Anda di halaman 1dari 4

NAMA : KATRINA BABA MOLLU

NPM : 200404010054

PRODI : MANAJEMEN

KELAS : M20B

UTS : MICROFINANCE

1. Sebutkan elemen-elemen yang membedakan micro finance dengan system intermediasi


keuangan lainnya seperti perbankan
Jawab :
Beberapa elemen yang membedakan micro finance dengan sistem intermediasi
keuangan lainnya seperti perbankan antara lain:
1) Ukuran Pinjaman
Micro finance lebih fokus pada pemberian pinjaman kecil dan sedang, sementara
perbankan lebih cenderung memberikan pinjaman yang lebih besar.
2) Target Pembiayaan
Micro finance sering kali ditujukan untuk memberikan pembiayaan kepada
kelompok masyarakat yang tidak terlayani oleh sistem perbankan, seperti
masyarakat miskin, pedagang kecil, atau petani kecil. Sedangkan perbankan lebih
terfokus pada pembiayaan untuk bisnis dan konsumen dengan kriteria kelayakan
kredit tertentu.
3) Jaminan
Micro finance sering kali memberikan pinjaman tanpa jaminan, sedangkan
perbankan memerlukan jaminan atau agunan dalam bentuk aset yang dapat diambil
alih jika peminjam gagal membayar kembali pinjaman.
4) Bunga dan Biaya
Tarif bunga dan biaya untuk layanan micro finance cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan perbankan, hal ini disebabkan oleh risiko yang lebih besar
dari segmen pasar yang dilayani oleh micro finance.
5) Pendekatan Penilaian Kredit
Micro finance menggunakan pendekatan yang lebih berbasis pada karakter dan
kapasitas peminjam dalam menilai kelayakan kredit, sementara perbankan lebih
cenderung mengandalkan data dan kriteria kelayakan kredit tertentu.
6) Model Bisnis
Micro finance biasanya menggunakan model bisnis berbasis komunitas atau
koperasi, di mana para peminjam saling bertanggung jawab satu sama lain.
Sedangkan perbankan biasanya menggunakan model bisnis yang berorientasi pada
laba dan keuntungan perusahaan.

2. Apa yang melatarbelakangi munculnya Lembaga keuangan mikro, jelaskan?


Jawab :
Munculnya lembaga keuangan mikro (LKM) didorong oleh kebutuhan untuk
memberikan akses keuangan kepada kelompok masyarakat yang tidak terlayani oleh
sistem perbankan tradisional. Sebelumnya, banyak masyarakat di pedesaan atau daerah
yang sulit dijangkau oleh bank dan lembaga keuangan lainnya tidak memiliki akses ke
pinjaman atau produk keuangan lainnya. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor
seperti lokasi yang terpencil, rendahnya tingkat pendapatan, serta kurangnya jaminan
atau agunan yang dimiliki.
Lembaga keuangan mikro (LKM) muncul sebagai solusi untuk mengatasi
kesenjangan keuangan tersebut dengan memberikan akses keuangan kepada kelompok
masyarakat yang kurang terlayani, seperti pedagang kecil, petani kecil, dan pelaku
usaha mikro. LKM ini biasanya memberikan pinjaman kecil dengan syarat yang lebih
mudah dan fleksibel daripada lembaga keuangan tradisional, sehingga memungkinkan
masyarakat yang tidak memiliki akses keuangan sebelumnya untuk memperoleh modal
dan memulai usaha mereka sendiri.
Selain itu, munculnya LKM juga didorong oleh kesadaran akan potensi bisnis
yang besar dari segmen pasar ini. Dengan memberikan akses keuangan kepada
kelompok masyarakat yang kurang terlayani ini, LKM dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan di suatu daerah. Hal ini telah
terbukti berhasil di beberapa negara di Asia, seperti Bangladesh dan Indonesia, di mana
lembaga keuangan mikro telah membantu ribuan orang untuk memperoleh modal usaha
dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Secara keseluruhan, munculnya LKM didorong oleh kebutuhan untuk memberikan
akses keuangan kepada kelompok masyarakat yang kurang terlayani, serta kesadaran
akan potensi bisnis yang besar dari segmen pasar ini. Dalam beberapa dekade terakhir,
LKM telah berkembang pesat dan menjadi salah satu sektor keuangan yang paling
penting di banyak negara berkembang.

3. Kondisi seperti apa yang mewajibkan LKM bertransformasi menjadi bank perkreditan
rakyat atau bank pembiayaan Syariah, jelaskan
Jawab:
Lembaga keuangan mikro (LKM) di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia,
wajib bertransformasi menjadi bank perkreditan rakyat (BPR) atau bank pembiayaan
syariah apabila telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh regulator dan memutuskan
untuk menawarkan produk dan layanan keuangan yang lebih luas kepada masyarakat.
Beberapa faktor yang mendorong LKM untuk bertransformasi menjadi BPR atau bank
pembiayaan syariah antara lain:
1) Pertumbuhan bisnis
Seiring dengan pertumbuhan bisnis, LKM akan membutuhkan akses ke sumber
daya yang lebih besar dan memiliki kemampuan untuk menawarkan produk dan
layanan keuangan yang lebih luas kepada pelanggannya.
2) Regulasi
Regulator keuangan di beberapa negara mewajibkan LKM untuk bertransformasi
menjadi BPR atau bank pembiayaan syariah apabila telah mencapai ukuran tertentu
atau menawarkan produk dan layanan keuangan tertentu.
3) Persaingan
Dalam beberapa kasus, persaingan di pasar keuangan memaksa LKM untuk
menawarkan produk dan layanan yang lebih luas untuk tetap bersaing dengan
lembaga keuangan lainnya.
4) Kepercayaan Pelanggan
Dalam beberapa kasus, pelanggan membutuhkan produk dan layanan keuangan
yang lebih lengkap dan lebih aman, dan merasa lebih percaya dengan LKM yang
telah bertransformasi menjadi BPR atau bank pembiayaan syariah.
Transformasi menjadi BPR atau bank pembiayaan syariah dapat membantu LKM untuk
memperluas jangkauan dan meningkatkan kapasitas mereka dalam memberikan
layanan keuangan kepada masyarakat. Selain itu, dengan bertransformasi menjadi BPR
atau bank pembiayaan syariah, LKM juga akan diatur lebih ketat oleh regulator dan
dapat menjamin keamanan dan kepercayaan pelanggan terhadap produk dan layanan
yang ditawarkan. Namun, transformasi ini juga memerlukan biaya yang signifikan dan
persyaratan dan persiapan yang matang agar dapat berjalan dengan baik dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai