William Thomson lahir di Belfast, Irlandia, pada tanggal 26 Juni 1824. Dia adalah anak ke-4
dari tujuh bersaudara, anak James Thomson, guru dan penulis buku pelajaran matematika.
Ketika William berusia 6 tahun, ibunya meninggal. Tidak lama kemudian, ayahnya menjadi
Profesor Matematika di Universitas Glasgow. James Thomson membiayai sendiri pendidikan
anak-anaknya dan mengajarkan temuan-temuan terbaru dalam matematika yang belum
masuk dalam kurikulum kepada mereka. William dan saudaranya yang lebih tua, James,
sangat berbakat. Keduanya masuk Universitas Glasgow pada usia 10 dan 11 tahun. (Seperti
William, James kelak menjadi ahli fisika dan insinyur terkemuka, meskipun tidak sehebat
adiknya.)
Tahun 1841, ketika berusia 17 tahun, William belajar di Universitas Cambridge. Ia lulus pada
tahun 1845 dan memperoleh gelar BA (Sarjana Muda) dengan nilai memuaskan. Pada tahun
yang sama, dia mempelajari karya George Green (yang menerapkan matematika pada listrik
dan magnetisme) dan karya ahli fisika dan kimia, Michael Faraday (manfaat magnet dalam
menciptakan listrik dan bagaimana arus listrik mengeluarkan medan magnetis).
Tahun 1846, saat berusia 22 tahun, Thomson menjadi profesor dalam ilmu fisika (dulu
disebut filsafat alam) di Universitas Glasgow. Dia memegang jabatan ini selama 53 tahun,
meskipun banyak tawaran untuk mengajar di tempat lain. Ketika Thomson menjadi profesor
ilmu fisika, fisika mencakup rentangan topik yang luas dan hampir tidak ada ikatan yang
menghubungkan topik-topik tersebut. Namun, dalam karya-karya Fourier, Faraday, dan
Green, dia mulai melihat adanya kesatuan. Dia sendiri mampu menentukan secara matematis
hubungan antara gerakan fluida dan aliran listrik. Gagasan ini diperolehnya dari karya
Fourier, ketika ia masih berusia 16 tahun.
Tahun 1847, untuk pertama kalinya Thomson mendengar karya James Joule mengenai
hubungan panas dan gerak mekanis. Asas penyimpanan tenaga dalam karya Joule kelak
dikenal sebagai Hukum Termodinamika Pertama. Meskipun Joule diakui sebagai penemu
utama termodinamika, Thomsonlah yang "memantapkan termodinamika menjadi disiplin
ilmu yang resmi dan merumuskan hukumnya yang pertama dan kedua dengan terminologi
yang tepat." [1]
Hukum Termodinamika Pertama menyatakan bahwa tenaga tidak dapat diciptakan maupun
dimusnahkan, tetapi bentuknya dapat diubah. Artinya, jumlah tenaga/zat di alam semesta
adalah tetap. "Hukum ini secara meyakinkan mengajarkan bahwa alam semesta tidak
menciptakan diri sendiri! Struktur alam semesta sekarang adalah hasil konservasi, bukan
inovasi sebagaimana dinyatakan oleh teori evolusi." [2] Sementara kaum evolusi tidak dapat
menjelaskan asal-usul tenaga/zat yang jumlahnya tetap ini, Alkitab bisa menjelaskan, yaitu
hanya Allah yang dapat menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Semua perubahan yang
terjadi, oleh manusia atau kekuatan alam, adalah penyusunan kembali dari yang sudah ada.
Meskipun banyak ilmuwan Inggris meragukan karya Joule, Thomson mengakui bahwa hal ini
cocok dengan pola perpaduan yang mulai muncul dalam fisika. Tahun 1851, Thomson
menerbitkan tulisan berjudul "On the Dynamical Theory of Heat", yang mendukung teori
Joule mengenai panas dan gerak. Tulisan ini merupakan langkah penting dalam proses
perpaduan bagian fisika yang terpisah-pisah. Karya ini juga memuat Hukum Termodinamika
Kedua versi Thomson. (Tanpa diketahui Thomson, tahun sebelumnya, ahli fisika Jerman,
R.J.E. Clausius sudah mengajukan hukum yang sama dengan Hukum Termodinamika Kedua
versi Thomson.)
Hukum Kedua Termodinamika juga disebut Hukum Peluruhan Tenaga. Asas universal yang
mendasari hukum ini menunjukkan bahwa semua sistem, jika tidak diprogram sebelumnya
atau tidak diatur dengan tepat, cenderung berubah dari keadaan teratur menjadi tidak teratur.
Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan, alam semesta berproses terus-menerus menuju
kondisi di mana pengaturan semakin berkurang. Namun, evolusi mengandalkan gagasan yang
sebaliknya. Ahli biologi evolusionis Inggris yang terkenal, Sir Julian Huxley mengatakan,
"Evolusi dalam pengertian luas, dapat diartikan sebagai proses terarah yang pada hakikatnya
tidak dapat dibalik lagi, yang terjadi sepanjang waktu, dan menimbulkan perkembangan
ragam dan pengaturan yang semakin rumit." [3] Gagasan ini jelas bertentangan dengan
Hukum Termodinamika Kedua.
Hubungan panas dan gerak mekanik yang pertama kali diajukan oleh Joule, mendorong
Thomson kepada penemuan yang paling menjadikannya terkenal, yakni skala suhu mutlak.
Pakar Perancis, Jacques Charles, menyatakan isi gas akan menjadi 0, bila suhu diturunkan
sampai -273° (tepatnya -273,15°) pada skala Celsius (sama dengan -459,67° Fahrenheit).
Thomson sadar bahwa bukan isi gasnya, melainkan tenaga gerak partikel gaslah yang akan
menjadi nol. Artinya, pada -273° Celsius, partikel gas akan berhenti bergerak. Thomson lalu
merancang skala suhu baru dengan -273°. Satuan pada skala ini adalah kelvin (dengan
lambang K ditulis tanpa tanda derajat [°]), sebagai penghargaan bagi Thomson yang
kemudian diberi gelar Lord Kelvin. Thomson selanjutnya menyarankan pemakaian
termometer gas untuk memungkinkan pengukuran cermat terhadap suhu yang lebih rendah.
Pemakaian skala suhu mutlak (yang tidak bisa bernilai negatif) kelak sangat membantu ahli
fisika matematis Skotlandia, James Clerk Maxwell, dalam karyanya mengenai teori kinetik
gas. Sumbangan terbesar Thomson bagi ilmu adalah bahwa "orang yang menonjol di antara
ilmuwan Inggris yang jumlahnya sedikit membantu meletakkan dasar fisika modern." [5] Hal
ini dilakukannya dengan menunjukkan kaitan antara listrik, magnetisme, panas, gerakan
mekanik, dan gerakan gas, serta menunjukkan kerangka matematika umum yang mendasari
hasil-hasil eksperimen dalam berbagai bidang fisika ini. Ini adalah perluasan teori yang
penting atas karya para ilmuwan besar seperti Fourier, Faraday, dan Joule. Proses perluasan
kerangka teori ini kemudian dilanjutkan oleh Maxwell dalam teori cahaya elektromagnetik.
Maxwell mengakui utangnya pada Thomson sebagai mentornya.
Bersama ahli matematika dan fisika Skotlandia, Percy Guthrie Tait (juga seorang Kristen
yang tulus), Thomson menulis buku pelajaran fisika agar dapat meneruskan kerangka
teoretisnya kepada para ahli fisika kelak. Dia juga menerbitkan lebih dari 600 karya ilmiah.
Tahun 1844, Samuel Morse sukses memperagakan mesin telegrafinya. Tapi apakah temuan
ini dapat dipakai untuk komunikasi antarbenua dengan memakai kabel bawah laut? Ternyata
usaha Morse untuk memperagakan telegrafinya lewat kabel bawah laut gagal. Mathew
Maury, seorang oseanograf Amerika Serikat dan William Thomson adalah orang yang
mendukung gagasan Morse. Thomson menjadi konsultan kepala pada Atlantic Telegraph
Company dan turut serta pada tahap awal pemasangan kabel itu. Thomson menciptakan alat
penerima telegram yang disebut galvanometer cermin untuk digunakan bersama kabel di
bawah laut. Tapi ia tidak sependapat dengan kepala kelistrikan perusahaan, E.O.W.
Whitehouse, mengenai rancangan kabelnya. Perusahaan mulanya memakai gagasan
Whitehouse, tapi kemudian menyadari bahwa rancangan Thomson lebih baik. Akhirnya,
rancangan Thomson dipakai untuk kabel dan pemakaian galvanometer cermin. "Dengan
berbuat demikian, perusahaan menghemat waktu dan biaya." [6]
Penemuan kabel transatlantik merupakan terobosan besar dalam dunia komunikasi. Sebagai
penghargaan atas sumbangan Thomson untuk keberhasilan proyek itu, Ratu Victoria
menghadiahkan gelar bangsawan kepadanya tahun 1866. Namanya menjadi Sir William
Thomson. Kemudian dia menjadi mitra dalam perusahaan-perusahaan teknik mesin yang
terlibat dalam perencanaan dan pembuatan kabel-kabel di bawah laut lainnya. Setelah
keberhasilan pemasangan kabel transatlantik, galvanometer cermin -- pencatat perpindahan
pipa (siphon) -- yang telah dimodifikasi Thomson dipakai di hampir semua kabel bawah laut
di seluruh dunia.
