyatakan bahwa AN kewalahan Perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan ini
mengerjakan pekerjaan yang menjadi yaitu meja, laptop, smartphone, earphone, LKPD
kewajibannya diakibatkan AN selalu menunda- dan alat tulis.
nunda. Sehingga pekerjaannya menumpuk dan Kemudian peneliti melakukan tahap
seringkali terbengkalai. analisis ABC kepada konseli dimana A yaitu
e. Halusinasi yang berlebihan antecedent atau orang yang menyebabkan
Halusinasi yang dialami seseorang terjadinya perilaku, dalam hal ini konseli
dengan perilaku akibat Phantom Vibration dikatakan sebagai pencetus perilaku yaitu dalam
Syndrome yaitu selalu membayangkan ada hal kebiasaan yang berlebihan mengecek
notifikasi karena merasakan smartphone smartphone dengan durasi lama dan sering. B
berbunyi/ bergetar. Namun hal ini terjadi secara yaitu behavior atau perilaku yang
berlebihan oleh konseli AN. Dari hasil observasi dipermasalahkan, dalam hal ini mencakup
peneliti menemukan fakta bahwa pada saat frekuensi tingkah laku yaitu sangat sering
teman-teman yang lain melaksanakan program mengecek smartphone yang dalam sehari bisa
kerja (membuat penghijauan taman) AN sampai ± 10 jam, durasi perilaku yaitu seberapa
tampak gelisah keluar masuk ruangan untuk lama konseli menggunakan smartphone dalam hal
memastikan smartphone miliknya terdapat ini konseli mengecek smartphone dilakukan secara
notifikasi atau tidak. berulang bisa ± 1 jam (intensitas perilaku yaitu
berlangsung sekarang). C yaitu consequence atau
Wawancara peneliti dengan AN sebagai konsekuensi atau akibat dari perilaku, dalam hal
konseli yaitu: ini konseli berperilaku maladaptive, yaitu berupa
Semenjak saya pakai hp selaluka juga tugas/pekerjaan yang terbengkalai atau tidak
merasa ada pesan masuk jadi saya cek selesai tepat waktu, seringkali membahayakan
terus, sampai sekarangmi. Seolah-olah diri akibat perilaku mengecek smartphone yang
pikiranku ke situ terus, akhirnya biar tidak terkontrol, halusinasi dan kecemasan yang
bunyi apa saya kira terus hpku yang berlebihan ketika jauh dari smartphone¸ dan
bunyi. Awalnya tidak adaji masalah, menghambat komunikasi antar individu.
tapi lama kelamaan tergangguka. (Wawancara pada tanggal 17 Mei 2021)
Pernah lagi mandika tiba-tiba ku rasa Tahapan self-monitoring dilaksanakan
ada telfonka jadi buru-buru ka pakai pada Selasa, 18 Mei 2021 yang mana seharusnya
handuk ke kamar lihat hpku, ternyata dilaksanakan pada hari Senin 17 Mei 2021 namun
tidak adaji. Banyak-banyak kejadian ada sedikit kendala yang mengharuskan kegiatan
seperti itu, pernah bunyi hpnya konseling ditunda sampai hari berikutnya.
20
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

