05 Bab 4 Analisis Hasil Identifikasi Dan Inventarisasi
05 Bab 4 Analisis Hasil Identifikasi Dan Inventarisasi
BAB IV
ANALISIS HASIL IDENTIFIKASI DAN
INVENTARISASI
4- 1
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
1) Kapasitas organisasi, yaitu seberapa besar kapasitas sumber daya yang dimiliki
unit pelaksana OP. Faktor ini banyak berhubungan dengan input yang
diterima/dimiliki organisasi.
2) Produktivitas organisasi,. Faktor ini tidak hanya berkaitan dengan tingkat efisiensi,
atau rasio antara input dan output, tetapi juga efektivitas pelayanan atau rasio
antara input dan outcome.
3) Kualitas Layanan. Faktor ini berkaitan dengan tingkat kepuasan masyarakat atau
ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh unit pelaksana
OP
4) Kepekaan dan kepedulian organisasi. Faktor ini berkaitan dengan daya tanggap
unit pelaksana OP terhadap situasi lingkungan di luar organisasi, atau kemauan unit
pelaksana OP untuk mendengar dan menampung laporan pengaduan, harapan
dan aspirasi yang disampaikan masyarakat yaitu kemampuan unit OP untuk
mengenali dan menanggapi kebutuhan masyarakat yang bersifat prioritas yang
ditunjukkan dalam bentuk agenda dan prioritas pelayanan dan pengembangan
program pelayanan publik.
Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota
atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sederhananya,
kinerja merupakan produk dari kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan yang
pengelolaannya biasa disebut sebagai manajemen.
Kinerja organisasi selain dipengaruhi oleh faktor-faktor input juga sangat dipengaruhi
oleh proses-proses administrasi dan manajemen yang berlangsung. Sebagus apapun
input yang tersedia tidak akan menghasilkan suatu produk kinerja yang diharapkan
secara memuaskan, apabila dalam proses administrasi dan manajemennya tidak bisa
berjalan dengan baik. Antara input dan proses mempunyai keterkaitan yang erat dan
sangat menentukan dalam menghasilkan suatu output kerja yang sesuai harapan atau
tidak. Karena itu indikator input dan indikator proses adalah sama pentingnya dengan
indikator output dan indikator outcome dalam evaluasi kinerja organisasi.
Dengan mempertimbangkan keempat faktor tersebut diatas, maka indikator penilaian
kinerja unit pelaksana OP sungai dan prasarana sungai ditetapkan sebagaimana tersebut
dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Indikator Penilaian Kinerja Pelaksanaan OP Sungai Dan Prasarana Sungai
4- 2
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
4- 3
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
4- 4
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
4- 5
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
4- 6
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
Sama dengan parameter ketiga, yaitu Resiko Kerugian yang Timbul, parameter ini
pun terjadi akibat dampak lanjutan kuasa alam yang tidak dapat diprediksi oleh
unit pelaksana OP, namun dana dan anggaran telah disediakan.
a. Ketersediaan pos/media penampung pengaduan masyarakat.
Semakin banyak jumlah pes/media untuk menampung laporan masyarakat,
semakin tinggi nilai indikator yang diberikan. Rentang nilai indikator mulai 0
sampai 100.
b. Skema bagan alur penanganan laporan masyarakat.
Indikator ini dinilai berdasarkan rasio laporan masyarakat yang masuk
dibandingkan dengan laporan masyarakat yang ditanggapi. Semakin tinggi
tinggi rasio laporan yang ditanggapi, maka semakin tinggi pula nilai indikator
yang diberikan. Rentang nilai indikator mulai 0 sampai 100.
c. Intensitas terjadinya protes masyarakat.
Protes masyarakat terjadi akibat prasarana OP SDA yang ada tidak
memberikan manfaat bagi masyarakat seperti yang dijanjikan saat
perencanaan dan atau justru memberikan dampak negatif bagi
masyarakat. Oleh karenanya, semakin tinggi intensitas protes masyarakat
maka semakin rendah nilai indikator ini, dengan rentang nilai 0 sampai
100.