Selama hidupnya, Thomson memperoleh hak paten untuk sekitar tujuh puluh temuannya,
termasuk beberapa alat listrik untuk kabel bawah laut. Thomson juga merupakan anggota
kunci dari komite Inggris untuk penggunaan perangkat satuan listrik, dan ini kemudian
diterima secara internasional. Thomson juga berhasil dalam merekacipta kompas kapal jenis
baru yang hampir tidak terpengaruh oleh besi kapal. Setelah itu dia menciptakan alat peramal
pasang surut laut yang dapat memperkirakan tingginya permukaan laut di suatu pelabuhan.
Dia juga menciptakan alat pengukur kedalaman laut.
Thomson sangat menentang gagasan geologi uniformitarian Charles Lyell dan teori evolusi
Charles Darwin. (Uniformitarianisme berpendapat bahwa bentukan-bentukan geologis
merupakan hasil kekuatan biasa yang terjadi selama waktu yang tak terhingga lamanya.)
Tahun 1865, Thomson menerbitkan tulisannya berjudul "The Doctrine of Uniformity in
Geology Briefly Refuted". Penolakan Thomson terhadap uniformitarianisme dan evolusi
ditegakkan di atas dasar-dasar ilmu dan kekristenan. Thomson mengatakan, "Kehidupan di
bumi pasti tidak terjadi oleh tindakan kimiawi atau listrik atau pengelompokan kristal
molekul-molekul. Kita harus merenung, menyelami misteri dan keajaiban Penciptaan segala
makhluk." [7] Dia berdebat dengan Thomas Huxley, Presiden Geological Society of London
mengenai bukti ilmiah uniformitarianisme dan evolusi. (Huxley dikenal sebagai "anjing
buldog Darwin" karena kegigihannya mempertahankan gagasan Darwin.)
Perdebatan berkepanjangan antara Thomson dan Huxley, berawal ketika Thomson
menghitung usia maksimal bumi berdasarkan hukum termodinamika. Tahun 1862, Thomson
mengalkulasi, jika bumi terbentuk melalui proses pendinginan masa yang meleleh,
sebagaimana anggapan umum, maka menurut hukum termodinamika, bumi tidak mungkin
berusia lebih dari 100 juta tahun. (Ini adalah batas atas berdasar hukum fisika, bukan
berdasarkan kepercayaan Thomson.) Kalkulasi ini jelas berlawanan dengan waktu yang
diperlukan untuk proses evolusi yang lamban, seperti gagasan Darwin. Thomson ingin
menunjukkan bahwa teori geologi dan biologi seharusnya tidak bertentangan dengan teori
fisika yang sudah diakui.
Ketika radioaktivitas ditemukan menjelang akhir hidup Thomson, para lawannya menyatakan
bahwa temuan ini menggagalkan kalkulasinya mengenai usia maksimal bumi. Meskipun
benar bahwa panas radioaktivitas memang mengubah kalkulasi tersebut, Thomson kemudian
membuat kalkulasi lagi dengan memperhitungkan panas radioaktivitas. Sampai menjelang
ajalnya, Thomson masih terlibat dalam kontroversi mengenai perhitungan usia maksimum
bumi berdasarkan efek radioaktivitas. (Dalam tulisan singkat berjudul "Evidence for a Young
World", ahli fisika, Dr. Russel Humphreys, membahas 15 ranah bukti ilmiah yang menentang
kerangka waktu evolusi. [8])
Selama hidupnya, Thomson menerima 21 gelar doktor kehormatan. Tahun 1851, dia diterima
sebagai "Fellow of the Royal Society" -- asosiasi Inggris paling bergengsi untuk para
ilmuwan. Dia menjabat Presiden Royal Society dari tahun 1890-1895. Tahun 1892, Thomson
diberi gelar Baron Kelvin dari Largs oleh Ratu Victoria. Sejak itu, dia lebih dikenal sebagai
Lord Kelvin ketimbang Sir William Thomson. Lord Kelvin meninggal di Largs, Ayrshire,
Skotlandia, tanggal 17 Desember 1907. Dia mendapat kehormatan besar untuk dimakamkan
di Westminster Abbey di London.
Iman Kelvin sangat teguh. Dia percaya bahwa alam memberikan banyak bukti yang
mendukung imannya. "Di sekeliling kita berlimpah-ruah bukti mengenai adanya rancangan
yang cerdas dan penuh kebajikan... gagasan ateis sangat tidak masuk akal, sehingga saya
tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata." [9] Kelvin tidak melihat pertentangan
antara ilmu dan Alkitab. Bahkan, dia mengatakan bahwa "mengenai asal-usul kehidupan,
ilmu... memastikan adanya kekuasaan yang kreatif." [10]
Awal abad ke-20, munculah termodinamika statistik yang juga disebut sebagai mekanika
statistik. Kemunculan tersebut ditandai dengan perkembangan teori atom dan molekuk pada paruh
kedua abad ke-19 yang kemudian melengkapi termodinamika dengan menginterpretasikan interaksi
mikroskopis antara partikel individu atau kuantum mekanis. Bidang ini menghubungkan sifat
mikroskopis atom dan molekul individu dengan sifat makroskopisnya adalah sebagian besar bahan-
bahan yang dapat diamati pada skla manusia, sehingga menjelaskan bahwa termodinamika
merupakan akibat alami dari statistik, mekanika klasik, dan teori kuantum pada tingkat mikroskopis.
http://nuryhidayah.blogspot.com/2014/04/sejarah-penemuan-termodinamika.html
Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = ‘panas’ and dynamic = ‘perubahan’) adalah fisika energi ,
panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan mekanika
statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal.
Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi, termodinamika klasik
tidak berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses reaksi berlangsung). Karena
alasan ini, penggunaan istilah “termodinamika” biasanya merujuk pada termodinamika setimbang.
Dengan hubungan ini, konsep utama dalam termodinamika adalah proses kuasistatik, yang
diidealkan, proses “super pelan”. Proses termodinamika bergantung-waktu dipelajari dalam
termodinamika tak-setimbang. Karena termodinamika tidak berhubungan dengan konsep waktu,
telah diusulkan bahwa termodinamika setimbang seharusnya dinamakan termostatik.
Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak bergantung kepada
rincian dari interaksi atau sistem yang diteliti. Ini berarti mereka dapat diterapkan ke sistem di mana
seseorang tidak tahu apa pun kecuali perimbangan transfer energi dan wujud di antara mereka dan
lingkungan. Contohnya termasuk perkiraan Einstein tentang emisi spontan dalam abad ke-20 dan
riset sekarang ini tentang termodinamika benda hitam.
1. Benjamin Thompson
Benjamin Thompson atau 'Count Rumford' (1753 – 1814) adalah penemu, ilmuwan, negarawan, dan
tentara terkenal kelahiran Amerika. Benjamin Thompson dilahirkan di Woburn Utara, Massachusetts
pada tanggal 26 Maret 1753 beragama Anglican. Ayahnya adalah seorang petani dan meninggal
ketika Benjamin Thompson berumur 2 tahun. Ibunya, Ruth Simonds menikah lagi dengan Josiah
Pierce pada bulan Maret 1976. Di masa kecilnya, Benjamin Thompson memiliki keterbatasan untuk
sekolah sehingga dia lebih banyak belajar sendiri dan kemudian mendapat banyak pengetahuan dari
teman dan kenalannya. Pada usia 13 tahun, Benjamin Thompson mulai melakukan beberapa
pekerjaan seperti menjadi juru tulis seorang importer, pedagang bahan kering dan kemudian
magang di Doctor John Hay of Woburn, dimana Thompson mendapatkan banyak pengetahuan
tentang ilmu medis. Bakat Thompson dalam bekerja dengan alat mekanis dan kemampuan
bahasanya yang sangat baik membuat John Fowle, salah satu guru lulusan Harvard, membantunya
untuk belajar dengan Professor John Winthrop di Harvard.
Pada tahun 1772, Thompson meninggalkan kota kelahirannya dan mengajar di salah satu sekolah di
Bradford, Massachusetts sambil mempelajari ilmu pengetahuan pada Samuel Williams. Tidak
beberapa lama kemudian, Thompson berpindah mengajar di Concord, New Hampshire atas
undangan dari Timothy Walker. Di sana Benjamin Thompson hidup menumpang dan kemudian
menikahi anak dari tuan rumahnya, Sarah Walker Rolfe yang merupakan janda kaya di daerah
Concord. Istrinyalah yang memperkenalkan Thompson pada Gubernur Wentworth dari New
Hampshire dan mengangkatnya menjadi mayor di New Hampshire Militia.
Pada saat revolusi Amerika meledak, Thompson diajak bergabung dengan Amerika untuk melawan
Inggis karena dia memiliki hubungan penting dengan pemerintah Inggris namun dia menolak.
Benjamin Thompson meninggalkan keluarganya di Amerika pada tahun 1974 dan bergabung dengan
pemerintah Britania Raya (Inggris) sebagai penasihat Jenderal Thomas Gage. Pada tahun 1776,
Thompson bekerja sebagai juru tulis di Sekretariat Negara kemudian jabatannya terus naik menjadi
Sekretaris Provinsi Georgia, dan pada tahun 1779 Benjamin Thompson menjadi salah satu anggota
Royal Society.
Selain politik, dunia militer juga digeluti oleh Benjamin Thompson. Benjamin Thompson pernah
menjabat sebagai letnan kolonel pasukan Britania Raya dan mendapatkan gelar kesatrian dari Raja
George III. Pada tahun 1785, Benjamin Thompson bergabung bersama pasukan Austria untuk
melawan Turki dan di sana dia berkenalan dengan Pangeran Maximillian dari Bavaria yang
mengundangnya untuk tinggal Bavaria. Thompson tinggal di Bavaria selama beberapa tahun untuk
memimpin pasukan Bavaria yang kurang mendapatkan perhatian dan penghidupan yang layak,
kemudian membuat perubahan besar di daerah tersebut. Para tentara diberi bayaran lebih tinggi,
dibuatkan sarana rekreasi, dan diberikan pendidikan gratis baik untuk tentara maupun anak-anak
mereka. Benjamin Thompson juga memberikan penghasilan kepada pengemis jalanan dengan
mempekerjakan mereka untuk menjahit pakaian tentara Bavaria yang kurang layak pakai. Pada
tahun 1971, Benjamin Thompson dianugerahi gelar Count of the Holy Roman Empire.
Di samping mengurusi masalah politik dan militer, Thompson juga aktif meneliti berbagai hal,
terutama bidang Fisika. Sekitar tahun 1975, Benjamin Thompson meneliti tentang gaya pada bubuk
mesiu dan membangun sistem sinyal kelautan yang baru bagi tentara Inggris. Kontribusinya yang
terbesar pada dunia Fisika adalah pemikirannya tentang teori kalor. Pada akhir abad ke-18, teori
kalori yang dipercaya adalah bahwa kalor merupakan fluida yang dapat mengalir ke dalam tubuh
ketika dipanaskan dan mengalir keluar ketika didinginkan.
Saat meneliti tentang bubuk mesiu, Benjamin Thompson menemukan adanya penyimpangan atau
anomali yang tidak dapat dijelaskan dengan teori kalori. Di dalam laporannya kepada Royal Society
yang berjudul "An Experimental Enquiry concerning the Source of Heat excited by Friction" (1798),
Benjamin Thompson mengajukan suatu teori baru yang menyatakan bahwa kerja mekanis akan
menghasilkan kalor dan kalor tersebut merupakan suatu bentuk gerak. Teori tersebut berhasil
memberikan penjelasan mengapa panas yang dihasilkan dari gesekan peluru meriam (bubuk mesiu)
tidak akan pernah habis. Peristiwa itu tak dapat dijelaskan dengan teori kalori terdahulu.
Di dalam laporan tersebut terdapat perhitungan jumlah kuantitas kalor yang diproduksi oleh energi
mekanis. Teori yang dikemukakan Thompson bertentangan dengan teori kalori yang terdahulu dan
banyak orang pada saat itu yang tidak yakin dengan Thompson hingga James Maxwell
mengemukakan teori kinetik kalor pada tahun 1871. Penemuan-penemuan Thompson lainnya
adalah kompor, oven, ketel ganda, dan pakaian penahan panas, serta mengembangkan cerobong
asap dan tungku perapian yang ada.
Pada tahun 1804, Thompson menetap di Paris dan menikah dengan Madame Lavoisier, janda
seorang ahli kimia Perancis, Antoine Lavoisier. Pernikahan tersebut hanya bertahan beberapa tahun
dan pada 1807 Benjamin Thompson pensiun dan menetap di desa Auteuil dekat Paris. Thompson
menjadi anggota Institusi Nasional Perancis sebagai dan secara rutin berkontribusi dalam berbagai
pertemuan dan debat ilmu pengetahuan.
Penghargaan yang pernah diraihnya adalah Copley Medal. Setelah perceraiannya, Thompson dirawat
oleh anak perempuannya hingga pada tanggal 21 Agustus 1814, Benjamin Thompson meninggal di
Auteuil, Paris pada usia 61 tahun. Dibangun Monumen Benjamin Thompson di English Garden.