b. Self- Contracting Vibration Sndrome, peneliti mengarahkan


konseli untuk bersama-sama mengevaluasi
Kegiatan self-contracting
efektifitas dan efisiensi dari
dilaksanakan pada Selasa, 25 Mei 2021.
perencanaan/strategi untuk mengurangi
Dilaksanakan satu kali pertemuan selama 50
perilaku akibat Phantom Vibration Sndrome.
menit di rumah masing-masing secara
e. Self- Reward
daring via zoom meeting. Perlengkapan yang
digunakan dalam kegiatan ini yaitu meja, Kegiatan self-reward (reinforcement
laptop, smartphone, headset, LKPD dan alat positive) dilaksanakan pada Rabu, 16 Juni 2021.
tulis. Dilaksanakan satu kali pertemuan selama 60
Pada tahaan ini konseli diarahkan menit di rumah masing-masing secara daring
membuat perencanaan/strategi yang akan dengan video call via whatsapp. Perlengkapan
digunakan untuk mengurangi perilaku yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu
akibat Phantom Vibration Syndrome. meja, laptop, handphone (hp), headset, tripod
c. Stimulus-Control dan alat tulis.
Setelah konseli menerapkan dan
Kegiatan stimulus control
melaksanakan perencanaan/strategi untuk
dilaksanakan pada Sabtu, 08 Juni 2021. mengurangi perilaku akibat Phantom Vibration
Dilaksanakan satu kali pertemuan selama 60
Syndrome dengan baik dan berhasil
menit di rumah masing-masing secara
mengurangi perilaku akibat Phantom Vibration
daring dengan video call via whatsapp.
Syndrome, maka peneliti mengarahkan konseli
Perlengkapan yang digunakan dalam
masuk pada tahap self-reward (reinforcement
kegiatan ini yaitu meja, laptop, handphone
positive) dimana konseli diarahkan untuk
(hp), headset, tripod dan alat tulis.
memberikan self reward kepada diri sendiri
Karena konseli telah ikut andil
karena telah berhasil mengontrol diri dengan
dalam perumusan perencanaan/strategi yang
cara mengurangi perilaku akibat Phantom
akan digunakan pada tahap sebelumnya,
Vibration Syndrome.
peneliti mengarahkan konseli masuk pada
4.2 Pembahasan
tahap stimulus control. Pada tahap ini peneliti
1. Gambaran Perilaku Akibat Phantom
menjelaskan dan memberikan contoh
Vibration Syndrome
pelaksanaan perencanaan/strategi kepada
Phantom Vibration Syndrome
konseli agar konseli memahami dan
merupakan sindrom dimana menyebabkan
mengerti cara menerapkan
orang yang mengalaminya berperilaku
perencanaan/strategi yang telah
maladaptif seperti sering merasa bahwa
ditentukannya sendiri.
smartphone miliknya berbunyi sehingga orang
Kemudian peneliti mengarahkan
yang mengalaminya kesulitan untuk
konseli untuk menerapkan dan
mengontrol diri. Hasil penelitian terhadap AN
melaksanakan perencanaan/strategi tersebut
menunjukkan bahwa AN seringkali merasa
dalam keseharian konseli agar konseli
smartphone miliknya berbunyi, namun ketika
terlatih untuk mengontrol dirinya dalam
diperiksa tidak ada notifikasi sama sekali.
bermain smartphone.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
d. Self –Evaluation
penjelasan perilaku Phantom Vibration
Kegiatan self-evaluation dilaksanakan pada
Syndrome yang dikemukakan oleh Rothberg,
Selasa, 15 Juni 2021. Dilaksanakan satu kali
dkk (2010) menjelaskan bahwa Phantom
pertemuan selama 65 menit di rumah
Vibration Syndrome merupakan suatu kondisi
konseli. Perlengkapan yang digunakan
dimana seseorang akan merasakan sensasi
dalam kegiatan ini yaitu meja dan alat tulis.
getaran telepon genggam seakan-akan
Pada tahapan ini sebelumnya konseli
terdapat notifikasi yang masuk ke telepon
dirahkan untuk menceritakan hambatan dari
genggam tetapi pada kenyataannya telepon
pelaksanaan strategi lalu kemudian Setelah
genggam dalam kondisi tidak aktif.
konseli menceritakan hambatan-hambatan
Hal ini menyebabkan AN sulit untuk
yang ditemuinya selama menerapkan dan
mengontrol diri sehingga dia selalu
melaksanakan perencanaan/strategi untuk
membahayakan diri sendiri akibat perilaku
mengurangi perilaku akibat Phantom
yang tidak terkontrol antara dirinya dengan
21
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

apa yang ada pada smartphone, AN kesulitan dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan
mengontrol diri sendiri dalam bermain bahwa AN mengalami perilaku akibat
smartphone baik itu di rumah, di kampus, Phantom Vibration Syndrome. Hal ini
maupun di tempat umum, AN tidak bisa disebabkan AN bermain smartphone secara
membedakan mana yang merupakan bunyi terus- menerus , sehingga memiliki kontrol
smartphone dan mana yang bukan atau dalam diri yang rendah, tidak mampu membedakan
hal ini AN selalu berhalusinasi bahwa ada mana yang merupakan bunyi notifikasi dan
notifikasi pada smartphone miliknya. Hal ini mana yang bukan, sehingga kerap kali
sesuai yang dikemukakan oleh Rothberg, merugikan diri sendiri dan orang lain.
dkk (2010), bahwa getaran hantu melibatkan 2. Faktor Penyebab Timbulnya Perilaku Akibat
salah tafsir rangsangan sensorik atau Phantom Vibration Syndrome
halusinasi taktil. Parisi (2013) merangkum Rorthberg dkk. (2010) menyatakan
bahwa halusinasi dapat menandakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
keinginan untuk kontak sosial yang konstan, memiliki hubungan yang positif terhadap
atau ketakutan dan kecemasan dalam munculnya gejala Phantom Vibration Syndrome
mengantisipasi kedatangan pesan. Hal ini yang dialami seseorang. Faktor yang
tentunya akan sangat mengganggu bagi dimaksud diantaranya yaitu intensitas lama
orang yang mengalaminya. waktu penggunaan telepon genggam dan
Selain itu, AN tidak mampu posisi meletakkan telepon genggam saat
menahan diri dari godaan ketika timbul membawanya.
keinginan untuk bermain smartphone saat Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
mengerjakan pekerjaan lain akibatnya AN mengambil kesimpulan bahwa yang menjadi
selalu ceroboh bahkan lalai ketika penyebab timbulnya perilaku akibat Phantom
mengerjakan suatu pekerjaan; Hasil Vibration Syndrome pada AN adalah intensitas
penelitian tersebut sesuai dengan pendapat penggunaan smartphone dan posisi meletakkan
Khlaiwi (2012), menyebutkan bahwa gejala smartphone yang membuat AN tidak bisa
yang ditimbulkan akibat Phantom Vibration mengontrol dirinya dengan baik. Hasil
Syndrome yaitu sakit kepala, peningkatan penelitian yang dilakukan diperoleh informasi
kecerobohan, dan sering terjadi kelupaan bahwa AN selalu penasaran dengan notifikasi
pada diri individu. Artinya, individu yang yang ada pada smartphone sehingga dia selalu
mengalami Phantom Vibration Syndrome merasa smartphone miliknya berbunyi, apalagi
menjadi ketergantungan terhadap smartphone ketika smartphone berada pada saku
sehingga menyebabkan sakit kepala apabila celananya. Hal ini membuat AN refleks
tidak memegang smartphone sedikit saja, memeriksa smartphone karena merasa ada
sering melakukan sesuatu tidak sesuai getaran dari dalam sakunya. Hal ini diperkuat
dengan yang semestinya, juga cenderung dengan pendapat A.K. Goyal (2015)
selalu lupa. menyatakan bahwa salah satu faktor utama
AN juga sangat cemas ketika jauh yang terkait dengan Phantom Vibration
dari smartphone dalam kurun waktu yang Syndrome adalah posisi menjaga ponsel.
singkat AN menjadi gelisah ketika tidak Frekuensi Phantom Vibration Syndrome lebih
memeriksa smartphone miliknya dengan tinggi pada mahasiswa yang menyimpan
alasan takut ketinggalan informasi, dan ponsel mereka di saku baju dan saku depan
sangat aneh ketika dia tidak membuka celana, dan lebih rendah pada mahasiswa
media sosialnya. Dalam penelitian yang menyimpan ponsel di saku belakang
terdahulu, menurut Rosen dkk. (2013) celana mereka. Gejala itu paling sedikit pada
menemukan bahwa individu muda yang mahasiswa yang menyimpan ponsel di tas.
mengalami PVS akan lebih sering cemas 75% mahasiswa merasakan getaran atau
daripada yang lebih tua (kecemasan sedang dering bahkan ketika telepon dimatikan atau
dan tinggi) diakibatkan tidak dapat telepon tidak ada di saku mereka.
memeriksa teks pesan, diikuti oleh Menurut Drouin dkk. (2012) mereka
panggilan telepon, dan kemudian email yang sangat bergantung pada pesan teks
pribadi dan jejaring sosial. untuk kepentingan hubungan sosial
Berdasarkan hasil penelitian yang kemungkinan besar mereka akan menerima

22
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

banyak pesan, sehingga mereka menjaga dapat mendatangkan akibat bagi individu
ponsel tetap aktif untuk mengetahui ada baik itu dampak yang baik dan buruk.
pesan yang masuk. Sensitivitas terhadap Dampak dari perilaku akibat Phantom
getaran ponsel karena eksposur berulang- Vibration Syndrome adalah seseorang memiliki
ulang ini dapat meningkatkan kemungkinan kontrol diri yang rendah akibat selalu
mengalami Phantom Vibration Syndrome. Hal merasakan smartphone berbunyi, sehingga
ini terjadi juga pada AN, dimana dalam sering mengecek smartphone meskipun disaat
penelitian ini didapatkan informasi bahwa yang tidak tepat untuk menggunakannya.
AN selalu menjaga smartphone miliknya Dalam penelitian ini, AN teridentifikasi
tetap aktif. AN akan mengalami kecemasan mengalami Phantom Vibration Syndrome karena
yang berlebihan besehingga AN selalu sering mengecek smartphone meskipun disaat
membawa alat pengisi daya cadangan tanpa yang tidak tepat untuk menggunakannya. Hal
listrik (power bank) untuk memastikan ini juga dapat menunjukkan bahwa AN
smartphone tetap aktif. Hal ini tentunya akan ketergantungan smartphone.
mengganggu AN dalam melakukan Menurut Singh (2013) Ketergantungan
kegiatannya sehari-hari. yang berlebihan pada telepon dan membuat
Penelitian terdahulu menyebutkan individu percaya bahwa mereka tidak bisa
bahwa PVS dilaporkan menghambat apa-apa tanpa smartphone dan mereka
aktivitas sehari-hari dalam beberapa mengalami tingkat stres yang tinggi ketika
kasus. Hal ini dilaporkan oleh mahasiswa kehilangan konektivitas . Ini dapat
kedokteran yang berpartisipasi dalam menyebabkan gangguan kejiwaan dan
Singh et al .'s (2013) dan penelitian Subba et psikologis yang serius masalah termasuk
al . (2013). Sementara dalam studi pertama ringxiety. Ini dikonfirmasi oleh fakta artikel
melaporkan penurunan akademik kinerja bahwa penggunaan ponsel dan gejala klinis
setelah memperoleh ponsel, penyelidikan telah sering disebutkan sebagai ringxiety.
terakhir menemukan bahwa secara Hasil penelitian diperoleh informasi
signifikan proporsi sampel yang mengalami bahwa AN sering merasa bahwa smartphone
PVS juga mengeluh bahwa studi mereka miliknya berbunyi sehingga dia selalu
sedang terhambat. membahayakan diri sendiri akibat perilaku
Dalam penelitian ini, didapatkan yang tidak terkontrol. Dalam suatu kasus AN
pula informasi bahwa AN bermain hampir mengalami kecelakaan akibat merasa
smartphone secara terus- menerus karena AN smartphone miliknya bergetar karena ada
difasilitasi wifi di rumahnya dan orang tua notifikasi. Kejadian tersebut menunjukkan
AN pun tidak ada larangan yang dapat bahwa AN kerap kali menggunakan
membuat AN tidak bisa bermain smartphone. smartphone pada kondisi yang tidak wajar
Jadi AN dapat bermain smartphone kapanpun dilakukan AN yang dapat membahayakan
dia mau, sehingga menjadi kebiasaan yang dirinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
tidak mampu dia kendalikan Saaid Al-Ani dkk. (2009) bahwa PVS juga
penggunaannya. dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau
Berdasarkan hasil penelitian yang kehilangan konsentrasi selama mengemudi
dilakukan terhadap AN menunjukkan faktor atau saat menggunakan mesin berbahaya.
penyebab timbulnya perilaku akibat Phantom Singh et al . (2013) dan Subba dkk . (2013)
Vibration Syndrome pada AN adalah tentang mahasiswa kedokteran di India
intensitas penggunaan smartphone berlebih melaporkan statistik yang hampir serupa
dan posisi meletakkan smartphone pada saat dengan sekitar 35% dari peserta yang
tidak digunakan, fasilitas yang mendukung melaporkan mengalami PVS disetiap
terjadinya perilaku seperti smartphone yang investigasi. Sebagian besar peserta mengaku
memadai dan tersedianya wifi saat di rumah, merogoh kocek mereka untuk memeriksa
dan kurangnya pengawasan orang tua ponsel mereka dari waktu ke waktu (Singh et
terhadap AN saat menggunakan smartphone. al .,2013), dan sejumlah besar dari mereka
3. Dampak Perilaku Akibat Phantom cenderung menggunakan ponsel mereka di
Vibration Syndrome tempat terlarang seperti ruang kelas (99%)
Dampak merupakan pengaruh yang dan perpustakaan (60,3%) (Subba et al ., 2013).

23
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

AN juga sering kedapatan bermain serta halusinasi yang berlebihan.