Dengan melakukan penilaian kinerja, akan diperoleh gambaran mengenai sendi sendi
kelemahan dan kekuatan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi OP sungai dan
prasarana sungai. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja, pimpinan dan staf inti unit
organisasi pelaksana OP akan dapat secara bersama-sama menyepakati tentang arah
perubahan ataupun pengembangan yang perlu dilakukan terhadap input dan proses
administratif ataupun manajemen di dalam organisasi.
Selain itu, evaluasi kinerja juga menghasilkan informasi mengenai kondisi eksternal
organisasi yang perlu diperhatikan dan diantisipasi untuk mengubah faktor eksternal
menjadi peluang ataupun faktor pemicu untuk mendongkrak peningkatan kinerja
organisasi. Berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja organisasi, maka pilihan mana
yang akan dioptimalkan penanganannya, apakah pada sisi internal organisasi ataukah
pada sisi eksternal organisasi, itu tergantung pada kondisi permasalahan organisasi yang
ditemukan dalam evaluasi kinerja organisasi.
4- 7
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
Data dasar yang diinventarisasi antara lain: informasi Bench Mark (BM) acuan, as-
built drawing, nota desain, spesifikasi teknik, sumber pendanaan, dan dokumen
hukum prasarana bersangkutan.
2. Informasi Pemanfaatan Prasarana
Prasarana sungai dibangun untuk tujuan pemanfaatan tertentu, seperti prasarana
pelindung dan pengendali, prasarana pendayagunaan, dan prasarana pemantau.
3. Kodefikasi
Penetapan nomenklatur prasarana dalam bentuk kode lokasi, pembagian dan
penomoran ruas prasarana atau cukup kode lokasi dan penomoran prasarana
(untuk prasarana yang relatif kecil dan pendek). Tata cara kodefikasi mengacu
Peraturan Menteri Keuangan No.29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan
Kodefikasi BMN.
4. Data Awal Kondisi Fisik Fungsi
Data awal kondisi fisik fungsi meliputi segala sesuatu yang tampak selama proses
inventarisasi. Data awal dapat berupa pencatatan dimensi, pencatatan kondisi
prasarana, sketsa, dan dokumentasi foto.
4.4 PEMANTAUAN
Kegiatan pemantauan atas kondisi prasarana mencakup struktur dan fungsinya.
Pemantauan dilakukan dengan interval minimal 6 bulan sekali (atau 2 kali dalam setahun)
dengan jadwal yang dipilih sedemikian rupa sehingga hasilnya mewakili perubahan
kondisi prasarana pada masing-masing musim (sebelum dan sesudah banjir) setiap
tahunnya. Dalam pemantauan, kegiatan pengamatan dan pengukuran dilakukan
menggunakan peralatan kerja yang sama sebagaimana dibahas pada bagian
inventarisasi.
Untuk prasarana sungai yang telah lama dibangun atau telah rusak, pemantauan pertama
dapat dilakukan segera setelah inventarisasi. Hal ini dilakukan agar penanganan
prasarana dapat terlaksana sesegera mungkin. Hasil evaluasi dari pemantauan pertama
akan dapat langsung menjadi dasar untuk menentukan tindak lanjut untuk prasarana
bersangkutan.
Hasil pemantauan dicatat dalam Blangko Pemantauan. Satu set Blangko Pemantauan
digunakan untuk melakukan pemantauan satu ruas prasarana atau satu nomor prasarana
sesuai posisi prasarana dengan mengacu pada hasil inventarisasi.
Petugas yang akan melakukan pemantauan wajib mempelajari dokumen inventarisasi
beserta dokumen pemantauan terakhir untuk prasarana bersangkutan. Selanjutnya
4- 8
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
4- 9
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
LAM
PIRA
4- 10
Penyusunan Data Base Sungai dan Pantai di Wilayah Sunga (WS) Reteh
Contents
4.1. MAKSUD DAN TUJUAN..........................................................................................................1
4.4 PEMANTAUAN........................................................................................................................8
4- 11