2. Jacobus Henricus van 't Hoff
Jacobus Henricus van 't Hoff adalah kimiawan fisika dan organik Belanda dan pemenang
Penghargaan Nobel dalam Kimia pada 1901 Penelitiannya pada kinetika kimia, kesetimbangan kimia,
tekanan osmotik dan kristalografi diakui sebagai hasil karya utamanya. Jacobus juga mendirikan
bidang ilmu kimia fisika, ia juga dianggap sebagai salah satu kimiawan terbesar sepanjang masa
bersama kimiawan Perancis Antoine Lavoisier, Louis Pasteur dan ahli kimia Jerman Friedrich Wöhler.
Ia lahir di Rotterdam, Belanda 30 Agustus 1852, anak ke-3 dari 7 bersaudara Jacobus Henricus van 't
Hoff, seorang dokter dan Alida Jacoba Kolff. Pada 1869 memasuki Universitas Teknologi Delft dan
menerima gelar diploma dalam teknologi pada 1871.
Setelah menghabiskan masa setahun di Leiden, terutama untuk matematika, ia pindah ke Bonn
untuk bekerja dengan Kekule von Stradonitz 1872 - 1873; lalu dilanjutkan di Paris dengan C.A. Wurtz,
saat ia menempuh sebagian besar kurikulum antara 1873-1874. Ia kembali ke Belanda pada 1874
mendapat gelar doktor bersama E. Mulder di Utrecht. Pada 1876 ia menjadi dosen di Fakultas
Kedokteran Hewan di Utrecht dan meninggalkan kedudukan ini untuk jabatan yang sama di
Universitas Amsterdam tahun berikutnya. Pada 1878 menjadi Guru Besar Kimia, Mineralogi, dan
Geologi. Setelah menjabat selama 18 tahun ia menerima undangan ke Berlin sebagai Profesor
Kehormatan dan keanggotaan di Akademi Ilmu Pengertahuan Kerajaan Prusia.
Alasan perubahan ini ialah karena ia terlalu dibebani dengan kewajiban memberi kuliah dasar dan
menguji banyak mahasiswa, termasuk juga propaedeutika medis malah, membuat waktu untuk
risetnya jadi berkurang. Ia adalah penasihat yang rajin untuk pembentukan pembagian khusus
pekerja ilmiah. Ia tetap dalam kedudukan ini hingga akhir hayatnya. Pada 1878 ia menikahi Johanna
Francina Mees. Mereka memiliki 2 putri, Johanna Francina (l. 1880) dan Aleida Jacoba (l. 1882) dan 2
putra, Jacobus Hendricus (l. 1883) dan Govert Jacob (l. 1889).
Van 't Hoff terkenal karena terbitannya membuka zaman baru. Tesis kedoktorannya (1874) berjudul
Bijdrage tot de Kennis van Cyaanazijnzuren en Malonzuur (Sumbangan pada Pengetahuan Asam
Sianoasetat dan Malonat). Beberapa bulan sebelumnya ia telah menerbitkan Voorstel tot Uitbreiding
der Tegenwoordige in de Scheikunde gebruikte Structuurformules in de Ruimte (Usulan untuk
Pengembangan Rumus Struktur Kimia Tiga Dimensi). Selebaran kecil ini, terdiri atas 12 halaman teks
dan 1 halaman diagram mendorong perkembangan stereokimia. Konsep "atom karbon asimetris",
yang berhubungan dengan naskah ini mendukung penjelasan pembentukan sejumlah isomer yang
tak bisa dijelaskan rumus struktur saat itu. Ia menekankan perhatian pada hubungan aktivitas optik
dan kehadiran atom karbon asimetris.
Gagasan revolusionernya ini baru diakui setelah karyanya pada 1875 Chimie dans l'Espace-nya (Kimia
dalam Ruang) terbit setelah terjemahan Jermannya muncul, dengan pasal pendahuluan dari J.
Wislicenus. Melalui Dix Années dans l'Histoire d'une Théorie (Sepuluh Tahun perjalanan Sejarah
Sebuah Teori) ia dihargai walau di saat yang sama Joseph Le Bel telah mengemukakan gagasan ini,
meski dalam bentuk yang lebih abstrak. Pada 1884, sejak terbitnya Études de Dynamique chimique
(Kajian mengenai Dinamika Kimia), ia memasuki bidang kimia fisika untuk pertama kali.