smartphone diwaktu makan, pada penelitian 4. Upaya Penanganan Perilaku Akibat
Singh et al . (2013) penggunaan ponsel saat Phantom Vibration Syndrome
makan juga jauh lebih banyak di antara
Analisis korelasional yang dilakukan
kelompok orang yang mengalami PVS
oleh Michelle Drouin and Daren H. Kaiser
hingga 72,8% dibandingkan dengan 61% di
(2012) mendukung mereka yang memiliki
antara kelompok orang yang tidak
kesadaran yang tinggi melaporkan bahwa
mengalami PVS .
lebih sedikit mengalami PVS dikarenakan
mereka lebih memperhatikan tugas yang
Hasil penelitian ini juga
sedang berlangsung dan kecil
menunjukkan bahwa AN cemas ketika jauh
kemungkinannya untuk merasakan getaran
dari smartphone, komunikasi dengan orang
yang nyata atau yang
lain menjadi terhambat, pekerjaan menjadi
dibayangkan. Sebaliknya, orang dengan
terhambat, serta halusinasi yang berlebihan.
tingkat kesadaran lemah akan lebih dominan
Hal ini sesuai dengan sebuah penelitian di
mengalami PVS diakibatkan karena memiliki
Georgia Institute Of Technology menemukan
kontrol diri yang rendah sehingga ketika
dampak Phantom Vibration Syndrome yaitu
terlalu fokus pada smartphone sangat sulit
perubahan tingkah laku akibat penggunaan
untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan
te lepon genggam. Perubahan tersebut
yang dilakukan sehari-hari.
yaitu merasakan getaran dari telepon
Berdasarkan hasil observasi dan
genggam dan sedikit kedutan pada otot.
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dan
Atau merasakan pergerakan pada pakaian
faktor yang menjadi penyebab timbulnya
dapat diinterpretasikan sebagai getaran yang
perilaku akibat Phantom Vibration Syndrome,
berasal dari telepon genggam.
peneliti memperoleh bahwa AN melakukan
Selain itu, hubungan emosional
perilaku akibat Phantom Vibration Syndrome
antara AN dan orang lain menjadi terhambat
dikarenakan ketidakmampuan dalam
ketika AN mengalami perilaku Phantom
mengelola hasrat dan godaan untuk bermain
Vibration Syndrome, begitu juga dengan tugas
smartphone. Sehingga AN tidak bisa
kuliahnya yang pengerjaannya selalu
mengontrol dirinya ketika bermain smartphone
ditunda-tunda mengakibatkan saat waktu
karena ketidakmampuannya dalam
pengumpulan AN menggunakan system
memanajemen diri dengan baik. Oleh karena
kebut semalam. Hal ini sesuai yang di
itu peneliti memberikan penanganan dengan
katakana oleh Kim, Lee, Lee, Nam, dan
menggunakan teknik self management, yaitu
Chung (2014) Phantom Vibration Syndrome
dengan membantu konseli dalam mengatur
dianggap sebagai jenis kecanduan
dan mengubah tingkah lakunya ke arah yang
smartphone yang memiliki masalah dalam
lebih efektif melalui proses belajar tingkah
kontrol impuls. Tanpa adanya kontrol pada
laku baru. Hal ini didukung penjelasan yang
smartphone dapat menimbulkan dampak
dikemukakan oleh Nursalim (Fitri. 2013: 29-
yang serius terhadap kesejahteraan mental
30) yang mengatakan bahwa teknik self
serta mempengaruhi kehidupan sehari-hari,
management (pengelolaan diri) merupakan
seperti mengurangi interaksi sosial, kinerja
suatu proses dimana konseli mengarahkan
akademik menjadi rendah, dan secara
perubahan tingkah laku mereka sendiri
negatif mempengaruhi hubungan sosial
dengan satu strategi atau kombinasi strategi.
(Kuss & Griffiths, 2011).
Pada penelitian sebelumnya oleh
Dari hasil penelitian, dapat peneliti
Michelle Drouin, dkk. (2012) menunjukkan
simpulkan bahwa AN mengalami dampak
bahwa intervensi atau pengobatan yang
akibat perilaku di mana AN sering merasa
ditujukan untuk getaran TMD atau PVS
bahwa smartphone miliknya berbunyi
dimulai dengan: menargetkan reaksi
sehingga dia selalu membahayakan diri
emosional individu terhadap penerimaan
sendiri akibat perilaku yang tidak terkontrol,
pesan teks mereka. Menekan reaksi emosional
cemas ketika jauh dari smartphone,
terhadap pesan teks dengan, misalnya, teknik
komunikasi dengan orang lain menjadi
relaksasi atau perilaku kognitif terapi, dapat
terhambat, pekerjaan menjadi terhambat,
mengurangi kepekaan individu terhadap
24
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