Sumbangan besarnya ialah mengenai pengembangan hukum termodinamika umum pada hubungan
antara perubahan tekanan dan pemindahan kesetimbangan sebagai akibat variasi suhu. Pada
volume tetap kesetimbangan dalam sebuah sistem akan cenderung berubah dalam arah untuk
melawan perubahan suhu yang ditentukan pada sistem ini. Penurunan suhu menyebabkan lepasnya
panas dan menaikkan suhu menyebabkan penyerapan panas. Asas kesetimbangan bergerak ini
digeneralisasi 1885 oleh Henri Louis le Chatelier yang memperluas dengan perubahan volume untuk
perubahan tekanan yang dipaksakan; ini dikenal sebagai asas van 't Hoff-Le Chatelier.
Di tahun 1885 L'Équilibre chimique dans les Systèmes gazeux ou dissous à I'État dilué
(Kesetimbangan Kimia dalam Sistem Gas atau Larutan yang Ditambah Air). Di sinilah ia menunjukkan
bahwa "tekanan osmotik" dalam larutan yang dicairkan secukupnya sebanding terhadap konsentrasi
dan temperatur penuh agar tekanan ini bisa diwakili dengan rumus yang hanya menyimpang dari
rumus tersebut untuk tekanan gas yang dilambangkan dengan i. Ia menentukan nilai i dengan
sejumlah cara, sebagai contoh dengan menggunakan tekanan uap dan hukum Raoult pada
penurunan titik beku. Demikian van 't Hoff bisa membuktikan bahwa hukum termodinamika tak
hanya sah buat gas, namun juga buat larutan cair. Hukum tekanannya, yang diberikan keabsahan
umum oleh teori disosiasi elektrolisis Arrhenius (1884-1887). Orang asing pertama yang datang
untuk bekerja dengannya di Amsterdam (1888) – dianggap sebagai yang terlengkap dan terpenting
dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam.
Pada saat di Berlin 1896 - 1905 ia sibuk pada masalah asal endapan samudera, dengan rujukan
khusus yang dibentuk di Stassfurt. Pada kerja yang lebih luas ia dibantu khususnya oleh W.
Meyerhoffer, yang sebelumnya telah bekerja dengannya di Amsterdam. Kemungkinan ialah orang
pertama yang menerapkan hasil skala kecil di laboratorium, pada fenomena yang terjadi pada skala
besar di alam. Hasil penyelidikan ini kebanyakan diterbitkan di Laporan Akademi Ilmiah Kerajaan
Prusia, diringkaskan dalam karya 2 jilid Zur Bildung ozeanischer Salzablagerungen, 1905-1909. van 't
Hoff amat menghargai kekuatan imajinasi dalam kerja ilmiah, sebagaimana nyata dalam pidato
pelantikannya pada pengambilan jabatan profesornya di Amsterdam: Verbeeldingskracht in de
Wetenschap (Kekuatan Imajinasi dalam Sains), ia tiba pada kesimpulan bahwa para ilmuwan yang
menonjol telah memiliki kualitas tingkat tinggi ini. Wilhelm Ostwald, membuat Zeitschrift für
physikalische Chemie dengannya di Leipzig, bisa dianggap sebagai pendiri kimia fisika.
Hadiah Nobel Kimia (1901) titik kulminasi karirnya. Pada 1885 diangkat sebagai anggota Akademi
Ilmiah Kerajaan Belanda, setelah nominasinya tak dimasukkan pada 1880. Di antara medalinya yang
lain ialah gelar doktor kehormatan dari Harvard dan Yale (1901), Universitas Victoria Manchester
(1903), Heidelberg (1908); Medali Davy dari Royal Society (1893), Medali Helmholtz dari Akademi
Ilmiah Kerajaan Prusia (1911); ia juga diangkat sebagai Chevalier de la Legion d'Honneur (1894),
Senator der Kaiser-Wilhelm-Gesellschaft (1911). Ia juga anggota kehormatan Chemical Society,
London (1898), Akademi Ilmiah Kerajaan, Gottingen (1892), American Chemical Society (1898),
Académie des Sciences, Paris (1905).
Van 't Hoff pecinta alam, sebagai mahasiswa di Leiden ia sering ikut dalam perjalanan botanis dan
kemudian di Bonn ia benar-benar menikmati pegunungan di sekitarnya, berjalan panjang sendiri
atau bersama-sama. Deskripsi perjalanannya ke AS, berasal dari undangan ceramah ke Universitas
Chicago, menunjukkan cintanya pada perjalanan. Penerimaannya pada filsafat dan kegemarannya
pada puisi juga nyata pada awal-awal ia bersekolah di Lord Byron ialah pujaannya. van 't Hoff
meninggal di Steglitz dekat Berlin pada 1 Maret 1911.
Kesimpulan
1. Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = ‘panas’ and dynamic = ‘perubahan’) adalah fisika
energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.
2. Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
• Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
• Hukum Pertama Termodinamika
• Hukum kedua Termodinamika
• Hukum ketiga Termodinamika
3. Orang yang pertama kali melakukannya adalah Aristoteles (350 SM). Dia mengatakan bahwa
panas adalah bagian dari materi atau materi tersusun dari panas.Penalaran yang dilakukan oleh
Aristoteles diteruskan oleh Galileo Galilei (1593) yang menganggap bahwa panas adalah sesuatu
yang dapat diukur dengan penemuannya berupa termometer air. Beberapa abad setelahnya Sir
Humphrey Davy dan Count Rumford (1799) menegaskan bahwa panas adalah sesuatu yang
mengalir. Pada tahun 1778, Thomas Alfa Edison memperkenalkan mesin uap pertama yang
mengkonvesi panas menjadi kerja mekanik. Mesin tersebut disempurnakan oleh Sardi Carnot (1824).
Pada tahun 1845, James P. Joule menyimpulkan bahwa panas dan kerja adalah dua bentuk energi
yang satu sama lain dapat dikonversi. Kesimpulan ini didukung pula oleh Rudolf Clausius, Lord Kelvin
(William Thomson), Helmhozt, dan Robert Mayer. Selanjutnya, para ilmuwan ini merumuskan
hukum pertama termodinamika (1850). Setahun sebelumnya, Lord Kelvin telah memperkenalkan
istilah termodinamika melalui makalahnya: An Account of Carnot’s Theory of the Motive Power of
Heat. Buku pertama tentang termodinamika ditulis oleh William Rankine pada tahun 1859. Pada
tahun 1906 Giauque dan W. Nernst merumuskan hukum ketiga termodinamika.
DAFTAR PUSTAKA
tahun 1820. Rumus Carnot adalah rumus efisiensi mesin kalor, yaitu mesin yang mengubah kalor
menjadi kerja mekanis. Rumus ini membantu kita mengetahui berapa besar kerja bermanfaat yang
bisa kita peroleh dari mesin itu jika diketahui jumlah kalor yang dipasok.
Gambar 1. Rumus Mesin Carnot
Mari kita lihat kerja turbin uap, contoh khas mesin kalor, pada pembangkit tenaga listrik.
Uap lewat-panas sekitar 560oC (atau 833 K) digunakan untuk menggerakkan turbin guna
menjalankan generator. Akhirnya, uap dibuang kelingkungan pada suhu 38 oC (atau 311 K). Carnot
menunjukkan bahwa efisiensi maksimum dari mesin ini dan mesin kalor lainnya ialah (T 2-T1)/T2, di
mana T2 dan T1 masing-masing adalah suhu tinggi dan suhu rendah (dalam Kelvin). Karena T 1 tidak
mungkin nol dan T2 tidak mungkin tak terhingga, maka efisiensinya tidak pernah mendekati 100%.
(Untuk turbin uap yang baru dibahas di sini, efisiensi maksimumnya adalah 0,63 atau 0,63%) jadi,
kita tidak mungkin memangun mesin kalor yang dapat mengubah seluruh kalor menjadi kerja
mekanis; sebagian kalor pasti ada yang terbuang ke lingkungan, inilah hakikat “hukum
termodinamika kedua”.
Temuan Carnot sangat penting tetapi tidak bisa langsung diterapkan dalam kimia. Landasan
“termodinamika kimia” diletakkan oleh ilmuwan Amerika, Josiah Willard Gibbs (1839-1903). Pada
tahun 1876, Gibbs mempublikasikan makalah setebal 323 halaman berjudul “On The Equilirium of
yang dinamakan “energi bebas”, dan menjelaskan hubungan-hubungan yang mengatur perubahan
Sebagai anak laki-laki dari seorang profesor di Yale dan orang pertama yang dianugerahi gelar Ph.D.
dalam bidang sains dari universitas Amerika, Gibbs menghabiskan seluruh waktu profesionalnya
sebagai profesor matematika-fisika di Yale. Meskipun tidak terbantahkan bahwa ia adalah ilmuwan
asli Amerika yang paling cemerlang, Gibbs adalah seorang yang rendah hati dan penyendiri, dan ia
tak pernah mendapat penghargaan sebagaimana yang diterima penerus dan pengagumnya James
Maxwell di Eropa. Bahkan sampai sekarang, hanya sedikit orang di luar kimia dan fisika yang pernah
mendengar nama Gibbs. http://mtdp.blogspot.com/2015/01/sejarah-hukum-termodinamika-ii.html