pesan yang sebenarnya dan karena itu perencanaan/strategi yang akan


mengurangi kemungkinan mengalami hantu digunakannya. (c) stimulus control, diberikan
getaran. untuk mengarahkan konseli menerapkan dan
Peneliti mengambil strategi melaksanakan perencanaan/strategi yang
penangan menggunakan teknik self telah ditentukan sendiri dalam kesehariannya
management karena dilihat dari hasil agar konseli terlatih untuk mengontrol dirinya
observasi dan wawancara AN menunjukkan dalam bermain smartphone (d) self-evaluation,
bermasalah pada perilaku khususnya dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas dan
kontrol diri yang rendah terutama pada efisiensi dari perencanaan/strategi yang
smarthone yang selalu merasa bahwa ada digunakan konseli untuk mengurangi
notifikasi pesan yang masuk sehingga tidak perilaku akibat Phantom Vibration Syndrome.
mampu mengimbangi dengan kegiatannya (e) self-reward (reinforcement positive),
sehari-hari. Igarashi dilakukan untuk memberikan self reward
dkk.(2008) mengembangkan model kepada diri konseli karena telah berhasil
konseptual TMD yang menyarankan bahwa mengurangi perilaku akibat Phantom Vibration
karakteristik kepribadian individu akan Syndrome, dan peneliti memberikan
berhubungan dengan tiga aspek penguatan (reinforcement positive) kepada
ketergantungan pesan teks pada penderita konseli atas usaha yang telah dilakukan untuk
PVS yaitu penggunaan yang berlebihan, mengurangi perilaku akibat Phantom Vibration
reaksi emosional terhadap smartphone, dan Syndrome.
pemeliharaan hubungan yang berasal dari Berdasarkan hasil self-monitoring yang
pesan teks. Komponen reaksi emosional dilakukan AN, peneliti menawarkan dua
TMD mungkin juga terkait dengan perencanaan/ strategi untuk mengurangi
seberapa mengganggu PVS bagi individu perilaku Phantom Vibration Syndrome yang
biasanya. Karena emosi yang kuat yang dialami AN. Pertama: AN bisa tetap
tinggi dalam ekstraversi dan neurotisisme memeriksa smartphone, namun mengurangi
telah diinvestasikan dalam pesan potensial intensitas penggunaannya dengan membatasi
(yaitu, mereka merasa mereka penggunaan smartphone diselingi dengan
membutuhkannya untuk mempertahankan melakukan kegiatan yang lain termasuk
hubungan sosial), bayangkan getaran yang mengerjakan semua pekerjaan yang selalu AN
sebenarnya tidak menandakan pesan abaikan juga dengan mengeksplore hobi. Jadi,
mungkin lebih mengganggu orang-orang ini AN hanya harus fokus pada 1 pekerjaan
termasuk AN. Oleh karena itu, perlu adanya dalam kurun waktu yang telah ditentukan,
tindak lanjut khusunya bagi pribadi AN dan bisa melaksanakan kegiatan yang lain
sendiri agar bisa lebih baik. ketika kegiatan 1 telah selesai. Hal ini secara
Adapun tujuan teknik self tidak langsung membiasakan AN untuk tidak
management menurut Gunarsa (2014: 206) terlalu fokus pada 1 objek dalam hal ini
yaitu untuk menghilangkan perilaku dan smartphone miliknya.
kesalahan yang telah terjadi dengan melalui Hal ini sesuai dengan pendapat
proses belajar serta mengganti dengan pola Amrita Deb PhD (dalam Rothberg, 2014)
perilaku yang lebih sesuai dimana konseli bahwa salah satu metode yang paling berhasil
yang menentukan sendiri arah perubahan adalah relokasi perangkat. Para peneliti
perilaku yang diinginkan. menjelaskan bahwa memindahkan sumber
Proses pemberian bantuan getaran mengganggu penciptaan otak memori
dilakukan melalui lima tahap yaitu: (a) self- sensorik untuk lokasi tertentu. Juga sensasi,
monitoring, dilakukan untuk mengarahkan yang terkait dengan frekuensi digunakan,
konseli mengamati dan mencatat perilaku seolah hilang jika tidak diperkuat. Beberapa
akibat Phantom Vibration Syndrome yang melaporkan bahwa mereka menahan diri
dilakukan. (b) self-contracting, dilakukan untuk tidak menggunakan telepon di mode
untuk membahas perencanaan/strategi yang getar untuk menghindari PV; namun teknik
bisa digunakan konseli untuk mengurangi ini berhasil bekerja untuk semua.
perilaku akibat Phantom Vibration Syndrome Berdasarkan intervensi yang
dimana konseli sendiri yang menentukan dilakukan menunjukkan hasil bahwa perilaku

25
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

akibat Phantom Vibration Syndrome pada AN mengawasi perilaku akibat Phanto Vibration
berkurang dimana pada awalnya AN Syndrome pada AN. Pemantauan dilakukan
bermain smartphone secara berlebihan, dengan peneliti berkomunikasi bersama AN
konseli merasa kesulitan untuk mengontrol melalui chat via WhatsApp, hal yang dilakukan
dirinya dalam bermain smartphone, selalu peneliti dalam pemantauan ini yaitu peneliti
timbul keinginan dalam diri konseli untuk menanyakan tentang aktivitas bermain
bermain smartphpone ketika sedang smartphone AN setelah pemberian penanganan
melaksanakan kegiatan lain. Namun karena melalui konseling. Dimana setelah menerima
konseli ingin mengurangi perilaku akibat penanganan melalui konseling, AN sudah
Phantom Vibration Syndrome dan ingin mampu mengontrol diri dari godaan ketika
mengontrol dirinya dengan lebih baik, jadi timbul keinginan untuk bermain smartphone
konseli tetap berusaha mengontrol diri saat mengerjakan pekerjaan lain; AN juga
ketika ingin bermain smartphone dan sudah bisa membedakan mana yang
menunggu waktu yang telah ditentukan merupakan bunyi smartphone dan mana yang
untuk bermain smartphone sembari bukan. Selain itu, AN juga sudah tidak cemas
melaksanakan kegiatan produktif lainnya. ketika jauh dari smartphone dalam kurun
Meskipun pada hari kedua pelaksanaan waktu tertentu; AN juga sudah tidak aktif
teknik self management wifi di rumahnya mati menggunakan aplikasi pada smartphone secara
pada siang hari dimana konseli timbul membabi buta yang dulu menyebabkan AN
keinginan untuk mengecek smartphone ketergantungan pada smartphone ; Serta AN
miliknya untuk sekedar menyalakan koneksi sudah bisa mengontrol diri sehingga dapat
internet. Namun, tanpa konseli sadari dia meminimalisir kecerobohannya dalam
kalap sampai bermain smartphone hingga bekerja.
sore hari sehingga dalam waktu satu minggu Berdasarkan hasil penelitian dan
yang diberikan, konseli satu kali tidak bisa konseling yang dilakukan kepada AN dapat
menahan diri untuk bermain smartphone disimpulkan, bahwa teknik self management
diluar jam yang telah ditentukan. dapat membantu konseli mengurangi perilaku
Dari hasil pelaksanaan intervensi akibat Phantom Vibration Syndrome. Hal ini
AN mulai belajar mengontrol diri ketika berarti penggunaan teknik self management
bermain smartphone baik itu di rumah, di dapat mengurangi perilaku akibat Phantom
kampus, maupun di tempat umum. Selain Vibration Syndrome.
itu, AN juga sudah mampu mengurangi
kegiatan bermain smartphone dengan
mengeksplore kembali hobi yang sudah
lama tidak dia lakukan; AN juga sudah
mampu menahan diri dari godaan ketika
timbul keinginan untuk bermain smartphone
saat mengerjakan pekerjaan lain; AN juga
sudah bisa membedakan mana yang
merupakan bunyi smartphone dan mana yang
bukan. Selain itu, AN juga sudah tidak
cemas ketika jauh dari smartphone dalam
kurun waktu tertentu; AN juga sudah tidak
aktif menggunakan aplikasi pada smartphone
secara membabi buta yang dulu
menyebabkan AN ketergantungan pada
smartphone ; Serta AN sudah bisa mengontrol
diri sehingga dapat meminimalisir
kecerobohannya dalam bekerja.
Setelah pemberian penanganan
dengan konseling menggunakan teknik self
management, peneliti melakukan pemantauan
sebagai upaya dalam mendampingi dan

26
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

Hal ini berarti penggunaan teknik self


KESIMPULAN management dapat mengurangi perilaku akibat
Berdasarkan hasil penelitian yang Phantom Vibration Syndrome.
dilakukan di Universitas Negeri Makassar, pada DAFTAR PUSTAKA
mahasiswa yang mengalami Phantom Vibration
Syndrome, maka dapat disimpulkan sebagai A.K. Goyal. (2015) “Studies On Phantom Vibration
berikut. and Ringing Syndrome Among Postgraduate
a. Gambaran PVS yang ditunjukkan AN seperti Students.” Indian J. Community Heal., Vol.
bermain smartphone secara terus- menerus , 27(1), pp. 35–40
sehingga memiliki kontrol diri yang rendah, Ade, Wahyudi. 2017. Jumlah Pengguna
tidak mampu membedakan mana yang Smartphone di Indonesia. Emarketer,
merupakan bunyi notifikasi dan mana yang https://databoks.katadata.co.id/datablog/2017/
bukan, sehingga kerap kali merugikan diri 01/24/indonesia-raksasa-teknologi-digital- asia
sendiri dan orang lain. Amrita (2014), Phantom vibration and phantom ringing
b. Faktor penyebab timbulnya perilaku akibat among mobile phone users: A systematic review
Phantom Vibration Syndrome pada AN of literature, Asia-Pacific Psychiatry ISSN 1758-
adalah intensitas penggunaan smartphone 5864, Department of Liberal Arts, Indian
berlebih dan posisi meletakkan smartphone Institute of Technology Hyderabad, Hyderabad,
pada saat tidak digunakan, fasilitas yang Telengana, India
mendukung terjadinya perilaku seperti Hudaya. 2015. Peningkatan Kemampuan Mengelola
smartphone yang memadai dan tersedianya Emosi Marah Melalui Teknik Self management
wifi saat di rumah, dan kurangnya pada Siswa Kelas X Teknik Komputer dan
pengawasan orang tua terhadap AN saat Jaringan Smk Muhammadiyah 1 Moyudan.
menggunakan smartphone Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
c. Dampak yang dialami AN akibat perilaku Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
akibat PVS di mana AN sering merasa bahwa Yogyakarta.
smartphone miliknya berbunyi sehingga dia
selalu membahayakan diri sendiri akibat Kim, K., Milne, G. R., & Bahl, S. (2018). Smart phone
perilaku yang tidak terkontrol, cemas ketika addiction and mindfulness: an intergenerational
jauh dari smartphone, komunikasi dengan comparison. International Journal of
orang lain menjadi terhambat, pekerjaan Pharmaceutical and Healthcare Marketing, 12(1),
menjadi terhambat, serta halusinasi yang 25–43.
berlebihan.
d. Setelah menerima penanganan melalui Lin YH, Lin SH, Li P, Huang WL, Chen CY.
konseling, AN sudah mampu mengontrol (2013).Halusinasi yang sering terjadi selama
diri dari godaan ketika timbul keinginan magang medis: Getaran hantu dan sindrom
untuk bermain smartphone saat mengerjakan dering. PLoS One; 8: e65152.
pekerjaan lain; AN juga sudah bisa
membedakan mana yang merupakan bunyi M.B. Rothberg, A. Arora, J. Hermann, R. Kleppel, P. St
smartphone dan mana yang bukan. Selain itu, Marie, dan P. Visintainer. “Phantom vibration
AN juga sudah tidak cemas ketika jauh dari syndrome among medical staff: a cross sectional
smartphone dalam kurun waktu tertentu; AN survey.” BMJ, Vol. 341, pp. c6914, 2010,
juga sudah tidak aktif menggunakan aplikasi https://doi.org/10.1136/bmj.c6914.
pada smartphone secara membabi buta yang
dulu menyebabkan AN ketergantungan pada Majid. 2017. Hubungan antara Kontrol Diri (Self-
smartphone ; Serta AN sudah bisa Control) dengan Prokrastinasi Akademik Dalam
mengontrol diri sehingga dapat Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Ftik
meminimalisir kecerobohannya dalam Jurusan Pai Angkatan 2012 Iain Salatiga. Skripsi
bekerja Berdasarkan hasil penelitian dan (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Tarbiyah
konseling yang dilakukan kepada AN dapat dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam
disimpulkan, bahwa teknik self management Negeri.
dapat membantu konseli mengurangi Meacham, Merle. "Macquarie Dictionary word of the year
perilaku akibat Phantom Vibration Syndrome. archives". Retrieved March 18, 2015.

27
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

Michelle Drouin, (2018) Phantom vibrations among


undergraduates: Prevalence and associated
psychological characteristics
Michelle Drouin and Daren H. Kaiser. Phantom
vibrations among undergraduates: Prevalence
and associated psychological characteristics.
Computers in Human
Behaviours.2012;28(4):1490-96
Muflih, Hamzah, dan Puniawan. (2017). Penggunaan
smartphone dan interaksi sosial pada remaja di
SMA Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta. Idea
Nursing Journal, 8(1), 12-18.
Rifda El Fiah. Urgensi Layanan Bimbingan dan
Konseling di perguruan Tinggi. Studi
Terhadap Kebutuhan dan Pencapain Tugas
Perkembangan Mahasiswa Untuk Menyusun
Rancangan Implementasi Layanan Bimbingan
dan Konseling di IAIN Raden Intan.
(Lampung: LP2M IAIN Raden Intan Lampung,
2014).
Robert Rosenberger. An experimental account of
phantom vibration syndrome. Computers in
Human Behaviour. 2015;52:124-131.
Rothberg MB, Arora A, Hermann J, Kleppel R, St Marie
P, Visintainer P. (2010).Phantom vibration
syndrome among medical staff: a cross sectional
survey. British Journal of Medicine.; 341: c6914.
Saaid Al-Ani G., Mohammed N., Hassan A. (2009)
Evaluation Of The Sensation Of Hearing False
Mobile Sounds (Phantom Ring Tone; Ringxiety) In
Individuals. Iraqi Postgrad Med
J. 1(1), 90–94. Cited 15 Feb 2014.] Available
from URL: http://www.iasj.net/
iasj?func=fulltext&aId=48176 Shatrughan. 2017.
Phantom Vibration Syndrome: An Emerging
Phenomenon. Asian J. Nursing Edu. and
Research. Volume 7(4): October- December 201,
h. 2
W. S Winkel & Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
Media Abadi
Widyastuti, A.D & Muyana.S 2017. Nomophobia (No-
mobile Phone Phobia) Penyakit remaja masa
kini (hal.281). Yogyakarta. Universitas Ahmad
Dahlan
Wilson, Aidan (, 2013). "Phantom vibration yndrome:
Word of the Year". Crikey.com.au. Retrieved
October 9, 2013.

28
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

12

Anda mungkin juga menyukai